SEPTIHAN

By PoppiPertiwi

54.3M 4.2M 4.2M

Selamat membaca cerita SEPTIHAN: Septian Aidan Nugroho & Jihan Halana BAGIAN Ravispa II Spin Off Novel Galaks... More

SEPTIAN AIDAN NUGROHO
1. RAVISPA!
2. SELAMAT BERJUANG, JIHAN
3. AVEGAR! PENGKHIANAT SMA GANESHA
4. ONE BY ONE
5. SEPTIAN JELEKKKK
6. KEJUTAN PAGI
7. RASA YANG BERBEDA
8. KARENA TERPAKSA
9. DIA PERNAH SINGGAH LALU MENJAUH BEGITU SAJA
10. DIA TIDAK CINTA KAMU
12. DIA YANG SEDERHANA
13. SEBASTIAN: SEBATAS TEMAN TANPA KEPASTIAN
14. EUFORIA
15. PERASAAN BARU
16. KEPINGAN
17. CEMBURU
18. UNTUK YANG PERTAMA
19. KITA
20. FEELING + MNG
21. PERGI
22. AWAL BARU
23. KEMAJUAN PESAT
24. ISI KAMERA SEPTIAN? (1)
24. ISI KAMERA SEPTIAN (2)
25. KAMU MAU JADI PACAR SAYA?
26. DAY 1
27. KEJUTAN
28. MEMAAFKAN
29. PESTA
30. PROBLEM
31. TITIK AWAL
32. PERTANDINGAN BASKET GANESHA
33. HIS CHARACTER
INTERMEZZO: WARJOK, QNA & Trailer Story
34. RUANG FOTOGRAFI: Jihan?
35. AWAN
36. 9X - 7i > 3 (3x - 7u)
37. EVERYTHING I DIDN'T SAY
VOTE COVER NOVEL SEPTIHAN + VISUAL
38. FILOSOFI MAWAR, BUNNY & RASA SAKIT (1)
38. SEPTIAN, THALITA & JIHAN + INFO NOVEL SEPTIHAN(2)
38. EXCLUSIVE: BERJUANG (3)
39. EXLUSIVE: 520 & PERAHU KERTAS : NOVEL SEPTIHAN
40. EXLUSIVE: PERINGKAT PERTAMA | JIHAN HALANA (SELESAI)
1. EXTRA PART SEPTIHAN: DISTRO SEPTIAN AIDAN NUGROHO
2. EXTRA PART SEPTIHAN: PERAYAAN UNTUK SEPTIAN AIDAN NUGROHO
3. EXTRA PART SEPTIHAN: LANTAI 80 || A SKY FULL OF STARS
4.1 EXTRA PART SEPTIHAN: PARADE KUMPUL RAVISPA [RULES OPEN RPPI]
4.2 EXTRA PART SEPTIHAN: SUIT & LUXURY
4.3 EXTRA PART SEPTIHAN: PODIUM
4.4 EXTRA PART SEPTIHAN: RESTU
4.5 EXTRA PART SEPTIHAN: MENGERTI?
4.6 MENENANGKANNYA
4.7 EXTRA PART SEPTIHAN: TENTANG WAKTU
4.8 EXTRA PART SEPTIHAN: BETTER BELIEVE ME
4.9 EXTRA PART SEPTIHAN: DITERIMA

11. TERNYATA TIDAK UNTUKKU

930K 78.5K 49.7K
By PoppiPertiwi

11. TERNYATA TIDAK UNTUKKU

Ironi ketika aku mengharapkan kamu yang jelas-jelas tidak bisa aku miliki.”
— Jihan Halana

“WUSSSHHH!” Jihan lewat di depan Septian membuat cowok itu terkejut sampai mundur. Cewek ini benar-benar menguji batas kesabarnya.

“Siapa tuh? Kayanya tadi ada orang deh? Manusia bukan? Manusia apa manusia aja nih?” tanya Jihan pura-pura tidak melihat Septian. Cowok itu sedang berdiri di belakangnya sambil menatap cewek itu dengan pandangan aneh.

“IH NGERI DEH! SIAPA TUH? Mahkluk yang namanya Septian itu ya?” tanya Jihan.

“Ih terang banget deh kaya masa depanku!” ujar Jihan lalu cewek itu cengengesan.

“SEPTIAN YUHUUU!” ujar Jihan di depan Septian. “Kok enggak ada sih anaknya?”

Apa banget nih cewek gak jelas amat? Batin Septian.

“Eh Septian. Maafin aku yang kemarin dong,” ujar Jihan menyenggol lengan cowok itu.

“Maafin ya? Yayayaya? Tian baik deh.”

“Jangan panggil gue Tian. Panggil yang bener,”ujar Septian.

“Kan udah dibilang. Tian itu panggilan dari aku aja,” ucap Jihan. “Biar so sweet gitu.”

So sweet matamu,” jawab Septian ketus.

Cowok itu lantas berjalan melewati Jihan sambil menenteng tasnya di pundak kanan. Tidak lagi berbicara seperti tadi. Segala panggilan, sebutan bahkan perkataan Jihan sengaja Septian abaikan. Membuat Jihan terus-terusan mengoceh di sebelahnya sampai Septian membalas ucapannya.

“Tian masa kemarin aku mimpiin kamu... meninggal,” ujar Jihan.

“Terus kena azab. Azab orang suka nyuekin orang. Azab orang yang gak pernah bales perasaan orang. Azab orang gak peka....”

“Meninggal bukan bercandaan. Isi kepala lo itu kebanyakan sinetron,” ujar Septian masih tetap tenang.

“Maaf, tapi katanya kalau mimpiin orang meninggal itu artinya dia panjang umur. PANJANG UMUR SEPTIANNNN!!” teriak Jihan di samping Septian seperti mengucapkannya pada teman yang sedang berulang tahun.

“Tian tau gak apa bedanya—”

“Septian hari ini jadi bahas lomba?” ujar Thalita tiba-tiba saja nongol di samping Septian membuat posisi mereka menjadi Jihan, Septian dan Thalita. Cowok itu berada di tengah-tengah.

“Jadi.” Manis. Itulah kesan saat Jihan mendengar suara dari mulut Septian ketika berbicara pada Thalita. Tidak seperti padanya tadi.

“Ajegilee Sep! SATU-SATU DONG SEP! Jangan lo embat semuanya,” ujar Jordan. Cowok itu sudah tiba sepagi ini di sekolah. Jordan sedang bersender di pilar sambil memperhatikan ketiganya bersama Nyong.

“Tau nih harusnya kan milih gue aja ya kan Dan?” ujar Jihan pada Jordan.

“Ngegas amat Han,” ujar Jordan sambil tertawa. “Inget ngerem nanti nabrak. Bisa sakit hati. Asep ceweknya banyak.”

“IH SUMPAHHH DAN?” ujar Jihan lalu cewek itu menuju pada Jordan—melupakan Septian begitu saja. Septian mengerutkan keningnya dengan tipis. Dia ditinggalkan bersama Thalita. Menatap Jordan dan Jihan berdua di depannya.

“Serius, gue sering pinjem hapenya Asep buat main game karena grafiknya bagus. Biasalah hape orang mahal. Terus gue enggak sengaja liat-liat,” ujar Jordan pada Jihan.

Menjadi orang humoris seperti Jordan dan Jihan itu pasti menyenangkan. Punya banyak teman. Bisa dengan mudah mengekspresikan perasaannya kepada siapa pun. PD. Juga penuh ekspresif. Kadang Septian juga ingin seperti itu tapi cowok itu tidak bisa. Septian tetaplah Septian yang pendiam, tertutup, tidak suka basa-basi apalagi membagi masalahnya dengan orang lain. Septian adalah jenis laki-laki yang tidak suka membuat orang susah karenanya. Cowok itu sebisa mungkin bertanggungjawab dengan masalahnya sendiri. Tanpa melibatkan orang lain.

Biasa ketika ada orang yang ingin menjadi seperti kita. Dia tidak tahu bahwa kita juga ingin seperti dia.

“Siapa aja sih Dan yang chat Tian? Gue ada enggak di sana?” tanya Jihan kepo pada Jordan.

“Ada tapi lo paling bawah,” goda Jordan.

“IHHHHH??? KOK GUE PALING BAWAH?” Jihan mencubit Jordan membuat cowok itu mengaduh sambil tertawa.

“Bercanda gue Jihan. Segitu aja lo marah pake teriak-teriak. Lo paling atas. Udah puas? Puas? Jangan nyubit-nyubit terus woi!” ujar Jordan menghindar dari Jihan.

“Kenapa lo Sep? Ngeliatinnya gitu amat. Kalau cemburu tuh bilang jangan diem,” ujar Jordan.

“Lagian cemburunya kok sama gue?” ujar Jordan lagi. “Gak level lah Sep.”

“Eh kok gue menistakan diri gue sendiri?” ujar Jordan pada dirinya sendiri.

“Udah-udah, jangan lo gituin terus Asep,” ujar Nyong.

“Inget Dan nanti ada ulangan. Baik-baikin dia. Hati-hati lu remedi sendiri nanti gak ada yang bantuin,” ujarnya lagi.

“Buaya makan paya. Iyaiyaiya,” ujar Jordan

“Di langit ada tomat. Sengit amat,” balas Nyong tidak mau kalah.

“Emang Septian cemburu? Enggaklah mana mungkin. Dia kan gak suka sama gue. Iyakali Septian suka sama gue,” ujar Jihan membuat Jordan jadi tersenyum aneh pada Septian. Seolah menertawakan cowok itu.

“Kalau gitu jadi gebetan gue aja yuk Han? Mumpung gue sama Lala baru putus nih,” ujar Jordan.

“Enggak mau ah! Gue gak suka makan temen,” ujar Jihan.

“Eh kan Lala yang minta putus. Emang Lala masih cinta sama gue?” tanya Jordan.

“Lo pikirlah sendiri Dan!” ujar Jihan. “Lo diputusin tuh biar mikir, biar enggak nyia-nyiain cewek baik!”

“Yah kan mana gue tau. Gue lagi jalan tuh sama Wenda. Ada Bams juga. Trus jadi salah paham sama Lala trus besoknya putus deh,” ujar Jordan.

“Salah lo sih keseringan jalan sama cewek. Jalan kegep. Jalan kegep. Giliran dimaafin malah makin parah,” ujar Jihan.

“Iya udahlah juga cewek banyak di dunia ini,” ujar Jordan. “Adik kelas banyak tuh nyari gue. Guenya aja males ladenin. Kalau mau gue seriusin juga nih.”

“ASTAGA TOBAT LO BUAYA!” ujar Jihan. “ALIGATOR-ALIGATOR KAYA LO NIH HARUS DIBUMI HANGUSKAN BIAR PUNAH SEPUNAH-PUNAHNYA!” seru Jihan membuat Jordan tertaw.

Septian tidak menghiraukannya lagi. Cowok itu masuk ke dalam kelas disusul Thalita. Ketika masuk Septian melihat Guntur, Oji dan Bams sedang kejar-kejaran. Tau rebutan apa? Rebutan pulpen. Padahal isi tuh pulpen udah sekarat abis.

“GUE DULUAN WOI!” ujar Guntur. “Gue nemu nih di bawah meja Fifi!”

“Buat gue aja! Punya Fifi tuh biar gue kembaliin,” ujar Bams. Dasar bucin. Padahal gak pernah jadian.

“Gue duluan yang liat! Jadi buat guelah!” ujar Oji.

“Pulpen habis aja rebutan,” komentar Galaksi ketika masuk kelas. Cowok itu melihat Septian dengan anteng duduk di mejanya.

“Lo juga Tur. Tajir melintir tapi beli pulpen aja gabisa,” ujar Galaksi.

“Wasap Bro?” sapa Galaksi pada Septian. “Mukanya jutek bener. Itu cewek lo lagi di depan digodain Jordan. Relain jangan?”

“Apa Lak?” ujar Septian. Cowok itu mengambil buku dan mulai menaruhnya di laci meja.

“Itu tuh si Jihan. Suaranya bagus ya dia? Kaya anak kecil gitu gue suka dengernya. Kenapa gak lo ajakin nyanyi bareng?” ujar Galaksi.

“Ngapain juga?” ujar Septian. “Dia bukan siapa-siapa gue.”

“Iyain dah biar fast,” ujar Galaksi mengeluarkan kata-kata yang lumrah dipakai anak-anak Ravispa.

“Gue keluar dulu,” ujar Septian membuat Galaksi mengangguk. Saat keluar Septian bisa melihat Jihan dan Jordan sedang bercanda bareng. Kalau dilihat-lihat Jordan memang cocok dengan banyak cewek dan itu termasuk juga dengan Jihan.

“SEPTIANNN! Mau ke mana?” teriak Jihan. Perempuan itu tanpa ba-bi-bu langsung meninggalkan Jordan.

“Septian ih! Mau ke manaaaaaa?!” ucap Jihan makin cerewet.

“Jihan?” panggil Septian. Suaranya tetap berat.

“APA??” jawab Jihan saking semangatnya ketika Jihan berhasil menyusul Septian.

“Kalau gue punya pacar lo bakal berhenti kan ngejar-ngejar gue?” pertanyaan Septian membuat Jihan terdiam. Hal pertama yang dirasakan Jihan adalah sakit hati tapi perempuan itu tetap diam di samping Septian.

“Lo bilang lo suka sama gue. Bisa lepasin gue?” ujar Septian membuat Jihan menggeleng.

“Enggak mau. Emangnya Septian udah punya pacar?” tanya Jihan. Meski menyesakkan namun Jihan harus tetap bertanya.

“Kalau gue bilang bakal gue punya lo bakal berhenti kan?”

“Septian gak boleh boong... boong itu dosa. Septian kan enggak pernah boong,” eles Jihan. Nadanya melembut. Tatapan sendu Jihan benar-benar membuat Septian tahu bahwa perempuan ini benar-benar terluka dan suma padanya. Mungkin sudah tergila-gila.

“Gue serius, Jihan.” Mendengar suara Septian yang kelewat serius membuat Jihan menghela napas.

“Septian kalau punya pacar nanti Jihan sama siapa?” tanya Jihan.

“Masa iya sama Jordan? Jihan kan sukanya sama Septian,” ujar Jihan lagi.

“Tapi gue enggak suka sama lo,” balas Septian.

“Septian kenapa sih?” Jihan mengguncang lengan cowok itu.

“Lo gak boleh kaya gini terus, Jihan. Jadi cewek manja, cerewet, over PD, ngejar-ngejar cowok terus. Lo kira bagus? Lo kira gue bakal suka sama lo?” tanya Septian.

“Jawabannya enggak. Bukannya suka. Gue makin enggak suka sama lo,” tutup Septian.

****

“Jihan?” seseorang menyapa Jihan. Cowok tinggi dengan badan tegap itu langsung duduk di depan Jihan. Cewek itu sudah menghabiskan 3 mangkuk bakso di istirahat kali ini. Ada 3 gelas es teh juga di atas meja. Jihan menatapnya. Terpesona sebentar karena wajah bule cowok itu lalu menelan baksonya dengan cepat-cepat.

“Pelan-pelan,” ujar cowok itu membantu Jihan memegang es teh yang dipegang Jihan karena cewek itu tersedak pelan.

“Kenapa? Tumben banget lo Zaki,” ujar Jihan.

Zaki Matthew. Cowok keturunan Indonesia campur negara barat. Warna matanya hijau terang. Tinggi, putih, dan bersih. Dia adalah anak kelas XII IPA 1. Pintar sudah jelas. Rajin? Sudah tentu. Dia berada diperingkat ketiga juara umum. Di pertama ada Septian, Kejora lalu Zaki. Di pelajaran Zaki adalah rival Septian meski Septian tidak pernah menganggapnya musuh. Biasanya Septian dan Kejora bertukar tempat kadang Kejora juara satu dan Septian juara dua sementara Zaki tetap di nomor tiga. Tidak pernah pindah-pindah selama tiga tahun. Tapi dibidang lomba Zaki tidak pernah seberuntung Septian—yang selalu dipanggil padahal Zaki juga sama pintarnya.

“Iya nih gue mau makan. Tapi masih rame ngantri di Mang baksonya jadi gue duduk di sini dulu,”ujarnya membuat Jihan manggut-manggut.

“Makannya banyak banget. Nanti sakit perut lo pas di kelas,” ujar Zaki.

“Lo diem deh. Gue lagi patah hati nih!”

“Septian?”

Jihan tidak menjawab tapi Zaki tahu pasti Septian lah masalahnya. Anak SMA Ganesha mana yang tidak tahu kalau Jihan ngejar-ngejar Septian? Kadang Zaki berpikir. Perempuan ini punya berapa lapis rasa malu di dalam dirinya? Kok bisa-bisanya ngejar cowok yang bahkan selalu cuek dan gak peduli sama dia?

“Patah hati emang wajah, Han,” ujar Zaki.

“Tau ah gue males kenapa sih cowok itu gak pernah suka sama gue? Kenapa dia malah suka sama cewek lain sih? Gue kan jadi KEPO! Lo tau gak sih Zak? Gue pengin nanya sama dia siapa cewek yang dia suka tapi gue lagi marahan sama dia jadi gak bisa! IH SEBEL BANGET!” ujar Jihan.

Zaki mengangkat alisnya. “Septian suka sama cewek?”

“Katanya sih gitu. Beruntung banget yah tuh cewek? Gak perlu repot-repot. Septian udah suka sama dia. Sementara gue? Miris,” ujar Jihan.

“Yakin Septian suka sama cewek lain?” ujar Zaki. “Kan dia gak pernah ada kabar sama cewek. Kok tiba-tiba?”

“Mana gue tau! Udahlah jangan ngomongin itu bikin gue sakit hati aja!” Jihan misuh-misuh sendiri.

“Paling dia suka sama Thalita. Udah ketebak banget. Ngomongnya sama Thalita halus banget. Kalau sama gue? Halah boro-biri. Mana pernah dia kaya gitu.”

“Carilah cowok lain. Masa cuman Septian yang lo suka?” ujar Zaki. “Semisalnya gue gitu. Siapa tau lo suka sama gue juga?”

Jihan mengernyitkan dahinya. “Ihhh apaan sih? Dateng-dateng ngegombal,” ujar Jihan tertawa.

“Nah gitu dong ketawa. Kan cantik,”  ujar Zaki.

****

Bel pulang sekolah berdering. Membuat Septian masuk ke dalam kelas Jihan yang sudah kosong. Cowok itu menghela napas dan duduk di samping Jihan—tepat di bangku berbeda yang sejajar dengan bangku Jihan. Perempuan itu sedang menelungkupkan kepalanya di meja. Mungkin sadar atau tidak sadar dengan kehadiran Septian di dekatnya.

“Mau sampe gerbang di kunci lo di sini?” ujar Septian. Dingin dan ketus. Begitulah Septian ketika bersama Jihan.

“Gue disuruh Jordan ke sini. Lo ngapain masih di kelas?”

“Urusan kamu banget?”

“Kalau bukan karena temen-temen gue juga gue gak mau nyamperin lo ke sini,” ujar Septian.

“Iya, iya. Jahat banget sih gak punya hati ya? Gak tau orang lagi patah hati apa?” jawab Jihan tapi wajahnya masih tertutup tumpukan tangan. Ada kertas di bawahnya.

Septian mengambil kertas ulangan Jihan. Cowok itu terdiam melihat angka yang ada kertas ulangan essay Jihan. Jihan memang termasuk cewek pemalas dan bodoh di kelasnya. Walau dia wakil ketua kelas. Tetap saja urusan pelajaran Jihan itu selalu kalah dari teman-temannya. Septian melipat ulangan Jihan. Ulangan Matematika dengan angka 1 bertuliskan dengan tinta merah dan sengaja ditulis besar.

“Lo dapet 1 ulangan Matematika?”

“Kenapa emangnya? Itu juga nyontek semua sama Febbi,” ujar Jihan. Jujur pun pasti tak ada artinya di mata Septian. Jihan itu sudah termasuk buruk dalam kategori cewek yang bisa Septian suka. Bisa jadi sudah ter-blacklist dari daftar calon pacar Septian karena tidak pintar.

“Segini aja lo gak bisa?”

“Bodo amat dibilang bego,” ucap Jihan.

“Katanya mau jadi pacar gue. Masa segitu aja udah nyerah?” ujar Septian membuat Jihan langsung bangun. Duduk menatap Septian. Ekspresinya kaget banget.

“Jadi maksudnya Tian yang tadi pagi itu Jihan? Yang bakal jadi pacar Septian itu... JIHAN? JIHAN? JIHAN INI? JIHAN HALANA???” Jihan mulai histeris.

“Gue bilang dapet peringkat satu dulu baru jadi pacar gue,” ujar Septian.

Cowok itu senyum. SENYUM GAIS SENYUM!! OKE BIAR LEBIH MERIAH. DIA SENYUM GAISSSSS SENYUMMMM!!

“Jadi Septian enggak punya pacar kan? Kan? Kan?”

“Ih terus yang tadi pagi itu siapa? Jangan buat orang kepo dong!”

“SEPTIANNN!”

“Bangun trus pulang. Habis itu langsung belajar mecahin soal-soal ulangan ini. Nanti gue telpon trus lo harus ke rumah gue. Bawa buku, bawa tas, bawa pulpen. Bawa juga soal ulangan ini,” ujar Septian membuat Jihan melongo berat.

Jihan lalu menempelkan tangannya di dahi Septian, “Perasaan normal enggak panas.”

“Gue gak sakit,” ketus Septian. “Lo tuh yang sakit. Sakit jiwa,” ujar Septian.

“YAA MAAP,” ujar Jihan cengengesan. “Bener nih ya?”

“Hm.”

“Septian? Boleh bawa boneka gak?”

Septian hanya diam keluar dari kelas meninggalkan Jihan.

“Septian? Entar boleh bawa makanan gak buat kamu?”

“Septian entar boleh bawa bunga gak buat kamu?”

“Septian—”

“Kalau masih banyak omong gue batalin,” ancam Septian berhasil membuat Jihan mingkem.

“EH IYA-IYA AMPUN KANG! AMPUN,” ujar Jihan.

“Jangan sampe terlambat. Gue gak suka orang gak disiplin,” ujar Septian.

“Njih kakanda,” ujar Jihan.

Septian melenggang pergi. Meninggalkan Jihan begitu saja yang sedang meremas kertas ulangannya. Bahagia.

****

“SPADAAAA! SEPTIANNN!” Jihan masuk ke dalam rumah Septian dengan suara toa. Cewek itu melihat ada botol aqua yang berdiri di meja dekat sofa. Membuat Jihan jadi tersenyum karenanya.

“Septian?”

“Ih, Septian. Gak usah repot-repot. Itu pasti buat aku kan? Ih jadi ngerepotin deh tapi kayanya itu enak deh,” ujar Jihan pada kue berplastik yang ada di atas meja.

Septian baru saja habis mandi. Rambut cowok itu di ujungnya sedikit basah. Cowok itu sudah menggunakan baju polo navy dengan celana pendek di atas lutut berwarna cokelat muda. Sumpah demi Tuhan ganteng banget. Bayangin aja sendiri.

“Hai Jihan? Akhirnya dateng juga,” suara lembut itu membuat Jihan menoleh. Ada Thalita? Jihan lalu memperhatikan sofa di kiri. Ada tas perempuan itu. Kedua bahu Jihan langsung turun. Entah kenapa semangatnya langsung hilang entah kemana mengetahui Thalita juga berada di sini. Jihan kira hanya berdua dengan Septian. Tapi harapan tak pernah seperti apa yang Jihan dapatkan.

“Loh Thalita udah dari tadi di sini?” tanya Jihan mencoba ramah pada perempuan itu.

“Udah kok, tadi sempet ngerjain soal juga,” ujar Thalita enteng.

“Jihan naik apa ke sini?” tanya Thalita.

“Angkot,” balas Jihan ketika Septian duduk di karpet bawah bersama Jihan dan Thalita yang dipisahkan oleh meja dekat sofa.

“Thalita sama Septian pacaran ya?” pertanyaan Jihan membuat Thalita tersedak sampai batuk-batuk.

“Cocok deh, yang satu pinter yang satunya lagi genius. Udah gitu sekelas lagi. Sering ketemu,” cengir Jihan namun tampak palsu di mata Septian.

“Enggak Jihan. Gue sama Septian cuman temenan,” ujar Thalita.

“Lo ke sini mau belajar apa mau muji gue sama Thalita?” ujar Septian dingin membuat Jihan tersenyum padanya.

“Septian gak boleh kaya gitu. Kalau enggak suka sama Jihan seengaknya lo gak boleh kaya gitu ke dia,” ujar Thalita dan itu berhasil menenangkan Septian. Jihan mengepalkan kedua tangannya mendengar kata-kata itu. Apa-apaan itu? Apa maksudnya dengan kata 'enggak suka' itu?

Ya Tuhan cobaan macam apa ini? Sekarang Jihan harus jadi obat nyamuk antara Thalita dan Septian? Yang benar saja?

“Kalian sering belajar berdua?” tanya Jihan namun diinterupsi seseorang.

Dulu delman
Sekarang dokar
Dulu teman
Sekarang pacarrr.
Hiyahiyahiya,” ujar Nyong.

“Eh... Neng Jihan,” sapa Nyong nyengir. Cowok itu datang dari pintu depan.

“WOIIII SEP! PESEN MAKANAN GUE LAPER NIIHHH! GOFOOD KEK ATAU GRAB!”  suara menggelegar Jordan dari depan terdengar.

“SAMA SEP GUE JUGA LAPER NIHH NUMPANG MAKAN DI RUMAH LU YAAA!!” ujar Bams dari depan.

Begitu kelimanyanya masuk. Galaksi, Jordan, Bams, Guntur dan Oji. Mereka melihat ada hawa-hawa dingin di ruang tamu Septian begitu melihat temannya didampingin dua perempuan. Yang satu Jihan dan satu lagi Thalita.

“Jadi kita mau kerja kelompok bareng. Enggak pa-pa ya Jihan?” ujar Thalita pada Jihan.

****

“Jihan belum pulang?” ujar Oji ketika melihat Jihan duduk di dekat kolam berenang rumah Septian yang ada di belakang pekarangan rumah cowok itu. Cowok itu napasnya bau rokok.

Rumah Septian sangat luas. Bisa jadi dua kali lipat dari rumah Jihan. Tinggal di sini sendiri pasti membuat cowok itu kesepian. Di belakang juga ada labirin panjang penuh liku, lapangan basket khusus dan tempat olahraga beserta alat-alatnya sementara di depan ada garasi yang bisa ditutup. Dan garasi itu ada banyak. Jihan tidak sempat menghitungnya.

“Belum masih nungguin Septian ngambil kunci mobil,” ujar Jihan karena Septian ingin mengantarnya pulang.

“Thalita sama Septian deket ya?” tanya Oji tiba-tiba.

“Iya... deket,”

“Lo enggak cemburu?”

“Cemburu....”

“Jihan?”

“Iya?”

Ketika Jihan menoleh. Oji sudah dekat dengan wajahnya. Cowok itu juga duduk di sampingnya. Jihan tidak bisa pergi apalagi berkutik ketika Oji memegang tangannya. Langit malam membuat Jihan ketakutan. Perempuan itu hanya diam, menatap Oji.

“Kenapa lo suka sama Septian? Kenapa bukan gue?” bisik Oji. Sebelah tangan cowok itu mengurai rambut Jihan ke belakang pundak perempuan itu.

“Lo suka gak sih sebenernya sama gue?” Oji makin dekat. Hampir menyentuh bibir Jihan.

Dari arah belakang. Seseorang menarik baju Oji. Membuat cowok itu terpaksa bangun. Lalu belum sepenuhnya sadar. Cowok itu merasa ada pukulan di wajahnya. Tidak keras tapi sakit karena tepat di titik wajah cowok itu. Suara pukulan itu dari Septian. Cowok itu telah memukul Oji. Temannya sendiri.

“Minta maaf,” suruh Septian menghardik Oji karena hampir melecehkan Jihan.

Seluruh teman-temannya yang sedang makan di ruang makan langsung berhamburan ke belakang setelah mendengar suara pukulan itu. Sekali melihat pun kelimanya tahu ada apa antara Septian, Jihan dan Oji.

“Udah-udah, jangan berantem. Kita mau begadang nih nonton bola sama main PS. Baikan-baikan,” ujar Jordan melerai Septian agar tidak lagi menyerang Oji. Sementara Galaksi menjauhkan Oji dari radar Septian.

“Ada apaan nih?” tanya Nyong.

“Oji mau nyium dia,” ujar Septian.

“Inget jangan berantem gara-gara cewek,” ujar Guntur.

“Kita itu temen. Jangan kaya gitu,” ujar Jordan pada Septian. Cowok itu sedang menatap Oji dengan sangat tajam. Tidak pernah Jihan melihat Septian semarah ini. Rasanya lutut dan sekujur tubuh Jihan lemas karenanya.

“Maaf, Sep. Gue cuman bercanda,” aku Oji.

“Bercanda apa lo khilaf?” ujar Septian.

“Keduanya,” ujar Oji tidak berani menatap Septian.

“Gapapa Han, tenang. Kita udah sering berantem kaya gini,” ujar Guntur menenangkan Jihan yang tampak takut dan terkejut hebat di tempatnya. Cowok kalau berantem itu pake fisik.

“Waktu itu Galak juga pernah berantem sama Jordan di rumahnya Galak gara-gara masalah sepele. Tenang aja Han, gak perlu takut,” ujar Guntur lagi menghibur perempuan itu.

“Lo juga kalau disuruh pulang tadi sore makanya mau. Jangan malah diem di sini sampe malem. Rumah cowok yang sepi kalau malem-malem itu bahaya buat cewek,” ujar Bams menyalahkan Jihan.

“Untung masih ada kita-kita di sini.”

“Udah Sep. Gue tau lo marah. Redam dulu emosi lo. Biar lo bisa mikir,” ujar Jordan mencoba menenangkan Septian. Perlahan pertahanan Septian mengendur tapi wajah kaku cowok itu menunjukan bahwa tidak semuanya baik-baik saja saat ini.

“Maafin Oji, Han. Dia cuman iseng,” ujar Jordan lagi. Septian tidak berkata apa pun lagi. Cowok itu mengambil tangan Jihan yang sedang shock berat di tempatnya.

“Ayo pulang, Jihan,” ajak Septian.

*****

AN: 1 KATA BUAT PART INI?

SPAM NEXT UNTUK PART SELANJUTNYA? Biar enggak sider

SPAM SEPTIHAN BIAR INGET SAMA JUDULNYA?

SEPTIAN ATAU OJI?

SEPTIAN ATAU ZAKI?

JADI GIMANA PART SELANJUTNYA MAU BESOK ATAU KAPAN?

JUJUR AKU MAU JADI JIHAN, YANG MAU JADI JIHAN (disayang anak-anak Ravispa) MANA?

Jangan lupa add @xgv8109t di Line untuk info dll cerita PoppiPertiwi. DANNN FOLLOW JUGA IG: GALAKSIMOVIE yaa<3 Bantu aku untuk ramein hastag #Ravispa #Septihan #Novelseptihan #Septianaidannugroho #Galaksikejora #Filmgalaksi #Galaksimovie yaaa. Jangan lupa untuk beli novel Galaksi dan Mozachiko di seluruh GRAMEDIA INDONESIA <3

FOLLOW INSTAGRAM:
POPPIPERTIWI
ITZPOPPIPERTIWI
WATTPADPI

SEPTIANAIDAN
JIHANHALANA
RAVISPA

GALAKSIALDEBARAN
JORDANADITAMA
BAMSADNYANA
GUNTURGUTAMAA
OJIANURAGA
NYONGBRAY

Ini Septian





Ini Jihan

Ini Oji

Ini Zaki

Sampe ketemu di part selanjutnya.
Salam beribu sayang dari Poppi Pertiwi dan anak-anak Ravispa <3

Continue Reading

You'll Also Like

RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.3M 206K 64
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
301K 16.5K 31
SEBELUM BACA JANGAN LUPA FOLLOW AUTHOR NYA DULU YA GUYSS.. ~bagaimana ketika seorang perempuan bertransmigrasi ke tubuh seorang perempuan yang memili...
53.9M 4.4M 69
Serial adaptasi kini sudah tayang di Vidio! Gini rasanya jadi ISTRI seorang santri ganteng mantan badboy>< buruan lah mampir, siapa tau suka. F...
1.2M 54.8K 52
-Ketua Geng Motor -Nikah Terpaksa Arkana Septian, lelaki berparas tampan. Seorang Mahasiswa yang menjadi pelatih taekwondo di kampus nya. Dan ketua...