THEIR MERMAN [COMPLETE]

By gazella05ezra

601K 44.8K 1.9K

Alasan kenapa Duyung Jantan/Putra Duyung jarang terlihat & didengar adalah "Para Mermaid, membunuh pasanganny... More

PROLOG
WHEN HE WANTS TO SEE HER AGAIN
FUCKING OBSESSION
THE LAST NIGHT
LET ME GO
MISBEHAVIOR
ILLUSION
THE ATLANTIC'S
THE FIN
MEREE
THE TAIL
BAD TEMPTATION
A ROYAL EXPERIMENT
WHIPPED BOY
THE BAD GROOM 1
THE BAD GROOM 2
THE BAD GROOM 3
SILENT SCREAM
REMEMBER YOU
BEAUTIFUL SYMPHONY
COME
THE DEEP BLUE SEA
I SEE YOU
AWAKE
THE FEELING
THE TRUST
SHE'S HERE
WHAT ARE YOU?!
I'M STILL HUMAN
THE GUEST
BLOODY
YOU
FIRST HEARD
SUICIDAL THOUGHTS
THE TRAP
SHE'S BACK
MOM
WILLIAM Part 1
WILLIAM Part 2
WILLIAM part 3
WILLIAM Part 4
WILLIAM Part 5
WILLIAM Part 6
DESIRE
RUN
BETRAYAL
LOST MIND
DARK SIDE OF YOU
THE GLASS PRISON
MIDNIGHT CONFIDENCE
I'M HERE FOR YOU
SHOOT
BEYOND THE CAPABILITY
ONLY YOU
STILL WANT YOU
RUN AWAY
ESCAPE
BRING YOU HOME
THE HIDDEN PATNER
FRIEND OR FOE?
SEARCH FOR TRUTH
APPROACHING THE FINAL TIME
EXPLOSION
RESISTANCE
LOST IN THE DEEP BLUE
BEAUTIFUL ENEMY
YOUR HEART IS MINE
FIRST STRIKE
FOR YOU DAD
HEART
INTENTIONS
HIDEAWAY
SOMEONE IN THE DARK
UNDER THE FULL MOON
THE NIGHTMARE
THE TEARS
ANGELS FROM THE DEEP BLUE
BAIT
THE SOUND OF THE SEA
BLOODY NIGHT
WHEN I MEET YOU AGAIN
BITE
PREDATORS
ARRIVAL
DESTRUCTION
COLLISIONS
INCURSION
SHE
ANOTHER HEART
AT THE END OF THE NIGHT
OUR LAST MOMENT?
SURGE OF THE SEA
WHY DID YOU GO?
MISSING YOU
THEIR MERMAN
BONUS
Ngoceh

EMBODIMENT

3.6K 316 10
By gazella05ezra

Mereka memutuskan untuk mengambil arah ke selatan agar lebih cepat tiba di tujuan. Di pusat penelitian Oseanografi yang letaknya sekitar sembilan mil dari kediaman keluarga Thompson. Rachel mengemudi cukup kencang menembus malam yang kian larut. Membuat aspal jalanan yang dilalui ban mobilnya tampak seperti lintasan balap di tengah sorotan cahaya lampu kendaraanya tersebut. Sementara itu, Kyle dan Anna, mereka tak bisa berhenti berpikir akan pertemuan yang begitu mendadak ini.

Anna masih ingat siapa Rachel Andrews. Ia ingat tentang Alexa Bages serta semua teman-teman Mermaidnya. Ia adalah penggemar berat mereka, bagaimana bisa ia lupa. Namun yang jadi persoalan adalah, ia cukup terkejut dengan kemunculan wanita itu. Terutama saat nama Sean disebut-sebut di awal perbincangan mereka beberapa saat lalu.

"Sepertinya kau masih bingung dengan kedatanganku." Kata Rachel mematahkan kesunyian mereka.

"Maaf, aku hanya.. hanya tidak menyangka bisa bertemu dengan anda tiba-tiba begini. Terutama ini menyangkut Sean." Ujar Anna kikuk.

Rachel tersenyum. "Aku juga tak menyangka akan berurusan dengan gadis cilik favorit Alexa." Katanya.

Anna sedikit tersipu mendengar nama wanita yang ia kagumi disebut. Namun ia tak berkomentar apapun untuk menanggapinya. Ia hanya berpaling ke jendela, pikirannya tak bisa berhenti menimbang-nimbang sebelum Kyle tiba-tiba mengajukan pertanyaan. Mencondongkan diri ke depan di sela-sela kursi Anna dan wanita itu.

"Sebenarnya, bagaimana anda tahu tentang Sean? Maksudku, bagaimana anda mengenal dia?" Tanyanya antusias.

"Aku mengenal Sean jauh sebelum kalian mengenalnya." Jawab Rachel. "Hubungan kami memang tidak terlalu dekat, tapi aku, sudah mengenalnya sejak ia, kecil." 

"Sejak Sean-kecil?"

"Aku memiliki hubungan spesial dengan pamannya, Tommy Bages."

"Paman? Berarti, anda bibinya Sean?!"

"Anggap saja begitu. Belum resmi memang, tapi hubunganku dengan Tommy cukup serius. Hubungan yang tumbuh saat aku berteman dengan Alexa, saudara perempuan Tommy."

"Saudara?" Anna berpaling, menatap kembali wanita itu.

"Ya, saudara. Kita baru saja menyinggungnya. Dia ibunya Sean bukan? Alexa Bages." Jelas Rachel.

'Ibunya Sean?'

Anna tak bisa percaya dengan apa yang baru melintas di telinganya. Kalimat yang keluar dari mulut perempuan itu. Tentang Alexa, Mermaid Alexa, ibunya Sean?! Yang benar saja! Dentuman keras seperti mengguncang hatinya seketika. Pikirannya, entahlah, mendadak kembali ke saat di mana ia bercerita banyak hal mengenai wanita itu pada Sean. Tentang pertemuannya dengan mermaid Alexa, dan juga, tentang pembunuhan itu.

"Tidak mungkin mermaid Alexa, maksudku Alexa Bages adalah ibunya Sean."

"Dia orang tua Sean." Tegas Rachel.

"Tapi, tapi aku tidak pernah menemukan keterangan apapun di profil Sean yang menyatakan Alexa Bages adalah ibu..-"

"Bukankah yang kau temukan adalah keterangan kalau Sean yatim piatu?" Sela Rachel sekali lagi. "Dia yatim piatu, karena Alexa, wanita yang menghilang sekitar sepuluh tahun itu,  adalah ibunya. Aku tidak bisa memberi keterangan lebih lanjut mengenai apa yang terjadi pada ayahnya, tapi itulah kenyataan tentang ibunya, tentang sahabatku Alexa. Dia ibu kandung Sean."

Anna menoleh ke belakang kembali pada Kyle. Pemuda itu menepuk-nepuk kecil bahu Anna seakan memberi sedikit, ketenangan. Sementara Rachel sendiri melihat wajah gadis itu tiba-tiba memucat. "Kau tidak apa-apa, Anna?" Ia memperlambat laju mobilnya.

"Aku..-"

"Maaf, aku tidak percaya kita tiba-tiba membicarakan topik ini." Rachel tampak menyesal.

"Tidak-tidak, aku justru bersyukur dapat mengetahui ini." Anna menarik nafas panjang dan mencoba lebih tenang. "Terimakasih Nn. Andrews."

"Mungkin aku yang harusnya berterimakasih pada kalian karena telah menjaganya beberapa hari ini. Sean. Jika bukan kalian yang menemukannya saat itu, aku tidak tahu apa yang terjadi." Rachel memijak pedal gasnya lagi. "Dan untuk Alexa, kuharap aku bisa segera bertemu dengannya. Semoga dia baik-baik saja di luar sana."

-

Sekitar dua puluh menit setelah itu, mereka akhirnya tiba di sebuah pusat penelitian kelautan yang letaknya sekitar lima ratus meter dari bibir pantai sebelah barat. Gedung itu tampak lebih besar dari perkiraan. Di sekelilingnya terdapat tembok-tembok yang menjulang hampir tiga meter. Terdapat pula hamparan tanah lapang di sekitarnya tanpa ada satu jenis pohon pun yang seolah memberikan pemandangan langsung ke laut tanpa halangan apapun.

Beberapa meter dari gerbang utama, Rachel berhenti tak jauh dari petugas-petugas keamanan yang saat itu tengah berjaga. Beberapa pria berperawakan besar lengkap dengan seragam dan senjata tugas mereka. Orang-orang yang langsung  mengamati kedatangannya, tengah malam begitu.

"Sekarang bagaimana?" Tanya Kyle.

"Tentu saja kita akan masuk." Anna membenahi jacketnya dan bersiap untuk turun sebelum Rachel tiba-tiba menahan lengannya.

"Kurasa mereka tidak akan sembarangan menerima tamu. Jangan terburu-buru." Ujar wanita itu. Pandangannya dengan waspada mengamati sudut-sudut lain tempat itu.

"Aku akan bicara dengan mereka. Aku yakin mereka tidak akan menolak jika tamu itu adalah aku." Sahut Anna saat teringat betapa besar kekuasaan Nathalie Miller, ibunya, terhadap proyek ini. Setidaknya, jika benar tempat ini dikelola oleh James Brenner, pastinya pria itu akan meluangkan waktu untuk mengobrol dengannya meski hanya sebentar.

"Oke, aku akan ikut denganmu Ann." Kyle bersiap untuk turun pula.

"Tidak, tunggu, ini tidak semudah yang kalian pikirkan." Sekali lagi Rachel menghentikan keduanya.

"Lalu harus bagaimana?"

"Biar aku yang berbicara dengan mereka. Kalian tetaplah di sini, oke?"

Anna dan Kyle saling berpandangan.

"Ayolah, aku tidak akan mengecewakan." desak Rachel.

"Oke-oke, ya, kami akan tunggu."

"Terimakasih." Wanita itu kemudian membuka pintu mobilnya dan turun dari sana. Anna dan Kyle bisa melihat sisi belakang tubuhnya. Ia berjalan santai menghampiri salah seorang petugas keamanan. Dengan ramah menyapa dan memulai perbincangan. Sesekali, ia tertawa kecil, menyibak rambutnya ke belakang seolah memamerkan garis tegas wajah eloknya yang masih cukup menawan untuk orang seusianya.

"Apa yang dia katakan pada pria-pria itu?" Bisik Kyle.

"Trik wanita." Anna bersandar lebih santai.

Beberapa menit setelahnya, Rachel akhirnya kembali ke mobil. Wajahnya tampak berbinar, ia hanya tersenyum ketika Anna dan Kyle bertanya apa yang di katakannya pada para penjaga. Dan, apakah mereka benar-benar diijinkan masuk.

"Ya, kita diijinkan masuk." Jawabnya membuka pintu mobil, duduk di kursi kemudi lalu menancapkan gasnya melewati gerbang tersebut menuju ke area dalam.

Tepat di pintu utama, mereka pun turun dari mobil. Rachel memimpin langkah memasuki bangunan itu. Tempat itu cukup sunyi. Hanya ada seorang penjaga wanita yang sibuk di meja depan dan membolak-balik beberapa lembar dokumen ditemani secangkir kopi. Matanya seketika melirik ke arah Rachel, Kyle dan Anna saat ketiga orang itu mendekatinya.

"Dia akan turun lima menit lagi. Kalian bisa pergi mengikuti selasar utama dan menunggu di ruangan yang paling ujung." Ujarnya memberi arah ke sebuah koridor panjang tak jauh dari sana. Sementara tangan kirinya baru saja meletakkan ganggang telepon, seolah baru menerima pesan dari penjaga di depan.

"Terimakasih." Jawab Rachel melewati penjaga itu.

Mereka berjalan menyusuri koridor, berbelok ke kanan lalu melewati loby utama dan berjalan menuju ke koridor kedua. Sebenarnya, terdapat banyak pintu di sisi kanan dan kirinya. Pintu digital yang tertutup rapat. Seolah tak memberi kesempatan untuk nyamuk pun masuk. Kyle memperhatikan setiap sudut tempat itu, dan, semua cctv yang terpasang di langit-langit. Sementara Anna, berbalikan dengan saudaranya, gadis itu hanya memperhatikan Rachel yang kini berjarak dua langkah di depannya.

"Aku penasaran apa yang anda katakan pada mereka?" Tanya Anna. "Apa benar James Brenner, ada di sini?"

"Mereka tidak mengatakan apa-apa mengenai James Brenner. Mereka hanya akan mempertemukan kita pada pimpinan tempat ini." Jawab Rachel santai.

"Sepertinya anda berhasil mengguncang mereka." Sahut Kyle. "Kupikir tidak akan mudah menemui orang penting di sini, apalagi, tengah malam begini."

"Kekasihku Tommy rupanya memiliki koneksi kuat dengan orang-orang di tempat ini. Dia juga seseorang yang ahli kelautan kan? Perkiraanku tepat kalau membawa-bawa namanya dapat membuat kita memiliki akses berkunjung kemari, malam-malam begini." Ia tersenyum bangga.

Tak lama mereka akhirnya tiba di ruangan yang di maksud. Masuk ke sana dan memandangi sejenak tempat itu. Tak ada siapapun di sana. Hanya ada beberapa perabot seperti sofa, meja dan rak yang di tata rapi. Seolah memang diperuntukkan untuk tamu yang tengah berkunjung.

Rachel menghampiri sofa dan duduk dengan santai, sedangkan Anna, kini giliran ia yang tak bisa lepas memperhatikan setiap selasar di depan ruangan itu.

"Jika dugaanmu benar, kira-kira, di mana mereka menyembunyikan Sean?" Bisik Kyle pada gadis itu.

"Mana kutahu. Tempat ini sangat besar." Gumam Anna. Ia mengincar salah satu koridor panjang dari terusan koridor yang tadi mereka lalui.

"Nn. Andrews.." Katanya kemudian pada Rachel yang duduk menyilangkan kaki.

"Ada apa?"

"Kurasa aku harus pergi ke toilet."

"Toilet?"

"Ya, perutku sepertinya mengalami gangguan." Katanya sembari mengusap-usap perutnya.

"Baiklah, kau bisa kembali ke penjaga di depan untuk menanyakan di mana toilet terdekat."

"Ya, aku tahu." Anna tersenyum kecil dan segera meninggalkan ruangan.

Gadis itu kembali menyusuri koridor. Namun bukan koridor yang tadi mereka lalui, melainkan koridor baru yang ia lihat barusan. Kyle hanya menatapnya curiga setelah mereka saling melakukan kontak mata. 'Aku akan melihat-lihat sebentar. Siapa tahu ada sesuatu, yang mencurigakan di sini.' Entah saudaranya dapat membaca pesan itu atau tidak, yang pasti, Kyle harusnya ingat niat terselubung mereka mendatangi gedung itu.

Anna berjalan pelan melewati pintu demi pintu. Tempat itu benar-benar sunyi, tak ada seorang pun di sana. Hanya cctv yang menoleh ke sana kemari memantau ke setiap sudut. Anna tahu mungkin sepasang mata, atau lebih, sedang mengawasinya sekarang, namun ia sudah menyiapkan semua itu. Ia akan berkelit jika mungkin mereka menghentikannya. Toilet, ia akan bilang kalau ia sedang mencari toilet, ia ingin kembali ke penjaga di depan untuk bertanya di mana toilet namun justru kehilangan arah. Entahlah, semua koridor terlihat sama. Ia akan membela diri dengan skenario sederhana itu jika ia, tertangkap basah.

Sesekali ia mengintip melalui kaca persegi di pintu-pintu. Namun ia tak menemukan apapun di sana. Satu ruangan hanya terdapat sebuah layar-layar besar dengan peta geografis samudera Atlantik yang tertempel di dinding, sementara ruangan lain hanya ada peralatan-peralatan penelitian yang sama sekali tak ia mengerti. Anna menghembuskan nafas panjang melewati deretan ruangan itu ketika tiba-tiba ia mendengar sesuatu tak jauh dari sana. Suara, raungan.

Terdengar suara raungan parau dari salah satu ruangan beberapa puluh meter dari tempatnya berdiri. Suara yang tak pernah ia dengar sebelumnya. Jelas itu adalah suara binatang. Namun, ia tak bisa menebak binatang apa yang dikungkung di bangunan megah ini.

Anna berjalan perlahan menghampiri ruangan itu. Jujur ia sedikit takut, suara itu membuat bulu kudunya berdiri. Semakin lama terdengar semakin jelas. Entah keputusannya mencari tahu asal suara itu benar atau tidak, ia hanya mengikuti rasa penasarannya saja.

Gadis itu sampai di depan ruangan dan perlahan-lahan membuka pintunya. Jantungnya berdebar semakin kencang manakala suara raungan itu terdengar makin keras dan keras. Binatang buas itu seolah bergelut dengan rasa sakit dan amarahnya. Terdengar menyeramkan, namun juga memilukan.

Tak selang beberapa saat ketika ia masuk lebih jauh ke dalam, ia semakin dibuat terkejut dengan apa yang tertangkap matanya. Sesuatu, dari asal bunyi tersebut. Mahkluk, besar, di dalam sebuah kubus kaca raksasa. Mahkuk setengah ikan dan setengah manusia namun dengan wajah, yang begitu mengerikan.

'Duyung? Astaga!'

Anna tak percaya dengan apa yang ia temukan.

...

Continue Reading

You'll Also Like

2K 422 11
(karya dua hari jadi) Setiap dari kamu adalah pelaut. "Hobimu menyelami lautan maknakan? Sudah tertebak, haha." © 2020 Pemain Sepi
18.3K 2K 39
SUDAH LENGKAP "Sesama pelayan, tidak harus saling mengintimidasi, bukan?" Alexa setuju dengan pernyataan tersebut, tapi pernyataan kedua ia tolak men...
2.3K 267 12
"GAK, GAK MUNGKIN, JELAS JELAS GW HABIS TEMPUR SAMA JEJE!! KENAPA GW DI ERA KUNO GINIAN!!??" - KARISMA SETYAPUTRA Bakwan : Fight Back X Viva Fantasy ...
1.1M 72.5K 46
Daddyyyyyy😡 "el mau daddy🥺"