SEPTIHAN

By PoppiPertiwi

54.3M 4.2M 4.2M

Selamat membaca cerita SEPTIHAN: Septian Aidan Nugroho & Jihan Halana BAGIAN Ravispa II Spin Off Novel Galaks... More

SEPTIAN AIDAN NUGROHO
1. RAVISPA!
2. SELAMAT BERJUANG, JIHAN
3. AVEGAR! PENGKHIANAT SMA GANESHA
4. ONE BY ONE
5. SEPTIAN JELEKKKK
6. KEJUTAN PAGI
7. RASA YANG BERBEDA
8. KARENA TERPAKSA
9. DIA PERNAH SINGGAH LALU MENJAUH BEGITU SAJA
11. TERNYATA TIDAK UNTUKKU
12. DIA YANG SEDERHANA
13. SEBASTIAN: SEBATAS TEMAN TANPA KEPASTIAN
14. EUFORIA
15. PERASAAN BARU
16. KEPINGAN
17. CEMBURU
18. UNTUK YANG PERTAMA
19. KITA
20. FEELING + MNG
21. PERGI
22. AWAL BARU
23. KEMAJUAN PESAT
24. ISI KAMERA SEPTIAN? (1)
24. ISI KAMERA SEPTIAN (2)
25. KAMU MAU JADI PACAR SAYA?
26. DAY 1
27. KEJUTAN
28. MEMAAFKAN
29. PESTA
30. PROBLEM
31. TITIK AWAL
32. PERTANDINGAN BASKET GANESHA
33. HIS CHARACTER
INTERMEZZO: WARJOK, QNA & Trailer Story
34. RUANG FOTOGRAFI: Jihan?
35. AWAN
36. 9X - 7i > 3 (3x - 7u)
37. EVERYTHING I DIDN'T SAY
VOTE COVER NOVEL SEPTIHAN + VISUAL
38. FILOSOFI MAWAR, BUNNY & RASA SAKIT (1)
38. SEPTIAN, THALITA & JIHAN + INFO NOVEL SEPTIHAN(2)
38. EXCLUSIVE: BERJUANG (3)
39. EXLUSIVE: 520 & PERAHU KERTAS : NOVEL SEPTIHAN
40. EXLUSIVE: PERINGKAT PERTAMA | JIHAN HALANA (SELESAI)
1. EXTRA PART SEPTIHAN: DISTRO SEPTIAN AIDAN NUGROHO
2. EXTRA PART SEPTIHAN: PERAYAAN UNTUK SEPTIAN AIDAN NUGROHO
3. EXTRA PART SEPTIHAN: LANTAI 80 || A SKY FULL OF STARS
4.1 EXTRA PART SEPTIHAN: PARADE KUMPUL RAVISPA [RULES OPEN RPPI]
4.2 EXTRA PART SEPTIHAN: SUIT & LUXURY
4.3 EXTRA PART SEPTIHAN: PODIUM
4.4 EXTRA PART SEPTIHAN: RESTU
4.5 EXTRA PART SEPTIHAN: MENGERTI?
4.6 MENENANGKANNYA
4.7 EXTRA PART SEPTIHAN: TENTANG WAKTU
4.8 EXTRA PART SEPTIHAN: BETTER BELIEVE ME
4.9 EXTRA PART SEPTIHAN: DITERIMA

10. DIA TIDAK CINTA KAMU

917K 78.3K 30.1K
By PoppiPertiwi

10. DIA TIDAK CINTA KAMU

Suatu saat kamu akan merindukan seseorang yang ingin kamu singkirkan dalam hidupmu.” — Jihan Halana

Jihan merutuk. Jam setengah 8 dia masih di jalan. Perempuan itu selalu susah bangun pagi. Kalau pun dia bangun pagi itu pasti karena alarm yang disetel lebih dari satu di menit yang berbeda-beda.

“Telat ya, Neng?” tanya supir angkot.

“Iya Bang, bisa lebih cepet gak?” ujar Jihan was-was. “Ngebut dong Bang!”

Jihan keluar dari angkot ketika tiba di depan gerbang sekolahnya yang besar. Gerbang itu sudah tertutup rapat membuat Jihan jadi tambah deg-degan. Penampilannya berantakan. Rambutnya dibiarkan terurai, sedikit kusut. Bagaimana jika Bu Dayu atau Pak Dandang melihatnya? Habislah sudah Jihan hari ini. Namun ketika melihat gerbang kembali. Jihan melihat Septian. Berdiri di sana. Terhalang besi-besi. Lalu cowok itu membuka gerbang sekolah agar Jihan bisa masuk.

“Kok belum dikunci?” tanya Jihan dengan muka cengo pada Septian.

“IHH SEPTIAN KOK BISA KEBUKA?” tanya Jihan lebih kencang.

“IH SEPTIAN?! SEKARANG KAMU JADI SATPAM SEKOLAH JUGA??” tanya Jihan makin ngaco.

“Udah masuk jangan banyak tanya,” ucap Septian dingin. Menutup gerbang sekolah seperti semula setelah Jihan masuk. Gerbang sekolah ini sebenarnya susah dibuka dan ditutup karena sudah tua meski penampilannya terlihat klasik. Tapi Septian dengan biasa saja melakukannya. Dengan muka datar dan gerak-gerik tegas namun pasti.

“Septian gerbangnya gak dikunci?” tanya Jihan. Septian diam. Cewek aneh ini benar-benar menguji kesabarannya.

“OHH! APA JANGAN-JANGAN KAMU TELAT JUGA YAAA?” tanya Jihan cempreng.

Septian tidak menghiraukannya. Cowok itu menoleh ke kiri dan melihat Pak Dandang serta satpam sekolah. Septian lalu mengamit tangan Jihan. Mengajaknya pergi bersama. Lari dari kawasan itu.

“Ngapain Septian?” tanya Jihan kaget karena Septian tiba-tiba berhenti dan jongkok di depannya.

“Cepet naik,” geram Septian. Jihan mengernyitkan dahinya karena intruksi itu begitu singkat baginya.

“Jihan cepet naik,” ujar Septian. Singkat, jelas dan padat. Cowok itu benar-benar kehabisan kesabarannya.

“Naik ke mana?”

Septian geram. Cowok itu menarik kedua tangan Jihan ke lehernya lalu menggendong perempuan itu di punggungnya. Cowok itu hanya diam. Mengajak Jihan naik ke tangga atas. Melewati lantai dua lalu sampai ke lantai paling atas sekolahnya. Sementara Jihan? SHOCK berat! Pengin teriak fangirl pada Septian tapi Jihan tahan-tahan. Cewek itu tidak akan lupa kalau Septian melewati banyak tangga sambil menggendongnya dengan kecepatan lari yang tepat. Sangat akurat.

“Ternyata selain otak lo yang lemot. Lari lo juga lambat,” ejek Septian pada Jihan setelah sampai atas.

“IH APAAN SIH? KOK JADI NGEJEK-NGEJEK?” ujar Jihan melotot, tidak terima.

“Gimana bisa lo bakal dapet peringkat satu di kelas kalau kaya gini? Paling sepuluh besar aja lo gak sampe,” ujar Septian seperti Mauren kemarin. Sadis. Benar-benar menusuk sampai ke hati Jihan. Tapi bukannya gentar. Jihan malah tambah jatuh cinta. Aneh. Bener-bener aneh.

“Lo liat dari sini,” suara Septian terdengar serius. Seperti sedang mengajari Jihan. “Bu Dayu di depan kelas IPA 1. Pak Dandang lagi mau ke gerbang sama satpam. Ruang guru di tengah sekolah. Kalau kita lewat koridor utama. Kita pasti ketauan belum masuk kelas,” ujar cowok itu menatap dari atas sini.

Septian lalu mengeratkan pegangannya pada kaki Jihan—membuat posisi Jihan lebih tinggi dari yang tadi.

“Kenapa lo telat?”

“Kesiangan,” ujar Jihan takut dan pasrah dibalik bahu Septian.

“Kalau kesiangan kan bisa kemarin malem hidupin alarm biar gak telat. Udah tau gak ada motor sama mobil,” ujar Septian. Nadanya tak tenang seperti tadi.

“Hape mati gak sempet charger malemnya. Lupa habis stalking IG mantan kemarin,” ujar Jihan, memberi alasan.

“Emangnya ada yang mau sama cewek males kaya lo?” tanya Septian datar.

“ADA LAH! BANYAKK!” ucap Jihan berseru. Tidak terima dengan kata-kata yang dilontarkan Septian padanya.

“Ada yang namanya Banu, Reza, Dega, sama Adit. Kemarin sih ketiduran gara-gara kepoin IG Banu,” ujar Jihan sengaja dengan nada kagum dilebih-lebihkan agar Septian cemburu atau paling tidak marah. Namun cowok itu tidak berekspresi. Septian biasa saja dengan sikap yang sama.

“Banu pacar Rina? Rina yang pernah bilang suka sama gue kelas XII IPS 3 itu?” ujar Septian.

“HAH? RINA PERNAH BILANG SUKA SAMA KAMU TIAN?” lengking Jihan. “Sebenernya berapa cewek sih yang pernah bilang suka ke kamu? Banyak gak?? Ada gak yang sebanyak aku?” tanya Jihan.

Jihan dengan kelemahannya. Niat ingin membuat cowok itu cemburu namun justru Jihan yang kena batunya.

“Enggak ada, lo doang yang gak tau malu,” ujar Septian setelah sampai dekat kelas Jihan.

“Mau sampe kapan lo gue gendong?” ujar Septian membuat Jihan turun. Wajahnya bersemu mendengar kata-kata Septian.

“Tadi kenapa bisa di depan Tian?” tanya Jihan.

“Jangan panggil gue Tian,” ujar Septian, kesal.

“Gapapa kali kan cuman gue aja yang manggil lo Tian,” ujar Jihan cengengesan. Merasa senang karena Septian tidak senang dipanggil seperti itu oleh Jihan.

“Tian, Jihan. Fix emang udah jodohnya kita!” ujar Jihan PD. “Nama aja hampir mirip gitu.”

“Terserah,” ujar Septian lalu pergi lewat lorong gedung belakang bahasa untuk sampai ke kelasnya.

“SEPTIAN! AKU SAYANG KAMU! MAKASI YAA!” ucap Jihan yang sudah pasti tidak ditanggapi Septian.

****

“Gue kira lo bolos, Sep,”ujar Jordan setelah menghapus papan kelasnya dengan bekas-bekas tulisan dari spidol kemarin.

“Kemana aja lo dari tadi? Kamar mandi? Masih pagi Bro! Jangan main solo di kamar mandi dululah ntar gak fokus!” ujar Jordan, ambigu.

“Dan, Dan. Asep mana pernah berani bolos sih? Dateng telat aja gak pernah,” ujar Bams. Merapikan kain yang ada di meja guru. Kedua cowok itu memang sedang piket hari ini.

“Kalau dipaksa Galak baru dia mau,” kekeh Guntur.

“Lo kira bolos itu keren?« ketus Septian setelah sekian lama diam. Cowok itu lalu duduk di tempat duduknya.

“Sensi amat Pak. Nyantuy dikitlah. Pagi-pagi jangan berurat kau ini,” ujar Nyong namun Septian tak menanggapi.

“Eh Nyong lo sebaiknya diem aja kalau gak mau terbang trus nyungsep di pohon kelapa Bu Gendut,” ujar Oji tertawa geli. “Asli lo gak bakal bisa pulang Nyong! Mampus lo sama bapake lu.”

“Tenangnya bapak gue lagi pulang kampung ke Ambon,” jawab Nyong santai.

“Gue liat tadi lo sama Jihan dari bawah,” bisik Galaksi di samping membuat Septian menoleh. “Mulut gak akan pernah sejalan sama hati lo Sep,” kata Galaksi lagi.

“Kemarin Jihan minta jemput. Gue gak bisa. Gue udah janji sama Thalita harus dateng pagi-pagi ngasih dia cara sama rumus biar menang lomba sama kelas IPA lain. Gue ngajarin Thalita dulu biar ngerti. Trus gue liat di kelas Jihan dia belum dateng. Gue langsung cari dia,” ucap Septian pada Galaksi.

“Gue tau lo gak pernah bisa gak cerita sama gue, Sep.” Galaksi terkekeh, “Ternyata badan lo gak bisa bohong. Lo pasti suka sama Jihan, Sep,” ujarnya lagi.

“Kalau enggak sekarang ya pasti nanti lo suka sama Jihan,” ujar Galaksi.

“Gue cuman khawatir sama dia. Soalnya dia cewek,” ucap Septian.

“Gak ada alibi yang lain? Mauren juga cewek tapi lo gak pernah mau ngajakin dia ke sekolah bareng,” ujar Galaksi sambil memainkan pulpennya di jari-jari.

“Gue sama Jihan cuman temen. Sama kaya Thalita sama Mauren,” ujar Septian. “Gue juga gak mau suka sama Jihan. Kenyataan emang gue gak suka sama dia.”

“Kalau emang lo gak suka sama dia. Coba lo deket-deket sama cewek lain. Selama itu lo gak boleh ngeliat-liat atau ngomong sama Jihan. Kita liat sejauh mana lo bakal tahan kaya gitu,” ujar Galaksi.

“Ah ngapain kaya gitu? Kita tunggu ajalah Jihan punya gebetan. Dia kan cantik. Cowok yang suka ngalus ke dia juga pasti banyak. Dianya aja yang buta ngejar-ngejar cowok kaya lo Sep. Nih kalau sampe ada cowok ngedeketin Jihan dan lo ngerasa marah sama kehilangan. Itu berarti lo suka Jihan sama Sep,” ujar Jordan.

****

Lapangan basket sedang riuh-riuhnya. Pertandingan basket kali ini terjadi antara SMA Ganesha dan SMA Kencana. Marcus—sebagai ketua Ganesha basketball di baris depan. Sementara Septian berada di tengah-tengah lingkar tempat di mana bola basket akan dilambungkan ke atas—sebagai tanda permainan akan dimulai. Cowok itu berhadapan dengan lawan mainnya.

Sura peluit terdengar. Septian mengambil bola basket. Menggiringnya dengan drible ke rumah lawan. Cowok itu di babak pertama langsung menyerang. Belum ada beberapa detik. Septian sudah memasukkan satu bola ke keranjang lawan membuat pemain-pemain basket di SMA Ganesha turun kembali ke rumahnya. Suara gaduh terdengar jelas di lapangan. Apalagi Mauren, Mona dan Wenda. Ketiganya tak ada henti-hentinya memuja-muji nama Septian. Cewek-cewek dengan pakaian cheerleaders itu menarik perhatian banyak orang karena terus bertepuk tangan dan berteriak. Jika di sekolah ada Galaksi sebagai Bosnya maka di lapangan basket ada Septian sebagai rajanya.

“GO ASEP! GO ASEP! GO! GO ASEP! GO ASEP! GO!” Mauren menyemangati Septian.

“Idih ganjen-ganjen amat si Mauren, Mona, Wenda?” ujar Febbi.

“Hust Febbi, biarin ajalah,” ujar Lala.

“Iya lo diem aja deh Feb. Mereka banyak yang ngelindungin,” ujar Jihan di sampingnya memandang Septian.

“Woi main yang bener lo Marcus!” tuding Lemos, teman satu timnya.

"Gue udah main yang bener. Salahin Septian. Dia kenapa di depan ngalangin gue? Takut gue nguasain bola?" ujar Marcus pada Lemos lalu matanya tertuju pada Septian. “Dari tadi main sendiri. Kaya gak punya tim. Kerja tim dong lo.”

“Main-main yang bener. Cowok main basket pake tangan bukan pake mulut,” gertak Septian membuat Marcus dan Lemos diam.

“EH ANJING! LO SENGAJA YA BIARIN SMA KENCANA MASUK?” ujar Lemos, makin emosi karena permainan Marcus kacau. Sejak tadi Marcus memang suka nyeleneh yang membuat teman-temannya emosi. Namun Septian hanya diam. Menunggu kenapa cowok itu bersikap tidak mau berkerjasama. Marcus cenderung ingin menang dan tampil sendiri ketika memasukkan bola ke keranjang lawan meski banyak yang gagal karena tembakan bola yang dimulai dari jarak jauh.

“Gue tau anak-anak SMA Kencana temen-temen lo. Lo anggota Avegar. Tapi inget lo di sini untuk SMA Ganesha!” ujar Lemos. “Bukan SMA Kencana!”

“Udah Mos, jangan ribut. Ayo nyerang,” Septian menepuk punggung cowok yang sedang emosi itu ketika bola basket yang keluar dari lapangan kembali di giring ke lapangan oleh anggota basket lawan.

Jam berikutnya. Suara peluit berbunyi. SMA Ganesha menang. D engan skor tinggi 12:6. Anak-anak SMA Kencana langsung pergi meninggalkan lapangan. Mereka sudah bisa tebak apa yang akan terjadi kalau Septian ikut terjun dan lomba basket dengan mereka. Siapa pun yang satu tim dengan Septian pasti akan menang. Bahkan sejak tadi pun Septian yang paling sering memasukkan bola ke keranjang basket lawan.

Septian bukan hanya pintar dalam pelajaran. Cowok itu juga pintar mengamati dan bikin taktik untuk menang dengan pemikiran otaknya yang singkat namun cekatan. Seperti teknik-teknik pemain basket PRO.

“SEPTIAN! CAPEK YAA?” tanya Jihan.

“SEPTIAN GAK PEGEL APAA?”

“SEPTIAN SEPTIAN! KOK KAKI KAMU BERBULU SIH?”

“SEPTIAN SEPTIAN! NANTI PULANG BARENG YUUU?” Jihan mendekati Septian yang baru saja membasuh wajahnya dengan botol air mineral. Lalu ketika habis melemparnya dari sini dan tepat masuk ke dalam tong sampah besar. Cowok itu mengambil tasnya untuk ganti baju.

“Lo ngapain?” tanya Septian pada Jihan.

“Ikuttttt lah! Apalagi emang?”

“Mau liatin gue ganti baju?”

“EHH! ENGGAK DONG! TAPI KALAU DIKASI IZIN BOLEH DEH!” Jihan cengengesan.

“Enggak. Dasar otak kotor,” ucap Septian mendorong wajah Jihan agar jauh dari pandangannya.

“Enggak kotor kok Tian!! Kemarin aku habis keramas sampe setengah botol habis!” ujar Jihan. Bisa saja menjawabnya.

“Kutuan lo?” tanya Septian.

“IHHHHH ENGGAK!!” teriak Jihan.

Sebenarnya lucu ketika Jihan mengatakan Tian dan aku-kamu. Ada sesuatu yang membuat Septian ingin mendengarnya lagi karena suara Jihan yang sedikit serak seperti anak kecil. Sementara teman-teman Septian masih setia duduk menonton Jihan yang sedang sibuk mengejar-ngejar Septian yang tidak berbicara sejak tadi dan lebih banyak diam. Tidak peduli walau Jihan akan jungkir balik, salto atau bahkan sampe khayang di belakang Septian.

“Jihan bisa ngomong sebentar?” ujar Marcus.

“Enggak!” Jihan menolak. “Kemarin di depan rumah gue itu lo kan Marcus? Lo ngapain di depan rumah gue malem-malem ha?” ujar Jihan membuat Septian menoleh ke belakang.

“Lo ngintain gue?”

“Enggaklah ngapain juga gue ngintai lo? Kurang kerjaan,” ujar Marcus.

“Terus kenapa lo takut sekarang?” ujar Jihan membaca bahasa tubuh Marcus.

“Takut? Siapa yang takut?” tantang Marcus namun cowok itu memang cari mati nantangin Jihan di depan Septian. Septian masih berdiri di belakang Jihan. Menunggu Marcus atau Jihan kembali berbicara.

“Gue yakin itu lo. Jaketnya sama. Lo sering pake jaket itu ke sekolah,” ujar Jihan.

“Kalau emang lo benci gue kenapa lo ngikutin gue terus?” ujar Jihan membuat Septian mengerutkan keningnya.

“Kalau emang lo benci gue karena Papa lo selingkuh sama Mama gue kenapa lo cari-cari tau tentang gue, Marcus?”

Septian menarik lengan Jihan. “Jangan ngomong lagi,” suara berat Septian terdengar berbisik pada Jihan. Cowok itu lalu menggeret Jihan—mengajaknya pergi dari Marcus. Membuat orang jadi bertanya-tanya ada apa dengan keduanya.

****

“SEPTIAN KENAPA SIH???” tanya Jihan.

“Jangan terlalu frontal,” Septian memperingatinya.

“KENAPA?? KAN KEPO!” ujar Jihan.

“Gak semuanya harus lo bilang,” ujar Septian. “Lo cari bahaya kalau kaya gitu terus.”

“Enggak ngerti deh,” ujar Jihan.

“Sekarang pulang sana. Gue ada urusan,” ujar Septian

“Sama siapa? Thalita?” ujar Jihan. “Thalita terus! Aku kapan?”

“Lo bukan pacar gue Jihan. Lo gak berhak ngatur-ngatur gue,” ujar Septian.

“YAUDAH KALAU GITU SAMA! Kamu bukan pacarku jadi kamu gak berhak ngatur-ngatur aku!” ujar Jihan pada Septian.

“Terus kenapa gaya ngomong lo seakan kalau gue ini pacar lo?” ujar Septian.

“Penginnya sih gitu tapi gak pernah diterima. Thalita mulu. Mauren mulu. Kalau gak Thalita pasti Mauren. Kalau gak Mauren pasti Thalita. Giliran sama aku aja jahatnya minta ampun. Belum lagi ngomongnya gak bisa disaring,” ujar Jihan membalikkan badannya, hendak pergi dari Septian.

“Pernah gak sih kamu bisa menghargai orang?”

“Kamu ngasih harapan tiba-tiba nanti kamu bilang kita cuman temen. Aku bukan pacar kamulah. Aku cuman ganggulah. Aku yang terlalu iri sama orang lain yang bisa deket sama kamu atau memang kamu yang gak tau disukain sampe segininya?” ujar Jihan gamang.

Septian tidak membalas. Cowok itu diam sejenak lalu detik berikutnya melangkah ke belakang. Mundur dari Jihan.

“Dibanding aku, Thalita sama Mauren. Kamu pasti bakal lebih milih Thalita. Dia cantik, anak rumahan, pinternya sama kaya kamu, dia berbakat. Cocoklah sama kamu. Yang kaku, nyebelin, pendiem. Beruntunglah aku bukan orang yang kaya kamu. Yang selalu sendirian, di perpus atau di kelas pas temen-temen ke kantin,"”ujar Jihan.

“Capek juga ya ngejar-ngejar kamu?” ujar Jihan. “Gak pernah diliat. Selalu disalahin.”

“Gue udah bilang jangan ngejar-ngejar gue,” suara dingin Septian membuat Jihan merinding. “Gue gak pernah minta buat lo kejar.”

“Tapi gue gak bisa berhenti Septian,” ujar Jihan frustrasi. “Gue suka lo dari semenjak gue kenal lo. Bisa sedeket ini sama lo buat gue itu udah tahap paling sulit. Gue gak tau kenapa gue bisa sebego ini jadi manusia karena terus ngikutin lo ke mana-mana. Lo tau benalu? Gue udah kaya benalu nempel mulu ke lo sementara lo bahkan gak pernah mikirin perasaan gue.”

“Apa memang gue yang terlalu ngarep bisa sama lo? Oh iya kan memang gue aja yang suka sama lo sementara lo gak suka sama gue,” ujar Jihan kembali mengubah nada dan cara bicaranya.

“Harusnya kalau lo punya hati lo gak mungkin nolak gue berkali-kali. Mempermalukan gue di depan temen-temen lo. Mengolok-olok gue bahkan ngejadiin gue bahan bercandaan di belakang gue. Lo pikir gue gak tau?”

“Gue gak pernah—”

“IYA TAPI KARENA SIKAP LO TEMEN-TEMEN LO ITU JADIIN GUE BAHAN BERCANDAAN! LO PIKIR GAK SAKIT APA? Dijadiin bahan bercandaan terus di depan orang banyak?” tanya Jihan emosi.

“Jangan ngarepin apa-apa sama gue. Gue gak cinta lo Jihan,” dalam dan tegas Septian mengatakannya.

*****

AN: HALOO MANA NIH SUARANYA YANG BACA??

SPAM NEXT UNTUK LANJUT?

SPAM SEPTIHAN Biar inget aja judulnya?

Kamu tim Septian, Oji atau Marcus?

Kami tim Jihan, Mauren atau Thalita?

Dont forget use #septihan #galaksikejora #poppipertiwi yaa❤❤

Add line @xgv8109t untuk info update, cerita, grup line, wa, linesquare dll.

WAJIB FOLLOW INSTAGRAM:
POPPIPERTIWI
WATTPADPI
RAVISPA
GALAKSIKEJORA
SEPTIHANWP

Septian Aidan
Jihanhalana

Galaksialdebaran
Kejoraayodhya
Jordanaditama
Bamsadnyana
Gunturgutamaa
Ojianuraga
Nyongbray

Jangan lupa untuk beli novel Galaksi & Mozachiko di seluruh gramedia Indonesia. Kalau udah habis di Gramedia di kotamu langsung lapor ke penerbitnya yaa untuk dikirim kembali. Atau yang mau praktis langsung pesan di toko buku online seperti kupkupbuku, bukkuid, novelyoung lewat wa atau instagram. Nanti bukunya bakal dianter kurir ke rumahmu. Pokoknya jangan lupa jemput novel Galaksi dan Mozachiko buat yang belum punya yaaa! <3

INI SEPTIAN

INI JIHAN

Salam sayang Poppi Pertiwi. Terima kasih doa dan dukungannya yaa tgl 15 April kemarin. Seneng sekali liatnya. Sampe ketemu di part selanjutnya <3

Continue Reading

You'll Also Like

3.3M 154K 61
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...
RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.3M 203K 63
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
723K 34.8K 56
Mendengar namanya saja sudah membuat Wilona bergidik ngeri, apalagi bertemu dengan sosoknya langsung. Mungkin Lona akan kabur begitu melihat bayangan...
369K 3.4K 15
Red Dangerous Series-01 Di tengah-tengah pusingnya Alyra karena memutuskan keluar dari rumah orang tuanya, Shaka datang sebagai malaikat sekaligus i...