Perumahan Bahagia ✓

By erinsarchive

127K 19.9K 5K

"Apaan perumahan bahagia? Aku bentar lagi sedih." - Adelia 20th More

Untitled Part 1
Untitled Part 2
Untitled Part 3
Untitled Part 4
Untitled Part 6
Untitled Part 7
Untitled Part 8
Untitled Part 9
Untitled Part 10
Untitled Part 11
Untitled Part 12
Untitled Part 13.
Untitled Part 14
Untitled Part 15
Untitled Part 16
Untitled Part 17
untitled part 18
Untitled Part 19
Untitled Part 20
Untitled Part 21
Untitled Part 22
Untitled Part 23
Untitled Part 24
Untitled Part 25
Untitled Part 26
Untitled Part 27
Untitled Part 28
Untitled Part 29
Untitled part 30
Untitled Part 31
Untitled Part 32
Untitled Part 33
Untitled Part 34
Untitled part 35
Untitled Part 36
Untitled part 37
Untitled part 38
Untitled Part 39
Untitled Part 40
Untitled Part 41
Untitled Part 42
Untitled Part 43
Untitled Part 44
Untitled Part 45
Untitled Part 46
Untitled Part 47
EPILOG

Untitled Part 5

2.8K 482 146
By erinsarchive

Minggu pagi,  sekitar habis subuh pintu rumah Sherina diketuk.  Kalau adat Jawa sih,  harusnya jangan dibuka.  Ada sihirnya katanya. 

Hanya saja,  Sherina tahu siapa yang mengetuk pintu rumahnya,  jadi dia segera membukanya lebar.  "Pagi bener,  Mas?" ucapan pertama Sherina saat melihat senyuman khas menatap mukanya saat membuka pintu.

"Sekalian olahraga.  ini Riel sama Dimas mau ikutan juga."

Sherina bisa melihat cengiran khas Dimas,  dari balik pintu. "Kalau aku sendiri perempuan,  aku kalah dong.  Ajakin Adek juga dong."

"Motornya nggak ada kalau ajakin Adek juga." kata Oriel sambil mengacungkan kunci motor yang nampaknya miliknya itu. Matanya juga secara tidak langsung mengarahkan bahwa ada Dimas,  sehingga pasti Adek tidak mau ikut. 

Jadi begini ceritanya.  Semalam setelah berangkat makan di tempat yang berbeda, yaitu Nasi Ayam Pak No.  Si adek berdeklarasi.  "Mulai sekarang aku nggak suka lagi sama Mas Adimas." begitu yang tentu saja menimbulkan gelak tawa yang ada di sana. 

Sherina btw nggak jadi makan bakso.  Dia udah kenyang,  jadi lebih memilih duduk cantik diantara tetangganya itu. Terus bahas yang lain-lain sebelum akhirnya pulang.

"Alah,  Mas Riel.  Gitu aja loh. Tinggal keluarin motornya Dimas,  kan gampang." kata Sherina.  "Bentar ya Mas Tama aku ambil sepatu dulu."

Iya,  yang ngajakin dia keluar hari ini itu Tama.

Jadi semalam setelah ditinggal para penghuni, karena dia harus bekerja di kafe, Tama mengirim pesan singkat kepada Sherina mengenai ajakan mencari sarapan di car free day yang berada di jalan Ijen.

Sherina yang belajar dari kesalahan kemarin yang nungguin Tira,  akhirnya dia mengiyakan.  Sudah lama juga dia tidak ke car free day, lumayan sekalian jalan-jalan pagi. 

Menghela napas setelah ditinggal Sherina masuk ke dalam rumah.  Oriel akhirnya berjalan ke arah rumah Adelia yang berada di sebrang rumah Sherina.  Ketukan pelan di keluarkan hingga lima kali,  sampai akhirnya Adelia membuka pintu.  "Adek kira siapa, kenapa mas riel?"

"Car free day yuk.  Sama Sherin juga--"

Tidak perlu menyelesaikan ucapannya,  Adelia tahu siapa yang di ajak. Adimas tersenyum kepadanya,  begitu pula dengan Tama yang melambaikan tangan.

"Nggak." lalu pintu di tutup secara dramatis oleh Adelia. 

Oriel yang tidak salah apa-apa jadi kena imbasnya kan? Mana nggak pake tendeng aling,  langsung bilang nggak terus ditutup gitu aja. 

Untung Oriel orangnya sabar, dan paham kenapa Adelia melakukan itu. Patah hatinya orang yang kasmaran apalagi baru H+1 itu emang sakit banget.

Oriel sekali lagi mengetuk pintu rumah Adelia. "Dek, ini penting buka pintunya."

Dan tidak pakai satu detik, pintu dibuka. Sepertinya Adelia masih berdiri dekat pintu.

Oriel kemudian berbisik "ini bisa jadi cara kamu buat bilang ke yang di ajak kencan semalam, kalau mereka itu nggak ekslusif.  Udah ikut aja sama kita.  Ntar kamu bisa dapat perlakuan kelas VIP."

"Apa sih mas." protes Adelia,  hampir menutup pintu sekali lagi. 

"Bisa goncengan sama Dimas,  bisa lari pagi sama Dimas,  bisa makan sama Dimas.  Kapan lagi kan?  Udah sebelum sepenuhnya move on,  manfaatkan saja kesempatan yang ada."

Adelia menghela napas.  "Terakhir ya."

Oriel lalu mengangguk.

"Oke bentar."

Pintu rumah Adelia terbuka lebar,  sementara Adelia berjalan masuk ke dalam.

"Gimana?" seru Sherina.

Dan Oriel membuat lambang ok pada tangannya.

****

Seperti kata-kata Oriel tadi, Adelia memang boncengan dengan Adimas. Alasannya Oriel dia mau beli bensin dan ambil uang dulu, ntar nyusul, jadinya seperti itu.

Tapi serius Oriel terus-terusan menahan tawa sedari mereka berdua naik motor dari perumahan.  Jaraknya jauh banget.  Antara memang Adelia tidak mau dekat-dekat,  atau jaim kalau nempel-nempel. 

Kalau Tama sama Sherina sih ya udah sih ya,  udah biasa goncengan mereka.  Kalau Adelia kan jarang.

Sampai di Car Free Day,  mereka parkir motor di jalan pahlawan.  Dekat sama bakso bakar yang diniati Sherina untuk pergi.  Jam masih menunjukkan pukul setengah 6. Masih pagi banget.  Malang dinginnya super,  jadi sherina nyesel cuman pakai baju lengan panjang dan sweatpants.  Beda sama Adelia yang memang pakai jaket dan celana training. 

Kalau yang cowo sih,  kaos sama celana training aja udah. 

"Lari keliling Ijen dulu,  baru cari makan ya?" kata Dimas melihat Sherina dan Adelia,  sementara mereka mengangguk. 

"Kamu sama yang lain duluan aja,  aku kan sama Adek nih."

"Ok." kata Oriel dan mulai melakukan pemanasan singkat. 

"Mas Tama nggak pemanasan juga?" tanya Adelia melihat ke kirinya,  tempat Tama berdiri.

"Aku nemenin dua cewe cantik aja,  lari kecil nggak pakai pemanasan nggak papa."

Sherina tertawa.  "Makasih loh ya udah manggil aku cantik."

Sementara Adelia tidak bergeming.  Dia bergemingnya kalau mas Dimas yang bilang dia cantik.  Meleleh deh dia ntar kayak Aspal panas. 

Di sepuluh menit kemudian,  Adimas dan Oriel mulai berlari,  sementara Adelia dan Sherina berlari kecil bersama Tama. 

Duh aku obat nyamuk dong

***

Safira hari ini bangun pagi sekali. Iya,  lebih pagi dari hari biasanya.  Jam 7 pagi.  Sehabis subuh tidur lagi,  tapi malah terbangun jam 7.

Kalau jam 7, berarti tukang sayur maupun tukang bubur sudah lewat seharusnya,  tapi dia tetap keluar dari rumahnya.  Melihat keadaan. 

"Tumben bangun pagi." Azio menyapa,  dan membuat jantung Safira kaget.  Dag dig dug begitu.

Azio kebetulan lagi membersihkan mobil.

"Eh iya,  hahaha." malu,  karena ketahuan sering bangun siang. 

"Nyari apa? Tukang sayur udah lewat,  tukang bubur juga udah,  baru aja."

Mulut Safira membentuk bulat sempurna, sebelum menganggukkan kepalanya. 

"Kenapa?  Mau cari makan ya?"

Safira kembali mengangguk.  "Mau masak."

"Ku anterin ke pasar mau?"

Mata Safira mengerjap cepat,  kenapa nih kok mau nganter ke pasar?  Padahal mobilnya habis di cuci.

"Nggak usah nggak papa,  ngerepotin."

Azio menggelengkan kepalanya.  "Nggak dong, kalau aku di masakin juga kan nggak mubazir bersihin mobil dua kali."

Nah kan bener.

"Aku pesen gojek aja nggak papa kok, Mas Zio. Makasih ya."

"Eh sini."

Azio dan Safira kaget karena pintu rumah Randi tiba-tiba terbuka, lalu kepala manusia itu menjulur keluar.

"Sini kalian berdua, ayo makan bareng sama kita. Aileen masak capcay."

"Kok cepet banget?" tanya Azio.  Pasalnya sekitar 30 menit yang lalu Aileen berbelanja di tukang sayur,  kok makanannya sudah mateng. 

"Kan aku bantuin.  Ayo udah,  rejeki jangan di tolak."

Safira terlihat ragu-ragu,  tapi saat Azio menatapnya dan menggerakkan kepalanya ke kanan,  seakan mengajak Safira makan,  membuat Safira mau tidak mau mengunci rumahnya dan berjalan ke rumah Randi dan Aileen. Begitu juga dengan Azio yang mencuci tangannya di keran luar rumahnya lalu berjalan ke kanan,  ke rumah Randi. 

Begitu masuk rumah,  Azio dan Safira cuman diam aja pas ngeliat makanan di meja makan. 

"Kalau sarapan emang sebanyak itu?" tanya Azio.

Aileen menggeleng.  "Nggak dong.  Ini mau dibungkus.  Kan pada mau ke selekta kan? Jadi bungkus makanan daripada jajan di luar."

Yang ada di meja itu cuman perkedel jagung  sama capcay,  tapi porsinya gede banyak banget.  Sekarang Safira bisa tahu kenapa mereka sering banget bagi-bagi makanan.

"Sayang Azio nggak ikut ya." kata Randi seraya menarik kursi di meja makan,  lalu mempersilahkan yang lain ikut duduk."

"Cuman satu mobil kan?" tanya Aileen,  sementara Safira menggeleng. 

"Mau pinjam mobilnya Tira juga. Dimas yang nyetir." jelas Safira.  "Itupun kalau Adek ikut sih."

Mendengar nama Adek di sebut,  Azio mau tidak mau mengingat apa yang terjadi semalam.  "Dia mau move on dari Dimas,  soalnya Dimas kencan sama anak perumahan sebelah."

"Bikin deklarasi juga." kata Safira sambil tertawa. 

Aileen yang akhirnya ikut duduk hanya tersenyum.  "Yah,  Randi batal dong jodohin Adek sama Mas?"

"Jadi dong.  Pokoknya goals pertama aku jadiin dua orang itu." kata Randi dengan semangat. 

"Taruhan deh, nggak bakal jadi." kata Azio santai,  menunggu pemilik rumah mengambil nasi dari mangkok nasi yang ditaruh di meja makan. 

"Jadi." kata Safira. 

"Kalau aku sih maunya jodohin Sherina aja,"

"Kalau aku maunya jodohin Indrani," kata Safira enteng. 

"Ndrani?  Sama siapa? Tira?" tanya Randi.

"Afnan." kata Safira. 

"Kok sama Afnan?" tanya Azio bingung.

"Biar hidupnya terjamin.  Kasian loh liat ndrani. Kerja serabutan gitu,  jadi paling nggak sama yang gajinya mumpuni." lanjut Safira lagi

"Ada Zio juga,  ada Tira yang otw dokter,  ada Riel yang otw dokter hewan,  ada Dipta yang dosen,  ada Tama yang jadi pengacara + pemilik cafe,  terus kamu larinya ke Afnan yang Batang hidungnya keliatan sabtu minggu doang?"

"Apa bedanya sama mas Zio,  dan yang lainnya?" protes Safira saat mendengar perkataan Randi.  "Ketemu kita juga setiap sabtu minggu doang kan,  kayak sekarang.  Selebihnya kerja."

"Ah,  nggak cocok Afnan ama ndrani." giliran Aileen yang berkomentar.  "Ndrani tuh cocoknya sama--hm.... " Aileen berpikir kira-kira siapa yang bisa membuat Ndrani yang agak pendiam itu bisa ngobrol banyak.  "Tira kayaknya cocok tuh."

"Atau aku."

"Ha?" Safira,  Randi dan Aileen berseru bersamaan,  bingung dengan perkataan Azio barusan.

"Uangku kan banyak juga,  terus benernya tipeku itu ya kayak Ndrani atau Milena."

"Gimana gimana?" tanya Randi karena merasa salah dengar. 

"Maksudku kan kalau Milena itu belum ada kerja,  jadi kalau diajak pindah itu enak.  Terus ndrani juga kan kerjaannya jadi guru,  jadi diajak pindah masih bisa juga."

"Oh,  soalnya kamu nggak pernah menetap lebih dari 2 tahun ya." kata Aileen.

Azio mengangguk.  "Kalau sherina kan sama Tama."

"Ih...  Iya.  Kamu ngerasa juga ya?" kata Aileen heboh. 

"Ah,  masa?  Sherina bukannya sama Tira?  Deket banget tuh.  Kayak manusia tak bisa dipisahkan."

"Amanahnya Afnan." kata Randi,  memberitahu Safira. 

"Riel tuh cocoknya ama Milena kupikir."

"Kok Milena?" protes Azio.  "Chemistrinya aja nggak ada."

"Lah iya,  kan mereka bukan jurusan kimia.  Jelas nggak ada chemistrinya.  Kalau Ndrani baru."

"Apaan sih Yang," kata Aileen tidak senang mendengar recehan Randi. 

"Kalau Lulu kudengar dia naksir Tira ya?" kata Safira. 

"Masa?" ucap Randi.  Bahagia mendengar gosip baru.

"Katanya Ndrani tuh, Lulu sering banget lempar senyum ke Tira."

"Keliatan banget bukan sih?" kata Azio.

"Iya,  keliatan banget juga kalau nasinya mulai dingin.  Makan dulu aja ntar lagi gosipnya." kata Aileen,  dan yang ditegur Aileen akhirnya mulai menyendok sayur di meja.  Padahal tadi yang ngajak gosip aileen juga,  eh malah kena tegur. 

***

Continue Reading

You'll Also Like

60.6K 6K 17
{LENGKAP} Judul nya Oneshoot tapi ceritanya pasti lebih dari satu part 😌😌😌 But i just love NielWink 😘😘😘
275K 43K 97
Siapa saja yang ada di dalam keluargamu? Ayah? Ibu? Kakak? Adik? Kalau disini ada Mas, Abang, Aa dan Adek. Sepi, ya? Tambah orang lagi yuk, biar rame...
158K 12.9K 36
Sehun x Lisa Pernikahan? Ya, pernikahan akan berlangsung aman dengan segenap rasa saling percaya satu sama lain, tidak ada yang namanya dusta, keboho...
1.4K 212 22
Satu kesalahan saja kadang sudah membuat seribu kebaikan dilupakan. Maaf itu mungkin tidak akan menjadi obat untuk segala rasa sakit yang sudah diras...