AMBISIUS : My Brother's Enemy...

By Karanaga

1.7K 53 2

Suatu hari, kelas Malta kedatangan seorang murid baru super tampan dari San Fransisco yang bernama Austin. Da... More

Book Cover
Tokoh
Prolog
Aku dan Jason yang Menyebalkan
Austin si Anak Baru yang Tampan
Jason Menghilang
Orang Tuaku Menghilang
Aku Menyukai Malta
Rahasia Jason
Pertemuan Austin dan Jason
Kencan dengan Austin?
Wanita Berkumis dengan Senyuman Manis
Menonton Film dengan Austin
Rumah Berhantu
Catherine Hamlin
Pertandingan Basket Austin
Hari Sial Jack
Hoax
Miami
Larry Holmes (Part 1)
Larry Holmes (Part 2)
Allison James
Pesta Dansa Sekolah
Perpisahan
Surat dari Austin
Epilog

Aku Membenci Larry

80 2 0
By Karanaga

[MRS. ARMCHAIR]

"Kemana kapal ini melaju?" Tanyaku.

Jujur saja, lenganku terasa pegal sekali karena sudah lama terikat. Sebenarnya, ini jauh lebih baik dari yang kemarin. Kemarin, mereka bahkan menutup mataku dan membuatku hampir gila karena tidak bisa melihat apapun. Setidaknya, aku bisa melihat pemandangan malam ini. Suara-suara kapal yang lewat. Lampu yang berkelap-kelip dari gedung pencakar langit dan jalanan, terlihat layaknya seperti bintang di langit gelap. Sayangnya, kapal ini dipenuhi dengan bau amis ikan.

"Tentu saja ke tempat yang kau katakan. Kapal ini akan membawa kita menuju pelabuhan," kata Jack, "Aku harap kalian tidak berbohong!" Lanjutnya sambil membisikkan itu di telingaku. Aku lebih tidak tahan dengan bau mulutnya ketika ia berbicara denganku dibandingkan dengan rasa lapar yang aku alami saat ini. Sepertinya, ia hanya gosok gigi setahun sekali. Baunya seperti telur busuk.

"Terserah kalian mau percaya atau tidak! Kami sama sekali tidak berbohong. Lagi pula, kalian tidak punya pilihan sama sekali, bukan?" Kataku, berusaha meyakinkan mereka.

"Dengar! Aku sudah berbaik hati mengizinkanmu untuk menelepon kedua anakmu. Jika kau berbohong, aku tak akan segan-segan untuk membunuh kalian berdua!" Ancam Jack sambil menunjukkan isyarat kematian untuk menakutiku. Tetapi itu sama sekali tak mempan, kecuali aku berusia lima tahun.

Kemudian, "Duuuuuuttt..."

Kami semua mencium bau busuk.

"Sial! Bau apa ini?!"

Aku ingin menutup hidungku, tetapi kedua tanganku terikat. Beberapa orang berusaha menjauh. Sebagian lagi menutup hidung.

"Siapa yang kentut?! Cepat mengaku!" Pinta Jack.

Semua orang saling melirik satu sama lain, berusaha mencari pelakunya.

"Jika tidak ada yang mengaku, kalian semua aku hukum!" Jack bersikeras.

"Bos, aku memiliki indra penciuman yang tajam. Bagaimana jika aku deteksi dari mana asal baunya?" Kata Juan menawarkan.

"Baiklah."

Entah ia berbohong atau tidak, tetapi aku sangat penasaran, siapa orang yang akan ia tunjuk.

Dengan cermat, Juan mengendus-endus bau tersebut, seperti seekor anjing pelacak. Aku bahkan tidak percaya ia bisa menahan aroma busuk itu.

Setelah beberapa saat ia berhenti dan berkata, "Bos, baunya berasal dari sini." Kemudian, ia mengangkat kepalanya. Dalam seketika, ia mematung.

Semua bawahan Jack terlihat sangat gugup dan memberi isyarat, "Kau akan mati."

"Maaf, Bos. Sepertinya aku salah mencium," ucap Juan mencari alasan.

"Apa maksudmu aku pelakunya!" Jack terlihat kesal.

"Ti...tidak, Bos! Bau ini berasal dari bokongmu," Juan menutup mulutnya. Semua orang menahan tawa. "Eh, bukan...maksudku. Bukan dari bokongmu. Kau tidak salah. Kentutmu sangat wangi. Ini jelas sekali bukan kentutmu!"

"Sudahlah! Jika kau lanjutkan lagi, kau akan menyesal!"

"Tidak, Bos! Maafkan aku! Baik...baik...aku akan kembali!"

"Sudahlah!!! Kau membuang waktuku saja! Jika masih ada yang tertawa, akan aku buang ke laut!"

Seketika semuanya terdiam.

"Cepat lanjutkan lagi!" Pinta Jack padaku.

Jujur saja, aku tidak sanggup menahan tawaku. Kejadian yang baru saja terjadi hampir membuat perutku keram. Tapi, jika aku benar-benar tertawa, aku takut, aku tidak akan selamat.

"Umm..." Aku menggigit bibirku untuk menghilangkan perasaan yang menggelitik.

"Apa yang kau tunggu? Cepat katakan!"

"Ya...ya...ja- jadi aku tidak berbohong padamu. Apa lagi yang bisa ku katakan? Kau tak percaya?" Tanyaku lagi.

"Percaya atau tidak, kita lihat saja!" Jack pun pergi meninggalkan kami berdua dan memberi isyarat kepada bawahannya untuk kembali membungkam mulut kami dengan kain.

Akhirnya, aku bisa melepaskan tawaku.


***



[MALTA]

Larry mengirimkan pesan padaku melalui WhatsApp.

­Larry: Kamu sudah tidur?


Malta: Iya aku sudah tidur. Sekarang aku sedang

bermimpi. 😴


Larry: Jika sudah tidur bagaimana kamu bisa

membalas pesan ini! 😆


Malta: Aku punya kemampuan tertentu yang

bisa membuatku terjaga dan tertidur

dalam satu waktu. Percaya atau tidak!!!


Larry: Iya. Terserah kau saja! Oh ya, Malta. Hanya

ingin bertanya. Kamu tadi sore pergi dengan siapa?

Aku tadi ke rumahmu, tapi kau tidak ada.

Kata Jason kamu pergi.


Malta: Iya benar. Aku kasih tau tidak, ya?

Lagipula, siapapun itu, ini bukan urusanmu!


Larry: Bukan masalah jika kau tidak mau

memberitahuku. Tapi aku rasa, akhir-akhir ini

kamu jadi jarang cerita padaku, Malta. Apa kamu

menyukai seseorang? Jujur saja...


Malta: Menyukai seseorang? Kenapa tiba-tiba kau

bertanya seperti itu. Apa yang kau bicarakan dengan

Jason saat kemari? Aku jadi curiga!


Larry: Oh, tidak...tidak! Dia tidak bilang apapun.

Aku hanya menyimpulkan sendiri.

Jangan salahkan Jason!


Malta: Tapi, sayangnya kesimpulanmu salah.

Sudah, ah! Aku mau tidur! Z...z...Z...z... 😴


Larry: Malta??? Jawab dulu, dong!

Apa benar kau tidak sedang suka dengan siapapun?


Aku pura-pura tertidur.


Larry: Malta?!


Dia tidak berhenti mengirimiku pesan. Aku terpaksa menjawab agar percakapan ini bisa cepat berakhir tanpa menyinggung siapapun.


Malta: Iya. Aku menyukai seseorang.

Apa kau puas!


Larry: Yang benar! Dengan siapa???

Apa itu Austin?


Malta: Bagaimana kalau itu kau?


Larry: Malta jangan bercanda!

Kau benar menyukaiku?


Aku tak mau membalas.


Larry: Malta?


Aku mematikan ponselku.


***


[LARRY]

Benarkah? Benarkah itu?

Aku tidak bisa tidur semalaman semenjak pembicaraanku yang terakhir kali dengan Malta. Dia bilang dia menyukaiku. Oke, sebetulnya itu bukan pengakuan atau pernyataan, sih. Tapi, kedengarannya seperti dia mencoba memberitahuku bahwa dia suka padaku tetapi tidak secara langsung. Kalian mengerti tidak?

Tunggu! Mengapa rasanya aku jadi kebingungan sendiri.

Langit di luar sudah mulai terang. Wajahku pasti terlihat buruk.

Aku berusaha bangkit dari atas kasur dengan pinggangku yang sakit. Kasurku ini harus segera diganti karena sudah tidak seempuk sebelumnya. Tentu saja! Ini adalah kasur yang diberikan khusus padaku secara turun-temurun dari tiga generasi. Semenjak Kakek buyutku tinggal di sini. Lalu, terakhir kali digunakan oleh ayahku sampai akhirnya beralih padaku.

Ayahku bilang ini adalah barang antik. Jangan sampai dibuang. Dia kemudian menyuruhku untuk memakainya terus, karena mungkin bisa membuat otakku cerdas. Aku tidak tahu darimana ia bisa memiliki pemikiran seperti itu. Tapi satu hal yang aku tahu, sangat jelas bahwa kebodohanku ini diturunkan darinya.

Aku memperhatikan jam di atas meja sampingku. Sudah pukul setengah 7 pagi. Sebaiknya aku bergegas!

Sesampainya di sekolah, aku berjalan menuju lokerku untuk mengambil buku. Ketika aku membuka pintu loker, sepucuk surat terjatuh dari dalam. Aku terkejut dan segera mengambilnya. Aku memasukkannya diam-diam ke dalam tasku. Setelah itu aku pergi ke kamar mandi untuk membacanya. Kelihatannya ini surat rahasia. Sebaiknya aku tidak membacanya di tempat umum, bukan?

Masih ada waktu beberapa menit sebelum kelas dimulai. Aku tidak berlama-lama dan segera merobek bagian atas amplop untuk mengambil suratnya.

Setelah aku mengetahui isi surat itu, aku jauh lebih terkejut. Aku bahkan tidak bisa berkata apapun.

Di situ tertulis: AKU MENYUKAIMU LARRY. APA KAU TIDAK SADAR?

Mungkinkah? Mungkinkah ini...Malta?

Aku tidak menemukan sebuah nama yang tercantum di sana.

Sejauh ini, hanya Malta satu-satunya yang dekat denganku dan hanya dia yang mengungkit masalah seperti ini denganku. Tidak mungkin orang lain. Siapa yang bisa suka dengan orang bodoh sepertiku? Maksudku, wajahku lumayan. Jadi, siapa saja mungkin bisa tertarik. Tapi terkadang, perempuan lebih suka dengan pria berkarisma, bukan? Aku sih tidak merasa memiliki itu.

Sejauh ini yang bisa aku curigai adalah Malta.

Aku tidak bisa berhenti tersenyum. Jika benar ini Malta, aku akan sangat bahagia. Tidak peduli jika harus tidur selama ribuan tahun di atas kasur peninggalan leluhurku.

Bel sekolah berbunyi

Aku memasukkan surat itu kembali ke dalam tasku. Setelah itu, aku berlari menuju kelas agar tidak terlambat masuk.


***


[MALTA]

Di sekolah, aku berjalan di sepanjang koridor menuju kelas. Aku memperlambat gerakanku karena belum siap untuk bertemu dengan Austin hari ini.

Apa yang harus aku katakan kepadanya jika bertemu? Apalagi setelah kejadian kemarin.

Tiba-tiba, tanpa aku sadari, seseorang merangkulku dari belakang. Aku kaget dan secara spontan menoleh ke samping.

"Austin!" Aku terkejut setengah mati, "Apa yang kau lakukan? Lepaskan!"

"Memang kenapa? Ada yang salah? Bukannya kau pacarku sekarang?" Tanya Austin heran.

Aku cukup heran ketika melihat sikapnya yang cukup santai, mengingat kami baru berhubungan secara resmi kemarin sore. Aku kira ia akan terlihat gugup atau salah tingkah. Tetapi kelihatannya hanya aku yang begitu. Rasanya ia memperlakukanku seperti kami sudah berhubungan sejak lama.

Bukannya aku tidak suka. Aku suka dengan sifatnya yang mudah bergaul dan santai. Aku yakin, ia bersikap begitu juga karena ingin menunjukkan bahwa apa yang ia katakan kemarin itu benar, bahwa ia benar-benar menyukaiku.

Tetapi masalahnya, perilakunya ini sedikit mencolok dan seperti yang kalian tahu, aku belum siap untuk memberitahu siapapun tentang hal ini terutama kepada Jason dan Larry. Aku belum siap kalau sampai mereka berkata tidak ketika aku memberitahukan hal ini. Aku tidak mau kehilangan Jason dan Larry, tetapi aku juga tidak mau kehilangan Austin. Mengapa aku harus memilih di antara mereka?

"Bukan begitu! Apa kamu tidak lihat? Semua orang di koridor memperhatikan kita!"

"Biarkan saja! Biar mereka tahu kalau kau dan aku sudah menjadi pasangan baru di sekolah ini!"

"Dengarkan aku, Austin! Bukanya aku tak mau melakukan hal ini. Tapi, aku takut Larry atau Jason melihat. Aku tidak mau mereka tahu bahwa kita berhubungan."

"Memangnya kenapa kalau mereka tahu?"

"Oke, terus terang saja, Jason dan Larry tidak begitu menyukaimu. Kau tahu mereka penting bagiku. Jika mereka berdua mengetahui hal ini, aku takut mereka akan melarangku. Sebaiknya kita bertingkah seperti biasa saja dulu!" Jelasku.

"Oh, begitu ya. Aku tidak paham mengapa Jason sangat tidak menyukaiku."

"Iya. Padahal kalian baru bertemu kemarin bukan!"

"Apa dia bilang begitu?"

"Iya. Katanya dia tidak kenal denganmu. Baru bertemu sekali kemarin. Apa itu salah? Apa kalian berdua sudah kenal sejak lama?"

"Oh, tidak, kok! Kami memang baru bertemu kemarin," ungkap Austin. Tetapi, raut wajahnya menyiratkan hal lain. "Tapi, Malta. Jika begitu, bukannya ini akan sama saja seperti kita berteman?" Lanjutnya.

"Tetapi aku tidak merasa begitu! Kita masih bisa bertemu secara diam-diam. Aku juga bisa meneleponmu lebih sering. Bagaimana?" Usulku.

Ia terlihat berpikir.

"Baiklah kalau itu maumu. Aku ikut saja."

Aku senang dia dapat mengerti.

Kemudian, kami berpisah saat bel berbunyi karena kami harus pergi ke kelas yang berbeda.

Sekilas, aku menoleh ke belakang untuk melihatnya pergi. Ternyata, ia masih berdiri di posisi yang sama, memperhatikanku menjauh kemudian tersenyum padaku saat mata kami saling terikat.

Jantungku seketika berdegup kencang. Aku tidak suka dengan reaksi ini.

Dia adalah lelaki pertama yang aku sukai. Maksudku, selain keluarga dan sahabatku.

Karena malu aku segera berbalik dan berlari menuju kelas.

Di kelas, aku duduk di samping Larry seperti biasanya. Aku mencoba untuk bertingkah seakan-akan tidak ada hal apapun yang terjadi kemarin, walaupun hal itu sangat tidak mudah.

Tiga jam berlalu.

Bel istirahat berbunyi

"Akhirnya...yang ditunggu-tunggu telah tiba!" Ucapku sambil menahan lapar.

Aku bergegas keluar untuk menemui Austin dan mengajaknya makan siang bersama. Namun, sebelum aku sempat keluar kelas, Larry sudah lebih dulu menarikku pergi.

"Larry! Kita mau kemana?" Aku merasa tak nyaman. Setiap orang di koridor memperhatikan kami.

Bukannya menjawab pertanyaanku, dia malah menggenggam tanganku semakin erat dan mempercepat langkahnya.

"Larry, tanganku sakit!" Aku berusaha melepaskan tanganku, tetapi itu cukup sulit.

Aku tidak mengerti. Mengapa Larry tiba-tiba menarikku?

"Sudah! Lepaskan!" Aku berteriak padanya karena tidak tahan. Larry pun secara spontan melepaskan genggamannya dariku karena teriakanku barusan.

"Kamu ini kenapa, sih!?" Tanyaku.

"Malta, kau belum menjawab pertanyaanku kemarin," kata Larry, "Kau pergi dengan siapa?"

"Itu bukan urusanmu!"

"Tidak! Itu urusanku!"

"Kau!" Aku menatapnya dengan kesal.

"Apa? Aku bingung dengan tingkahmu. Kau berubah, Malta. Kau tidak seperti Malta yang aku kenal. Ada apa denganmu?"

"Kenapa kau terus memaksaku?!"

"Karena kau menyembunyikan banyak hal dariku! Kau biasanya tidak begitu."

"Apakah kau harus tahu semua urusanku?"

Larry tertegun.

"Ada apa kau dengan Austin?" Kemudian ia kembali berbicara.

"Hah? Kenapa kau jadi membawa-bawa dia?"

"Ayolah...jujur saja! Kau pergi dengan Austin, kan, kemarin!?" Kata Larry bersikukuh.

"Kenapa kau bisa berpikir begitu?"

"Aku punya bukti! Hailee melihatmu kemarin dengan Austin bersepeda di taman. Ia bersumpah, ia tidak berbohong. Benarkan!?"

"Iya benar! Apa itu yang ingin kau dengar?" Aku beranjak pergi.

Larry menahan tanganku.

"Tunggu, Malta! Apa kau yang memberikanku surat ini di loker?" Tanyanya sambil memperlihatkan sepucuk surat yang ia pegang di tangannya.

"Bukan." Aku melepaskan genggamannya.

Sebetulnya aku cukup penasaran dengan isi surat itu. Tapi mana mungkin aku sempat menanyakan hal itu padanya di saat kami berdua sedang dalam situasi yang tegang seperti ini.

Aku pergi meninggalkannya dan perasaanku benar-benar berkecamuk. Apa yang salah dengan semua ini?


***


Sepulang sekolah, saat aku berjalan memasuki rumah, aku melihat Jason sedang duduk sambil membaca sebuah buku di teras depan. Kemudian, ia menatapku dengan tajam. Aku merasakan aura gelap yang menakutkan. Perasaanku sangat tidak enak. Aku mengalihkan tatapanku darinya. Mencoba bersikap seperti biasa, walau bulu kudukku terasa merinding. Ia terlihat lebih menakutkan dari hantu gentayangan. Aku tidak pernah melihatnya semenakutkan ini.

Selangkah sebelum memasuki rumah, Jason menghalangi jalanku.

"Jason? Apa kau baik-baik saja?"

"..."

Ia hanya menatapku dingin. Aku menundukkan kepalaku.

"Jason, kau kenapa?" Aku kembali bertanya.

Jason meletakkan buku yang tadi dibacanya di atas meja.

Ia menghela napas, "Harusnya kau mendengarkanku Malta! Sudah kubilang, hindari anak itu!"

Aku tertegun. Tenggorokanku terasa sakit. Aku berusaha menahan air mataku agar tidak terjatuh.

"Kenapa kau berbohong padaku? Aku hanya ingin melindungimu!" Jelasnya.

"Melindungiku? Melindungku dari apa? Dari Austin?" Aku tertawa. "Apa kau kira dia binatang buas atau monster? Dia hanyalah temanku! Lagi pula kau tidak pernah memberitahuku alasannya. Apa yang kau sembunyikan? Cepat katakan!" Aku mengelak.

"..."

"Lihatkan! Sekarang kau yang diam! Lebih baik aku pergi saja. Awas!" Aku mendorongnya ke pinggir agar aku bisa masuk.

"Malta! Tunggu!"

Aku tidak mengacuhkannya.

Ini semua pasti karena Larry! Pasti dia yang memberitahu Jason!

Aku membenci Larry! Amat sangat membencinya! Aku harap, aku tidak pernah mengenalnya.


***


[MRS. ARMCHAIR]

Aku melihat jam tanganku. Waktu sudah menunjukkan jam 7 pagi. Perutku lapar sekali. Aku benar-benar kehabisan tenaga. Suamiku masih tertidur lelap di sampingku. Dia bahkan masih bisa tidur senyenyak itu dalam kondisi seperti ini.

"Sebentar lagi kita akan sampai di Pelabuhan Darling. Tetapi kita tidak akan berlabuh di sana. Lebih baik kita menunggu saja di sini hingga kapal itu tiba. Setelah itu, baru kita dekati!" Usul Jack. "Oh ya, apa nama kapal itu?"

"Ngg...ngg...." ucapku dengan mulut yang masih tersumpal.

Sudah aku katakan, mereka itu hanya sekumpulan orang bodoh yang sok pintar. Bagaimana aku bisa bicara dengan mulutku yang tertutup.

"Kenapa kau diam saja? Cepat jawab!" Ia melihatku, "Oh...tentu saja! Cepat lepaskan kainnya!" Perintah Jack pada bawahannya.

Aku meludah, kemudian memelototinya. Jika tangan ini tidak terikat mungkin sudah kubuat dia babak belur sedari tadi.

"Ayo, cepat jawab!"

"Kapal Catherine Hamlin. Kapal itu menuju ke arah utara. Jika kalian menunggu kapal itu datang, itu akan membutuhkan waktu yang lama," jelasku.

"Baiklah. Ayo, kita menuju ke arah utara anak-anak! Putar kapal ini ke arah utara! Cepat!" Kata Jack dengan lantang.

Nakhoda mengarahkan kapal ke arah utara sesuai dengan perintah.


***


[MALTA]

Aku menerima pesan melalui WhatsApp.

Austin: Hai! Apa kabar? Kau baik-baik saja, kan?


Malta: Lumayan.


Austin: Kau kenapa?

Malta: Tidak apa-apa. Hanya sedikit kesal.


Austin: Kesal? Apa karena pagi tadi?

Aku minta maaf.


Malta: Bukan itu. Tidak ada hubungannya

denganmu. Ini tentang Jason.


Austin: Kenapa dengan Jason? Kalian masih

bertengkar? Tunggu! Apa dia tahu?


Malta: Aku tidak tahu.


Austin: Ternyata benar, ini berhubungan

denganku, ya! Apa kau marah padaku?


Malta: Sudah ku bilang, tidak ada hubungannya

denganmu. Ini hanya masalahku saja.

Kau tidak perlu memikirkannya!

Dan...aku tidak marah. Untuk apa aku marah

padamu. Kau tidak salah apa-apa.


Austin: Tapi aku merasa bersalah. Aku bersalah

karena sudah membuatmu menyukaiku.


Malta: Kenapa kau begitu yakin jika aku

menyukaimu? Bagaimana kalau aku hanya

berpura-pura?


Austin: Apakah kau pura-pura menyukaiku? 😐


Malta: Tentu saja tidak!



Austin: Kalau begitu apa yang harus ku

khawatirkan? Aku percaya padamu, Malta.

Lagi pula, siapa yang tidak akan tertarik

dengan wajah tampanku? 😎


Malta: Hahaha...kau ini narsis sekali! 🙄


Austin: Jadi, kau tidak setuju dengan

pernyataanku?


Malta: Tidak, kok! Aku setuju.

Kau memang tampan.


Austin: Kalau kau ingin lebih yakin ini buktinya.


Austin mengirimkanku foto selfie-nya dengan pose yang di jelek-jelekkan. Tetapi tetap saja ia masih terlihat tampan. Ia tidak pernah bisa terlihat jelek seberapapun usahanya. Justru aku malah tertawa karena ia terlihat lucu.


Malta: Hahahahahahaha!!! 🤣🤣🤣


Austin: Tehehe...akhirnya kau tertawa juga!

Ternyata kau suka wajahku yang seperti itu, ya!


Malta: Iya. Kirimkan lagi yang lebih banyak!


Austin: Baiklah kalau itu bisa membuatmu senang! 🙃


Ia kembali mengirimkanku foto-foto dirinya dengan pose jelek. Aku tidak bisa berhenti tertawa ketika melihatnya satu per satu.


Austin: Malta, apa kau mau pergi denganku besok? 😁


Malta: Pergi? Ke mana?


Austin: Begini. Tadi sore aku sengaja membeli

tiket nonton untuk dua orang secara daring.

Kau mau ikut, kan?


Malta: Memangnya kau membeli tiket film apa?


Austin: Driving from Nevada.


Malta: Wah! Aku sudah melihat trailernya di Youtube.

Tadinya aku mau menonton film itu beberapa

hari yang lalu, tapi belum sempat.


Austin: Baguslah kalau begitu! Mari kita

nonton bersama!


Malta: Aku tidak tahu kau suka film drama.

Bagaimana kau tahu aku suka film seperti ini?


Austin: Oh, tidak. Sebenarnya ini bukan jenis film

yang biasa aku tonton. Tapi setelah aku lihat trailernya

kelihatannya asik. Dan aku hanya mengira-ngira saja,

film apa yang akan kau sukai. Tadinya aku mau

mengajakmu menonton film horor. Tetapi aku

tahu kau tidak suka film seperti itu, bukan?


Malta: Kelihatannya kau tahu banyak tentangku.


Austin: Ahaha...tidak juga.


Malta: Kalau begitu kita akan menonton di mana?


Austin: Di AMC Theaters 600 North Michigan 9,

jam 4 sore. Oke?


Malta: Oke. Akan aku ingat! Eh...ini besok, kan?


Austin: Iya. Besok. Jangan sampai terlambat!!! 👿


Malta: Siap, Pak! Kalau begitu sampai

bertemu besok! Selamat malam.


Austin: Selamat malam. Mimpi indah! 😴💭🌈

Continue Reading

You'll Also Like

540K 37.1K 41
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...
1.9M 93.3K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Kita emang nggak pernah kenal, tapi kehidupan yang Lo kasih ke gue sangat berarti neyra Gea denandra ' ~zea~ _____________...
5M 920K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...
2.4M 446K 32
was #1 in paranormal [part 5-end privated] ❝school and nct all unit, how mark lee manages his time? gampang, kamu cuma belum tau rahasianya.❞▫not an...