Qianghan sudah tahun keduanya di perkuliahan. Dia sudah membiasakan diri. Walapun dia tidak terlalu menonjol dalam prestasi, tapi dia tidak memiliki masalah baik secara nilai maupun perilakunya. Jam pertama yang akan dia ikuti hari ini adalah kelas manajemen pemasaran. Dia masuk ke kelasnya dan seperti biasa duduk paling depan.
"Permisi. Tempat di sebelahmu masih kosong?" tanya seorang gadis.
"Ya. Silahkan."
"Terima kasih."
Qianghan tiba-tiba merasa tidak nyaman. Dia merasa di tatap oleh orang lain. Qianghan mencari ke sekelilingnya. Dia menyadari bahwa orang di sampingnya selalu mencuri-curi pandang padanya.
'Apa dia naksir padaku? Walaupun dulu aku laki-laki, dia sama sekali bukan tipe ku.'
Qianghan berusaha mengacuhkannya. Dia ingin sekali pindah dari tempatnya. Tapi ini tempat favoritnya.
"Ke-kenalkan. Nama ku Miranda. Siapa namamu?"
"Qianghan." jawab Qianghan acuh. Dia berharap dosen segera datang.
"Kami akan satu kelas selama satu semester. Semoga kita dapat lebih akrab."
"Un."
"........"
Qianghan tidak akan memberikan celah bagi orang yang mencurigakan. Qianghan lebih menyukai orang seperti Yin Hexi yang sombong dan blak-blakan, penuh kebanggaan dan terbuka. Miranda sangat mencurigakan. Tingkah laku, kata-kata dan detak jantungnya tak sesuai. Seperti dia sedang berbohong atau berpura-pura.
Panampilan Miranda juga tidak Qianghan sukai. Qianghan tidak membeda-bedakan pakaian mahal atau murah. Tapi penampilan Miranda dirasa sangat tidak cocok dan terkesan dipaksakan. Wajah bulat dengan rambut pendek bergelombang. Dirambutnya ada jepit bermotif pita. Kekanak kanakan sekali. Tubuhnya juga pendek sekitar 160 cm. Dia mengenakan kemeja putih pendek dengan renda di bagian dada. Anehnya lagi dia menggunakan rok pendek berwarna hitam, dengan legging hitam dan sepatu hitam.
Apa kalian membayangkan gadis imut? Tidak mirip sama sekali. Bukannya menghina. Tapi sungguh pakaiannya tak pas. Bahkan ekspresinya kurang tulus. Dia tidak bisa menyembunyikan ekspresi sehalus apapun dari ata Qianghan.
'Sungguh lihatlah senyum yang dipaksakan itu.'
____________________
Qianghan. Aku pernah dengar bahwa dia dari keluarga kaya. Aku melihatnya pulang pergi naik mobil. Pakaian nya juga sangat bagus. Qianghan juga terkenal rajin. Dia bahkan ikut semester singkat untuk mempercepat masa kuliahnya. Dia juga dikenal baik dan sopan.
'Bukankah akan menguntungkan jika aku menjadi temannya?'
Miranda mempelajari kebiasaan Qianghan. Menjadi kaya adalah impiannya. Mungkin jika dia berteman dengan Qianghan maka dia akan mendapatkan kesempatan bertemu dengan orang kaya yang lainnya. Bukankah ini kesempatan untuk menjadi Cinderella?
"Miranda. Kemana kau pergi berlibur kemarin?"
"Aku tak pergi ke tempat yang jauh. Hanya mendaki gunung bersama teman-teman."
'Gunung? Mana ada waktu pergi ke gunung. Kemarin aku Cuma diam dirumah dan membantu ibu membersihkan sayur.'
"Benarkah? Aku tak punya banyak stamina, jadi tak bisa naik gunung. Aku hanya sekedar jalan di Perancis."
'Perancis. Kau jalan-jalan keluar negeri dan tidak membawaku?'
"Perancis? Kau hebat. Aku disini hanya berkeliling Mall dan berbelanja. Tapi aku berhasil mendapatkan tas yang aku inginkan."
'Wah lihatlah tas ini. Bukankah ini tas merek terkenal? Harganya bahkan lebih dari 100.000.'
Miranda membatin dan iri dengan orang-orang disekeliling mereka.
"Qianghan. Kemana kau liburan kemarin?"
"Aku tinggal dirumah. Ayah dan ibu datang berkunjung. Selain itu aku mengikuti semester singkat." ucap Qianghan tenang.
"Benarkah? Sayang sekali."
'Kau anak orang kaya. Mengaa kau tak memanfaatkanya dan bersenang-senang? Kalau aku, aku pasti akan pergi jalan-jalan ke luar negeri dan berbelanja banyak merek terkenal.'
.
"Miranda kau sudah pulang? Cepat bantu ibu menata sayuran. Pamanmu mengirim banyak sekali lobak."
"......"
"Kenapa kau bengong? Cepatlah."
Miranda dengan enggan pergi membantu. Kenapa semuanya seperti ini? Teman-teman di kampusnya hampir semua orang kaya. Mereka mempunyai mobil, banyak baju bagus, dan perhiasan yang banyak. Mereka sangat cantik. Tentu saja mereka banyak uang untuk dihamburkan di salon kecantikan dan membeli produk perawatak kulit yang mahal.
Kenapa aku tak terlahir menjadi anak orang kaya?
_____________________
Dari jauh Qianghan melihat Miranda mendekatinya lagi. Qianghan pura-pura tidak tahu dan buru-buru pergi mencari Duan Ji untuk mencari pertolongan.
Qianghan menemukan Duan ji sedang mengobrol dengan teman-temannya. Qianghan tak mau mengganggu mereka. Tapi Miranda masih tetap mengikutinya. Duan Ji melihat Qianghan dari jauh, dan melambaikan tangan.
"Qiang'er kemarilah."
Qianghan buru-buru menghampiri Duan Ji.
"Ji gege."
"Duduklah. Apa kau sudah makan?"
Qianghan duduk di samping Duan Ji lalu menggelengkan kepalanya.
"Kalau begitu pesanlah."
Duan Ji memperkenalkan Qianghan pada teman-temannya. Qianghan juga senang mendapatkan banyak kenalan. Teman-teman Duan Ji terlihat baik.
____________________
Miranda melihat Qianghan dari jauh baru turun dari mobil. Dia buru-buru menghampirinya. Tapi entah kenapa Qianghan tidak langsung masuk ke kelas. Miranda mengikuti Qianghan ke kantin. Dia melihat Qianghan duduk bersama orang dari departemen lain.
'Apakah mereka teman-teman Qianghan? Bukankan mereka terlihat dari orang berada. Aku teman Qianghan. Mereka teman Qianghan. Mereka juga bisa menjadi temanku juga, bukan?'
Miranda menghampiri Qianghan dan Duan Ji.
"Qianghan selamat pagi." Miranda menyapa Qianghan dengan ekspresi malu-malu.
"Pagi."
"Hari ini tugas presentasi harus di kumpulkan. Kau sudah mengerjakannya."
"Sudah."
"Kau akan makan siang? Aku juga. Boleh bergabung dengan mu?"
"......"
Qianghan mencubit pelan paha Duan Ji. Duan Ji mengerti.
"Maaf, Tapi kami memiliki sesuatu yang harus dibicarakan. Maaf tak bisa menemani kalian makan siang. Qianghan ayo."
Duan Ji dan Qianghan pun pergi.
"Tidakkah kau lihat itu? Sepertinya gadis itu adalah pacar Duan Ji!"
"Itu tidak mungkin!"
"Apanya yang tidak mungkin? Mereka sering makan bersama."
"......"
____________________
"Ji gege. Terimakasih."
"Tak apa. Tapi apa gerangan yang membuatmu kesusahan."
"Aku tak ingin berteman dengan Miranda. Dia selalu mengikuti ku. Ini sangat mengerikan. Tapi aku juga tak mau mengusirnya secara langsung. Itu akan terdengar jahat."
"Bagaimana jika kau bersikap dingin padanya?"
"Sudah. Tapi dia selalu duduk di sampingku saat di kelas. Aku harus bagaimana?"
"Sepertinya dia tahu kalau kau itu adalah seekor phoenix."
"Aku bukan burung."
"Maksudku, dia tahu kau itu anak orang kaya. Dia ingin mengekor padamu."
"Bagaimana menyingkirkannya?"
"Bagaimana kalau kau datang lebih lambat dari biasanya. Duduk bersama orang lain. Atau berkumpul dengan orang-orang kaya lainnya?"
"........ Kau pikir aku dapat melakukannya?"
"Tentu."
"Kalau aku masih tetap tidak bisa?"
"Kau harus lulus mata kuliah yang sama dengannya lebih cepat dan kamu tidak perlu sekelas dengannya lagi."
"Itu ide bagus. Ji gege. Temani aku menemui profesor."
"Oke."