DADDY ; Hwang Hyunjin [REVISI]

By kimlls

568K 55.1K 8.1K

[PROSES REVISI] ****** "daddy, heejin pengen punya mommy" "hah?" Hight rank #1 taehyung; 02/01/2k20 #2 Minhyu... More

00.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
24.
25.

23.

16.8K 1.7K 406
By kimlls

___

"Iya, Semua Bintang cantik dan bercahaya itu berpindah ke senyuman kamu."

Hwang Hyunjin.
___

****

"Ya tuhan. Kenapa nasib gue gini amat ya." 

Yoora menatap langit yang sudah mulai menggelap. Ia tengah berada di kursi panjang dekat sungai Han, yang tempo hari ia duduki dengan kakak tirinya—Younghoon.

Yoora memang begitu, ketika ia sedang ada masalah. Pasti ia akan menyendiri, dengan ditemani kesunyian.

Ini sudah sore menjelang malam, dan hanya ada beberapa orang yang berlalu lalang di pinggir sungai Han. Udara juga semakin lama semakin dingin, membuat Yoora memeluk dirinya sendiri.

Sambil mengusap-usap lengannya dan menatap langit yang sudah menggelap karena sudah malam. Yoora melamun.

"Andai gue gak nangis di caffe itu. Andai gue gak terlilit hutang. Dan andai gue gak ketemu—"

Tiba-tiba ada telapak tangan kekar yang  menutup kedua mata Yoora dari belakang, membuat Yoora kaget bukan main.

Tapi ketika ia menghirup udara, ada aroma tubuh Hyunjin di sekitarnya. Tidak mungkin kan ini Hyunjin?

"—Hyunjin?"

Hyunjin terkekeh pelan. Ah, niatnya mengejutkan Yoora berhasil.

Hyunjin yang tadinya ada dibelakang Yoora, langsung berjalan menghadap Yoora dan jongkok dengan satu tumpuan lutut.

Ia menggenggam kedua tangan Yoora dan mengecupnya pelan.

"Maaf Yoor..."

Yoora membuang pandangan ke segala arah agar tidak menatap mata Hyunjin.


"Kamu tau'kan? Aku gak suka kalo aku lagi ngomong gak diperhatiin."

Yoora mendengus kasar. Ia tetap membuang pandangan agar tidak menatap Hyunjin.

Hyunjin segera menangkup wajah Yoora dengan kedua tangannya. Di kecupnya dahi Yoora lembut. Kemudian menjauhkan wajahnya dengan wajah Yoora. Dan balik ke posisi semula dengan jongkok bertumpu satu lutut.

Yoora tertegun sesaat ketika Hyunjin mencium dahi nya. Rasanya aneh, seperti ada kupu-kupu yang beterbangan di perutnya.

Apa ini yang disebut jatuh cinta?

Yoora menepis pemikiran itu. Aneh saja jika Yoora mulai mengakui bahwa ia mulai jatuh cinta pada laki-laki bermarga Hwang itu. Atau mungkin Yoora sudah jatuh sedalam-dalam nya?

Air mata tiba-tiba meleleh di pipinya, Yoora langsung memalingkan wajah agar Hyunjin tidak melihatnya menangis.

Tetapi sia-sia. Entah, Hyunjin yang terlalu peka atau apa, laki-laki bermarga Hwang itu langsung mendekatkan wajahnya dengan wajah Yoora.

Hyunjin menangkup wajah Yoora dengan kedua tangannya. Menghapus air mata yang ada di wajah Yoora dengan ibu jarinya.

"Maaf by, sumpah aku—"

"Enough, Hyunjin!" (cukup, Hyunjin!)

Hyunjin langsung menarik Yoora kedalam dekapannya dan memejamkan mata ketika menggesekkan hidungnya ke puncak kepala Yoora, lalu menghirup aromanya dalam-dalam.

Tangis Yoora pecah. Siapa Perempuan yang tidak sakit saat kekasihnya tengah rangkulan dengan perempuan lain?

"Sorry."

Yoora melepaskan pelukan Hyunjin. Ia menatap Hyunjin intens.

"Lo tau? Banyak orang meminta maaf cuma buat melakukan hal yang sama. Seperti lo contohnya."

Hyunjin mendelik tajam, "kamu ngomong apaan sih ra!"

"Emang gue ngomong apaan?" tanya Yoora kesal.

Cup.

"Kalo kamu ngomong lo-gue lagi, satu kecupan sebagai hukuman."

Lagi, Yoora memalingkan wajah. Mendengus keras. "Itu sih enak di lo, gak enak di gue." katanya dalam hati.

"Yoora." panggil Hyunjin setelah duduk disebelah Yoora, ia mengambil tangan kanan Yoora dan menggenggamnya erat. Langit sudah gelap, tidak ada bintang-bintang seperti biasa yang menghiasi langit malam.

"Apa?"

"Kok tumben ya gak ada bintang, kamu tau bintang-bintang yang cantik dan bercahaya itu pergi kemana?"

Yoora mengernyit, tidak mengerti mengapa Hyunjin bertanya hal random seperti itu. "Apa maksudnya? Aku gak ngerti."

"Iya, Semua bintang cantik dan bercahaya itu berpindah ke senyuman kamu."

Yoora dapat merasakan pipinya memanas, pasti sudah memerah seperti tomat. Ia memalingkan muka, salah tingkah.

Hyunjin tertawa, mengelus pipi Yoora dengan lembut. "Kamu gak percaya? Coba senyum."

Entah dorongan dari mana Yoora tersenyum, memperlihatkan senyum indahnya. Hyunjin mengikuti hal serupa.

"Coba liat sendiri, kamu cantik. Banget malah."

"Ck! Gombal." tukas Yoora pada akhirnya, tapi nada bicaranya tidak sesinis yang ia inginkan.

"Dengan mudahnya lo membolak-balikkan hati gue, Jin. Serius, tadi gue nangis karna lo. Dan sekarang gue senyum, juga karna lo." batin Yoora.

"Aku serius, gak lagi ngegombal. Aku bilang kaya gitu tulus. Sumpah."

Yoora menghembuskan napas perlahan, mencoba menetralisir jantungnya yang menggila.

"Kamu aneh." komentar Yoora. Hanya itu yang bisa ia ucapkan sekarang.

"Gak, aku gak aneh. Aku ganteng dan kamu cantik. Kita pasangan yang serasi."

Yoora berdecih, mencoba melepaskan genggaman tangan Hyunjin yang menggenggam tangannya erat. Tapi, laki-laki bermarga Hwang itu mencegahnya.

"Jangan."

Yoora menghembuskan napas berat, lalu melirik arloji dipergelangan tangan kirinya.

Ia ingin bertanya. Pertanyaan yang selama ini ia pendam. "Kenapa sikap kamu seolah-olah kenal aku banget?" lagi, Yoora hanya bisa memalingkan muka. Takut dengan tatapan Hyunjin yang dalam.

"Dengerin aku." Hyunjin mengangkat dagu Yoora hingga tatapan keduanya bertemu.

"Mungkin kamu bingung sama sikap aku yang seolah-olah kenal kamu banget. Kamu mau tau secara detailnya?"

Yoora mengangguk.

Hyunjin menghela napas berat, ia sudah duga. Cepat atau lambat, pasti Yoora akan menanyakan hal ini.

"Ceritanya bakal panjang..."

Yoora mendecakkan lidahnya kesal.

"Udah gak usah ngambek. Yuk pulang, nanti Heejin nyariin kamu."

****

"Mommy!!" pekik gadis kecil itu senang.

Rasa lelah Yoora tergantikan dengan rasa senang. Entah, saat berada didekat Heejin, Yoora selalu merasa senang.

"Kamu udah makan belum?" Yoora langsung menggendong Heejin dan mengelus surai hitam gadis kecil itu.

Heejin mengangguk antusias, matanya berbinar. "Udaah donk, tadi Heejin makannya di suapin sama om Soobin."

Yoora mengacak poni Heejin gemas. "Giliran om Soobin yang nyuapin aja seneng."

Heejin mencebikkan bibirnya sebal, "ya habisnya dari dulu yang nyuapin Heejin pasti selalu om Jihun kalo gak om Pelikks, kalo daddy yang nyuapin itu juga jarang."

Hyunjin lantas mencubit pipi Heejin gemas. "Udah pinter ngomong ya sekarang."

"Emang kenyataan nya gitu kok. Bahkan daddy nyuapin Heejin bisa dihitung pake jari."  sahutnya polos.

Memang benar, Hyunjin sangat sibuk. Bahkan ia selalu menitipkan Heejin dengan Felix dan Jihoon. Tapi kalau sedang weekend Hyunjin selalu menyempatkan piknik atau hanya jalan santai dengan Heejin, walaupun sedang capek akibat banyak berkas-berkas yang belum di tandatangi.

"Iya iya. Besok'kan Weekend, gimana kalo kita ke Lotte word?"  tawar Hyunjin.

Heejin mengangguk senang hingga poninya ikut bergoyang.

"Yaudah, sekarang kamu tidur. Kumpulin tenaga buat besok main wahana sepuasnya." Hyunjin mengecup pipi Heejin dan mengacak poni gadis kecil itu pelan.

"Mommy, Daddy." panggil Heejin.

Hyunjin dan Yoora kompak menatap Heejin dengan satu alis terangkat.

"Kapan Heejin punya dedek?"

Oh god! Baik Hyunjin maupun Yoora sama-sama salah tingkah. Dengan entengnya gadis kecil itu menanyakan perihal 'dedek'. Jika saja Hyunjin seorang pisikopat, ia pasti akan mencolok mata polos Heejin dengan garpu taman milik Pak Sooman—tetangganya.

Hyunjin berdehem, menetralkan degup jantungnya yang seperti lari marathon. Walaupun telinganya sudah memerah, menahan malu.

"Psstt, udah malem. Sekarang tidur."  hanya kalimat itu yang bisa Hyunjin ucapkan. Nada bicaranya tidak se-wibawa yang ia inginkan.

"Siapa bilang ini siang?"

Kan, pasti ini ajaran Jihoon dan Felix. Lihat saja mereka berdua kalau ketemu Hyunjin. Bisa-bisanya Heejin jadi nyolot seperti ini.

Yoora hanya bisa terkekeh. Lucu, katanya dalam hati.

"Udah-udah, yuk, mommy anterin ke kamar."

****

Yoora masih penasaran mengapa selama ini sikap Hyunjin seolah-olah sudah mengenal Yoora jauh.

Yang ada dipikiran Yoora, bagaimana Hyunjin bisa tahu semua tentang dirinya. Padahal mereka belum lama mengenal. Apalagi tentang Heejin dan latar belakang keluarga Hyunjin, ya walaupun jika dilihat dengan seksama pasti hampir 85% orang akan beranggapan bahwa Semua yang ada di Hyunjin baik-baik saja.

Tapi ini yang terus menghantui pikiran Yoora. Kenapa Hyunjin harus bilang bahwa Heejin itu adalah anaknya? Kenapa tidak bilang dengan sejujurnya?

Huftt— sesuatu yang berawal dari kebohongan tidaklah baik.

Mungkin bagi kalian tidak masalah, bahwa Heejin adalah keponakannya Hyunjin. Tapi coba bayangkan, Jika kamu sudah jatuh cinta dengan seseorang. Tapi seseorang itu membohongi mu.

Apa yang kamu rasakan? Pasti Sakit bukan?.

Masalahnya, yang ada diposisi itu adalah Yoora. Sakit? Tentu saja. Mengapa Hyunjin tidak mengakui bahwa Heejin adalah keponakannya?

Yoora menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali. Ia mencoba menepis pertanyaan itu di otaknya, tapi tidak bisa.

"Hyunjin, Heejin itu bukan anak kamu 'kan?"

Bukan Yoora namanya kalau belum bertanya. Ia lebih memilih menanyakan hal tersebut sampai ada jawaban, dari pada mati penasaran.

Gerakan tangan Hyunjin yang sedang mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk, terhenti ketika tiba-tiba Yoora bertanya yang membuat jantungnya hampir turun ke lambung.

Hyunjin masih dengan tampang kagetnya. Tapi detik berikutnya ia memasang wajah datar dan dingin andalannya.

"Tau dari mana?"

Bukannya menjawab, Hyunjin malah berbalik menanyakan.

Yoora membenarkan posisi menjadi duduk ditengah kasur.

"Jawabannya cuma ada iya."

"Apa itu penting buat dijawab?"

Yoora menghela nafas berat. Harusnya ia mewanti-wanti agar tidak menyinggung Hyunjin. Tapi bukankah ini penting?

"Tapi menurut aku ini penting." lirih Yoora, ia menunduk dalam-dalam hingga rambutnya menutupi hampir seluruh wajahnya.

Hyunjin menghela napas. Bukannya ia tidak ingin menjawab, hanya saja ia takut Heejin mendengar fakta itu.

Hyunjin menyampirkan handuknya di bahunya. Lalu duduk diatas kasur tepat disamping Yoora.

Ia menyelipkan rambut Yoora kedaun telinga perempuan itu. Kemudian mengecup pipi Yoora singkat.

[Asem, gue yg ngetik gue yg baper sendiri:"]

"Yakin?"

Yoora mengangguk masih dengan  menunduk.

Hyunjin mendengus, "aku cemburu sama nih kasur, daritadi diliatin kamu terus."

Sontak Yoora mengangkat wajahnya dan netranya bertubrukkan dengan netra gelap milik Hyunjin.

Benar-benar gelap dan tentram.

"Heejin memang bukan anak aku." sebelum melanjutkan cerita Hyunjin menghela napas terlebih dahulu.

Yoora membenarkan posisi duduknya agar lebih nyaman, mendengarkan cerita Hyunjin dengan seksama.

Tapi suara decitan pintu mengalihkan pandangan Yoora maupun Hyunjin.

Pupil mata Hyunjin dan Yoora membulat.

Heejin dengan tangan menggenggam baju dan celana. Mata gadis kecil itu berair.

"Jadi, Heejin bukan anak daddy Hyunjin?" tanya nya dengan suara bergetar.

****

Tbc.

Jngn lupa bintangnya dipencet, Luv u💜.

Continue Reading

You'll Also Like

33.2K 6.8K 25
[fin.] (n.) Pur.wa; mula-mula atau permulaan ft. lee know skz ©2020
156K 15.4K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
5.2K 810 10
met her for six days straight. she just ended up to be my temporary crush. 6/08/21 💌 a short fan fiction
47.1K 8K 37
[COMPLETED✔️] Ternyata jadi orang gak enakan, gak enak ya. [Jay, Isa, Sunghoon also 02 liners] Start: 22 December 2020 End: 6 Mei 2021 Cover by opti...