AMBISIUS : My Brother's Enemy...

By Karanaga

1.7K 53 2

Suatu hari, kelas Malta kedatangan seorang murid baru super tampan dari San Fransisco yang bernama Austin. Da... More

Book Cover
Tokoh
Prolog
Aku dan Jason yang Menyebalkan
Austin si Anak Baru yang Tampan
Jason Menghilang
Orang Tuaku Menghilang
Aku Menyukai Malta
Rahasia Jason
Pertemuan Austin dan Jason
Kencan dengan Austin?
Aku Membenci Larry
Wanita Berkumis dengan Senyuman Manis
Menonton Film dengan Austin
Rumah Berhantu
Pertandingan Basket Austin
Hari Sial Jack
Hoax
Miami
Larry Holmes (Part 1)
Larry Holmes (Part 2)
Allison James
Pesta Dansa Sekolah
Perpisahan
Surat dari Austin
Epilog

Catherine Hamlin

51 1 0
By Karanaga

[MRS. ARMCHAIR]

Beberapa menit paling menentukan dalam hidup Jack. Seorang pria tak dikenal berdiri di belakangnya, mengenakan gaun berwarna pink. Ia terlihat seperti Ratu Victoria dari kejauhan, namun dari dekat, jauh terlihat seperti singa betina yang kelaparan.

Pria itu melingkarkan lengannya di leher Jack, membuatnya sedikit panik dan kesulitan untuk bernapas.

Ujung sebuah pistol, G-22 buatan Austria, bersentuhan dengan pelipisnya, menentukan takdir hidupnya, akan seperti apa kelanjutannya. Akankah ia selamat atau tidak, hanya takdir yang bisa menentukan.

Semua kaki tangan Jack dengan sigap menodongkan senjata mereka kepada kedua penjaga kapal. Mengamati setiap gerakannya. Melindungi seorang raja yang bahkan tidak pernah berniat untuk mempertaruhkan nyawanya bagi mereka.

"Jika kalian ingin ia selamat, sebaiknya jangan berani-berani mendekat! Dan...jatuhkan senjata kalian! Jika tidak, aku akan segera membunuh bajingan ini," ucap pria bergaun dengan tegas.

Seketika, raut wajah mereka berubah. Aku merasakan gelombang keputusasaan yang begitu mendalam. Membuat mereka tak tenang. Membuat mereka kebingungan.

Sebelumnya, aku tidak pernah menyangka bahwa suatu saat aku akan berada di posisi yang sama seperti tokoh utama dalam drama yang biasa aku tonton. Sayangnya, drama itu belum berakhir dan aku harus menunggu selama satu tahun untuk mengetahui kelanjutannya. Itu membuatku penasaran setengah mati.

Dalam drama itu tangan dan kaki sang tokoh utama juga terikat sepertiku. Tidak berdaya. Tidak bisa melakukan apa-apa. Namun, beberapa detik kemudian, sebelum nyawanya benar-benar terancam, seorang pangeran berkuda putih datang untuk menyelamatkannya. Semuanya benar-benar hampir terlihat sama. Hanya saja dalam kasus ini, tidak ada pangeran berkuda putih yang datang. Justru hanya ada seorang pangeran bergaun pink yang kebetulan wajahnya dipenuhi banyak rambut.

"Cepat! Jatuhkan senjata kalian! Dalam hitungan ketiga, jika kalian masih belum menyingkirkan semua itu, maka aku tidak akan segan-segan menembaknya!" Si pangeran bergaun kembali mengancam. Sedangkan, si pria berdasi menemaninya di belakang dengan gagah.

"Aku sama sekali tidak takut dengan ancaman konyolmu itu! Kau hanyalah seorang pria payah yang bahkan tidak tahu bagaimana caranya mengenakan popokmu sendiri!" Jack mulai memancing emosinya.

"Oh, begitu ya. Baiklah. Jika itu maumu, maka sekaranglah saatnya untuk mengucapkan selamat tinggal." Pria itu tersenyum sinis.

Semua orang bertanya-tanya, "Apakah pria bergaun itu betul-betul akan menembaknya?"

Kami menerka-nerka. Memperhitungkan segala hal yang mungkin terjadi selanjutnya.

Sedangkan Jack, berdiri di sana, menutup kedua matanya. Kakinya gemetar hebat. Saat itu, ia mungkin sedang meminta keajaiban. Berharap untuk bisa mengulang waktu. Memperbaiki segala kesalahan yang telah ia perbuat. Sepertinya, doa tersebut akan menjadi doa terakhir yang ia panjatkan atau justru itulah pertama kalinya ia memanjatkan doa. Jika aku bisa menilai, ia memang tidak terlihat begitu religius.

Lalu, tanpa kami sadari, sepersekian detik kemudian, pria itu menarik pelatuknya tanpa berpikir panjang.

Kami semua tercengang.

Krkkk...

Aku tak berani melihat.

"Apa!" Katanya, terperanjat.

Tidak ada suara tembakan. Tidak terlihat tetesan darah sedikitpun. Semua terlihat normal.

"Hahahahaha..." Jack tertawa dengan gembira. Pria itu tidak berhasil membunuhnya.

"Sial! Aku lupa mengisi amunisinya," ungkap si pria bergaun.

"Apa!!! Apa kau bercanda, Bung?" Pria berdasi merasa khawatir. Ia tidak menyangka bisa memiliki rekan kerja sebodoh ini.

"Sepertinya, hari ini memanglah hari keberuntunganku. Tuhan menjawab doaku," kata Jack sambil melihat ke atas langit.

Tanpa mereka sadari, dalam sekejap, Jack berhasil melumpuhkan kedua penjaga itu. Membuang mereka ke dasar laut. Merebut sebuah senapan yang mereka miliki.

Aku tidak percaya. Jack berhasil memenangkan pertarungan ini. Aku tidak pernah menyangka ia memiliki kemampuan sehebat itu. Walaupun untuk kali ini, bisa dikatakan bahwa ia tidak benar-benar memenangkannya sendiri. Maksudku, jika saja si pria bergaun bisa lebih cermat untuk memeriksa perlengkapan senjatanya, mungkin hal ini tidak akan terjadi. Sekarang, yang bisa aku harapkan hanyalah agar keduanya bisa berenang menuju daratan dengan selamat.

Juan menyisir kapal tersebut untuk memastikan bahwa tidak ada lagi penjaga yang bersembunyi di sana.

"Sepertinya hanya ada mereka berdua di atas kapal ini. Aku tidak bisa menemukan siapapun di dek atas atau bawah," jelas Juan.

"Baguslah kalau begitu. Para penjaga sudah disingkirkan. Tetapi ingat, kita tidak boleh tertipu! Bagaimana jika penjaga yang lain berada di dalam ruang penyimpanan rahasia!" Kata Jack memperingatkan.

"Benar juga!" Felix setuju. "Lalu, apa yang harus kita lakukan selanjutnya, Bos?" Lanjutnya.

"Selanjutnya, kita masuk ke dalam ruang penyimpanan rahasia! Chip itu pasti ada di sana," kata Jack.

Atas perintahnya, seluruh bawahan Jack pergi mencari ruang penyimpanan rahasia.

Sebetulnya, kapal itu tidak memiliki banyak ruangan. Hanya ada tiga ruangan, yaitu di bagian bawah, tengah, dan atas. Bagian atas merupakan ruang pengendali kapal. Sehingga, jika dipikir-pikir, kemungkinan ruang rahasia itu berada di dek bagian tengah atau bagian bawah.

Beberapa menit kemudian, Felix kembali dengan membawa sebuah informasi. Ia mengatakan bahwa ia menemukan sebuah ruangan di dek bagian bawah yang terkunci dan sulit untuk dibuka. Felix memastikan jika ruangan itu mungkin adalah tempat penyimpanan chip rahasia.

Dengan riang, Jack menari-nari di atas kapal. Ia merasa sudah memenangkan pertarungan kali ini. Harta karun sudah berada di depan mata. Dengan cepat, ia berlari menuju ruang rahasia itu.

Sebagian bawahannya menyeret kami berdua hingga ke depan pintu ruang penyimpanan rahasia agar kami bisa memberikan kata sandi untuk membukanya. Ruang rahasia itu berada di dek pertama. Ruangan yang berada di dalam ruangan.

Hebatnya, dari dalam, kapal itu tak nampak seperti kapal feri pada umumnya. Aku benar-benar tidak merasa sedang berada di dalam sebuah kapal feri. Tidak ada kursi penumpang sama sekali. Rasanya, justru seperti berada di dalam sebuah pesawat antariksa. Ruangannya bergaya futuristik, dilengkapi dengan berbagai macam teknologi yang canggih.

Jika seseorang hanya mengamati bagian luar dari kapal ini, mungkin ia akan berpikir bahwa kapal ini hanyalah kapal feri biasa. Siapa sangka, ruangan sekeren ini bisa kita temukan di dalamnya.

"Buka mulutnya! Biarkan ia bicara," perintah Jack.

"Baik, Bos!" Felix melepaskan kain itu dari mulutku.

"Apa yang kalian inginkan sekarang?" Tanyaku.

"Cukup mudah. Beritahu kami kata sandi untuk membuka ruangan itu!" Balas Jack.

"Baik. Tapi dengan satu syarat!" Kataku, memanfaatkan situasi.

"Sebutkan!" Ia terlihat sangat percaya diri.

"Lepaskan ikatan kami dan bebaskan kami setelah kami memberi tahumu kata sandinya!" Pintaku.

"Melepaskan ikatanmu?" Ia cengengesan. "Maaf, sepertinya itu hal yang mustahil." Lanjutnya, menolak.

"Memang kenapa?" Tanyaku.

"Bagaimana jika kalian kabur sebelum memberi tahu kata sandinya?"

Kelihatannya ia tidak memercayai perkataanku.

"Tidak. Aku tidak akan berbohong." Aku berusaha meyakinkannya.

"Begini saja. Kau beri tahu kami kata sandinya. Jika kata sandi itu benar dan pintu penyimpanan rahasia berhasil terbuka, maka kami akan melepaskan kalian. Bagaimana?" Usulnya.

"Aku tidak bisa memercayaimu."

"Aku juga tidak percaya padamu. Tetapi, kamu tidak punya pilihan!" Ia mulai mengancam kami berdua. "Sepertinya aku harus menggunakan cara kasar."

Jack menempatkan moncong revolver di kepalaku. Ini bukanlah yang pertama sejak kami bertemu. Tentu saja aku tak bisa mengelak jika situasinya seperti ini.

"Jika kau tidak ingin memberi tahu kata sandinya, kau akan mati dengan sia-sia bersamanya. Kau juga tidak akan pernah melihat wajah kedua anakmu itu. Jadi, apa yang kau pilih?"

Itu sama sekali bukan pilihan. Itu lebih terdengar seperti ancaman.

"Sudah katakan saja!" Seru Felix.

Karena tidak ada pilihan lain, aku memilih untuk memberi tahunya kata sandi itu.

"Kata sandinya, 1234," jawabku.

Hening untuk sesaat.

"Hahahahahaha," semua orang tertawa dalam seketika.

"1234? Ini bukan waktunya untuk bercanda!" Kata Jack tidak percaya.

"Tapi memang itu kata sandinya! Untuk apa lagi aku berbohong?"

Jack menatap mataku, "Baiklah... Cepat, ikuti saja perkataannya! Tekan 1234!"

"Baik!" Felix menekan tombol sesuai dengan kata sandi yang aku berikan.

Pintu terbuka secara otomatis

"Ternyata benar, Bos!" Felix tersenyum kegirangan.

"Selamat datang di brankas 105!" Kata pintu itu, berbicara.

Semua orang menari-nari dengan gembira. Beberapa di antara mereka saling berpelukan dan tertawa. Sedangkan Juan tak berhenti menciumi foto istri dan kedua anaknya sebagai ungkapan syukur.

Setelah itu, mereka berjalan mengikuti Jack dari belakang, memasuki ruangan itu dengan hati-hati.

"Bagaimana dengan kami?" Tanyaku, menagih janjinya.

"Bagaimana dengan kalian? Tenang saja, kalian akan kami bebaskan ke laut bebas!" Jawab Jack.

"Apa maksudmu?" Aku mulai curiga.

"Lempar mereka berdua ke laut!"

"Siap!" Semua orang mengikuti instruksinya.

Tanpa segan, mereka melempar kami berdua ke laut. Dengan tangan dan kaki yang masih terikat, kami berusaha untuk mencapai permukaan, tetapi tidak bisa.

Saat itulah aku mulai kehilangan kesadaran.


***


[LARRY]

Aku merasa sedikit khawatir karena tidak menemukan Malta di rumahnya ketika aku pergi ke sana sore tadi. Austin juga sepertinya tidak ada di rumah. Tadinya aku berniat untuk memberikan sekotak es krim yang sengaja aku beli untuknya sebagai permintaan maaf. Tapi, karena ia tidak ada di rumah, aku terpaksa harus kembali. Lagi pula, ibuku memintaku untuk pergi mengambil bajunya di tukang jahit.

Karena tak ingin masalah ini berangsur memburuk, aku memilih untuk berbicara dengannya dan memberikan penjelasan.

Sebelum aku sempat menghubunginya, satu pesan masuk ke ponselku.

Malta: Larry, apa kau baik-baik saja?

Maaf, ya, aku sudah menyinggungmu. 🙏🏻


Larry: Ah...tidak! Tidak apa-apa. Kau tidak salah.

Wajar saja bila kau marah padaku.

Aku memang sudah cukup keterlaluan.


Malta: Tetapi, bagaimanapun juga aku sudah

terlalu berlebihan. Seharusnya aku memaafkanmu

saat itu. Sekali lagi maafkan aku!


Larry: Maafkan aku juga. Itu bukan sepenuhnya salahmu.

Seharusnya aku bisa menghargai keputusanmu.

Kau kan sahabat baikku!


Malta: Kau juga!


Larry: Jadi, apa kita kembali berteman?


Malta: Tentu saja!


Larry: Terimakasih. Aku senang sekali! *Peluk* 🤗


Malta: *Peluk juga* 🤗 Oh, ya, Larry! Tadi sore

aku pergi ke rumahmu, tetapi aku langsung pergi lagi.

Aku menemukan sepedamu di pinggir jalan lalu

aku antar kembali ke rumahmu.

Itu benar sepedamu, kan?


Larry: Oh, pantas saja! Saat pulang aku terkejut

karena menemukan sepeda itu. Aku memang tidak

sengaja meninggalkannya di sana. Terimakasih banyak, ya!


Malta: Sama-sama. Lagi pula, mengapa

sepedamu bisa tertinggal seperti itu?


Larry: Oh, itu... Oh, ya! Malta, aku baru ingat!

Aku ingin memberi tahumu sesuatu.


Malta: Apa itu?


Larry: Tadi sore, sepulang sekolah, aku pergi ke

toko es krim untuk membelikanmu es krim

yang selalu kita beli. Karena itu aku pergi ke

rumahmu, tetapi kamu tidak ada. Jason juga

tidak ada. Aku sudah menekan bel berkali-kali,

tetapi tidak ada yang membukanya.

Bibi Eagle juga tidak terlihat.


Malta: Oh, itu...sepertinya karena aku mampir

dulu ke rumahmu. Kalau Jason, aku juga tidak tahu.

Dia tidak memberi tahu. Dia masih belum pulang

sampai sekarang. Sedangkan Bibi Eagle sedang pergi

ke supermarket dan baru kembali satu jam yang lalu.


Larry: Oh, begitu ya. Masih ada lagi! Aku melihat

Jason tadi sore di rumah kosong.

Kau pasti tidak akan percaya ini!


Malta: Benarkah? Memang apa yang

Jason lakukan di sana?


Larry: Ia dipukuli sekelompok orang.

Aku juga tidak tahu mereka siapa.

Tapi yang membuatku lebih terkejut adalah

aku mengenali salah satu dari mereka.


Malta: Siapa?


Larry: Aku tidak yakin untuk memberi tahumu.

Aku takut kau mengira bahwa aku mencoba

untuk memfitnah atau menjauhimu darinya.


Malta: Memang siapa yang kau maksud?

Katakan saja!


Larry: Dia... Austin!


Malta: Austin! Benarkah itu? Mungkin

kau salah liat! 😧😧😧


Larry: Tidak, Malta! Aku serius... aku bahkan tidak

sengaja menyebut namanya dengan keras sehingga

ia menoleh ke arahku. Untungnya aku berhasil kabur.

Makanya aku tidak sengaja meninggalkan sepedaku

di sana karena aku merasa begitu ketakutan saat itu.


Malta: Entahlah...kita harus mengonfirmasinya

terlebih dahulu. Setelah Jason datang, aku

akan bertanya padanya.


Larry: Malta, sebaiknya kau jangan berbicara

dengan Jason dulu. Aku khawatir kalian

akan kembali bertengkar. Bagaimana jika

kita berdua saja yang mencari tahu?


Malta: Baiklah. Ku rasa kau ada benarnya!


Larry: Baguslah! Kalau begitu, besok kita bicarakan

lebih jauh di sekolah. Oh ya, dan jangan lupa

datang ke rumahku jika ada waktu!

Aku ingin memberikan es krim itu padamu.


Malta: Baiklah...baiklah...sepulang sekolah

aku akan ke sana.


Larry: Baik kalau begitu. Aku harus mengerjakan

tugas dulu! Sampai jumpa nanti! 😁


Malta: Baik. Semangat! 😋


Ternyata hari ini tidak begitu buruk. Di samping harus berlari hingga jari-jariku terluka dan meninggalkan sepedaku di jalan, setidaknya Malta mau kembali berteman denganku. Aku bahkan tidak perlu bersusah payah merangkai kata untuk membuatnya kembali menyukaiku.

Aku harap hubungan kami untuk selanjutnya akan terus berkembang menjadi lebih baik. Aku tidak pernah menginginkan pertengkaran ini. Selain itu, kami juga bertengkar hanya karena kesalahpahaman. Mungkin aku hanya terlalu cemburu terhadap Austin. Aku akui itu.

Sejauh ini, Austin memang tidak pernah melakukan hal buruk pada Malta. Kami memang sering beradu mulut, tapi sama sekali tidak pernah beradu fisik. Walaupun ia sedikit menjengkelkan, tetapi ia tidak pernah bersikap di luar batas.

Namun, setelah menyaksikan Austin memukuli Jason seperti itu, sepertinya kini aku memiliki alasan untuk melarang Malta bersama dengan Austin.

Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Aku memutuskan untuk berhenti menyelesaikan tugasku dan bersiap-siap untuk tidur.

Setelah aku kembali dari kamar mandi untuk mencuci muka, aku membuka ponselku dan mendapat satu notifikasi melalui akun instagramku.

Aku menekan notifikasi itu. Ternyata, Leticia membalas instagram story-ku yang menunjukkan fotoku saat berada di pantai. Aku juga menambahkan tulisan: Apa yang harus dilakukan ketika merindukan seseorang?

Entah mengapa aku menulis itu. Mungkin karena aku merindukan Malta setelah kami berhenti bicara untuk beberapa hari.

Leticia membalas: Memang siapa yang kau rindukan? 😅

Aku menjawab: Kau belum tidur? Besok kan kita ada kelas...

Leticia: Kamu menghindari pertanyaanku! 😑

Aku: Memangnya kenapa? 👻

Leticia: Baiklah...kau tidak perlu menjawab. Tapi, aku ingin meminta suatu hal!

Aku: Apa itu?

Leticia: Temui aku di Fairgrounds Coffee & Tea, besok sepulang sekolah.

Aku: Baik. Kebetulan aku ingin berbicara denganmu juga mengenai sesuatu.

Leticia: Oke. Jangan lupa tambahkan pengingat di ponselmu agar tidak lupa! 😈

Aku: Aku tidak akan lupa... tenang saja! Kalau begitu selamat malam. Aku sudah ngantuk. 🥱

Leticia: Selamat malam. Sampai jumpa besok! 👋❤


"Umm... Kenapa ia menambahkan emoji hati?" Pikirku.

Continue Reading

You'll Also Like

15.5M 874K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
5M 920K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...
1.9M 94.2K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Kita emang nggak pernah kenal, tapi kehidupan yang Lo kasih ke gue sangat berarti neyra Gea denandra ' ~zea~ _____________...
557K 37.9K 41
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...