Azalea [COMPLETED]

By NonaTembam

28K 3.1K 885

Mana yang sebaiknya kita pilih antara kebohongan yang manis atau kejujuran yang pahit More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 26
Part 27
Part 28
Mino's Side Story
Mino's Side Story 2
Ending Scene
Author's Note

Part 25

596 73 6
By NonaTembam

Irene masih ingat saat itu adalah hari terakhir MOS SMA. Mereka baru pulang sekolah saat matahari sedang berjalan pulang menuju tempat peraduannya. Kiano mengayuh sepeda dengan santai dan Irene duduk diboncengan dengan melebarkan kedua tangannya menikmati semilir angin sore.

"Kenapa berhenti?" tanya Irene yang bingung saat Kiano menghentikan sepeda di pinggir jalan.

"Bunga mataharinya udah pada mekar...," tunjuk Kiano pada hamparan bunga matahari yang ada di taman kota. Kiano memarkir sepedanya lalu berjalan mendekati hamparan bunga matahari. Irene hanya diam memperhatikan tingkah cowok itu.

"Kiano kamu ngapain?!" tanya Irene tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Cowok itu baru saja mencabut tiga tangkai bunga matahari dari taman kota tersebut.

"Sssttt... jangan teriak Irene!" ucap Kiano yang sudah kembali berdiri di dekat Irene. Jemari cowok itu sibuk memilin bunga matahari tersebut membentuk sebuah mahkota sederhana. Lalu Kiano meletakkan mahkota tersebut diatas kepala Irene. "Cantik...," puji Kiano langsung.

"Kalau kita ditangkep gimana gara-gara ngerusak taman kota?" tanya Irene tak peduli dengan mahkota yang bertengger cantik di atas kepalanya.

"Nggak akan ditangkep...," jawab Kiano enteng. "Nggak tega orang nangkep cewek cantik kayak kamu...," Cowok itu kembali menaiki sepedanya dan mulai mengayuh kembali.

"Nakal banget sih ngerusak taman kota...," Irene meninju punggung Kiano pelan. Meski memprotes sikap Kiano tapi Irene tetap suka dengan mahkota sederhana yang menghiasi kepalanya saat ini. Irene kembali menikmati senja yang mulai muncul.

"Irene pegangan... kita mau ngelawan angin... balapan sama matahari... mana yang lebih dulu... matahari ke ufuk barat atau kita yang sampai rumah," titah Kiano. Tanpa banyak bicara, Irene langsung melingkarkan lengannya pada pinggang Kiano. Dan detik berikutnya suara teriakan keduanya saling bersautan beriringan dengan roda sepeda yang berputar cepat di jalanan.

***

Dari kecil Irene sudah memiliki minat terhadap dunia fashion. Dia memiliki daya imajinasi yang cukup tinggi dan sering minta tolong bunda membuatkan baju Barbie sendiri dari hasil gambarnya.

"Pasti gambar baju boneka lagi...," selidik Kiano yang duduk disamping Irene pada ayunan rotan yang ada di halaman depan rumah Irene.

"Kepo...," jawab Irene sambil berusaha menutupi buku sketsanya. Kiano hanya mendengus kecil. Cowok itu kemudian membuka buku sketsanya sendiri dan mulai menggoreskan pensil pada lembar kosong yang ada. "Gambar apa lagi hari ini?" tanya Irene. Cewek itu menjulurkan kepalanya untuk mengintip buku sketsa Kiano.

"Kepo...," ucap Kiano membalas Irene.

"Iseng banget sih...," Irene menyodok lengan Kiano dengan sikunya. Bukannya mengaduh kesakitan, Kiano justru tertawa lebar melihat wajah kesal Irene.

"Makanya... kalau aku penasaran jangan dijawab 'kepo'... dibales langsung ngambek gini," ledek Kiano. Cowok itu kemudian memperlihatkan buku sketsa ditangannya. Sebuah sketsa bangunan berupa rumah yang minimalis terpampang dihadapan Irene. "Bikin sketsa rumah buat mamih...,"

Irene tersenyum tipis. "Bagus...," puji Irene.

"Bukan cuma bagus... tapi juga nyaman dan aman untuk mamih sama Kara...,"

Irene menatap Kiano. Cowok itu tampak menatap sendu pada sketsa buatannya tersebut. Irene berdeham pelan mencairkan sedikit suasana yang mendadak sunyi. "Mau minum nggak? Aku ambilin minum sama cemilan...," tawar Irene yang sudah beranjak dari posisinya.

"Kopi susu panas yah...," pinta Kiano.

"Dih... sok banget minta kopi susu padahal nggak bisa minum kopi,"

"Baunya enak Irene... perpaduan bau kopi hitam pahit sama susu kental manis... kayak hidup yang kadang pahit kadang juga manis...,"

"Berat nih bahasa si bapak... nggak usah... minum putih aja... males kalau harus masak air dulu...," tolak Irene.

"Kalau cuma nawarin air putih mah nggak usah basa-basi nanya mau minum apa...,"

"Namanya juga orang Indonesia kebanyakan basa-basinya...," Irene meleletkan lidahnya sesaat sebelum masuk ke dalam rumah untuk mengambil minum dan cemilan.

***

Kiano itu suka banget sama yang namanya olahraga basket. Dari kecil dia sudah cinta mati sama bola berwarna oranye tersebut. Makanya Kiano bergabung dengan ekskul basket. Yang bikin Irene bangga dengan Kiano adalah meski dia baru kelas sepuluh tapi cowok itu langsung masuk ke dalam tim basket inti kedua di SMA mereka. Karena menjadi tim basket inti kedua membuat Kiano mendadak jadi salah satu idola di sekolah. Tapi tetap saja tidak ada satu pun siswi yang mencoba mendekati Kiano. Alasannya sih sudah jelas, ada Irene dengan kesempurnannya yang selalu ada disamping Kiano. Kalau mau dekat dengan Kiano, setidaknya mereka harus secantik Irene, sebaik dan seramah Irene, seberbakat Irene dan yang pastinya harus jadi teman Kiano dari kecil. Itulah stereotype yang berkembang di lingkungan sekolah mereka. Padahal Irene tidak mempermasalahkan kalau semisal ada cewek yang berusaha mendekati Kiano. Toh semua orang memiliki kebebasan untuk dekat dengan siapa pun.

Hal tersebut juga berlaku bagi para siswa yang diam-diam menjadi secret admirer Irene. Mereka harus sekeren Kiano, se-easy going Kiano, dan pastinya harus jadi teman kecil Irene. Yah, meski terkadang banyak para siswa yang modal nekat menunjukkan perasaan mereka pada Irene, tapi tetap saja pada akhirnya akan tahu diri sendiri saat melihat kedekatan Irene dan Kiano yang bagai perangko dan amplop, lengket dan sulit dipisahkan.

"Cie yang setia nungguin pangerannya latihan basket," ledek Citra salah satu teman sekelas Irene.

"Gimana nggak setia nunggu kalau cuma dia tumpangan buat pulang," sahut Irene.

"Nebeng aku aja, mau nggak?" tawar Citra iseng.

Irene mengerjapkan matanya sesaat kemudian menggeleng pelan. "Nggak deh... bareng Kiano aja,"

"Wuu... emang dasar maunya cuma sama Kiano,"

"Soalnya kalo pulang sama Kiano... bisa minta jajanin es teller sama seblak dulu sebelum sampai rumah,"

"Pantes betah nungguin... ada niat lain ternyata. Yaudah deh... gue duluan yah...," pamit Citra.

"Hati-hati di jalan yah...," ucap Irene sembari melambaikan tangannya. Irene kembali memperhatikan Kiano yang sudah hampir selesai latihan. Begitu ketua tim basket membubarkan seluruh anggota tim, Kiano langsung mengahmpiri Irene yang duduk di pinggir lapangan. "Nih...," ucap Irene sembari menyodorkan botol air minum pada Kiano.

"Aku ganti baju bentar yah," ucap Kiano.

"Es teller sama seblak jangan lupa...,"

"Siap...," ucap Kiano dengan iseng mengacak rambut Irene.

"Tangannya kotor ih...," protes Irene sambil menepis tangan Kiano. Kiano hanya tertawa melihat Irene yang kesal namun menggemaskan dimata Kiano. Cowok itu berlari menuju ruang loker untuk berganti pakaian dan membereskan semua barangnya.

***

"Kenapa sih seblak disini pakai tomat sama daun bawang!" protes Kiano yang sibuk membuang tomat dan daun bawang yang ada di dalam mangkok seblaknya. "Kamu juga kenapa harus banget makan seblak disini dan nggak mau di tempat lain," ucap Kiano melampiaskan kesalnya pada Irene. Sedangkan Irene hanya tertawa menanggapi protes Kiano tersebut.

"Udah nggak usah protes... daun bawang sama tomat tuh bagus buat kamu!" sahut Irene.

"Rasanya aneh...," ucap Kiano masih tetap kesal. Gemas dengan tingkah Kiano membuat Irene turun tangan membantu cowok itu membuang tomat dan daun bawang yang ada di dalam makanannya.

"Udah... sekarang nggak usah protes lagi," ucap Irene begitu semua tomat dan daun bawang sudah terpisah dari seblak Kiano. Kiano menunjukkan cengiran puasnya. Dengan riang cowok itu menikmati seblaknya.

***

Irene dan Kiano itu punya banyak kesamaan juga perbedaan. Salah satunya seperti Irene yang penyuka film horror dan Kiano yang penakut terhadap hal berbau mistis dan horror. Tapi biar begitu, Kiano selalu betah menemani Irene menonton film horror kesukaan cewek itu meski Kiano lebih banyak menutup wajahnya dengan bantal daripada ikut menonton.

"Dasar penakut," ledek Irene.

"Aku nggak takut! Tapi visualisasinya terlalu nyata... ini juga berdasarkan kisah nyata gimana kalau nanti...,"

"P-E-N-A-K-U-T...," potong Irene. "Penakut... Penakut... Penakut...," ledek Irene.

"Aku bukan penakut Irene...," protes Kiano membela diri.

"Kenapa sih kamu maksa mau nemenin aku nonton kalau banyakan sembunyi di balik bantal daripada nontonnya...,"

"Yah... penasaran juga soalnya anak-anak di kelas udah heboh cerita film ini masa aku nggak ikutan nonton...,"

"Gengsinya tinggi banget dah...," ledek Irene yang hanya direspon dengan wajah manyun Kiano.

***

Kadang kalau akhir pekan Irene dan Kiano suka menginap di rumah nenek Kiano yang ada di daerah Ciwidey. Rumah nenek Kiano hanya berjarak tiga ratus meter dari hamparan kebun teh Rancabali. Kebiasaan mereka adalah menikmati udara segar di pagi hari dengan berjalan di sekitar kebun teh. Kiano itu paling suka bersosialisasi dengan penduduk setempat.

"Aku pengen bangun rumah mamih di deket kebun teh kayak gini, Rene...," ucap Kiano saat mereka duduk di atas batu besar yang ada di puncak kebun teh. Dipangkuan Kiano ada buku skesta yang terbuka lebar menampilkan gambar rumah sederhana. "Mau aku namain White House biar saingan kayak rumah presiden Amerika,"

"Makanya belajar yang bener... buat jadi arsitek nggak cuma modal gambar tapi juga harus pinter hitung-hitungan... kamu tiap pelajaran matematika aja sering bolos...,"

Kiano memanyunkan bibirnya mendengar petuah Irene. Yah, Kiano memang sering kali bolos ke UKS atau ke ruang sekretariat ekskul basket kalau penyakit malasnya sedang menyerang. Cowok itu kembali melanjutkan sketsanya.

Irene paling suka saat seperti ini. Menikmati hamparan kebun teh bersama Kiano dan saling berdampingan melakukan hal yang mereka sukai, menggambar. Irene membuat sketsa desain baju dan Kiano membuat sketsa desain rumah. Mereka memiliki cita-cita serupa yang berhubungan dengan menggambar, Irene ingin menjadi seorang fashion designer dan Kiano ingin menjadi seorang arsitektur.

Diam-diam Irene melirik Kiano sekilas. Irene suka saat melihat kening Kiano berkerut karena cowok itu terlalu fokus dengan buku sketsanya membuat wajah Kiano terlihat aneh dan lucu.

"Nggak usah ngelirik aku terus... awas nanti matanya nyureng," celetuk Kiano tanpa mengalihkan perhatian dari buku sketsanya.

"Kepedean... siapa yang ngelirik kamu...," elak Irene.

"Silahkan mengelak sesuka anda, Nona...," sahut Kiano. Cowok itu menutup buku sketsanya. Lalu ia bergerak merubah posisi duduknya menjadi tiduran di atas batu besar tersebut dengan posisi kaki menggantung. Kiano melipat lengannya dibawah kepala dan mulai memejamkan matanya.

"Kiano... jangan tidur disini,"

"Bentar doang... pengen nikmatin tidur di hamparan kebun teh...,"

Irene tak protes lebih lanjut. Ia membiarkan Kiano tidur sesaat. Ada satu hal lain yang Irene suka saat berada di dekat Kiano, yaitu mendengarkan bunyi degup jantung Kiano dan degup jantung miliknya. Bunyi degup jantung mereka yang saling beriringan menjadi salah satu suara alam yang Irene suka selain suara ombak di pantai atau suara gerimis hujan.

Irene mendongakkan kepalanya menatap langit biru. Sebuah senyum terukir di wajah cantik cewek itu. Ia merasa bersyukur karena Yang Maha Esa memberikan kehidupan yang baik untuknya, punya ayah dan bunda yang sangat menyayanginya juga seorang sahabat seperti Kiano yang selalu ada untuk dirinya.

***

Namun terkadang hidup tak selalu memberikan hal manis. Hari itu ayah dan bunda harus pergi ke Pangkal Pinang karena ayah ada urusan pekerjaan disana. Karena malam sebelumnya kondisi ayah baru saja demam, membuat bunda yang kelewat khawatir memaksa untuk ikut menemani ayah. Irene yang tidak dalam keadaan libur sekolah pun dititipkan di rumah tante Sella yang berada di komplek berbeda dengan rumah Irene.

Saat itu bel masuk kelas baru saja berbunyi. Irene yang merupakan salah satu murid teladan di kelasnya, seperti biasa sudah duduk di bangkunya siap menerima pelajaran hari itu. Pelajaran pertama hari itu adalah Kimia yang diajar oleh Bu Nur. Bu Nur ini merupakan salah satu guru killer yang terkenal di SMA mereka sangat menjunjung tinggi kedisiplinan dengan motto time is money. Tapi hari itu, Bu Nur datang cukup terlambat untuk memulai pelajaran. Bahkan saat beliau datang bukannya memberikan salam pembuka beliau justru memanggil nama Irene.

"Irene... ikut saya ke ruang guru sekarang," titah Bu Nur. Meski tak bertanya dan langsung mengikuti Bu Nur, tetap saja Irene penasaran ada apa. Dan saat tiba di ruang guru, Irene melihat tante Sella yang langsung merengkuh tubuh mungilnya dalam pelukan erat. Bahkan tante Sella juga menangis. Irene hanya diam menatap para guru yang menatapnya dirinya dengan tatapan sendu dan prihatin.

***

Kiano menggenggam erat tangan Irene. Ia menyiapkan dirinya untuk menopang Irene yang sedang berduka. Sejak mendapat kabar duka mengenai kecelakaan pesawat yang dialami kedua orang tua Irene, Kiano terus berada di samping Irene. Kondisi Irene jelas sangat mengkhawatirkan. Cewek itu tidak menangis sama sekali, hanya diam. Bahkan saat beberapa pelayat mengucapkan duka, Irene menunjukkan senyum tipisnya. Tapi tingkah yang seperti inilah yang mengkhawatirkan, karena Irene hancur di dalamnya. Dan semua itu terbukti saat cewek itu duduk temenung di dalam kamar kedua orang tuanya.

"Ayah sama Bunda kapan pulang, Kiano? Lama banget... ditelepon nggak bisa," ucap Irene sambil menunjukkan ponselnya yang tidak pernah bisa terhubung ke nomor ayah ataupun bundanya.

"Irene...," panggil Kiano pelan.

"Mereka bulan madu lagi apa yah perginya lama banget kayak gini? Terus nanti aku punya adik dong...," Irene tersenyum dan mulai meracau.

"Tapi ayah sama bunda masih sayang sama aku kan? Aku masih tetep jadi anak kesayangan mereka, kan? Iya kan, Kiano?" tanya Irene dengan sorot mata polosnya.

"Harusnya hari ini ayah sama bunda pulang... janjinya pergi cuma dua hari, tapi ini udah seminggu nggak pulang juga," gerutu Irene. Sedetik kemudian tangis cewek itu pecah.

"Ayah sama bunda udah nggak sayang sama aku, Kiano... mereka ninggalin aku sendirian di sini... aku harus gimana? Aku nggak punya siapa-siapa!" pekik Irene histeris. Dengan sigap Kiano memeluk tubuh mungil Irene.

"Irene... ada aku. Aku selalu di sini buat kamu. Aku, mamih juga Kara bakal jadi keluarga kamu. Ada tante Sella, Om Aryo juga Sean yang bakal jadi keluarga kamu...," bisik Kiano mencoba menenangkan Irene.

Irene menggelengkan kepalanya dalam pelukan Kiano. "Aku bukan anak baik... Makanya ayah sama bunda ninggalin aku...,"

"Irene... kamu adalah anak paling baik yang aku kenal. Kebanggaan ayah sama bunda kamu... Bahkan kalau bisa mamih mau tuker aku sama kamu," ucap Kiano mencoba bercanda namun terasa hambar. "Irene, aku janji bakal selalu ada buat kamu. Aku janji nggak akan pernah ninggalin kamu... aku janji," ikrar Kiano.

**************************************************************************************************

MAKIN NGGAK JELAS ... !!!

Vote sama Comment jangan lupa !


XoXo, NonaTembam

Continue Reading

You'll Also Like

630K 5.3K 18
WARNING 18+ !! Kenzya Adristy Princessa seorang putri terakhir dari keluarga M&J group yang diasingkan karena kecerobohannya. Ia hanya di beri satu...
462K 39.4K 60
jatuh cinta dengan single mother? tentu itu adalah sesuatu hal yang biasa saja, tak ada yang salah dari mencintai single mother. namun, bagaimana jad...
965K 3.9K 9
Kocok terus sampe muncrat!!..
5.7K 1K 38
°lokal ver. [s.yunhyeong x g.junhoe] · "Juna tega ya sama Yoyo." syh as yy · "Paan sih drama." gjh as jng · Tentang Juna yang jadi incaran si 'drama...