By Your Side BTOB [√]

By Kimmie_Tan

10.1K 746 626

Apa ini? Kumpulan one shoot Born to Beat. Mengapa diberi judul By Your Side BTOB? Karena si pengarang akan t... More

Father
Gadis Musim Semi
Dear Seo Eunkwang
Abeoji 아버지
Temprament Blood Type AB
Melody?
Miracle: New Year
W I N D
Maknae Sehari
Sungjae Babo-ya!
Sudut Pandang
Forgive Me
Yook Fiksi
Hadiah Natal
Lamaran Akhir Tahun
Ngidam Bitubi
Kimchinya Born to Beat
7pm: Selamat Datang Kembali
Flowing Time
Nan Gwaenchana
Memories
Mantra
Kkum
Sepetik Pengakuan
Akhir yang Bukan Akhir

Nunmuri Nanda 눈물이 난다

342 24 17
By Kimmie_Tan

Bibimbap sudah mendapat tempat ternyaman di ttukbaegi, mangkuk tahan panas. Dal tersenyum tipis kala seorang pria manis berkulit putih susu mendekat, kemudian duduk di kursi hadapan meja makan.

Dal menopang dagu---memerhatikan pria yang kini fokus makan, tenang. Detik berikutnya, sorot kedua mata pria ini redup, bersama kepala tertunduk. Ketenangan hilang menjelma getaran pada tubuhnya.

"Kau kenapa? Ayo dimakan lagi." Topangan dagu dilepas. Suara Dal parau.

Namun prianya tidak menggubris, langsung beranjak berdiri dan pergi meninggalkan bibimbap yang masih tersisa banyak.

Dal ikut beranjak, menyusul pria yang sudah menikahinya dua tahun lalu itu.

Bell rumah berbunyi, pintu terbuka lebar setelah pria tersebut membuka pintu.

"Hyaa!! Lee Changsub, lama sekali membukakan pintu, hm?" seorang lelaki tiba-tiba menerobos masuk ke dalam rumah sebelum pemiliknya memperkenankan.

Memang benar-benar Hyunsik itu. Changsub berdecak. "Kau baru saja menekan bell. Jangan mencoba menipu,"

Gelak tawa terdengar. "Ya, ya... aku memang tidak bisa menipumu, Hyung...." pria itu duduk di sofa, dan menepuk pelan ruang duduk di sampingnya---berisyarat agar Changsub juga ikut duduk.

"Lucu sekali, sejak kapan kau mulai memanggilku 'hyung', hah?" Changsub menempatkan bokongnya di sebelah pria bermata sipit. Sangat sipit.

"Sejak barusan, kurasa?" Hyunsik mengembangkan senyum yang menurutnya paling manis. "Ternyata seru juga memanggilmu Hyung, lidahku tidak berbelit lagi ketika menyebut namamu."

"Jangan konyol. Oh, ada perlu apa kau kemari?" Changsub sudah mengerti, jika saudara misan yang sudah ia anggap adik sendiri ini pasti ada sesuatu jika mengunjungi rumahnya.

"Eihhh... apa tidak bisa basa-basi dulu? Setidaknya, kau harus menjamu tamu, 'kan? Aku tidak diberi minum?"

"Kau bukan tamu di sini. Jika ingin minum, kau tinggal ambil sendiri. Aku sedang tidak ingin basa-basi. Katakan, ada apa?"

Hyunsik menggeleng perlahan mendengar perkataan Changsub. Ciri-ciri manusia membosankan, ya seperti Changsub ini.

"Kenapa wajahmu pucat, Hyung?" Hyunsik justru meneliti wajah Changsub.

"Pucat?"

Dal, hanya mematung, berdiri dekat sofa. Kedua matanya tidak lepas dari Changsub sejak tadi.

"Eoh. Kau... sakit? Atau demam, huh?"

Tidak bercanda, Hyunsik sungguh cemas atas keadaan Changsub, apalagi belakangan ini.

"Tidak. Sudahlah, katakan kenapa kau kesini?"

Hyunsik sebal. Changsub selalu begitu. Harusnya Changsub tidak menutupi sesuatu. Dia memiliki mulut, bisa bercerita. Berbagi.

Tapi, tidak semua orang mesti membagi kisahnya, bukan?

"Caramu itu kasar, Hyung. Aku datang bukan berarti ada apa-apa. Aku hanya ingin melihatmu. Memangnya tidak boleh?"

•••

Tangannya terulur, mencoba memegang pipi Changsub sebelum pria itu terbangun. Namun prianya sudah membuka mata lebih dulu---melihat langit-langit kamar. Dal tetap tersenyum meski tidak jadi memegang suaminya. Ia menaiki ranjang, berbaring di samping Changsub.

Ketika Dal menghadap sang suami, Changsub justru membelakangi.

Seperti inikah rasanya terabaikan dan diabaikan?

Dal tidak bisa menahan rasa yang menggores hatinya secara rinci hingga begitu sakit di sepanjang dada. Air mata yang seharian ini tertahan mulai jatuh.

Perempuan itu jelas ingat ketika pertama Changsub ingin mempersuntingnya, menggunakan alasan tak masuk akal.

Cinta.

Apa itu cinta? Dal tidak memercayai adanya rasa dari kata itu.

Hingga di ujung napas sang ayah, dengan permintaan untuk menerima lamaran Changsub, saat itulah pernikahan antara dirinya dan Changsub terjadi.

Tanpa adanya rasa khusus pada Changsub, Dal terbelenggu dalam dirinya sendiri. Jika bukan demi pesan terakhir sang ayah, Dal sungguh tidak mau melaksanakan ikrar suci itu.

Selama hidup di atap yang sama, Dal bersikap semena-mena. Mengabaikan Changsub yang selalu memberi perhatian tulus, kasih sayang, juga cinta yang luar biasa besar. Dal hanya membalas ketulusan Changsub angin kosong.

Lalu laksana bumi yang berani menyapa sang langit, waktu mampu menjungkirbalikkan hati keras seorang Dal. Dia mulai percaya rasa cinta. Dia mencintai pria itu. Pria satu-satunya yang Dal kenal selain ayahnya. Pria yang telah banyak melukis hari-hari Dal menggunakan tinta warna-warni.

Sekarang ini, Dal baru menerima rasa sakit. Baru mengerti bagaimana diabaikan, bagaimana saat orang yang kau cintai tidak melihatmu meski dia berada di hadapanmu.

Dal menangis tersedu di balik punggung Changsub. Sementara pria itu, tidak bisa tidur meski sudah mencoba memejamkan mata. Dirinya menghela napas, kemudian berbalik ke arah berlawanan hingga menghadap Dal.

"Aku merindukanmu,"

Dal semakin terisak ketika dua kata tersebut keluar dari suaminya. Terdengar menyayat.

"Maaf...."

Dan hanya gumaman itu yang dapat Dal lontarkan sebagai balasan.

Maaf.

-

Beberapa foto gadis cantik berada di depan mata. Rasa ingin menendang Hyunsik sampai ke planet lain sudah merasuk dalam pikiran Changsub.

Siapa yang tidak kesal? Hyunsik memberikan itu semua padanya. Hyunsik berkata, Changsub boleh memilih salah satu gadis dari foto untuk dibeli dan diajak kencan.

Ya ampun, memang gadis-gadis itu barang?

Changsub mengembalikan beberapa foto tersebut pada sang pemilik. Wajahnya datar, tanpa minat. Sudah jelas, Changsub menolak.

"Tapi, sebentar lagi ulang tahunmu, 'kan? Ah! Besok? Yah... besok hari ulang tahunmu. Kau harus merayakannya, bersenang-senang. Lupakan masalahmu," ujar si sepupu, maksud hati guna Changsub menerima salah satu gadis dalam foto.

"Sudahlah, aku tahu kau ingin menghiburku. Besok aku ada acara sendiri."

"Acara sendiri? Kau mau menggelar pesta, atau---"

"Mengunjungi rumah istriku," potong Changsub, kemudian beranjak berdiri.

"Aku pulang duluan, pekerjaanku sudah selesai." Pria itu keluar dari kantor firma hukum, meninggalkan Hyunsik yang bergeming di tempat.

Hyunsik melihat sekilas foto gadis-gadis, sebelum memutuskan untuk membuangnya ke tempat sampah terdekat.

"Istrimu sangat beruntung, Hyung."

•••

Masih terlalu pagi sebetulnya, bagi seorang Lee Changsub yang sudah rapih memakai kemeja hitam. Bagian tangan kemeja, Changsub lipat sampai siku. Rambutnya tertata rapih. Tubuh Changsub juga sudah menguarkan raksi citrus bercampur mint.

Bunga lily putih yang sempat ia beli kemarin diambil dari nakas. Menggenggamnya, Changsub menghirup dalam-dalam aroma lily. Senyum sumringah terpatri, dirinya segera keluar dari kamar.

Baru akan menuruni tangga, langkah kaki Changsub terhenti. Dal berada di hadapan. Jantungnya serasa ditarik untuk berdetak kencang. Senyum Changsub lenyap. Matanya kembali redup seperti beberapa hari lalu.

"Kau mau kemana?" Dal mencoba bertanya. Dan Changsub hanya menunduk.

Tidak lama. Changsub kembali berjalan menembus Dal. Lagi, wajah Changsub pasi.

Dal berbalik, melihat punggung Changsub. Ia memaku di tempat. Pandangannya menurun, melihat lantai bersama kakinya yang tidak menapak pada keramik.

Jika hanya karena alasan dirinya dan Changsub telah berbeda dunia, bolehkah sekali saja Dal berharap?

Dal hanya ingin mengungkap kata yang belum sempat terucap.


Pohon-pohon berjajar rapih, di dalam tanahnya tertanam guci berisi abu orang-orang yang telah tiada, untuk dikenang.

Bersimpuh, tangan kiri Changsub menyapu kayu yang tersolder kuat pada pohon. Ukiran nama Lee Han Dal pada kayu kokoh itu menjadi pigura yang mau tak mau membuat hati teriris.

Bunga lily, Changsub taruh sempurna di hadapan pohon. Isak halus memenuhi tempat sepi.

"Aku datang. Hari ini ulang tahunku, kau ingat? Dal, kau tidak mau mengucapkan selamat padaku?" Suara itu melirih, Changsub menatap lekat ukiran nama yang acapkali membuat Changsub terluka kian dalam.

"Bagaimana kabarmu? Ah, aku selalu merasa kau berada di sekitarku, menemaniku...."

Ingatan-ingatan kemudian mendesak keluar, terbayang.

Andai saja dirinya ada di tempat kejadian. Andai saja dirinya bisa menolong Dal dari bom yang meledak di gedung itu. Andai saja Changsub datang lebih cepat.

Andai saja....

Percuma rasanya terlalu berandai-andai. Sang istri telah tiada. Ledakan dahsyat tiga bulan lalu menjadikan Dal salah satu dari 150 korban di perusahaan tempatnya bekerja.

Waktu tidak pernah mau berbaik hati untuk mengulang ke masa itu. Mengulang untuk Changsub bisa membawa Dal pergi, menyelamatkannya.

Mulanya Changsub tidak percaya bahwa Dal meninggal. Pun jenazahnya tidak dikenal akibat wajah rusak. Namun tanda pengenal yang melekat pada istrinya adalah kenyataan pahit untuk Changsub percaya. Bahkan Changsub sempat meraung ketika tubuh istrinya akan dikremas.

Memang, Dal sering bersikap tidak peduli, namun sehari sebelum kematiannya, Dal terus melempar senyum pada Changsub. Senyuman yang tidak pernah pria itu lupakan seumur hidupnya.

Hubungannya baru menghangat, kenapa takdir begitu kejam?

"Sub-ie...."

Changsub segera menoleh arah sumber suara yang memanggilnya akrab, bernada lembut. Pelupuk itu membesar tatkala melihat sang istri berdiri di depan mata.

Tidak. Meski Dal korban ledakan bom, sosok yang dilihat Changsub tidak seburuk jenazahnya kala itu. Dia... cantik. Lebih cantik dari terakhir kali Changsub lihat.

Ini ilusi. Hanya ilusi, bukan? Mungkin Changsub terlampau merindukan Dal. Namun keyakinan itu sedikit-sedikit runtuh tatkala Dal mulai berlutut, kemudian tersenyum samar.

Hati pria itu bergemuruh, antara tidak menyangka dan senang bisa melihat sang istri.

"Hei, kabarku baik. Bagaimana denganmu?"

"Han... Dal?" Tercekat, Changsub ingin bertanya pada pohon di dekatnya; ini sungguh nyata?

"Ya, aku. Kenapa kau menatapku horor, begitu?"

Dal, perempuan itu pura-pura merajuk, sementara netra yang membesar mulai menitikan air mata, Changsub menangis untuk sekian kalinya. Ini tangisan haru. Bisa melihat istrinya lagi suatu hadiah paling berharga yang ia dapat.

"Waktuku tidak banyak, Sub-ie... aku diberi keajaiban untuk bisa menemuimu sebentar,"

Dal tampak tenang, suaranya bagai angin semilir. Changsub tidak bisa berbicara banyak, meski kini rasa hati ingin memeluk sang istri.

"Selamat ulang tahun Lee Changsub. Maaf, karena meninggalkanmu. Jika aku tahu aku akan meninggalkan dunia begitu cepat, aku pasti lebih menikmati waktu bersamamu. Mungkin kau tahu kalau aku tidak pernah mencintaimu. Tetapi kau harus percaya perkataanku ini, Sub-ie... saat detik-detik terakhir tarikan napasku, aku telah mencintaimu."

Tubuh Changsub kaku.

Bagaimana cara ia meraih istrinya? Padahal jarak Changsub dan Dal tidak sejauh putusnya nadi kehidupan. Semestinya mudah.

Cahaya matahari membuat Dal semakin terlihat transparan. Mencoba, Changsub mencoba menggerakkan tangannya hanya untuk menyentuh sebelah pipi Dal.

Dan Changsub berhasil, ia seakan bisa menyentuh pipi Dal---mengusapnya hati-hati, takut jika mengusapnya terlalu kencang Dal akan sirna.

"Aku merindukanmu... Han Dal,"

Dal mengembangkan senyum terbaik.

"Aku juga."

Mengerti bahwa tinggal sedikit lagi dirinya akan menghilang, Dal menyentuh punggung tangan Changsub---walau sebenarnya tidak tersentuh---karena bagaimanapun tangan manusia hangat, dan temperatur dirinya telah berbeda dari manusia.

"Dengarkan aku baik-baik, Changsub. Meski aku telah tiada, dunia masih terus berputar. Jadi kau juga masih harus melanjutkan hidupmu. Aku tahu, belakangan ini kau tidak enak makan. Jangan sering-sering memikirkanku. Mulai sekarang, biarkan aku berada di hatimu tanpa kau buka kembali. Kau boleh mengingatku, tapi hanya sewaktu-waktu. Buatlah dirimu bahagia dan jangan pernah merasa bersalah tentang apa pun."

"Kau... mau pergi lagi?" Changsub khawatir, tidak rela jika sang istri harus pergi. Lalu faktanya, sang istri memang telah tiada. Pertemuan ini hanya bersifat singkat.

Dal mengangguk pelan. Sinar matanya tidak bisa menyembunyikan lebih banyak kesedihan. Ia ingin menangis. Tapi air mata Changsub seakan telah mewakili tangisannya. Changsub sudah banyak menjatuhkan air mata.

"Aku mencintaimu. Aku menyesal baru mengatakannya sekarang setelah aku tidak bernyawa." Dal tertawa kecil, dan Changsub tidak ikut tertawa, sama sekali tidak terhibur.

"Kau bilang aku harus bahagia, maka kau juga harus bahagia, Dal. Aku tidak mau kau merasa menyesal,"

Sama seperti saat dirinya menyentuh Dal, Changsub berhasil berkata normal setelah suara miliknya nyaris hilang.

"Baik. Kau bisa percaya padaku. Aku akan bahagia, tidak pernah lagi menyesal." Dal membalas, bersama angin berhembus kencang; menjemput Dal.

"Han Dal,"

Jatuh lagi. Air hangat itu membuat kedua pipi Changsub kebas. Tangangannya mengambang di udara---Dal sudah tidak lagi terlihat oleh kedua mata.

Terlepas dari itu, Changsub bersyukur. Bisa bertemu kembali, bisa berbicara bersama Dal, itu sudah cukup. Bahkan kini ia tahu, cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Cintanya terbalas.

Jika aku terlahir kembali ke dunia, dan jika aku diberi kesempatan untuk bertemu denganmu lagi pada kali kedua, aku akan jatuh cinta padamu lagi. Menyia-nyiakanmu hanya membuang waktu.

Angin berhembus pelan---berbeda dari sebelumnya, membawa bisikan Dal, sangat jelas menembus indera pendengaran Changsub. Pria itu masih terisak, belum mampu bangun dari tempatnya berlutut.

•••

Bunga ceri berguguran---memenuhi jalan yang Changsub lalui. Tampak indah meski sebenarnya sedikit risih karena selalu membuat kepala Changsub terkena bunga-bunga halus itu.

Lee Changsub duduk di kursi panjang taman, melihat jam tangan yang menunjukkan pukul setengah tiga. Changsub berdecak, kesal. Sudah sore, klien yang mau ia temui belum datang, padahal si klien berjanji akan tiba sebelum pukul 14:30.

Jika tahu seperti ini, Changsub tidak perlu buru-buru datang.

Sampai suara langkah sepatu wedges berantuk aspal membuat Changsub menoleh arah samping.

Pasang mata Changsub terhipnotis untuk tidak berhenti melihat gadis bersurai panjang tergerai, tengah berjalan pelan pada arah Changsub. Dress coat berwarna biru muda yang dikenakannya mengalahkan cahaya langit saat ini.

"Maaf. Apa... kau Pengacara Lee? Lee Changsub?"

Tanpa terasa, gadis itu sudah berada dekat Changsub---membuatnya tersadar dari lamunan.

"Pengacara Lee?"

"Ah?" Changsub segera berdiri. "Anda, klien dari kasus---"

"Iya," tukasnya antusias. "Aku sudah mengirim email tentang kasusku. Jadi, kau bisa membantuku, 'kan?"

Changsub mengangguk perlahan. Matanya tetap terpaku pada gadis itu. Bahkan, cara gadis ini bicara sama.

"Tapi... mengapa kau menangis?"

Changsub segera memegang matanya, kemudian menghapus jejak air mata yang keluar. Memalukan. Apa barusan Lee Changsub menangis tanpa sadar?

Wajah gadis itu mengingatkan Changsub pada seorang yang selalu berada di hati terdalam. Han Dal.

"Sepertinya bunga yang gugur membuat mataku panas."

Klise. Alasan Changsub tak masuk akal. Tapi mau bagaimana lagi, pikirannya sudah buntu saat ini. Tidak ada kata yang tepat untuk menjawab pertanyaannya.

Jika aku terlahir kembali ke dunia, dan jika aku diberi kesempatan untuk bertemu denganmu lagi pada kali kedua, aku akan jatuh cinta padamu lagi. Menyia-nyiakanmu hanya membuang waktu.

Bisikan itu kembali terdengar. Melihat begitu mirip gadis di depannya ini, membuat Changsub mengira. "Apa benar... kau terlahir kembali?"

"Ya?"

Jelas, gadis itu tidak mengerti atas perkataan Changsub barusan.

Sebagian logika Changsub menolak untuk percaya kalau Dal terlahir kembali. Ini baru empat tahun semenjak kepergian Dal. Butuh kurun waktu lama untuk seseorang terlahir kembali. Namun hatinya terus meminta Changsub percaya.

Atau, meski sebetulnya bukan Han Dal, Changsub senang. Sungguh.

"Duduklah, mari kita bicarakan kasusmu,"

.
.
.

Selesai ~

This story is a remake of my other writing. Cerita paling spesialnya nyusul yak, Bang Ncup. Belum rampung soalnya, hahay! 😂😂

Happy birthday Lee Changsub oppa! Wish you all the best, and stay health. Aku rinduu btw:') tapi aku nggak mau ada yang menanggung rinduku. Karena rinduku itu bentuk kasih sayang pada Changsub dan Bitubihh. Ini apa sih :v skip, skip.


Pay pay, sampai jumpa di next one shoot yaa. Kirim krisan? Boleh sangadd.

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 64.8K 96
Highrank 🥇 #1 Literasi (24 November 2023) #1 Literasi (30 Januari 2024) #3 Artis (31 Januari 2024) #1 Literasi (14 Februari 2024) #3 Artis (14 Fe...
129K 10.3K 83
AREA DILUAR ASTEROID🔞🔞🔞 Didunia ini semua orang memiliki jalan berbeda-beda tergantung pelakunya, seperti jalan hidup yang di pilih pemuda 23 tahu...
5.1K 265 11
GENERAL FANFICTION Sytal,seorang mantan Agen anggota KIA yang kembali di pertemukan dengan kisah kelamnya dimasalalu setelah lamanya ia mencoba membe...
9K 1.2K 18
Renjana - ren-ja-na n rasa hati yang kuat (rindu, cinta kasih, dsb) . Kumpulan rasa hati Dek Guanlin, Kak Jihoon, Bang Daniel dan pemeran lain dalam...