MAID MINE (Sudah Terbit)

Da Berkelanajauh

455K 14.4K 641

Konten dewasa 20+ [[ A Little Secret Series ]] Stuart memiliki semuanya sejak ia dilahirkan. Uang, kekuasaan... Altro

1. Tuan.
2. Terlalu dekat.
3. Makan Malam.
4. Dari sana...
5. Dari sana... 2
6. Mengakui
7. Good morning
8. Bantuan?
9. Kata terakhir.
10. Dimulai.
11. Malam yang panjang.
Meet the Cast
13. Pesta.
20. Latihan
21. Tamu tak diundang.
Special part
Tersedia di Playstore
PO My Cold Tatsuo sensei
Hari terakhir PO-2
Cerita baru

12. Dongeng untuk Stuart.

19K 873 34
Da Berkelanajauh

Matahari telah naik ke puncak yang lebih tinggi ketika Stuart mulai membuka matanya. Tubuhnya lelah, tapi lega. Seakan semua beban yang selama ini di tahannya luruh ke dasar jurang yang paling dalam. Dan memang begitulah kenyataannya.

Saat jam menunjukkan pukul dua dini hari, Stuart baru menghentikan kegiatan panasnya dan Aimee. Bahkan ketika wanita itu sudah tak mampu membuka matanya lagi, Stuart tetap mendaki kenimatkanya seorang diri.

Laki-laki yang masih telanjang di balik selimut itu tersenyum, namun hanya sejenak, saat tangannya meraba ruang kosong di sisi ranjangnya. Kepala Stuart seperti dipukul godam, tersentak. Dia bangun dan mendapati dirinya seorang diri di kamarnya yang luas.

Stuart menatap ceceran bajunya di atas lantai, yang seharusnya bergabung dengan helaian baju Aimee. Stuart menyibak selimut, meraih celananya cepat kemudian memakainya kilat. Jantungnya bertalu keras ketika tak menemukan Aimee di kamar mandi, berjalan dengan langkah lebar menuju dapur, Stuart mengabaikan beberapa pelayan wanita yang merona melihatnya bertelanjang dada.

"Dimana dia?" tanyanya langsung pada Claire.

Tak perlu bertanya siapa yang tuannya maksud, Claire sudah paham. "Aimee bilang dia akan pergi sebentar."

"Kemana? Sejak kapan?" Stuart nyaris berteriak. Seharunya dia memastikan Aimee tidak lepas dari pelukkannya semalam.

"Baru saja tuan, dia bilang ingin mengunjungi ibunya."

Tak mengucapkan apapun lagi, Stuart kembali ke kamarnya. Dia membersihkan diri dan berpakaian secepat mungkin. Menyambar kunci mobilnya di atas meja kerja, Stuart lantas keluar dari rumahnya. Mengendarai mobil secepat yang ia bisa menuju area pemakaman di utara london.

Highgate cementery, merupaka pemakaman yang ada sejak tahun 1839. Banyak yang cerita berkembang di tempat yang juga merupakan cagar alam ini, salah satunya adalah cerita vampir yang melegenda. Tapi mengesampingkan semua kisah seram yang mengekori pemakaman highgate cementery, Aimee pikir ini adalah tempat yang indah dan tenang dengan semua bangunan makam yang tertata rapi.

Aimee duduk di samping makam ibunya. Tanpa kata, sudah sejak tiga puluh menit yang lalu. Apa yang terjadi malam tadi seperti proyektor yang terus berbutar dalam kepalanya. Tubuhnya pun masih bisa merasakan sisa sentuhan Stuart. Aimee bahkan hampir tak bisa bergerak tanpa menahan nyeri di pusat tubuhnya.

"Bu, apa kau ada di tempat yang bagus sekarang? Ku rasa kau sedang di sana." kalimat pertama yang Aimee ucapkan setelah lama berdiam diri. "Menurutmu, bagaimana jika aku menyusulmu. Apa kau keberatan?" Aimee tersenyum kecut. "Kau pasti akan memarahiku habis-habisan, ya."

Semilir angin menerbangkan helai rambut Aimee yang terurai begitu saja. Setetes air matanya jatuh, yang selanjutnya disusul oleh tetesan yang lain. Sesak di dada Aimee tak terelakkan, wanita itu menangisi hidupnya. Jika bisa Aimee ingin menyalahkan Tuhan, tapi mana mungkin, Aimee hanya boneka yang memiliki tugas dengan peran yang sudah ditentukan. Dia tak memiliki hak untuk protes, yang harus dilakukannya hanya menjalankan semuanya dengan sebaik mungkin.

Ibunya pernah bilang, jika hari ini kita dibuat menangis oleh Tuhan. Itu agar kita memiliki hati yang kuat. Dan, jika hari ini mendung menaungi langit birumu, percayalah jika sebenarnya Tuhan sedang menyiapkan hari yang cerah untuk kita duduk di bawahnya besok.

Aimee percaya, dia sangat percaya. Hanya saja, kapan langit cerah itu ada untuk Aimee.

Aimee lahir ditengah pernikahan tidak bahagia orang tuanya. Ibunya pergi meninggalkan Aimee bersama ayahnya yang pemabuk karena tidak bisa menahan sakit batin dan fisik, padahal saat itu Aimee baru berusia tiga tahun. Sejak saat itu, ayahnya yang sering lepas kendali ketika mabuk, mengganti sasarannya saat marah pada Aimee. Aimee kecil seringkali dipukuli, dia harus bekerja membersihkan rumah setiap hari dengan tangan kecilnya. Sampai ketika Reiko kembali ketika ayahnya berniat menjual Aimee, ayahnya dipenjara karena perbuatanya. Hingga sekarang Aimee tak lagi tahu kabar tentangnya, lebih tepatnya, tak ingin lagi tahu.

Aimee pikir hari itu adalah hari kemerdekaannya. Dia bebas, dia bisa menjalani hari seperti anak lain yang sering ia lihat dari balik jendela rumahnya. Tapi nyatanya Aimee tidak bisa menikmati kebebasannya sepenuhnya, dia harus mengikat dirinya pada seseorang yang menariknya kemanapun orang itu mau, hingga sekarang. Dan mungkin untuk selamanya.

Aimee mendongak ketika indra penciumnya mengenali aroma yang familiar. Stuart meletakkan setangkai bunga lili di atas makam Reiko, berdampingan dengan bunga lili milik Aimee. Tanpa kata menempatkan dirinya di samping wanita itu.

Mereka membiarkan hening yang menguasai udara, entah Stuart atau Aimee, sama-sama tidak ingin bicara.

Stuart menghembuskan nafas lega ketika melihat Aimee duduk di depan makam Reiko. Lehernya seperti tercekik ketika wanita itu hilang dari pandangannya. Stuart menatap wajah Aimee dari samping, sembab di matanya sangat menjelaskan.

"Kau sudah selesai, ayo kembali." kata Stuart sambil menarik tangan Aimee. Tapi wanita itu tak bergeming. Membuat Stuart harus menekan egonya kuat-kuat. "Aimee, ayo." Stuart kembali mencoba menarik tubuh wanitanya. Namun kali ini Aimee menyentak tangannya, membuat Stuart cukup terkejut.

Aimee berdiri, membersihkan debu yang menempel di celana panjangnya sedikit, lalu berjalan mendahului Stuart. Meninggalkan laki-laki itu di belakangnya. Perbuatan wanita itu tak pelak mengundang senyum miringnya. Stuart menoleh sejenak pada makam Reiko, menundukkan kepalanya sedikit. Kemudian menyusul Aimee yang sudah berjalan jauh di depannya.

Tanpa diperintah Aimee memasuki mobil Stuart yang terparkir tak jauh dari pemakaman. Stuart menatap Aimee sebentar, wajahnya keruh. Dia tak berkomentar, tak ingin mengganggu wanita itu untuk sekarang. Mulai menghidupkan mesin mobil, Stuart menginjak pedal gas, mereka mulai meninggalkan komplek pemakaman ketika hari menjelang sore.

Sampai ke kediaman Aldebaran, kesunyian diantara mereka tetap terjaga. Tanpa kata, Aimee kembali meninggalkan Stuart begitu saja. Laki-laki itu pun hanya mengikuti dalam diam. Sampai mereka memasuki rumah, Aimee yang membelokkan langkahnya menuju dapur tersentak saat lengannya ditarik.

Tidak perlu menebak siapa pelakunya. Stuart menggiring Aimee memasuki ruang perpustakaan. Wanita itupun tak banyak tingkah dengan berteriak memintanya berhenti atau berontak melepaskan diri. Walaupun Stuart merasa Aimee berbeda, tapi dia menyukai Aimee yang menurut.

"Duduk di sana." ucap Stuart menunjuk sofa panjang dekat jendela besar yang menampilkan pemandangan taman bunga ilik Nyonya Ellie.

Tanpa bertanya Aimee menuruti perintah Stuart. Laki-laki itu melepas jaket kulitnya melempar jaket itu tepat di samping Aimee, menyisahkan kaos hitam pasbody yang memeluk tubuh ramping berotot miliknya. Stuart berjalan ke arah salah satu rak buku, dia menarik satu buku yang lalu dibawa untuk duduk bersama Aimee.

Laki-laki itu hanya diam, membaca setiap bait kata dalam novel karya Sherrilyn kenyon. Sedangkan Aimee yang lagi-lagi harus menemani sang tuan melakukan kegiatan kecil, memandang jauh taman bunga anyelir. Membayangkan dirinya duduk di tengah-tengah bunga indah itu pasti menyenangkan.

Aimee harus kemengakhiri lamunannya saat Stuart tiba-tiba menjatuhkan kepalanya di atas paha Aimee. Laki-laki menyamankan diri, tak memperdulikan Aimee yang melotot tajam padanya.

"Apa yang tuan lakukan?"

"Oh, jadi sekarang kau sudah bisa bicara lagi." Ujar Stuart setengah mencibir.

Aimee mendengus, memalingkan wajah. Tidak peduli. Terserah orang ini mau melakukan apa, sudah tidak ada gunanya lagi untuk Aimee menghindar atau melawan. Satu-satunya yang dia miliki sudah menjadi milik Stuart.

"Baca ini." Stuart memberikan buku yang dibacanya pada Aimee. Apa, sekarang dia juga ingin Aimee membacakan dongeng untuknya. Meski menggerutu dalam hati, Aimee tetap menerima uluran buku yangStuart berikan. "Baca bagian ini saja, baca yang keras untukku." Perintah Stuart menandai bagian mana yang harus Aimee baca.

Kening Aimee mengerut, Stuart yang melihat itu menyeringai. "Tidak mau."

"Baca, atau aku akan memakanmu di sini. Kau tahu terkadang pelayan datang kemari untuk membersihkan debu dari lukisan milik ayahku kan." Karenaselain perpustakaan, ruang itu juga enjadi tempat berkumpulnya koleksi lukisan Adam.

Aimee bimbang. Membaca tulisan ini benar-benar memalukan, lagipula, bagaimana bisa tuan muda membaca novel erotis seperti ini. Tapi jika Stuart benar akan menjalankan ancamannya, dan ada pelayan yang mengetahui kegiatan mereka. Habis sudah Aimee. Sebab beberapa pelayan di rumah ini memang ada yang tak menyukainya, lebih lagi mereka yang masih muda. Beranggapan jika Aimee memonopoli Tuan muda mereka dengan egois.

Jika kalian mau, kalian bisa menggantikan posisiku. Aimee sangat ingin mengatakkan itu pada mereka jika bisa.

"Aku menunggu." Stuart membuat pola tak menentu di atas paha Aimee yang tertutup celana panjang. Tapi tetap saja menimbulkan gelenyar pada tubuhnya.

Aimee benci ketika tak memiliki pilihan lain. Dengan tangan gemetar halus dibukanya lembar halaman yng telah Stuart tunjuk sebelumnya. Stuart mendengar suara gesekkan kertas, dia tersenyum miring karena itu. Aimee meneguk ludahnya sebelum mulai membaca barisan kata dalam buku itu. Night Pleasures, seri kedua dari Dark-Hunter series.

"Selama berabad-abad, ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa itu tudak penting. Bahawa ia tidak membutuhkan siapa pun. Hingga Amanda hadir. Amanda telah meruntuhkan pertahanannya dan sekrang ia merasa telanjang di hadapan wanita itu." Pipi Aimee mulai menghangat. Dia yakin jika semburat kemerahan mulai menghiasi wajahnya. "Memalingkan kepala, Kyrian melihat Amanda datang dari ambang pintu, mengenakan sweter. Kyrian terkejut betapa seksinya pakaian itu di tubuh Amanda. Rambut Amanda dikepang dua di kedua sisi wajahnya. Ada kesan lugu dan nyaris kekanak-kanakan dari cara Amanda berpaikaian."

Stuart mulai membayangkan Aimee dalam balutan sweter hitam kebesaran miliknya, dan rambut yang dikepang di kedua sisi wajahnya. Dia mencengkram lembut lutut wanita itu. Aimee terus membaca, dan Stuart membayangkan Aimee.

"Kyrian mendapati dirinya sengaja melempar bola ke atas kepala Amanda supaya bisa melihat wanita itu mengangkat tangan untuk menangkapnya. Setiap kali melakukannya, sweter Amanda terangkar, memamerkan sebagian perutnya di bawah tatapan bernafsu Kyrian. Kemuan Amanda akan berlari mengejar bola, pingulnya mengayun. Tapi bagian terbaik adalah melihat bokong Amanda yang proposional saat wanita itu membungkuk untuk memungut bola. Demi para dewa, Amanda memiliki bokong terbaik. Tidak tahan lagi, Kyrain melempar sarung tangannya kelantai."

Tanpa sadar Aimee menikmati bacaannya. Cerita ini ternyata cukup menarik, tidak salah jika Stuart membacanya. Tapi yang tidak Aimee sadari adalah, Stuart yang mulai kehilangan fokus. Dan, laki-laki itu telah mengubah posisinya dengan menghadap perut Aimee. Menyembunyikan wajahnya di sana.

"Amanda membeku saat Kyrian menghampirinya dengan langkah-langkah panjang dan mantap. Sebelum ia tahu apa yang ingin dilakukan oleh Kyrian, pria itu sudah mengangkatnya dan menciumnya penuh gairah..."

Seketika Stuart bangkit dari posisinya sebelum Aimee membaca lebih jauh. Dia tahu kelanjutan dari bagian itu, dan Stuart menyesal telah meminta Aimee membacanya. Sial! Stuart tidak bisa menyentuh Aimee, setidaknya sampai dua hari kedepan, karena dia ingin menghormati Aimee. Stuart tahu Aimee masih kesakitan sekarang, karena itu, tanpa kata apapun laki-laki itu meninggalkan Aimee yang kebingungan karena ulahnya. Stuart harus menuntaskannya sendiri, lagi-lagi.

"Apa yang dia lakukan?" Aimee mengerjapkan matanya. Dia memandangi buku di tangannya bergantian dengan Stuart yang semakin menjauh. Memikirkan apa ia harus mengikuti Stuart atau tetap di sini? Pada akhirnya Aimee memutuskan untuk tidak peduli, lalu kembali membaca buku dengan tenang. Biar laki-laki itu melakukan apa yang dia mau. "Buku yang bagus."

***

Im, nggak mau bantuin Stuart gitu. Kasian lho.

Continua a leggere

Ti piacerà anche

1M 147K 49
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
464K 19.4K 10
Mateo Cozta seorang pria tampan yang punya segalanya. Tapi nasib baik tak pernah berpihak padanya. Dia dibuang oleh ayahnya sendiri dan wanita yang d...
3.6M 38.3K 32
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
100K 1.7K 12
This work is protected under the copyright laws of the Republic of Indonesia ( Undang - undang Hak Cipta Republik Indonesia No. 28 Tahun 2014 ) =====...