Azalea [COMPLETED]

By NonaTembam

28K 3.1K 895

Mana yang sebaiknya kita pilih antara kebohongan yang manis atau kejujuran yang pahit More

Part 1
Part 2
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Mino's Side Story
Mino's Side Story 2
Ending Scene
Author's Note

Part 3

1.3K 149 46
By NonaTembam

Mino menghembuskan napasnya perlahan, menikmati ritme degup jantungnya yang berdetak normal. Saat ini Mino sedang duduk di salah satu bangku tribune stadion lapangan softball. Menonton sekelompok anak SMP yang sedang berlatih di lapangan.

Ingatan cowok itu kembali pada ulang tahunnya yang kelima saat Papa memberikan sebuah hadiah tongkat pemukul. Dan keesokan harinya ia sudah diseret dari tempat tidur dan dibawa ke lapangan ini. Papa sangat mencintai olahraga yang harus pintar dalam menyusun taktik untuk memukul bola ini. Hingga memaksakan Mino untuk ikut menyukai olahraga ini.

"Ayo lari Mino...," teriak Papa pada Mino kecil yang kelelahan berlari mengelilingi lapangan. "Tadi kamu berhasil melakukan homerun. Kalau homerun harus lari sekuat tenaga keliling lapangan," Papa menatap Mino yang tergeletak di rumput setelah kakinya sudah tak mampu lagi berlari. Keringat mengalir deras di keningnya. Mino hanya diam sambil mencoba mengatur napasnya. Karena meski ia kelelahan dalam setiap latihan yang diberikan Papa, cowok itu menikmati setiap momen saat dirinya harus berlari dari satu base ke base lainnya. Dan meski kakinya terasa panas karena harus terus berlari, cowok itu pada akhirnya pun jatuh cinta pada olahraga softball. Meski pada tujuh tahun yang lalu, Mino memutuskan untuk berhenti bermain softball.

Mino tersenyum memperhatikan sekelompok anak SMP yang sedang berlatih di lapangan tersebut. Jujur, ia rindu turun ke lapangan untuk bermain softball seperti dulu.

***

"Baru dateng lo?" tanya Leora saat melihat sosok Irene yang baru memasuki kedai kopi. "Hhmm... selama elo gak masuk kemarin ada yang nyariin loh,"

Irene yang sedang memasang apron melirik Leora dengan bingung. "Siapa? Leon? Atau Fabian?" Irene menyebutkan nama pacar Leora yang juga sahabat Irene.

Leora berdecak pelan. "Ngapain mereka nyariin elo toh mereka juga tau elo izin,"

"Terus siapa?"

"Cowok yang selalu pesen caramel macchiato dan cheesecake,"

"Maksud lo, Mino?"

Leora membulatkan matanya. "Elo udah kenalan sama dia?"

Irene menganggukan kepalanya. "Kemaren juga kebetulan dia mampir ke toko beli buket bunga buat ultah nyokapnya,"

Kali ini mulut Leora yang terbuka lebar. Cewek cantik itu menatap Irene dengan sebelah mata menyipit. "Dari sekian banyak toko bunga yang ada di seluruh wilayah Jakarta, kenapa harus toko bunga tante elo sih? Gue jadi curiga deh...,"

"Curiga kenapa?" suara Fabian menginterupsi percakapan diantara dua cewek itu. Cowok yang baru datang itu duduk di sebelah Leora pada kursi bar.

"Kamu harus tau, status third wheel yang melekat di Irene sebentar lagi hilang,"

"Kok bisa?" tanya Fabian semakin penasaran.

"Ada cowok yang beberapa hari kemarin dateng ke sini cuma buat ketemu Irene,"

"Woah? Serius nih? Selamat yah, Rene...," ucap Fabian.

Irene memutar kedua bola matanya. "Sangklek yah elo berdua... ngomongin hal nggak bener," protes Irene.

"Bukan gitu, Rene... kalo yang dibilang Leora beneran, gue mau ikutan nyeleksi cowok yang deket sama elo. Memastikan kalo cowok itu bisa bahagiain elo,"

Irene berdecih pelan. Cewek itu pun segera mengambil posisi di balik mesin kasir dan mulai melayani para pelanggan yang berdatangan. Mengabaikan percakapan yang sangat tak penting diantara pasangan itu.

Leora yang sedang menatap ke sekeliling toko, tiba-tiba menyenggol lengan Fabian pelan. Cewek itu membisikkan sesuatu di telinga pacarnya, saat pandangannya menangkap sosok Mino yang hari ini kembali mengunjungi kedai.

"Dia?" tanya Fabian dengan berbisik pada Leora. Cewek itu hanya menggangguk pelan lalu memberi isyarat Fabian untuk diam dan memperhatikan.

"Hi freak, welcome to the coffreak. Ada yang... Mino?" Irene tertawa pelan saat mendapati sosok Mino yang berdiri di depannya.

"Hai, Rene... gue dateng lagi nih," sapa Mino basa-basi.

"Hot Caramel Macchiato dan sepotong cheesecake. Iya kan?" Irene mengucapkan pesanan Mino sebelum cowok itu memintanya.

"Hm... iya,"

"Oke... ditunggu yah," ucap Irene sembari sibuk memasukkan pesanan Mino pada mesin kasir.

"Mino yah?" sebuah suara mengalihkan perhatian Mino. "Gue Fabian, pacarnya Leora," Fabian mengulurkan tangannya pada Mino.

"Mino," cowok itu menjabat tangan Fabian. Ia baru menyadari kehadiran Leora dan Fabian.

"Pelanggan baru di sini yah?" tanya Fabian.

"Yah lumayan... sejak seminggu yang lalu,"

"Hmm... tau kedai ini darimana? Kok bisa mampir ke sini?"

"Bi, kamu apaan sih nanya-nanya kayak polisi yang lagi razia aja," tegur Leora.

"Cuma kepo aja, Ra... kamu juga pasti penasaran kan?"

Mino tertawa pelan melihat interaksi kedua orang di depannya itu. "Nggak sengaja. Kebetulan pas keliling daerah sekitar sini gue penasaran buat mampir. Ternyata cheesecake di sini enak banget,"

Leora dan Fabian saling melirik setelah mendengar jawaban Mino. Belum sempat Leora mengajukan pertanyaan, pager yang dipegang Mino bergetar tanda pesanan cowok itu telah siap. Mino segera mengambil pesanannya dan pergi duduk di kursi langganannya yang ada di dekat jendela.

"Kalian berdua kenapa sih? Harus banget nge-interogasi Mino kayak gitu?" tanya Irene. Leora dan Fabian hanya bisa tersenyum nyengir mendapatkan tatapan kesal dari Irene.

"Cabut yuk sebelum kita digiling sama tatapannya nyai," ledek Fabian sambil tertawa. Cowok itu menggandeng tangan Leora dan keduanya melenggang pergi meninggalkan Irene. Sebenarnya bukan karena dipelototin Irene, tapi memang dari awal kedatangan Fabian itu untuk menjemput Leora dan mengajak cewek itu pergi.

***

Hari ini kedai cukup ramai dengan pelanggan, maksudnya lebih ramai lagi dari biasanya yang memang sudah ramai. Sehingga Irene cukup kewalahan melayani para pelanggan, meskipun tugas Irene hanya berada di balik mesin kasir dan membantu Wendy meracik kopi sesekali. Cewek itu meregangkan otot tubuhnya yang terasa sedikit kaku. Saking terlalu fokusnya melayani para pelanggan, Irene sampai tidak sadar kalau shift-nya sudah berakhir sejak sejam yang lalu. Dengan segera cewek itu membereskan semua barangnya.

"Yessa, gue duluan yah...," pamit Irene pada cewek yang menggantikan tugasnya dibalik mesin kasir.

"Oke siap, kak... hati-hati yah...," Yessa melambaikan tangannya pada Irene.

Irene baru saja keluar dari kedai kopi saat setangkai bunga matahari muncul di hadapannya. Cewek itu meraih bunga tersebut yang ia yakin telah dicabut secara paksa dari tanah. Menatap lama pada setangkai bunga matahari tersebut. Tapi bukan perkara bunga itu dicabut paksa, melainkan kejadian serupa yang pernah Irene alami sebelumnya. Orang itu juga pernah memberikan Irene bunga matahari yang dicabut paksa dari tanah untuk dibuat mahkota menghiasi kepala Irene. Mendadak Irene merasa udara disekelilingnya terasa dingin.

"Buat elo," suara Mino menarik perhatian Irene. Irene mengerjapkan matanya sebelum kemudian ia tersenyum tipis.

"Elo nyuri dimana ini?" tuduh Irene langsung pada Mino.

Tidak langsung menjawab tuduhan Irene, Mino terkekeh pelan sambil menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal. Kemudian cowok itu menunjuk pada sederet tanaman bunga matahari yang berada di samping bangunan kedai. "Dari situ,"

"Mino! Ini tanaman kesayangan Leora malah elo rusak gini... nakal banget sih. Mana yang elo cabut yang kembang sendiri gini lagi ," Irene meninju pelan lengan Mino.

"Jangan aduin ke Leora nanti gue nggak boleh dateng ke sini lagi," Mino menangkupkan kedua tangannya memohon pada Irene. Irene tertawa pelan melihat tingkah Mino.

"Thanks... tapi dalam rangka apa?"

"Sebagai ucapan makasih karena elo udah merangkai buket bunga yang cantik dan bikin nyokap gue seneng,"

"Ngucapin makasih nggak perlu sampai nyuri bunga matahari punya Leora," Irene kembali tertawa mengingat tingkah konyol Mino. "Gue pikir elo udah pergi dari tadi. Ternyata masih di sekitar sini...,"

"Gue nungguin elo pulang," ucap Mino yang berhasil membuat Irene mengeryitkan keningnya.

"Ngapain?"

"Iseng aja... eh nggak, sebenernya gue pengen ngucapin makasih sama elo tapi elo sibuk banget hari ini. Jadi, gue memutuskan buat nungguin elo dan baru bilang sekarang," jujur Mino.

"No, elo nggak perlu ngucapin makasih kayak gini. Elo kan pelanggan toko bunga tante gue, yah udah sewajarnya kan gue bikin buket bunga yang cantik untuk nyokap elo,"

Mino berdiri canggung di depan Irene. Cowok itu menatap sekilas sekelilingnya sebelum kembali menatap gadis mungil di depannya itu. "Elo mau langsung balik?"

"Iya. Kenapa emang?"

"Hmm... mau gue anter balik nggak?" tawar Mino.

"No, nggak usah repot-repot gini deh kalo mau ngucapin makasih perihal buket bunga kemaren...,"

"Nggak, Rene... ini udah bukan masalah ucapan makasih ke elo lagi...,"

"Lalu?"

"Yah... gue cuma pengen nganter elo balik aja gitu...,"

Sumpah, Irene merasa gemas melihat tingkah Mino yang berdiri sangat canggung di depannya ini. Ada kebiasaan Mino yang Irene tangkap hari itu. Cowok jangkung itu akan menggigit bagian dalam bibir bawahnya saat ia merasa tak nyaman alias canggung. Lagi. Irene kembali terdiam saat menyadari hal tersebut. Kebiasaan ini juga pernah dimiliki oleh orang itu. Cewek itu mendongakkan kepalanya dan memperhatikan wajah Mino lama.

"Rene... ada yang salah yah sama wajah gue?" Mino mulai menyentuh wajahnya sendiri. Mencari-cari sesuatu yang mungkin menempel diwajahnya.

Irene menggelengkan kepalanya pelan. "Nggak ada kok...,"

"Jadi?"

"Hmm... jadi apanya?"

"Gue boleh nganter elo balik?" tanya Mino sekali lagi mengutarakan keinginannya.

"Emang elo nggak repot? Rumah gue jauh, No... kalo udah sore gini bakal macet... nanti elo balik ke rumah elo sendiri jadi kemaleman,"

Mino menggelengkan kepalanya. "Macet kan udah biasa. Emang kapan Jakarta nggak macet? Cuma pas lebaran aja kayaknya deh,"

Irene menimang tawaran Mino terakhir kalinya. "Nggak boleh protes kalo nanti elo bete kejebak macet,"

"Siap! Gue udah niatin bakal nikmatin macet kok,"


**************************************************************************************************

HOOLLLAAAA.........

Sebelumnya mau ucapin banyak makasih buat readers yang mau luangin waktu baca , vote juga komentar di cerita ini...

Hehe... Tapi jujur aku butuh 'sedikit' support untuk ngelanjutin jalan ceritanya

Kepo juga sama pendapat kalian... suka atau nggak sama cerita ini??

Saran juga dong, kalian pengen aku update jam berapa tiap hari apa?
.
.
.
Anyway... sengaja aku potong disini biar kalian gemes nungguin Mino nganter Irene pulang...

Terus juga aku merasa kasihan sama Irene yang 'solo' diledekin sama pasangan Leora-Fabian... xixixi...
.
.
.

Leora
(Ini ekspressi Leora pas mode 'nyelidikin' reaksi Irene kalo ngebahas Mino)

Fabian
(Ini ekspressi Fabian pas dapet tatapan 'elang' Irene... auto melipir dah pokoknya)

NEXT???
Jangan lupa tinggalin jejak vote and comment yah...
xixixixi...

XoXo, NonaTembam

Continue Reading

You'll Also Like

17.3M 825K 69
Bagaimana jika gadis bar-bar yang tak tau aturan dinikahkan diam-diam oleh keluarganya? ... Cerita ini berlatar belakang tentang persahabatan dan per...
18.5K 1.7K 30
Mereka sembunyi begitu sempurna hingga tak siapapun yang dapat mengendus keberadaan mereka, bukan hal aneh bukan jika seseorang menggunakan dua ident...
164 86 6
Azea Narthana, gadis berumur tujuh belas tahun dengan perjuangan cinta meluluhkan sahabatnya, Fahrasyen Abimanyu. Persahabatan keduanya yang sudah be...
Miroh ✅ By naga

Fanfiction

24.1K 3.7K 43
(ADA BAIKNYA FOLLOW AKUN AKU SEBELUM BACA) 😊 "When Seo Changbin meets his sweet lil karma..." Mungkin ini karma bagi Changbin saat dulu ia pernah tu...