THEIR MERMAN [COMPLETE]

By gazella05ezra

601K 44.8K 1.9K

Alasan kenapa Duyung Jantan/Putra Duyung jarang terlihat & didengar adalah "Para Mermaid, membunuh pasanganny... More

PROLOG
WHEN HE WANTS TO SEE HER AGAIN
FUCKING OBSESSION
THE LAST NIGHT
LET ME GO
MISBEHAVIOR
ILLUSION
THE ATLANTIC'S
THE FIN
MEREE
THE TAIL
BAD TEMPTATION
A ROYAL EXPERIMENT
WHIPPED BOY
THE BAD GROOM 1
THE BAD GROOM 2
THE BAD GROOM 3
SILENT SCREAM
REMEMBER YOU
BEAUTIFUL SYMPHONY
COME
THE DEEP BLUE SEA
I SEE YOU
AWAKE
THE FEELING
THE TRUST
SHE'S HERE
WHAT ARE YOU?!
I'M STILL HUMAN
THE GUEST
BLOODY
YOU
FIRST HEARD
SUICIDAL THOUGHTS
THE TRAP
SHE'S BACK
MOM
WILLIAM Part 1
WILLIAM Part 2
WILLIAM part 3
WILLIAM Part 4
WILLIAM Part 5
WILLIAM Part 6
DESIRE
BETRAYAL
LOST MIND
DARK SIDE OF YOU
THE GLASS PRISON
MIDNIGHT CONFIDENCE
EMBODIMENT
I'M HERE FOR YOU
SHOOT
BEYOND THE CAPABILITY
ONLY YOU
STILL WANT YOU
RUN AWAY
ESCAPE
BRING YOU HOME
THE HIDDEN PATNER
FRIEND OR FOE?
SEARCH FOR TRUTH
APPROACHING THE FINAL TIME
EXPLOSION
RESISTANCE
LOST IN THE DEEP BLUE
BEAUTIFUL ENEMY
YOUR HEART IS MINE
FIRST STRIKE
FOR YOU DAD
HEART
INTENTIONS
HIDEAWAY
SOMEONE IN THE DARK
UNDER THE FULL MOON
THE NIGHTMARE
THE TEARS
ANGELS FROM THE DEEP BLUE
BAIT
THE SOUND OF THE SEA
BLOODY NIGHT
WHEN I MEET YOU AGAIN
BITE
PREDATORS
ARRIVAL
DESTRUCTION
COLLISIONS
INCURSION
SHE
ANOTHER HEART
AT THE END OF THE NIGHT
OUR LAST MOMENT?
SURGE OF THE SEA
WHY DID YOU GO?
MISSING YOU
THEIR MERMAN
BONUS
Ngoceh

RUN

4.2K 401 11
By gazella05ezra

SUV yang mereka kendarai melaju cukup kencang melintasi North Carolina Highway 12 menuju ke selatan meninggalkan Buxton. Sepanjang perjalanan, laut dan pantai terlihat cukup indah, berpadu dengan langit siang serta matahari terik yang seakan memantulkan ribuan, bahkan jutaan berlian di bawah permukaan laut. Sementara itu, hamparan dan gundukan-gundukan pasir pantai di kanan dan kiri jalan terlihat mengepung mereka tanpa memberi ujung yang jelas sepanjang jalanan tersebut.

Dari kursi pengemudinya, Alexa yang tengah menyetir tak bisa menahan diri untuk sesekali melirik Sean yang duduk di sebelahnya. "Mungkin kau belum tahu sejauh apa sifat ibumu ini. Aku tak pernah tanggung-tanggung jika melakukan sesuatu. Terutama untuk para bajing*n itu." Ujarnya.

"Apa ibu benar-benar, menghancurkan semuanya? Laboratorium itu?"

"Ya, ya ibu melakukannya Sean. Anak-anak buahku, mereka menghancurkan, dan membunuh siapapun yang ada di sana."

"Membunuh?"

"Membunuh orang-orang yang bekerja untuk James dan Nathalie Miler. Ilmuwan-ilmuwan mata duitan itu." Alexa tersenyum puas.

"Bagaimana ibu berpikir untuk melakukan itu? Membunuh? Kenapa ibu tak melaporkan saja kejadian ini pa...-"

"Pada hukum?" Sela Alexa. "Kau terlalu polos Sean, apa itu yang selama ini kau rencanakan untuk melawan James Brenner? Kau berencana menyeret mereka pada hukum?"

"Aku yakin mereka akan menerima hasil pengadilan yang setimpal."

Alexa tertawa sejenak mendengar pernyataan putranya. "Kau tak tahu seberapa besar kekuatan di balik proyek mereka sayang. Nathalie Miller memiliki kekuatan cukup untuk memanipulasi semuanya. Hukum tak mungkin bisa mengendus apa yang dia lakukan. Wanita itu bukan tandingan kita di pengadilan. Apa kau tak pernah memikirkan bagaimana proyek ini masih bisa berlangsung selama puluhan tahun? Proyek yang dengan seenaknya dilakukan di lautan lepas?" Alexa memperlambat laju mobilnya. "Uang, dapat memainkan segalanya. Satu-satunya jalan hanyalah menghancurkan semuanya hingga tak bersisa, membuat mereka tak pernah mencoba untuk melakukan ini lagi."

Mereka terdiam beberapa saat. Sean memikirkan perkataan ibunya, semua itu mengingatkannya pada langkah-langkah yang baru ia mulai, rencana-rencananya. Ia tak tahu sedetail apa pikiran ibunya untuk menghentikan James Brenner dan komplotannya, bisa jadi, bisa jadi Alexa memang benar. Nathalie memiliki kekuatan cukup untuk memanipulasi tindakannya, mengarang cerita lain, atau apapun itu agar tindakan jahatnya bisa lolos. Tapi, Sean juga memiliki kekuatan untuk tetap menjebloskan mereka di meja hijau.

Dan bila mereka mencoba memainkan permainan mereka dengan orang-orang yang bersangkutan atas persidangan, Sean tak perlu terlalu khawatir. Itulah kenapa ia mencoba melibatkan publik sejak semula. Publik bisa saja menghancurkan reputasi mereka dalam sekejap, menyoroti orang-orang yang tadinya bersedia bekerja sama dengan mereka untuk menutupi kebusukan ini dengan dolar, akhirnya enggan mengotori tangan mereka. Sean telah memikirkan dan mengatur segalanya agar ia dapat bermain dan menang. Sean tak ragu melibatkan hukum untuk turut ambil bagian dalam kasus yang menimpa keluarganya.

Alexa melirik Sean yang tanpa sadar hanyut dengan pikirannya sendiri. "Sepertinya kita punya pendapat berbeda untuk menangani kasus ini." Ujarnya lembut.

Sean membalas lirikan Alexa. Namun tak ada yang ingin ia katakan menanggapi kalimat tersebut. Entahlah, ia bahkan mengurungkan niatnya untuk menunjukkan rekaman perbincangan antara ia dan James Brenner pagi tadi. Semua itu, mungkin tak berguna setelah apa yang ibunya lakukan.

Sepersekian detik Sean melirik wajah ibunya, tatapannya kemudian justru teralih ke hal yang lain. Ke tangan wanita itu, ke jemari-jemari halusnya yang kini tengah menggenggam kemudi. Di jari manis wanita itu, melingkar sebuah cincin berwarna kuning keemasan.

Cincin pernikahan?

Entah kenapa ia baru menyadarinya sekarang. Mungkin yang menjadi satu-satunya fokus dirinya tadi adalah wajah sang ibu. Wajah Alexa hingga membuatnya mengabaikan hal detail lainnya. Mengabaikan benda mungil itu, cincin yang melingakar cantik tersebut.

Apa itu pemberian terakhir dari ayahnya? Sean ingat cerita Alexa kalau William sempat membeli cincin untuk ibunya di malam ketika ia diculik. Jadi, apa itu cincinnya? Ia tahu William pasti tak sempat memberikannya langsung. Apakah Nathalie yang menyampaikannya sebelum ia akhirnya justru mencoba menyingkirkan ibunya?

Entahlah, Sean berpaling ke arah jendela di sampingnya dan melupakannya ketika Alexa tiba-tiba menurunkan tangannya, seolah tak ingin putranya itu membahas lebih mengenai benda itu. Dan Sean sendiri tak mengungkitnya lagi, ia tahu bagaimana perasaan ibunya, hal itu pasti menyakitkan jika ia mencoba menggalinya. Bagaimanapun, ayah dan ibunya adalah sepasang kekasih yang saling mencintai, ini akan menjadi menyakitkan untuk ibunya jika ia mengungkit-ungkit benda yang ia dapat mengira-ngira sendiri asal-usulnya tersebut.

Sean dan Alexa terdiam untuk beberapa saat. Hanya mesin mobil yang mendengung lembut yang terdengar ketika mereka saling menutup mulut. Udara di luar tampaknya jauh lebih panas ketika mereka meninggalkan bar. Sementara itu, pemandangan laut dengan ombak yang menggulung-gulung, tiba-tiba mengingatkannya juga pada sesuatu.

Sean, ia menyadari pula kalau ia tak mendapati kepalanya pusing dan tangannya terasa aneh seperti saat mereka di bar. Bahkan pernafasannya, menjadi normal kembali. Ia tak merasakan ada yang menyakitkan dengan dirinya secara fisik sejak mereka meninggalkan bar itu. Bahkan bayang-bayang Meree-pun lenyap. Ia tak tahu kenapa bisa terjadi. Ia seakan menjadi normal kembali kecuali dengan tangan kirinya dan kulitnya yang terlihat makin mengering itu. Sean, hanya terus menyembunyikannya dengan memasukkan tangannya ke saku jacket milik Kyle yang saat ini ia kenakan.

Hampir dua menit setelah itu, Sean mengeluarkan ponsel milik Kyle yang ia bawa. Ia berencana akan segera mengembalikannya hari ini juga setelah ia memindahkan isi rekaman itu. Setelah ia menemui ayahnya. Pemuda itu mengotak-ngatik sebentar benda tersebut. Ia akan menghubungi Anna untuk mengatakan kalau ia baik-baik saja. Ia tahu bagaimanapun keluarga Thompson akan sangat khawatir. Ia menyesal tak menulis pesan atau apapun tadi pagi. Mrs. Thompson, pasti akan menanyakan dan hampir mengomelinya seperti waktu itu jika hari ini ia melewatkan makan malam tanpa memberi kabar apapun.

Alexa mendadak menengadahkan tangan ketika Sean hampir mengetik beberapa pesan di layar benda tipis itu. "Berikan ponselmu Sean." Katanya. Sesekali ia melirik lagi putranya tersebut dengan pandangan, agak memaksa.

Sean menurunkan benda itu ke pangkuannya, ia agak terkejut dengan sikap ibunya yang tiba-tiba tersebut. Entahlah, wanita itu mendadak terkesan seperti ingin merampasnya. Seakan tak mengijinkan Sean untuk menghubungi siapa pun.

"Ibu..-"

"Berikan ponselmu sayang!" Alexa menyabet benda itu kasar. Hampir membantingnya di atas dasbor di depannya kemudian.

"Ibu, kenapa ibu..-"

"Aku hanya tak suka fokus kita teralihkan. Tolong jangan menghubungi siapapun untuk saat ini!"

"Aku hanya ingin memberi tahu seseorang tentang keadaanku. Mereka mungkin akan khawa..-"

"Beritahu mereka setelah kau menemui ayahmu, sebentar lagi!" Sela Alexa. Wanita pirang itu melajukan mobilnya lebih kencang tanpa berkata apa-apa lagi setelahnya.

-

Hampir dua puluh menit kemudian, mereka akhirnya tiba di sebuah gedung penelitian tak jauh dari taman nasional daerah itu. SUV yang mereka tumpangi berhenti tepat di depan bangunan dua belas lantai tersebut sebelum akhirnya Alexa dan Sean turun dari sana memasuki tempat itu. Sean cukup heran ketika pertama menginjakkan kaki, ketika wanita itu mengatakan kalau tempat itu hanyalah laboratorium sederhana yang sengaja ia dirikan beberapa tahun silam untuk membereskan kekacauan yang ditimbulkan oleh James Brenner.

Sean telah mengakui keadaan ibunya tak seperti dulu lagi. Dan, mungkin inilah yang Alexa bilang tentang pertahanan. Ia masih ingat Alexa menyinggung kata itu di awal perbincangan mereka. Dan jujur, itu cukup mengejutkan bagi pemuda berdarah campuran ini.

"Maaf aku tak sempat menceritakan apapun tentang tempat ini Sean." Kata Alexa. Wanita itu memimpin langkah mereka. Berjalan di depan Sean memasuki beberapa koridor. "Kuharap kau tak terlalu canggung. Semuanya kulakukan untuk menemukan dan, menyembuhkan ayahmu, William." Sambungnya.

Wanita itu tersenyum ketika beberapa orang berpakaian serba putih panjang tak sengaja berpapasan dengan mereka dan tersenyum hormat menyapa. Sementara Sean, seperti yang baru dikatakan ibunya, ia menjadi sedikit canggung untuk melakukan itu. Entahlah, ia hanya masih tak percaya apa yang dilihatnya. Alexa membangun laboratorium semegah ini? Ia juga mempekerjakan puluhan, atau bahkan ratusan ilmuwan untuk menangani ini semua. Sean menjadi semakin penasaran bagaimana wanita itu bisa menjadi seperti sekarang saat ia menghilang sepuluh tahun silam.

Tak lama mereka pun sampai di depan sebuah ruangan. Pintu digital itu tertutup rapat ketika Alexa mendadak terdiam, berdiri dan mematung. Sean memandangi tubuh ibunya sedikit gemetar gugup di depan tempat itu.

"Apa, ayah ada di dalam?" Tanyanya perlahan.

Wanita itu menoleh. "Ayahmu? Ya, ya ia ada di dalam. Mereka membawanya ke ruangan ini untuk proses pemulihan fisiknya setelah berhasil diselamatkan." Jawabnya. Suaranya terdengar berat. Sean tahu ibunya berusaha mempersiapkan diri untuk ini. Ia pun merasa gugup. Ia pernah melihat William sebelumnya di laboratorium di Louisiana. Namun sepertinya, saat ini sedikit berbeda. Sean sendiri tak tahu apa yang akan ia ucapkan pertama kali ketika melihat kondisi ayahnya nanti. Jantungnya berdegup lebih cepat ketika Alexa, akhirnya memencet salah satu tombol membuka pintu itu. Dan ketika pintu itu terbuka, William benar-benar ada di sana.

Ayah?

Pemuda mongol itu terbaring di suatu ranjang dengan kondisi tak berbeda jauh saat ia melihatnya pertama kali. Setengah tubuhnya ke bawah bukan tubuh manusia. Ekor berwarna kebiruan dengan sirip kelabu menggantikan kakinya.

"Sayang!" Alexa beranjak dari tempatnya berdiri dan berlari menghampiri pria yang masih terlihat begitu muda tersebut, William. Ia memeluk lelaki itu sementara William sendiri dengan lemas belum dapat melakukan apapun.

Dengan mata sayu William hanya bisa memandangi Sean dan Alexa. Mendengar sepotong-sepotong kalimat yang diucapkan kekasihnya itu sambil menangis. "Maaf.. Maafkan aku Will, maaf aku terlalu lama membiarkan ini terjadi. Aku..-" Alexa tak sanggup menyelesaikan kalimatnya. Ia hanya menangis dan terus menangis.

Sementara itu, Sean, pemuda itu hanya berdiri di tempatnya melihat semua kejadian tersebut. Keadaan hatinya juga tak lebih baik dari ibunya. Ia merasa, hancur melihat kondisi William, ia mengetahui wujud ayahnya. Namun melihatnya kembali seperti sekarang, melihat kalau pria itu telah sadar dengan wujud seperti itu, rasanya semakin sulit. Kebahagiaan yang tadi sempat ia rasakan ketika akan bertemu dan berkumpul lagi dengan keluarganya mendadak sirna melihat apa yang dipandangnya.

Ayah..

Ia bahkan kesulitan mengucapkan kata itu.

Alexa melepaskan pelukannya dan menegakkan diri lagi. Ia berdiri dengan sedih di sebelah William beberapa saat, matanya menjelajah ke setiap bagian tubuh kekasihnya tersebut. Sedangkan William ingin mengucapkan sesuatu andai dia bisa. Namun, ia tak memiliki kemampuan untuk itu. Pita suaranya, seakan telah dipotong hingga ia tak sanggup mengeluarkan suara sekecil apapun.

Alexa menjamah ekor William dengan lembut. Ia dapat merasakan bagaimana sisik-sisiknya. Sisik yang kasar dan terasa begitu basah di permukaan kulitnya. Seakan-akan ia juga merasakan kejahatan apapun yang telah terjadi selama belasan tahun ini. Dan itu semua, membuatnya semakin buruk. Ia terisak tangisan lagi dan lagi, ia tak tahan dengan serangan dalam batinnya yang mendadak membabibuta menyerbu. Wanita itu hanya menangis dan menangis lagi, tak sanggup menutupi emosionalnya, ia kemudian berlari meninggalkan ruangan itu. Pergi dari hadapan Sean dan William.

Ruangan itu lebih sunyi ketika Sean juga terus membungkam. Ia berjalan menghampiri ayahnya. Namun ia tak mengucapkan satu kata pun. William hanya memandangi pemuda itu. Memandangi putranya, awalnya ia cukup terkejut dengan Sean. Namun itu tak menjadi soal beberapa saat setelahnya. William bahkan sempat melirik tangan kiri Sean yang semakin memburuk sebelum Sean menyembunyikannya ke balik tubuhnya. Seperti yang pernah dikatakan Jason, sepertinya, putranya itu mengalami sesuatu yang jauh lebih buruk darinya. Transmutasi Spesies? William ingat kata-kata itu.

William mencoba membuka mulutnya, seakan berusaha berbicara. Ia tahu ia tak dapat mengeluarkan suara sekecil apapun, namun setidaknya, Sean akan membaca gerakan bibirnya.

Sementara itu, melihat ayahnya hendak menyampaikan sesuatu, Sean membungkuk dan mendekatkan dirinya. Seperti yang dikatakan James Brenner waktu itu, ayahnya memang bisu, namun dengan memperhatikan lebih seksama, mendengar selingan nafas yang keluar saat sebuah kata diucapkan, Sean, akhirnya bisa mendengar apa yang coba disampaikan ayahnya saat ini.

"RUN!"



Continue Reading

You'll Also Like

2K 422 11
(karya dua hari jadi) Setiap dari kamu adalah pelaut. "Hobimu menyelami lautan maknakan? Sudah tertebak, haha." © 2020 Pemain Sepi
984K 105K 62
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟒) ⚠ (PART KE ACAK!) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀ...
143K 7.2K 40
#4 dalam HORROR (21/08/2017) [SELESAI] - Buku pertama dari Ify baru berpindah sekolah. Hari-harinya kini tak setenteram dulu. Karena suatu ke ganjila...
1.6M 23.5K 8
Copyright to SaiRein, 2013 Dilarang mengopy, menjual, atau mengubah, sebagian atau seluruh isi dari cerita ini tanpa seizin Penulis. Jika para Pembac...