MAID MINE (Sudah Terbit)

By Berkelanajauh

455K 14.4K 641

Konten dewasa 20+ [[ A Little Secret Series ]] Stuart memiliki semuanya sejak ia dilahirkan. Uang, kekuasaan... More

1. Tuan.
2. Terlalu dekat.
3. Makan Malam.
4. Dari sana...
5. Dari sana... 2
7. Good morning
8. Bantuan?
9. Kata terakhir.
10. Dimulai.
11. Malam yang panjang.
Meet the Cast
12. Dongeng untuk Stuart.
13. Pesta.
20. Latihan
21. Tamu tak diundang.
Special part
Tersedia di Playstore
PO My Cold Tatsuo sensei
Hari terakhir PO-2
Cerita baru

6. Mengakui

14.1K 808 19
By Berkelanajauh

Jalanan kota London tampak ramai. Gemerlap dengan lampu, suara bising dari kendaraan. Sesekali Aimee melihat Bus double-decker melintas, atau melihat orang-orang bercengkrama di caffe dan restoran outdoor.

Aimee menatap langit cerah berhiaskan bulan purnama. Aimee menatap jalanan, dan mengerutkan keningnya saat merasa ada yang tak beres pada dirinya. Matanya berat, seperti ada sesuatu yang menggantung, memaksanya untuk terpejam. Tapi di tengah rasa kantuk luar biasa, Aimee melihat jalanan yang lain. Jalan yang tak pernah ia lewati sebelumnya.

"Jordan, kau bilang akan mengantarku pulang." ucap Aimee lemah.

"Itu yang sedang aku lakukan." Jordan menjawab dengan santai.

"Tapi ini bukan jalan pulang."

"Ini jalanmu pulang, Im."

"Jordan..." Aimee tak bisa menahannya. Matanya tertutup saat telinganya samar-samar mendengar Jordan bicara.

"Tidurlah Aimee, jangan takut."

Jordan menatap Aimee yang telah tertidur pulas di sampingnya. Mata laki-laki itu melihat spion tengah, dia tersenyum miring. Mobil porsche silver yang sangat dikenalnya mengikuti.

"Maaf ya, Stuart. Jika tidak begini, kau tidak akan sadar." Jordan menambah kecepatan ferrari hitam miliknya. Terkekeh kecil saat mobil Stuart mengikuti dengan ugal-ugalan.

Hiburan yang menyenangkan. Tapi harus segera Jordan akhiri.

Memasuki kawasan apartemen, Jordan tak melihat mobil Stuart di belakangnya. Bagus, dia berhasil mengecoh Stuart sebentar. Tak berapa lama lagi Stuart pasti akan sadar dimana Jordan berada.

Karena itulah, Jordan cepat-cepat menggendong Aimee. Segera memindahkannya ke tempat yang sudah ia persiapkan.

Saat pintu lift khusus yang ada di basement hampir tertutup, saat itulah Jordan melihat mobil Stuart berhenti sembarangan di dekat mobilnya. Jordan melihat Stuart keluar dari mobil, berlari ke arahnya, Jordan menaikkan alisnya dengan senyum menyebalkan tersungging di bibirnya. Dan pintu lift tertutup, Stuart mengumpat, menendang pintu besi itu penuh amarah. Dia melihat lantai yang Jordan tuju. Keningnya berkerut karena itu.

Apa-apa ini!?

Stuart memasukkan kartu akses apartemen pada lift khusus yang lain. Stuart menuju lantai 20, lantai teratas, apartemen miliknya.

"Jordan!!" Stuart berteriak saat pintu lift terbuka. Kakinya melangkah panjang memasuki ruangan. Matanya nyalang menatap setiap sudut apartemen mewah yang dihadiahkan oleh orang tuanya setahun lalu.

"Jordan!!"

"Diamlah, kau akan membangunkan Aimee."

Jordan keluar dari salah satu ruangan. Yang Stuart kenali sebagai kamarnya.

"Apa yang kau lakukan pada Aimee?!" Stuart langsung mencengkeram kerah baju Jordan erat-erat. Jika bisa, Stuart ingin mencekik leher Jordan saat ini juga. Tanggul emosinya akan jebol sebentar lagi.

"Hanya membuatnya tidur nyenyak selama beberapa jam, dan..."

"Apa yang..."

"Untuk membuatmu sadar." ujar Jordan tenang, dengan senyum lebar seperti bocah.

"Apa?"

"Jangan pura-pura bodoh, kau bisa jadi benar-benar bodoh. Lalu, jangan menyangkal lagi. Kau menyukai Aimee kan?"

"Apa?"

"Apa? Hanya itu yang bisa kau ucapkan. Jika iya, kau sudah benar-benar jadi bodoh. Ck." Jordan menggelengkan kepalanya, prihatin.

Tapi tanpa terduga, Jordan jatuh ke lantai yang dingin. Dengan pipi nyeri akibat pukulan Stuart yang tak tanggung-tanggung.

"Sialan!" Jordan mengumpat sambil menyentuh pipinya.

"Dasar brengsek!" Stuart melewati Jordan begitu saja setelah memaki.

Jordan mengikuti jejak Stuart lewat matanya. "Hah, seharusnya cukup ucapkan terima kasih. Dasar sialan!"

Jordan bangkit dari lantai, dia meringis kesakitan memegangi pipinya. Suara pintu yang ditutup kasar membuatnya terlonjak kaget. "Aih, pantas Aimee takut padanya. Dasar." gumam Jordan mencibir. Dia lalu melangkah pergi dari apartemen Stuart, tidak ingin mengganggu dua orang dalam kamar.

Stuart bersandar pada daun pintu yang baru saja ditutupnya. Dia menghela nafas sepanjang mungkin. Entah kenapa merasa benar-benar lega.

Mata Stuart menangkap sosok indah yang kini bergelung nyaman di atas ranjangnya. Dia berjalan pelan-pelan, tak ingin mengusik tidur Aimee yang seperti bayi.

Stuart menatap Aimee intens. Gadis kecil yang ia temui di dapur saat itu, siapa sangka akan tumbuh sebaik ini. Secantik ini. Rambut kecoklatan panjang menyentuh pinggang, tubuh setinggi bahunya namun terlihat begitu pas saat Stuart memeluknya, kulit putih kemerahan dan wajah campuran asia dan eropa yang unik. Menarik, hanya satu kata itu yang dapat menggambarkan sosoknya.

Stuart mengambil tempat di samping tubuh Aimee. Tangannya terulur untuk menyingkirkan helai rambut yang menutup sebagian wajah Aimee. Stuart membelai lembut pipi Aimee dengan buku jarinya.

"Beraninya kau membuatku seperti ini, Ai." matanya menatap sendu. Jarinya terus membuat jejak di wajah Aimee, seakan ingin mengenalinya lebih jauh. "Karena itu kau harus bertanggung jawab, kau harus jadi milikku, tidak ada penolakan."

Jarinya berhenti di bibir Aimee, membelainya seringan bulu, sebelum akhirnya Stuart memecah sebuah ciuman di sana. Dalam tidurnya Aimee kehilangan ciuman pertama.

Stuart melumat bibir Aimee lembut, mengecap manis bibir gadis yang membuatnya hampir gila karena khawatir. Stuart  menarik dagu Aimee hingga mulut kecil itu terbuka. Stuart memainkan lidah hangat Aimee. Tetap menikmati sekalipun tak mendapatkan balasan.

Saat Stuart akhirnya mengakhiri permainan bibirnya, benang saliva terbentuk, dia menatap bibir terbuka Aimee yang mengkilap merah akibat perbuatannya. Stuart meneguk ludahnya kasar, niat awalnya hanya mengecup, tapi Stuart tak bisa jika hanya itu.

Membuka blazer navy yang dikenakannya, Stuart menyisahkan kaos putih lengan pendek di tubuhnya. Irisnya yang menggelap tak lepas menatap Aimee yang masih tenang dalam tidur. Laki-laki itu melepas kardigan usam yang menghalanginya menatap kulit putih Aimee, melemparnya asal bersama blazernya.

Tangan Stuart menelusup masuk ke dalam kaos yang Aimee kenakan. Dia menggertakan gigi saat halus kulit Aimee terasa di permukaan kulitnya. Perlahan, seakan ia membuka kado ulang tahun pertamanya, Stuart menaikkan kaos Aimee hingga batas leher. Memperlihatkan tubuh bagian atasnya yang hanya berbalut bra berwarna pink pucat.

Hanya begini saja Stuart sudah dibuat pening. Dengan nafas yang mulai berat, Stuart memijat payudara Aimee pelan-pelan, dia lalu mengelus perut dan pinggang. Gerakannya begitu terus berulang kali. Stuart seakan sedang menyiksa dirinya sendiri. Membuat adik kecilnya semakin tegang, menyakitkan sekaligus membuat jantungnya berdetak capat.

Tangan Stuart menelusup ke bawah punggung Aimee, tubuhnya membungkuk, membuat setengah tubuhnya menindih Aimee. Wajah Stuart berhadapan dengan dada Aimee yang menghirup nafas teratur, tangannya mencari pengait bra Aimee dengan sabar.

Pengait bra itu lepas, Stuart menarik kain itu ke atas. Membuat payudara gadis itu terlebih begitu saja. Aimee masih berusia lima belas tahun, bagian tubuhnya yang saat ini Stuart pandangi tak berkedip jelaslah tak sebesar gadis-gadis yang pernah Stuart kencani. Tapi begini saja sudah cukup membuat Stuart makin pening.

Stuart yakin, dia sudah benar-benar tak waras.

Stuart mengulum puncak dada Aimee seperti bayi kehausan. Kedua tangannya memeluk tubuh Aimee erat, tubuh laki-laki itu telah sepenuhnya berada di atas Aimee. Stuart menggeram tertahan saat tubuh bagian bawahnya tak sengaja bergesekan dengan paha Aimee yang masih terbalut celana jeans lengkap. Sekali, lalu Stuart dengan sengaja menekan tubuhnya, menggerakkan pinggulnya naik-turun.

"Aghhh..." Stuart mendesah tertahan seorang diri. Mulutnya masih sibuk mengecap puncak dada Aimee bergantian.

Stuart menjeda kegiatannya hanya demi melepas kaosnya dan kaos Aimee, tidak lupa Stuart melepaskan celana bahan dan boxer yang pakainya. Ya, sebut ia si mesum yang memanfaatkan kesempatan. Stuart tak peduli. Lalu setelah itu, secepatnya ia kembali pada posisi sebelumnya.

Entah sudah berapa lama. Yang jelas, Stuart baru berhenti ketika dia merasakan pelepasan yang ketiga kalinya. Laki-laki itu berbaring dengan nafas menderu. Ini gila. Stuart sudah mengatakan itu berulang kali, tapi rasanya benar-benar gila. Dia mencari kenikmatan dari gadis yang tertidur lelap sepanjang sesi panasnya. Yang benar saja. Stuart berguling, menghadap Aimee yang sudah setengah telanjang. Stuart tak akan melupakan malam ini, mungkin malam ini akan jadi salah satu malam terindah, tapi satu yang membuat Stuart tak bisa terima adalah, Aimee bahkan tidak terusik atau merespon sedikit pun. Setidaknya gadis itu harus sedikit melenguh.

Tangan Stuart mengelus pinggang Aimee, turun ke kewanitaan Aimee dan membelainya sambil lalu, tangannya turun lagi, lalu berhenti di pahanya dan meninggalkan remasan erat di sana.

Saat itu Stuart berjanji dalam heningnya malam. Suatu saat nanti, dia akan berbagi kenikmatan ini bersama gadis itu. Bahkan bukan hanya kenikmatan ini, tapi seluruh hal yang Stuart miliki. Akan ia bagi bersama Aimee. Tapi kapan? Stuart mengerang frustasi. Mengingat masa itu hanya membuat kondisi tubuhnya menjadi lebih buruk.

***

Part depan udah maju lagi, bukan flashback. 😋

Continue Reading

You'll Also Like

16.9K 621 21
18+++ Bagaimana kalau kau yang awalnya seorang gadis biasa ternyata memiliki sebuah rahasia yang di sembunyikan dari seluruh dunia, rahasia yang memb...
11.6K 574 26
LA (Levi Ackerman) The Series Sudah hampir semester akhir, namun Rhea masih gemar menjadi bahan omongan para dosen karena sikapnya yang bebal. Tidak...
3.1M 24.7K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
EGOISM By Jo

Romance

53.2K 1.6K 13
⚠️ 21+ Mengandung adegan dewasa dan kata kasar. . . Biarkan aku egois untuk kali ini saja. Kenapa kau tak pernah memandangku sebagai lelaki dewasa? A...