Aim for Aimee

By nellieneiyra

9.9K 933 397

"Karena terkadang orang ketiga itu bukan manusia, tapi perasaan kita sendiri." . . . . . . . . Gasta adalah g... More

1 - Gasta
2 - Aimee?
3 - Gasta, ternyata Aimee...
4 - Yang Telah Lama Hilang
5 - Sebuah Pengakuan
6 - Menemani Hati
7 - Sebuah Ketulusan
8 - Gasta Dimusuhi
9 - Keadilan untuk Gasta
10 - Gasta Diserang
11 - Aimee dan Kejutannya
12 - Tertuduh
13 - Terungkap
14 - Mengutuk Baskara
15 - ❤
16 - 💔
17 - Dia Bukan Gasta
18 - Tapi Dia Masih Aimee
19 - Diagnosa yang Mematahkan
20 - Definisi Kecewa
21 - Pertemuan yang Terulang
22 - Bertualangnya Aimee
23 - Memenangkan Ego
24 - Bicara pada Hati dengan Hati
25 - Agar Aimee Mengerti
26 - Kebenaran dari dan untuk Deon
27 - Deon Telah Memutuskan
28 - Sebuah Akhir yang Mengawali
29 - Baskara VS Feliz
30 - Baskara VS Gasta
31 - Aimee VS Gasta... Wait, What?
32 - Kedatangan Hati yang Lain
33 - Di Depan Mata Aimee
34 - Di Balik Sikap Aimee
35 - Ketika Mencoba Berubah
36 - Arti Sebuah Genggaman Tangan
37 - Malaikat Tak Pernah Dusta
38 - Mengalah Hingga Menang
39 - Dibalas dengan Luka
40 - Tergerusnya Kepercayaan
41 - Pentingnya Tahu Diri
42 - Tersuratkan
44 - Mee, Peduli Tidak?
45 - Refleksi Perasaan Gasta
46 - Melihatnya Rapuh
47 - Pertarungan dan Pertaruhan
48 - Tidak Ada Aimee di Sini
49 - Kali Ke-Entahlah
50 - Kelanjutan Kemarin
51 - Danes Kembali
52 - Airmata Terderas Gasta
53 - Masa Lalu yang Menguji
54 - Terus Terang, Terus Menerangkan
55 - Dia atau Dia, Aku atau Mereka
56 - Pengungkapan Penuh Derita
57 - Susah Dibunuh
58 - Berani Tega yang Tak Disadari
59 - Dikira Pengkhianat
60 - Semudah Membalik Telapak Tangan
61 - Rintangan Mustahil Tak Ada
62 - Hadiah Pertandingan
63 - Rapuh, Tumbang, dan Terinjak
64 - Tidak Tepat, Tapi Tidak Terlambat
65 - Aimee si Penggerak Hati
66 - Hati Papa yang Terketuk

43 - Masih Ada(kah) Harapan

147 10 3
By nellieneiyra

Hari berganti.

Bel pulang sekolah terdengar. Gasta memasukkan buku-bukunya, lalu sesekali ditolehnya Danes. Danes mengerling ke arahnya, mengacungkan jempol. Senyumnya terurai pada Gasta. Gasta menghela napas panjang, lalu mengembuskannya kuat-kuat.

Itu adalah isyarat dari Danes bahwa hari itu Gasta harus mengutarakan perasaan Danes pada Aimee, bagaimanapun caranya. Kemarin dia sudah berunding dengan Danes melalui chat, bahwa hari itu, Aimee harus mengetahui perasaan Danes padanya.

Aimee melenggang keluar kelas, namun cepat-cepat Gasta menghadangnya. Kelas sudah kosong.

"Mee, bicara bentar bisa?"

Aimee terkejut. Mungkinkah suratnya kemarin sudah mengubah pikiran Gasta? tanyanya dalam hati.
Namun, dia malah menatap Gasta sinis. "Nggak."
"Ck. Bentar aja."
"Lewat chat aja." Aimee melengos.
"Ck. Mee. Plis." hadang Gasta, berdiri tegap di depan Aimee.
"Sssssshhh." dengus Aimee kesal. Super kesal. Kakinya dihentakkan ke tanah. "Ngomong apa sih?" nada bicara Aimee terdengar sangat ketus.

Gasta lagi-lagi menghela napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya kuat-kuat.

"To the point aja. Sebenernya..." ucapan Gasta terhenti.

"Apa?" sahut Aimee, tetap ketus. Keduanya masih berdiri di depan pintu.

"Danes suka ama lo." sambung Gasta kemudian. Mantap. Tegas. Singkat.

Raut wajah Aimee berubah. Otot mukanya tidak setegang tadi.

"Pa'an sih." tukas Aimee, meninggalkan Gasta.

"Mee! Dengerin lah." tangan Gasta menahan tangan Aimee.

"Gas, lo tau, yang lo perbuat saat ini tuh apa? Buang-buang waktu gue. Ngerti?" tandas Aimee. Gasta mendengus sebal.

"Gue serius. Gue abis ngobrol banyak ama Danes. Dia suka ama lo. Dia sayang Mee ama lo."

Aimee menyipit tanda tak percaya.

"Dia nyuruh gue buat nanyain perasaan lo ke dia." lanjut Gasta.

Namun Aimee melihat ada sesuatu yang aneh pada diri Gasta. Raut Gasta dipenuhi keraguan. Seakan tidak rela menceritakan hal itu pada Aimee.

Keraguan yang ditangkap itu, sebenarnya adalah manifestasi dari perasaan ketidakrelaan Gasta yang sesungguhnya. Ketidakrelaan bahwa ada yang menaruh hati pada Aimee selain dirinya.

"Maksud lo apa sih? Mau lo apa? Hah?" sahut Aimee, lebih sinis dari sebelumnya. Rupanya Aimee menganggap Gasta main-main.

"Ya gue beneran disuruh ama Danes Mee, buat bilang ke elo, biar lo tau perasaan dia yang sebenernya ke elo." jawab Gasta, getir dan lirih. "Lo pikir gue main-main?" imbuhnya.

Aimee mulai gemetar. Bukan karena takut, namun karena tau bahwa sebagian hatinya mulai runtuh.

Jadi surat gue itu... sia-sia?

"Lo udah baca surat dari gue?" Aimee mengalihkan pembicaraan, untuk memastikan apa Gasta sudah membaca surat darinya atau belum.
"Gue gak lagi ngebahas itu." sahut Gasta. "Gue ngebahas Danes yang pingin tau gimana perasaan lo ke dia."
dalih Gasta, karena tidak ingin Aimee tau bahwa dia belum membaca surat darinya.

"Kenapa dia ga bilang sendiri, coba?" tanya Aimee lagi.

Gasta menunduk.

"Mana gue tau. Yang penting gue udah nyampein ke lo. Dan gue perlu tau perasaan lo ke dia biar bisa gue sampein ke dia." jawabnya, masih ragu-ragu.

"Lo kenapa mau mau aja disuruh dia?" serang Aimee.

Gasta terdiam sesaat. Pikirannya kusut, kacau balau. Kedua matanya terarah pada sepatu Aimee yang berkilauan.

"Gas, gue tanya. Kenapa lo mau aja disuruh dia?"

"Ya buat ngebuktiin ke dia kalo gue udah ga ada rasa lagi ama lo, Mee!" sahut Gasta cepat, dengan sedikit bentakan di akhirnya. Sungguh meyakinkan.

Aimee tercengang. Matanya terkunci pada wajah Gasta yang mengarah ke lantai.

Fix, surat gue kemarin sia-sia...

Gasta tau, dia telah membuat kebohongan terbesar dalam hidupnya.

"Jadi selama ini..." bisik Aimee lirih, mulai terisak.
"Apa?" sahut Gasta ketus, masih tidak menatap Aimee.
"Masih?" lanjut Aimee. Keduanya lalu membisu.

"Gas? Masih?" tanyanya lagi. Aimee malah bertanya soal masihkah Gasta memiliki perasaan itu padanya.

Gasta menggeleng. "Sekarang udah enggak. Dan gue janji gue gak akan ganggu lo lagi kalo lo udah ama Danes nanti." jawabnya mantap. Kemantapan yang membalut dusta.

"Terakhir kapan?" Aimee masih menyerangnya.

"Lo gak perlu tau." sahut Gasta. "Ga ada yang perlu dipertanyakan lagi soal gue ama lo. Yang gue tanyain sekarang soal perasaan lo ke Danes." Gasta mulai menatap Aimee.

Keduanya saling tatap. Gasta bisa melihat pelupuk mata Aimee yang mulai berkaca-kaca, dan Aimee bisa melihat tatapan Gasta yang hampa seakan tiada cinta di sana, tak seperti biasanya.

"Lo juga gak perlu tau." jawab Aimee dingin, mendorong dada Gasta dengan satu tangan, lalu berbalik pergi, melenggang setengah berlari. Gasta hampir terjengkang ke belakang, kemudian terperangkap dalam ketercengangan akan kepergian Aimee.

Yang tidak diketahui Gasta, Aimee berlari diiringi derai airmatanya.

Dan yang tidak diketahui Gasta pula, surat dari Aimee dapat membuatnya menyesali keputusannya untuk menyampaikan pesan Danes.

Sedangkan yang tidak diketahui Aimee, sepeninggal Aimee di situ, airmata Gasta pun jatuh.

Dan yang tidak diketahui Aimee pula, setengah mati Gasta menahan sakit hati dan cemburu yang berapi-api saat dia mengatakan pada Aimee bahwa Danes ingin memilikinya.

Baik Gasta maupun Aimee, merasakan hari itu adalah akhir dunia.

***

Setibanya di rumah, Gasta jadi penasaran kenapa Aimee mempertanyakan suratnya.

Gemuruh dada Gasta seakan tak sabar memaksanya untuk membuka surat itu. Tangan Gasta gemetar. Rasa penasaran dan ketakutan menyelimuti hatinya. Dengan cepat dibukanya surat tersebut.

Dear Gasta,

Cuma satu kata yang pingin aku bilang ke kamu.

MAAF.

Maaf karena udah ngecewain kamu, jahatin kamu, dan yang paling parah...
Ngefitnah kamu.

Aku sendiri gatau Gas, kenapa aku ngefitnah kamu kaya gitu kemarin. Rasanya itu kaya, aku ngga mau lagi kamu ngerecokin hidup aku. Aku ngga mau kamu ngurusin hidup aku. Aku maunya kamu ngga usah peduliin aku lagi, gitu.

Karena apa? Karena kebaikanmu selalu bikin tanda tanya itu muncul dan muncul lagi, Gas.

Tanda tanya apa kamu masih sayang ama aku. Masih peduli ama aku. Masih berharap buat ama aku.

Air mata Gasta mulai menetes.

Tapi aku ndiri juga ga bisa boong Gas, kalo aku sering, bahkan mungkin mesti, kepikiran kamu.

Kamu inget pas kamu pingsan pas upacara? Pas kamu dihukum Bu Yuni?
Kamu inget ada aku di sana pas kamu lagi berdarah-darah kaya gitu?

Itu karena... Aku gatau gimana caranya buat gak khawatir ama kamu, Gas.

Gasta semakin tenggelam dalam tangisnya. Bibirnya dia gigit kuat-kuat agar sebisa mungkin tak terdengar suaranya oleh Feliz.

Aku sendiri juga ga ngerti maunya hati aku tuh apa. Aku kesel liat kamu, aku pingin kamu menghilang aja dari hadapanku. Tapi di sisi lain, kalo aku tau kamu kenapa kenapa, aku khawatir. Aku gak mau kamu kenapa kenapa. Aku jadi bingung ama diri aku sendiri, Gas.

Sebisa mungkin aku berusaha buat benci ama kamu, semakin besar rasa khawatirku ke kamu, tau ga.

Akhirnya aku simpulin,
kalo aku emang ngga bisa ngga peduli ama kamu.
Andai kamu tau betapa aku kangen banget ama masa lalu kita, ama kebersamaan kita.
Tapi sikapmu yang menurutku selalu salah, karna aku kesel dan nurutin egoku... itu selalu ngehalangin aku buat bilang ke kamu yg sejujurnya, Gas.

Dan yang paling bikin aku nyesel... karena aku baru kali ini nyadar...
adalah betapa sebenernya aku sayang banget ama kamu...

AKU SAYANG KAMU, GAS...
SAYAAAAAAAANG BANGET... :'((((

NB: Ngga usah dibales. Ngga usah dibahas. Cuma pengen kamu tau aja perasaanku yg sebenernya.

Love,

Aimee.

"Aaaaaaaaaaarghhh!!!" teriak Gasta penuh emosi. Diremas-remasnya kertas surat dari Aimee tersebut, lalu dilemparkannya ke sudut kamarnya. Gasta meraung-raung dalam tangis. Beruntung Feliz tak mendengarnya.

Inilah puncak kehancuran hati Gasta. Tak hanya hati, jiwanya pun turut hancur. Lebih hancur dari saat pertama dia mendengar vonis dokter tentang sirosisnya. Lebih hancur dari saat dia mendengar bahwa Aimee membocorkan rahasianya pada Feliz. Lebih hancur dari saat dia tahu bahwa Danes ingin merebut hati Aimee dari dirinya.

Gasta terus menangis. Dipeluknya lututnya erat-erat. Dadanya terasa sesak jika teringat apa yang telah dia lakukan demi Danes, pada Aimee.

Gasta tidak dapat merasakan apa-apa, kecuali penyesalan yang amat menyiksa.

Kenapa...
Kenapa aku baru dapet surat ini setelah aku bilang ke Aimee soal perasaan Danes?
Kenapa aku iyain aja permintaan Danes yang itu?
Kenapa dengan gamblangnya aku bohong ke Aimee kalo aku udah ngga ada rasa ama dia?

Gasta terus menyerang dirinya dengan pertanyaan-pertanyaan menyakitkan tersebut.

Namun pertanyaan yang paling menghujam-hujam benak dan nuraninya adalah...

Kenapa Aimee juga masih sayang padanya?

Continue Reading

You'll Also Like

40.4K 83 17
just some of my horny thoughts;) men dni
280K 13.1K 61
ပုံတိုင်းဆောင် +ရာချီဒွေး သူကြီးသားလေးနဲ့ အပေါင်ဆိုင်သားလေးတို့ကိုဖတ်ပေးကြပါအုန်းရှင့် တောရွာပုံစံလေးကိုမှ ကြိုက်နှစ်သက်ရင်တော့ဒါလေးဖတ်ဖို့တောင်းဆိုပ...
30.3K 601 76
In which Kim Saena is in a groupchat with a bunch of idiots Or In which Bangchan finds himself inside a groupchat with a bunch of delusional fans ~~★...
153K 3.5K 60
imagines as taylor swift as your mom and travis kelce as your dad