Azalea [COMPLETED]

Por NonaTembam

28K 3.1K 895

Mana yang sebaiknya kita pilih antara kebohongan yang manis atau kejujuran yang pahit Más

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 27
Part 28
Mino's Side Story
Mino's Side Story 2
Ending Scene
Author's Note

Part 26

597 79 13
Por NonaTembam

Waktu terus bergerak maju. Meski memerlukan waktu yang sangat lama, pada akhirnya Irene mulai mengikhlaskan kepergian orang tuanya. Ia juga sudah mulai terbiasa hidup bersama keluarga kecil tante Sella. Mulai terbiasa dengan keusilan yang dilakukan Sean padanya. Meski sekarang rumahnya tidak lagi bersebelahan dengan Kiano, tapi cowok itu selalu berusaha untuk berangkat dan pulang sekolah bersama Irene. Melewati hari-harinya bersama Irene seperti saat Irene masih menjadi tetangganya dulu.

Tapi sudah seminggu Kiano izin dari sekolah juga tidak pernah menyempatkan waktunya untuk mengunjungi Irene. Bahkan saat dua hari yang lalu Irene mendatangi rumah Kiano dan mendapati rumah tersebut dalam keadaan sepi. Menurut tetangga, keluarga Kiano pergi keluar kota karena ada urusan. Yang membuat Irene kesal adalah Kiano sama sekali tidak bilang akan pergi atau mengabarinya sedikit pun. Semua telepon dan pesannya tidak pernah mendapat jawaban dari Kiano.

Hari itu Irene sedang belajar menjahit menggunakan mesin jahit kuno punya tante Sella saat Sean tiba-tiba berteriak memanggilnya.

"Teteh... teteh Irene... teh teh teh teteh Irene...," teriak Sean mencari keberadaan kakak sepupunya itu.

"Teteh di kamar. Nggak usah teriak teteh denger kok...," sahut Irene.

"Ada Kak Kiano nungguin di depan...," ucap Sean memberitahu tujuannya mencari Irene. Mendengar nama Kiano membuat Irene serta merta berlari keluar kamar untuk menemui cowok itu.

"Kiano!" panggil Irene begitu melihat sosok jangkung itu berdiri di teras rumah memperhatikan halaman rumah tante Sella.

"Hei Irene...," sapa Kiano dengan senyum khasnya.

"Kamu kemana aja? Seminggu nggak masuk sekolah. Nggak pamit sama aku. Ditelepon nggak pernah di angkat, aku chat kamu nggak pernah dibales. Kemana sih? Bikin orang khawatir tau...," protes Irene langsung.

"Rene... duduk dulu bisa kali baru protes panjang lebar...," respon Kiano.

Irene menatap geram cowok itu lalu mengajaknya duduk di kursi teras. "Jadi? Kemana aja kamu?"

"Liburan ke Malang," jawab Kiano.

"Terus... itu tangan kamu kenapa dipasang gips gitu?" tanya Irene yang sedari tadi sudah penasaran melihat penampilan Kiano dengan tangan kirinya di gips.

"Hmm... ini... pergelangan tangannya retak... kepeleset di kamar mandi,"

"Nggak hati-hati... kalau kayak gini kan kamu nggak boleh main basket dulu pasti, kan? Padahal sebulan lagi ada liga antar-SMA...,"

Kiano terkekeh pelan. "Yah... gimana. Aku terpaksa izin dulu dari basket. Sebenernya bisa sih main dengan tangan satu doang... cuma pelatih juga nggak akan kasih izin aku ikut tanding...,"

"Padahal kamu udah nungguin banget pertandingan basket ini... kamu sih nggak hati-hati bisanya kepleset di kamar mandi...,"

"Santai, Rene... gue nggak apa-apa kali... masih ada pertandingan basket lainnya... dan yah namanya musibah kan nggak ada yang tau aku bakal kayak gini,"

Irene hanya mendengus kesal. Saat itu Irene sama sekali tidak menaruh curiga dari setiap cerita Kiano. Ia percaya saja kalau Kiano cedera karena terjatuh di kamar mandi. Namun sejak hari itu, Irene mulai merasakan ada yang berubah dari Kiano. Kalau biasanya Kiano akan selalu tertawa tiap kali Irene protes, maka Kiano hanya akan menunjukan senyum tipisnya dengan tatapan sendu. Irene juga sering menemukan Kiano lebih banyak melamun. Kiano yang biasanya sering bercanda dengan temen sekelas mereka, jadi lebih sering diam memperhatikan setiap candaan teman sekelasnya. Dan yang membuat Irene semakin bertanya-tanya adalah saat Kiano memutuskan untuk keluar dari anggota ekskul basket. Selama ini Kiano menjadikan basket hal penting dalam hidupnya, lalu bagaimana bisa cowok itu melepaskan basket dengan alasan cedera pada pergelangan tangannya tersebut? Tapi setiap kali Irene bertanya ada apa dengan dirinya, Kiano selalu menjawab bahwa ia baik saja dan tidak ada yang bermasalah dengan dirinya.

Hingga akhirnya satu kejadian menjadi jawaban dari semua rasa penasaran Irene. Sore itu setelah pulang sekolah, Irene menemukan Kiano di atap gedung sekolah dengan pergelangan tangan yang mengucurkan darah segar.

"Kiano!" teriak Irene mendapati keadaan Kiano dengan darah segar menodai kemeja putih seragamnya. Cowok itu menatap Irene dengan airmata yang mengalir deras. Irene mengeluarkan sapu tangan dari saku rok seragamnya, lalu mengikat pergelangan tangan Kiano yang berdarah. Di lantai di samping kaki Kiano tergeletak tiga buah silet tajam yang berlumuran darah. Irene segera menuntun Kiano pergi dari tempat itu.

"Irene... aku takut... aku takut...," bisik Kiano berkali-kali saat mereka berada di rumah sakit. Dokter sedang menangani luka di pergelangan tangan Kiano.

"Aku di sini... jangan takut, Kiano. Aku di sini...," ucap Irene mencoba menenangkan Kiano.

Dari kejadian Kiano yang mencoba mengakhiri hidupnya tersebut, tante Alya (mamih Kiano) menceritakan kalau Kiano mendapati papihnya selingkuh yang membuat ayah dan anak itu bertengkar hebat. Dan cedera pada pergelangan tangan Kiano waktu itu disebabkan karena papih mendorong Kiano dengan kasar hingga membuat tangan Kiano membentur sudut meja dengan kuat.

Irene memang sudah tahu kalau selama ini keluarga Kiano memang tidak harmonis. Yang Irene tidak tahu adalah Kiano mengalami kekerasan dalam rumah tangga tiap kali cowok itu mencoba membela mamihnya saat bertengkar dengan papih. Dan kejadian di atap sekolah itu disebabkan karena Kiano tertekan mengetahui papihnya berniat menikahi selingkuhannya tanpa mau menceraikan mamihnya terlebih dahulu. Kiano jelas murka dengan tindakan papihnya tersebut. Cowok itu tidak rela ada yang tega menyakiti hati mamihnya dan membuat trauma bagi Kara.

Sejak kejadian itu, Irene selalu berusaha untuk ada bagi Kiano. Memastikan bahwa cowok itu tidak mengalami gangguan mental yang bisa kapan saja mengulangi kesalahan fatal yang sama. Seperti saat dirinya dulu berada pada titik terendah, Kiano selalu ada untuknya. Dan saat Kiano berada pada posisi yang serupa denganya dulu, Irene berusaha menjadi tumpuan bagi Kiano. Bersama mereka saling menjadi support system bagi satu sama lain. Kiano untuk Irene dan Irene untuk Kiano.

***

Irene menarik napas panjang untuk meredam isakannya. Tangan Irene segera bergerak menghapus airmata di wajahnya terdengar suara ketukan dari luar kamarnya diiringi suara tante Sella.

"Irene... kamu udah bangun sayang? Tante boleh masuk?"

Irene tidak langsung memberi jawaban. Ia mengatur napasnya dulu agar tidak terkesan baru saja menangis lagi. Menutup kembali keepsake box dipangkuannya tersebut dan menyimpannya di dalam laci nakas. Setelah merasa emosinya stabil, barulah Irene beranjak dan membuka pintu kamarnya.

"Ada Leora. Mau ajak kamu jalan. Kamu mau?"

"Irene masih perlu istirahat, tante... tolong bilang ke Leora dateng lagi besok kalau Irene udah cukup baik, boleh?"

Tante Sella tersenyum sendu, dielusnya wajah Irene. "Tante paham kamu belum siap ketemu yang lain. Tapi Leora ini sahabat kamu sayang... dia sangat khawatir dan penasaran dengan kondisi kamu. Dia pengen lihat kamu secara langsung dan bukan sekedar dengerin cerita tante,"

Irene baru akan memberikan alasan lainnya saat suara Leora menginterupsi. "Irene...," panggil cewek cantik itu pelan. Pada wajah cantik Leora tersungging senyum tipis. "Hai...," ucap Leora lagi. Leora melihat tante Sella memberikan isyarat padanya untuk mendekati Irene.

"Tante tinggal ke toko yah... silahkan kalian berdua ngobrol di rumah atau mau jalan keluar," ucap tante Sella meninggalkan dua gadis tersebut.

"Diluar hujan, Rene... gue pengen makan ice cream tapi nggak ada yang nemenin gue. Leon sibuk di kedai. Fabian sibuk di kampus. Elo mau temenin gue?" tanya Leora hati-hati.

Irene menatap lama sahabatnya itu. "Tunggu gue lima belas menit," ucap Irene akhirnya.

Leora tersenyum lebar. "Iya... gue tunggu di ruang keluarga," sahut Leora.

***

Irene pikir Leora hanya akan mengajaknya makan ice cream lalu pulang. Tapi ternyata pikirannya itu salah. Sahabatnya itu merengek minta ditemani nonton film Disney juga keliling mall untuk window shopping. Dan hari itu Leora lebih cerewet dari biasanya.

"Irene yang ini lucu deh... eh nggak ini lebih lucu...," ucap Leora menunjuk pada dua summer dress motif bunga berwarna pink neon dan kuning lemon. Lalu cewek itu juga menunjuk deretan pernak-pernik headpieces.

"Leora... jangan dipaksain," ucap Irene tiba-tiba yang membuat Leora berhenti tersenyum. "Gue tahu elo berusaha terlihat ceria padahal saat ini elo merasa prihatin sama keadaan gue... please... jangan dipaksain... bersikaplah sebagai Leora yang gue kenal seperti biasanya. Yang nunjukkin emosinya secara jujur,"

Leora menggigit bibir bawahnya. Seketika ekspressi cewek itu berubah sendu. Irene meraih tangan Leora. "Elo boleh tanya banyak hal ke gue... jangan elo pendam. Pasti ada banyak cerita tentang gue yang pengen elo tahu kan?"

Leora segera memeluk sahabatnya itu. "Irene... elo kenapa sih? Cerita sama gue... gue kan sahabat elo... jangan pernah berusaha untuk sok kuat sendiri... elo punya gue, Leon juga Fabian," ucap Leora.

Irene mengangguk lemah lalu melepaskan pelukan Leora. "Iya... makasih udah jadi sahabat gue,"

***

Pada akhirnya Irene menceritakan semuanya pada Leora yang membuat sahabatnya itu banjir air mata. Sebenarnya Leora sudah tahu kalau kedua orang tua Irene menjadi korban dalam kecelakaan pesawat. Tapi tentang Kiano, baru kali ini Leora mendengarkan ceritanya langsung dari Irene. Setelah menunggu Leora berhenti menangis dan yakin kalau cewek itu mampu menyetir mobil, barulah Irene turun dari mobil sahabatnya itu. Leora mengatakan ia langsung pulang karena ada janji kencan dengan Fabian.

Irene baru akan melangkahkan kakinya masuk melewati pagar rumah saat seseorang menarik lembut lengannya. Ia sedikit terkejut dan segera membalikkan badannya. Dan saat itu juga kedua bola mata Irene bertemu tatap dengan sepasang bola mata coklat Mino. Refleks, Irene menyentakkan tangan Mino hingga terlepas dari lengannya.

"Irene... apa kabar... aku perlu ngomong sama kamu,"

"Nggak! Nggak ada yang perlu diomongin lagi... mending kamu pulang dan jangan pernah muncul di depan aku lagi," sahut Irene dengan suara nyaring.

"Irene... soal Kiano...,"

"Berhenti Mino! Jangan pernah sebut nama Kiano. Satu hal yang harus kamu tahu, kamu nggak akan pernah bisa jadi Kiano! Buat apa kamu memposisikan diri sebagai Kiano? Saat hidup kamu jauh lebih baik dari Kiano. Kamu punya semua hal yang nggak akan pernah Kiano punya. Jangankan untuk punya, untuk sekedar bermimpi aja, Kiano nggak pernah mampu. Kamu nggak akan pernah bisa nyamain penderitaan yang dialami Kiano! Demi apa pun kamu bukan Kiano dan jangan berusaha untuk jadi Kiano!" cerca Irene.

Tanpa memberikan kesempatan Mino untuk berbicara, cewek itu sudah berlari lebih dulu masuk ke dalam rumah, membiarkan Mino mematung di depan rumahnya.

"Teh, itu bang Mino...," belum sempat Sean melanjutkan ucapannya, Irene lebih dulu mengurung diri di dalam kamarnya lagi. Sean terpaksa kembali membukakan pintu rumah untuk Mino.

"Bang Mino...," panggil Sean sebelum Mino masuk ke dalam mobilnya. "Tolong kasih teteh waktu buat nerima semuanya... tolong lebih sabar lagi ngehadepin teteh...,"

Mino tersenyum. "Iya Sean," sahut Mino.

"Makasih Bang... udah sempet bikin teteh senyum lagi," sahut Sean lagi.

***
Mino sama seperti Irene. Cowok itu juga banyak menyimpan rahasia dan berusaha untuk menjadi kuat seorang diri. Meski dari luar ia tampak seperti orang yang sangat bahagia tapi di dalam dirinya, cowok itu rapuh. Tiap kali cowok itu tertawa, maka di dalam dirinya cowok itu menangis. Tiap kali ia menikmati satu detik hidupnya, maka detik selanjutnya sebuah penyesalan menghantui Mino hingga untuk bernapas saja rasanya terasa sulit.

Saat hidup kamu jauh lebih baik dari Kiano. Kamu punya semua hal yang nggak akan pernah Kiano punya. Jangankan untuk punya, untuk sekedar bermimpi aja, Kiano nggak pernah mampu. Kamu nggak akan pernah bisa nyamain penderitaan yang dialami Kiano! Demi apa pun kamu bukan Kiano dan jangan berusaha untuk jadi Kiano.

Kalimat yang diucapkan Irene tersebut terus terngiang hingga rasanya memekakan telinga cowok itu. Sayangnya hidup Mino tidak sebaik yang orang lain kira. Mino juga menderita.

Tangan Mino dengan ringannya menghancurkan seluruh isi studio seni kecil miliknya. Melampiaskan seluruh emosinya pada benda mati yang tak bersalah tersebut.

**************************************************************************************************

GUE KOK NANGIS SENDIRI SIH... !!
.
.
Ada yang ikut sedih nggak sih??

Vote sama Comment jangan lupa...

XoXo, NonaTembam

Seguir leyendo

También te gustarán

Romance Five Por Raaka

Novela Juvenil

37.8K 1.4K 14
Revisi novel Fuckboy dan Ketua Kelas [Completed] Highest Rank: #1 Jawatengah (9 April) #19 Unik (9 April) #134 ceritaremaja (9 April) Persahabatan ku...
64.9K 5.3K 21
Author : angelduckwithoutwings Tittle : Magic Category : Romance Cast : Cho Kyuhyun Choi Hara Leeteuk Hara punya seorang pria yang sangat dia puja be...
164 86 6
Azea Narthana, gadis berumur tujuh belas tahun dengan perjuangan cinta meluluhkan sahabatnya, Fahrasyen Abimanyu. Persahabatan keduanya yang sudah be...
73.8K 5.8K 20
Apa jadinya cewek notabene nerd, otaku, kpopers bertemu dengan cowok yang jauh berkebalikan darinya? INI CERITA GA NIAT. Jan plagiat nanti bik...