Forever Mine

由 23gwen

4.7M 208K 10.8K

"Apa kau selalu seperti ini?, memerintah orang untuk melakukan apa yang kau mau?" lanjutku sambil menatapnya... 更多

prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Tolonggg yaaa
Chapter 52

Chapter 51

17.1K 981 230
由 23gwen

Empat hari telah berlalu sejak aku kembali ke penthouse, aku benar-benar tahanan bahkan dirumahku sendiri, tidak ada ponsel, tidak ada dunia luar, tidak ada teman, tidak ada apapun. Semuanya telah berakhir untukku, jika aku tidak bisa menemukan jalan untuk keluar dari tempat ini maka aku akan menjalani sisa hidupku dengan keadaan ini, tapi aku tidak akan membiarkannya terjadi, aku harus keluar dari tempat ini, keluarga Blackstone tidak lagi memiliki kendali atas diriku setelah apa yang telah terjadi, setelah bagaimana mereka memperlakukanku selama ini.

Malam itu Sean pulang larut malam, aku mendengarnya membuka pintu kamar kami sebelum dia berjalan kearahku untuk memeluk dan menciumku, itu adalah kebiasaan yang selalu dia lakukan meskipun aku tidak pernah menghiraukannya tapi dia tetap melakukannya.

"Kau menangis?" Sean bertanya sambil mencoba untuk menyibakkan selimut yang membungkusku, dengan satu sentakan selimut itu sekarang tergeletak dilantai, dia mencoba untuk mengangkat tubuhku tapi aku tidak membiarkan dia melakukannya, aku tidak akan memberikan apa yang dia inginkan, aku tidak akan memberikannya kendali atas diriku.

"Jangan menolakku!" aku tidak pernah ingin memancing amarah Sean sebelumnya, karena setelah sekian lama aku mengenal Sean, amarahnya adalah sesuatu yang sangat mengerikan dan tidak terkendali, tapi aku tidak punya apa apa lagi sekarang jadi aku melakukannya, tetap saja rasanya sangat menakutkan.

"Jangan menyentuhku" aku berkata sambil bangkit dari tempat tidur dan mengambil jarak diantara kita berdua, Sean menyeringai sambil bangkit dan menatapku dengan tatapan penuh amarahnya.

"Ingatlah siapa dirimu sebelum bertemu denganku Ash" Sean berkata dengan tatapannya yang bisa membunuh siapapun, aku tersentak ketika aku mendengar kata-katanya, selama bertahun-tahun aku mengenal Sean dia tidak pernah mengucapkan kata-kata itu padaku, dan kini harga diriku benar-benar terluka ketika mendengarnya.

"Aku selalu mengingat siapa diriku Sean, aku juga selalu mengingat siapa dirimu dan siapa keluargamu, aku hidup bersama kalian selama bertahun-tahun, aku melihat apa yang kalian lihat, aku mendengar apa yang kalian dengar, dan aku tahu apa yang keluarga ini tahu" aku bersyukur aku bisa mengatakannya tanpa sedikitpun getaran pada suaraku dan aku melanjutkan.

"Jika kau ingin menghinaku Sean, maka kau harusnya tahu lebih baik untuk tidak melakukannya" raut wajah Sean terlihat berubah saat aku mengatakan hal itu, seakan dia tidak pernah mengharapkanku untuk mengatakannya.

"Maafkan aku, aku tidak bermaksud mengatakannya" Suaranya berubah menjadi penyesalan, dia berjalan kearahku dan mencoba untuk meraihku tapi aku tidak membiarkannya mendapatkanku.

"Aku bilang aku minta maaf, sekarang kembalilah padaku!" kini dia terdengar kasar dan menuntut, aku lebih dari siap untuk menghadapinya.

"Pergilah ke neraka Sean!" aku berkata sambil keluar dari kamar, meninggalkan Sean yang berdiri mematung disana. Aku berjalan kearah perpustakaan untuk menenangkan pikiranku, aku berpikir untuk mengunci pintunya tapi aku tidak melakukannya karena kupikir itu hanya sia-sia, Sean akan menemukan jalan untuk masuk pada akhirnya, jadi aku hanya menutup pintunya. Selama beberapa saat kemudian terdengar suara bantingan pintu dan aku melihat Sean berjalan kearahku, kini dia hanya mengenakan kemeja abu-abu yang lengannya telah ditarik sampai batas sikunya. Dia benar-benar terlihat murka saat ini.

"Kau baru saja berpaling dariku, sudah kukatakan ribuan kali untuk tidak melakukannya!" suaranya terdengar sangat mengerikan dan penuh amarah.

"Kau menghinaku!" aku balas meneriakinya.

"Baiklah!!, aku seharusnya tidak melakukannya... cobalah melihat ini dari sudut pandangku Ash" dia berjalan mendekatiku, aku memiliki lebih dari seribu alasan untuk menghindar darinya tapi aku berdiri disana seperti orang bodoh, aku berdiri disana dan menunggunya untuk datang padaku dan menyentuhku. Aku semakin membenci diriku sendiri karena hal itu tapi aku hanya diam disana sampai Sean sampai padaku sampai dia ada disana untuk memeluk tubuhku, dia memelukku dengan erat dan tidak menyisahkan jarak diantara kita berdua.

"Aku tidak ingin menyakitimu Ash" dia berujar sambil meraih kedua tanganku dan menempatkannya disekitar lehernya, apakah ini adalah sebuah ancaman aku mulai bertanya tanya didalam hatiku, haruskah aku khawatir bahwa Sean akan menyakitiku secara fisik.

"Lepaskan aku Sean, tidak ada gunanya melakukan hal ini" aku berkata tanpa mau melihat matanya dan tampaknya itu membuatnya marah karena beberapa saat kemudian tubuhku terbanting diatas sofa beludru di dekat jendela perpustakaan, lengan kananku yang tergores pinggiran meja yang terletak didekat sofa mulai mengeluarkan darah dan aku meringis kesakitan karenanya.

"Kau tidak akan pergi kemanapun Ashley, kau tetap bersamaku seumur hidupmu dan aku akan membuatnya tetap seperti itu setidaknya selama aku masih hidup" suaranya terdengar yakin dan tidak terbantahkan, aku berusaha untuk menenangkan diriku setelah aku mendengar teriakkan Sean, dia tidak boleh mempengaruhiku, aku tidak akan takut padanya.

Aku berjalan ke arah pintu untuk menghindarinya karena aku tahu bahwa kita tidak akan bisa bicara saat dia sedang dalam keadaan penuh amarah dan disamping itu lenganku terasa sangat menyakitkan dan kini mulai mengeluarkan banyak darah, aku tidak berpikir bahwa Sean mengkhawatirkan hal itu.

"Kembali kemari Ashley, aku belum selesai denganmu" kata-katanya penuh perintah dan aku bersumpah aku sangat muak mendengar hal itu, pernikahan ini bagaikan neraka untukku aku tidak berpikir aku bisa melakukan hal ini lebih lama lagi.Tanpa mendengar kata-kata Sean aku kembali berjalan kearah pintu dan berusaha membukanya dengan lengan kiriku yang tidak terluka, tiba-tiba sebelum aku berjalan untuk keluar dari perpustakaan tubuhku kembali tertarik ke belakang.

"Jangan berpaling dariku sebelum aku selesai bicara denganmu!" Suaranya keras dan penuh amarah, aku mengingat setiap detik saat itu terjadi, dan aku akan selalu mengingatnya selama sisa hidupku, saat dia mengangkat tangannya keudara dan memukul pipiku dengan keras. Aku merasakan rasa panas membakar pipiku, semua terjadi dengan sangat cepat tapi aku masih mengingat setiap detiknya, aku mengingat bagaimana raut wajahnya saat dia memukulku dan aku tahu bahwa aku tidak lagi mengenalnya, aku tidak tahu lagi siapa suamiku sendiri. Rasa sakit di pipiku tiba-tiba saja menyebar sampai ke dadaku, aku merasa sesak yang luar biasa didadaku, rasa sakit itu sama seperti yang pernah kualami saat ibuku mengatakan bahwa dia tidak menginginkanku, sebesar itu Sean bisa menyakitiku. Aku bahkan tidak tahu kapan aku pernah membiarkannya masuk begitu dalam di hatiku, aku membiarkannya masuk terlalu dalam sampai dia memiliki kontrol atas diriku sepenuhnya dan kini dia menghancurkannya, dia menghancurkannya hingga tidak tersisa apapun lagi untukku, aku seharusnya tahu lebih baik bahwa aku tidak akan pernah bisa mempercayainya, aku seharusnya tahu lebih baik untuk tidak lagi mempertaruhkan hatiku.

Hidup bersama Sean adalah bermacam hal tapi aku tidak memikirkan hal ini akan pernah terjadi padaku, aku selalu mempercayai bahwa Sean adalah orang terakhir yang akan menyakitiku karena aku tahu didalam hatiku dia mencintaiku dan dia akan selalu menjagaku, aku tahu bahwa hal terakhir yang akan dia lakukan adalah menyakitiku, tapi sekarang dia berubah dan aku tidak bisa mengatasi perubahan itu, aku tidak lagi mengenal dirinya jadi aku melakukan satu hal yang aku tahu tidak akan aku sesali, perpisahan.

"Beraninya kau" aku mengatakan dengan semua kebencian yang kumiliki, dia terlihat begitu terkejut tapi aku tidak akan pernah percaya padanya lagi, aku bersumpah aku tidak akan mempercayakan hatiku pada siapapun lagi setelah ini. Sean hanya diam seolah dia tidak percaya bahwa dia baru saja memukulku, kami hanya berdiri berhadapan selama beberapa saat hingga aku sadar bahwa semua ini tidak akan berguna lagi.

"Perasaanmu padaku bukanlah cinta, Itu hanya obsesi, aku tidak tahu kenapa butuh waktu lama bagiku untuk menyadarinya" setelah aku mengucapkan kata kata itu aku pergi dan Sean membiarkanku, dia tidak berusaha menghentikanku. Aku memasuki kamarku dan menutup pintunya dan begitu aku sendirian aku menumpahkan seluruh air mataku, aku terisak hingga aku tertidur.

***
Rasa sejuk dan dingin di pipiku membuatku terbangun dari tidurku, sapuan halus dipipiku juga terasa sangat hangat. Hal pertama yang kulihat saat aku membuka mata adalah Sean, matanya terlihat penuh dengan kekhawatiran tapi kebencianku padanya saat itu lebih besar jadi aku menghindari pandangannya dan juga sentuhannya.

"Aku ingin sendirian" aku berujar padanya sekali lagi tanpa melihat kearahnya, aku tidak mendapati respon apapun dari Sean selama beberapa saat tapi kemudian akhirnya dia memutuskan untuk mengalah.

"Baiklah" Sean bergumam sebelum dia berdiri dan mendekat ke arah ranjang, aku memejamkan mataku, dalam hati aku sangat takut bahwa dia akan memaksakan dirinya padaku, tapi dia hanya mengecup keningku dan memelukku selama beberapa saat.

"Maafkan aku Ash... Kau harus tau bahwa tidak pernah sekalipun aku berniat untuk memukulmu" suaranya penuh dengan kesedihan dan kekecewaan.

"Tapi pada akhirnya kau tetap melakukannya"

"Aku menyesal" dia berkata lagi, kali ini dia berusaha untuk memelukku lagi tapi aku tidak membiarkannya.

"Memang seharusnya" aku berusaha melawan airmataku saat aku mengatakannya. Sean mengangguk beberapa kali dan bangkit untuk keluar dari kamar kami.

"Aku menginginkan kamar lamaku, dan jangan berani berani untuk mengunci pintunya, aku bukan budakmu" aku berujar tapi aku tidak mendengar responnya, itu tidak masalah karena aku tahu dia akan melakukannnya.

***

Seperti yang kupikirkan sebelumnya, aku tahu Sean akan melakukan apa yang kuminta, sudah dua minggu ketika aku mendapat kamarku kembali dan selama itu aku tidak pernah menghabiskan malam bersama Sean. Aku bahkan tidak pernah datang ke perpustakaan karena aku tidak ingin melihat Sean, aku tahu dia akan mulai bekerja di perpustakan, dia selalu melakukannya saat aku marah padanya agar dia bisa menemukan alasan untuk melihatku. Biasanya aku akan menyerah dan berakhir di pangkuannya tapi sekarang adalah hal yang berbeda, dia sudah menyakitiku begitu dalam.

Pintu kamarku tiba tiba terbuka dan aku tidak perlu melihat untuk tahu siapa yang masuk kedalam kamarku, Sean tidak pernah mengetuk pintu. Dia berdeham lalu berjalan lebih dekat kearah ranjangku, secara reflek aku mencengkeram selimut didepanku.

"Ash, kau berhenti datang ke perpustakaan jadi aku hanya memeriksa apa kau baik baik saja" dia berkata dan aku tahu dia berharap penjelasanku tapi aku masih terlalu marah padanya, dia bisa enyah ke dalam neraka dan aku masih tidak akan perduli padanya, saat ini aku hanya melihatnya sebagai manusia paling menjijikkan yang pernah kukenal, setelah apa yang dia lakukan padaku, setelah dia menyakitiku sedalam ini.

"Tutup pintunya setelah kau keluar" hanya itu satu satunya respon yang kuberikan padanya sebelum kembali memejamkan mataku.

"Apa kau sakit sayang?, suaramu terdengar berbeda" Sean semakin mendekat ke arahku dia perlahan menyibakkan selimutku dan terkejut saat melihat keadaanku saat ini.

"Sial, kau memang sakit, kenapa kau tidak mengatakannya padaku" dia berusaha untuk mengangkat tubuhku di lengannya dan aku menepis tangannya dengan sisa tenagaku.

"Jangan coba coba menghalangiku Ash, berhenti bersikap keras kepala dan biarkan aku membantumu!" suaranya yang tegas membuatku menarik tanganku yang bersiap untuk menepisnya dan membiarkan dia melihat luka di lengan kananku.

"Oh Tuhan, Ash.. kita perlu ke rumah sakit sayang" dia pucat ketika melihat lenganku yang sekarang mulai membiru, aku tidak pernah melihatnya setakut itu dalam hidupnya.

"Lingkarkan lengan kirimu padaku sayang, aku tidak ingin kau terjatuh" Sean berkata dengan lembut sambil mengecup keningku, suaranya syarat akan kekhawatiran.

"Melinda!, ambil mantel hangatku didalam kamar!" samar samar aku mendengar Sean berteriak pada Melinda, sesekali dia mengecup keningku beberapa kali untuk memastikan aku masih sadar.

"Tetap bersamaku sayang, kumohon jangan tutup mata indahmu"

"Sean, kurasa aku demam" aku merancau dan Sean terlihat semakin khawatir dibuatnya.

"Aku tahu sayang, aku akan membuatnya menjadi lebih baik, aku berjanji" aku hampir hilang kesadaran jika bukan karena Sean meneriaki beberapa keamanannya untuk segera bergegas, tak lama kemudian Melinda datang sambil membawa mantel hangat Sean dan mengulurkannya pada Sean.

"Aku baru saja menelpon Dr Mallory, dia bilang dia akan siap saat Mrs Blackstone tiba di rumah sakit Mr Blackstone" Melinda berkata lalu dibalas anggukan oleh Sean.

"Terima kasih Melinda" setelah itu aku mendengar pintu mobil tertutup dan merasakan mobil bergerak.

"Ashley, tetap bersamaku sayang, lihat aku"

"Aku mengantuk"

"Aku tau sayang, tapi aku ingin kau tetap sadar" itu yang terakhir kudengar dari Sean sebelum yang kulihat adalah kegelapan.

"Lukanya terinfeksi, tampaknya Mrs Blackstone menahan rasa sakit untuk waktu yang lama melihat luka di lengannya" samar samar aku mendengar suara Dr Mallory, tapi aku tidak bisa membuka mataku karena terasa sangat berat, tak lama kemudian aku merasakan sentuhan di rambutku.

"Berikan apa yg diperlukan untuk menghilangkan rasa sakitnya, aku tidak ingin istriku merasakan rasa sakit, kau mengerti?"

"Tentu saja Mr Blackstone"

Lalu semuanya kembali hening dan aku kembali tertidur sekali lagi.

***

Saat aku membuka mataku aku langsung bisa merasakan ruangan asing yang kutempati saat ini, lenganku terasa lebih baik sekarang dan kurasa aku tidak lagi demam.

"Mrs Blackstone, kau bisa mendengarku?" suara feminim terdengar samar sama di telingaku, aku menggerakkan kepalaku ke arah suara itu dan menemukan seorang perawat berdiri disampingku.

"Ya" jawabku dengan susah payah karena tenggorokanku terasa begitu kering.

"Mrs Blackstone, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu" ujarnya dan saat itu juga pintu terbuka dan seorang wanita terlihat tidak asing datang menghampiriku, saat dia semakin dekat aku terkejut karena dia adalah orang terakhir yang kuharapkan datang untuk menjengukku, Gabriella Maxwell datang menjengukku, tampaknya ibuku masih cukup perduli padaku.

"Apakah cukup sakit?, bagaimana bisa istri Sean Blackstone berakhir terkena infeksi yang cukup parah, sedangkan mereka mengamankanmu seolah kau adalah berlian bernilai jutaan dolar, aku dengar kau bahkan tidak diperbolehkan menyentuh peralatan dapur" dia berjalan berkeliling ruangan itu sambil sesekali menyentuh bunga yang ada di beberapa sudut ruangan seolah dia benar benar mengaguminya.

"Jika kau ingin membunuhku maka lakukan dengan cepat" potongku dan seketika itu dia mengalihkan padanya padaku.

"Aku disini untuk menawarkanmu bantuan" jawabnya

"Kau datang kemari untuk menertawakanku"

"Aku tetap ibumu Ashley, berapa kalipun kau menyangkalnya kau tetaplah putriku, jangan bersikap arogan disaat seperti ini karena kau butuh bantuanku" ujarnya sambil semakin mendekat kearahku

"Dan apa yang kau inginkan sebagai gantinya?" tanyaku tanpa melihat kearahnya.

"Pengampunan, maafkan aku atas semua yang kulakukan padamu" jawabnya tanpa keraguan sedikitpun.

"Kau penuh dengan omong kosong" aku memalingkan kepalaku ke arah jendela yang tertutup tirai berwarna krem.

"Aku tau aku telah menyakitimu sebelumnya, aku juga tidak mengharapkanmu untuk segera menerimaku sebagai ibumu, tapi biarkan aku untuk pertama kalinya melakukan hal yang benar untuk putriku" jelas Gabriella, saat aku melihat kedalam matanya aku bahkan tidak bisa melihat itu adalah ketulusan ataukah rasa kasihan.

"Aku menghargai niat baikmu, tapi aku tidak berpikir kau bisa membantuku, kau tau bagaimana keamanan Sean" aku berkata dan dia menatapku selama beberapa saat

"Kau hanya tidak ingin pergi bukan?, tanyakan itu pada dirimu sendiri Ashley, kau tergantung pada gaya hidup dan cintanya hingga kau tidak ingin pergi walaupun dia menyakitimu"

"Aku tidak tahu lagi apa yang kuinginkan"

"Kau tau apa yang kau inginkan Ash, kau hanya tidak ingin mengakuinya"

"Kau tidak tahu apapun tentangku!" sergahku, dia menutup mulutnya dan menghela nafas lalu menyerah.

"Baiklah, aku memang tidak tahu apapun tentang putriku sendiri, tapi setidaknya aku cukup perduli, tiga hari lagi di area parkir rumah sakit aku akan menunggumu jam sembilan sampai jam sebelas malam, aku bisa membawamu keluar dari sini dan yang perlu kau lakukan hanya mengulur waktu sampai saat itu, cukup mudah bukan" beberapa saat kemudian terdengar suara ketukan pintu.

"Sepertinya suamimu ada disini" dia bergegas kearah pintu, dia menyentuh kenop pintu tapi kemudian berbalik padaku.

"Pikirkan kata kataku Ashley, dan aku akan tetap menunggumu apapun yang terjadi" aku hanya mengganguk sebelum kemudian melihatnya membuka pintu dan digantikan perawat sebelumnya, perawat itu terlihat begitu gugup jari jarinya bahkan gemetar saat dia mengambil beberapa catatan.

"Jangan khawatir" aku meyakinkannya sambil kembali berbaring ditempat tidur, tepat sebelum pintu kembali terbuka dan Sean masuk ke dalam ruangan.

"Keluar, aku ingin dokter ada disini sekarang juga" Sean mengusir perawat itu pergi lalu berjalan kearahku, saat tatapan kami bertemu aku bisa melihat rasa bersalah itu dimatanya.

"Aku baik baik saja" aku berkata tidak tahan dengan rasa bersalah yang dia rasakan saat ini, ini bukan salahnya, aku yang memilih untuk tidak memberitahunya soal lukaku.

"Kau tidak sadar selama dua hari, jangan berkata kau baik baik saja" kali ini dia bahkan membuatku merasa seperti seorang anak kecil yang berbuat kesalahan, dia masih saja bersikap angkuh seolah dunia berputar disekelilingnya.

"Aku bilang keluar dan panggil dokter kemari!" teriakan Sean membuat perawat itu menjatuhkan catatannya, aku melihat kearah perawat itu dengan tatapan prihatin, aku mencoba meminta maaf pada perawat itu tapi dia hanya bergumam tidak masalah lalu keluar dari kamar rumah sakit itu.

"Tidak perlu melakukan itu pada orang lain" suaraku hampir memohon ketika aku mengatakannya pada Sean, tapi Sean sepertinya terlalu marah untuk mendengarkanku, tapi dia akhirnya mengakuiku dengan berjalan kearahku, menyelipkan telapak tangannya ke pipiku dia mengelusnya selama beberapa saat sebelum kemudian membungkuk untuk mencium puncak kepalaku.

"Kau membuatku berada dalam neraka selama dua hari ini, keadaanmu menjadi lebih baik tapi kau tetap menutup mata indahmu selama dua hari, kupikir aku akan kehilanganmu" aku menangkap getaran pada suaranya sebelum meraih wajahnya dan merasakan kelembaban disana. Sean menangis untukku, jadi aku meraih tubuhnya dan memeluknya selama beberapa saat mencoba untuk menenangkannya.

"Aku baik baik saja sekarang Sean" aku berbisik padanya sambil mengusap punggungnya, sekarang dia melingkarkan lengannya di pinggangku dan memelukku, aku masih berada di atas ranjang rumah sakit jadi aku harus menahan sedikit rasa tidak nyaman saat merasakan berat badan Sean diatasku.

"Jangan lakukan itu lagi padaku Ashley, jangan menempatkanku pada keadaan ini lagi, jika kau sakit maka aku adalah orang pertama yang harus tahu, kau seharusnya memberitahuku"

"Baiklah, Maafkan aku Sean" Tidak lama kemudian aku mendengar pintu diketuk lalu Dr Mallory masuk, Sean melepaskan pelukannya hanya untuk meraih tanganku dan menggengamnya, dia bahkan tidak perduli bahwa Dr Mallory mungkin memerlukan ruang untuk memeriksaku.

"Bagaimana perasaanmu Mrs Blackstone, apakah kau merasakan mual atau sakit kepala saat ini?" tanya Dr Mallory.

"Sangat haus, tidak ada mual dan sakit kepala" Dr Mallory mengangguk lalu berjalan untuk memeriksa lenganku yang terluka, aku bahkan tidak merasakan sakit lagi di lenganku, mungkin dia benar benar Dokter yang hebat, karena itulah Sean mempekerjakannya. Saat dia membuka beberapa perban yang menutupi lukaku Sean tiba tiba mencengkeram tangan Dr Mallory dengan wajah yang serius.

"Tidak sedikitpun rasa sakit, kuharap kau masih mengingatnya Dr Mallory"

"Tentu saja Mr Blackstone" aku melihat kekhawatirannya saat dia merawat luka di lenganku, aku mengerutkan keningku dan berusaha untuk melihat lukaku, aku terkejut saat aku melihat bekas luka jelek di lenganku itu, luka itu terlihat sangat dalam tapi aku benar benar tidak merasakan apapun.

"Jangan khawatir Mrs Blackstone, akan kupastikan lukanya tidak meninggalkan bekas apapun di lenganmu" jawabnya sambil menatap kearah Sean bukan ke arahku, aku melirik kearah Sean dan melihatnya mengangguk pada Dr Mallory.

"Tapi aku tidak merasakan apapun, itu tidak wajar bukan Dr Mallory?" aku berkata dengan kebinggungan.

"Efek dari obat bius adalah hal yg wajar Mrs Blackstone, tidak perlu mengkhawatirkan apapun" Dr Mallory berusaha menenangkanku dan mulai menutup perban yang ada di lenganku.

"Maafkan aku Mrs Blacktone, tapi kau harus tetap berada di rumah sakit selama beberapa hari lagi" aku menganggukan kepalaku tapi masih merasa ada hal yang aneh disini dan jelas Dr Mallory tidak bisa menceritakan apa yang terjadi meskipun aku adalah pasiennya disini. Seakan bisa merasakan kekhawatiranku Sean membungkuk lalu berbisik ditelingaku.

"Jangan khawatirkan apapun manisku, aku sudah mengurus semuanya" tangannya terulur untuk membelai rambutku tapi kemudian dihentikan oleh suara ponselnya, dia mengerutkan kening selama beberapa saat sebelum kemudian mengabaikan panggilan itu. Aku ingin bertanya pada Sean tapi aku tahu dia tidak akan memberitahuku kebenarannya, sungguh ironis karena aku bahkan tidak bisa bertanya kepada suamiku sendiri.

***

繼續閱讀

You'll Also Like

4.4M 32.4K 29
REYNA LARASATI adalah seorang gadis yang memiliki kecantikan yang di idamkan oleh banyak pria ,, dia sangat santun , baik dan juga ramah kepada siap...
1.9M 89.1K 52
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
300K 12.3K 32
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
4.7M 175K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...