Aim for Aimee

由 nellieneiyra

9.9K 933 397

"Karena terkadang orang ketiga itu bukan manusia, tapi perasaan kita sendiri." . . . . . . . . Gasta adalah g... 更多

1 - Gasta
2 - Aimee?
3 - Gasta, ternyata Aimee...
4 - Yang Telah Lama Hilang
5 - Sebuah Pengakuan
6 - Menemani Hati
7 - Sebuah Ketulusan
8 - Gasta Dimusuhi
9 - Keadilan untuk Gasta
10 - Gasta Diserang
11 - Aimee dan Kejutannya
12 - Tertuduh
13 - Terungkap
14 - Mengutuk Baskara
15 - ❤
16 - 💔
17 - Dia Bukan Gasta
18 - Tapi Dia Masih Aimee
19 - Diagnosa yang Mematahkan
20 - Definisi Kecewa
21 - Pertemuan yang Terulang
22 - Bertualangnya Aimee
23 - Memenangkan Ego
24 - Bicara pada Hati dengan Hati
25 - Agar Aimee Mengerti
26 - Kebenaran dari dan untuk Deon
27 - Deon Telah Memutuskan
28 - Sebuah Akhir yang Mengawali
29 - Baskara VS Feliz
30 - Baskara VS Gasta
31 - Aimee VS Gasta... Wait, What?
32 - Kedatangan Hati yang Lain
33 - Di Depan Mata Aimee
34 - Di Balik Sikap Aimee
35 - Ketika Mencoba Berubah
36 - Arti Sebuah Genggaman Tangan
37 - Malaikat Tak Pernah Dusta
39 - Dibalas dengan Luka
40 - Tergerusnya Kepercayaan
41 - Pentingnya Tahu Diri
42 - Tersuratkan
43 - Masih Ada(kah) Harapan
44 - Mee, Peduli Tidak?
45 - Refleksi Perasaan Gasta
46 - Melihatnya Rapuh
47 - Pertarungan dan Pertaruhan
48 - Tidak Ada Aimee di Sini
49 - Kali Ke-Entahlah
50 - Kelanjutan Kemarin
51 - Danes Kembali
52 - Airmata Terderas Gasta
53 - Masa Lalu yang Menguji
54 - Terus Terang, Terus Menerangkan
55 - Dia atau Dia, Aku atau Mereka
56 - Pengungkapan Penuh Derita
57 - Susah Dibunuh
58 - Berani Tega yang Tak Disadari
59 - Dikira Pengkhianat
60 - Semudah Membalik Telapak Tangan
61 - Rintangan Mustahil Tak Ada
62 - Hadiah Pertandingan
63 - Rapuh, Tumbang, dan Terinjak
64 - Tidak Tepat, Tapi Tidak Terlambat
65 - Aimee si Penggerak Hati
66 - Hati Papa yang Terketuk

38 - Mengalah Hingga Menang

130 12 11
由 nellieneiyra

Hai, readers!
Akhirnya yaaaa, setelah 2 minggu hiatus karena ada masalah intern, buntu ide, liburan, plus kepoers gengges...

PART 38 TERBIT WOOOY! 😭
*iris tumpeng* *nyalain kembang api*

Alhamdulillah... Akhirnya inspirasi datang juga...

Jujur aja ini telat terbit karna stuck di bagian gimana bikin "perdamaian" antar dua cowo, secara lah yaaaa GUE INI CEWE 😣 mana ngerti gituan

SKUYLAH GOSAH BACOD SILAHKEUN DIBACA

Jangan lupa vote + komen ya!

Lovyu! 😘

***

Aimee diam-diam menahan dongkol pada Danes. Dengan inosennya Danes kali itu malah asyik main UNO di kelas. Matematika sudah berakhir, berganti pelajaran kesenian yang mana gurunya sedang absen hari itu. Otomatis mereka jam kosong.

Sekembali dari UKS, Aimee terlihat diam. Sehingga, Rinka, Stella, dan Nirma terpancing untuk menanyainya.
"Lo ngapain tadi?" tanya Rinka. Aimee meliriknya.
"Ngapain apanya?"
"Ama Gasta."
"Oh." sahut Aimee, "Biasa lah. Kemanusiaan."
"Ga beres nih anak." timpal Stella. "Serius tau. Kita jadi heran. Sebenernya lo gimana sih ama Gasta? Katanya lo udah gak mau lagi urusan ama dia?" dengus Stella bingung.
Aimee tidak menggubris. Dia daritadi sibuk mengamati Danes dari bangkunya. Aimee beranjak, menuju bangku Danes, yang sedang asyik main UNO.
"Mee! Yah... Aimee!" Stella menyeru kesal.

"Heh." panggil Aimee pada Danes.
"Woy. Ada apa Mee?" jawab Danes santai.
"Ngobrol bentar bisa?"
"Ini kan ngobrol?"
"Berdua. Tar mereka nguping lagi." hardik Aimee datar, menunjuk Arsyil, Marco, dan Sammy yang juga sedang bermain UNO.
"Yeee... Su'ujon mulu lu Mee." protes Marco. Aimee menjulurkan lidah.

Di ujung kelas, Aimee duduk sebangku dengan Danes.
"Lo tau terima kasih ga sih?" hardik Aimee begitu saja, dengan suara pelan.
"Maksud lo?" Danes tak mengerti.
"Gasta nyelametin elo tadi. Dari Bu Yuni. Gue tau itu. Lo mau kasih contekan ke Marco kan?" tukas Aimee.
Danes mulai membisu.
"Intinya mau lo apa, Mee?"
"Gue mau lo baikin Gasta."
Mata Danes menyipit. "Idih."
"Lo ga pernah diajarin balas budi?"
"Kenapa lo jadi ngebela Gasta sih? Bukannya lo udah benci banget ama dia, ya?"
"Bukan urusan lo. Gue cuma mau lo belajar balas budi. Gasta ampe kolaps berdarah-darah kaya tadi dan lo masih dengan angkuhnya nganggep dia musuh? Ati lo dimana Dan?" cecar Aimee kesal. Gigi Danes gemeretak, namun tatapan tajam Aimee membuatnya menunduk dalam.
"Terus itu salah gue? Salah gue kalo Gasta jadi sok pahlawan ngebelain gue, terus dia pingsan mimisan?" Danes masih mempertahankan keangkuhannya.
"Anjir!" umpat Aimee geram. "Susah ya, ngomong ama orang sombong kaya lo. Dan, Gasta ga mau lo kena hukuman. Dia peduli ama lo. Dia bela-belain ampe dia pingsan. Lo coba dong Dan posisiin diri lo di posisi Gasta. Gimana? Sakit ati gak lo kalo digituin?" kembali, Aimee mencecar.
Hati Danes bergetar. Bukan karena dia membayangkan berada di posisi Gasta, tapi karena kata-kata Aimee yang membuatnya berpikir; apa yang membuat Aimee sepeduli itu pada Gasta.
Danes diam. Kepalanya menunduk ke bawah. Kata-kata protesnya yang akan dilontarkan pada Aimee terasa tertahan begitu saja di ujung lidahnya.

Gasta masuk ke kelas. Tanpa disangka-sangka. Danes yang menyadarinya lebih dulu. Dan, tanpa disangka-sangka pula, dia langsung beranjak, meninggalkan Aimee yang sedang terperangah atas kembalinya Gasta. Danes berjalan cepat ke arah Gasta.

Clep. Dicengkeramnya pergelangan Gasta kali itu. Gasta tercekat, menatap Danes kaget.
"Apaan nih?"
"Ikut gue!"
Aimee langsung tersentak. Dihampirinya Danes. "Dan! Paan sih?"
"Lo diem!" teriak Danes keras-keras, menunjuk-nunjuk Aimee. Otomatis, mata seluruh siswa 8A terarah padanya. "Tetep di situ!" hardiknya lagi. Gerakan Aimee terhenti. Dia tertegun menatap Danes yang sempat-sempatnya mau mengajak Gasta ribut.
"Denger ya, semuanya!" teriak Danes di depan kelas. Wajahnya mengancam satu persatu siswa kelas 9A yang menatapnya takut-takut. "Awas aja kalo sampe ada yang laporin ke guru soal ini. Mati lo!"

Semua menelan ludah. Ingin rasanya mereka melawan, tapi Danes adalah siswa yang paling ditakuti di kelas. Aimee bahkan membeku di tempatnya. Ingin sekali dia menarik Gasta dari situ, tapi apa daya, Danes sudah bersabda. Sehingga, yang bisa dia lakukan hanyalah terdiam menunduk sambil sesekali memandang Gasta.

Sret! Danes menyeret Gasta dengan menarik tangannya. Gasta tampak pasrah. Bukan karena takut, tapi karena sebenarnya dia juga ingin tau apa maunya brengsek satu itu. Gasta tak terlihat melawan, namun rautnya tetap dingin.

***

Ternyata Danes membawa Gasta ke gudang belakang sekolah. Tempat favorit para siswa berandalan untuk menghajar habis musuh-musuhnya - yang kebanyakan anak-anak yang lemah - setelah kamar mandi. Gudang ini sempit, jauh dari bangunan utama sekolah, dan tidak pernah dijamah siswa kecuali ketika ada kerja bakti.

Gasta mulai gemetar. Ternyata nyalinya bisa ciut juga. Setiba di gudang, Gasta didorong dengan kasar oleh Danes hingga dia terjengkang ke belakang, menabrak dinding gudang. Gasta meringis kesakitan.

"Ga berubah lo ya." desis Gasta. Ditatapnya Danes dengan sinis, lalu berusaha bangkit.
"Sesalah itu ya Dan gue sama elo? Ini masih karena insiden tikus itu? Iya?" tanya Gasta. Danes terus menatapnya tajam.
"Gue kudu apa Dan biar lo gak marah lagi ama gue?" imbuh Gasta kemudian.

Danes mendekatkan wajahnya ke wajah Gasta. "Jadi lo tuh enak banget ya Gas." ujarnya sinis, dengan nada menyindir. Gasta tidak mengerti. Dahinya mengeryit pelan.

"Lo tau kenapa? Gue ga suka liat lo bahagia, Gas. Lo selalu menang. Lo selalu dapetin semuanya."
"Lo ngomong apa sih?"
"Gue selalu iri ama lo, Gas. Dari dulu. Lo tau, si Kalila..."
Gasta berpikir sesaat mengingat siapa Kalila. Oh ya, Kalila, anak kelas 8B yang pernah digosipkan suka dengan Gasta.
"Kalila kelas sebelah?"
"Kalila siapa lagi? Ya Kalila itu. Lo tau kan kalo dia pernah suka ama lo?"
Gasta mencoba mengingat-ingat kembali. Ya, dulu waktu kelas 7. Kalila selalu berusaha merebut perhatian Gasta. Padahal, Gasta tidak menyukainya.
"Terus kenapa?"
"Dia nolak gue, Gas. Waktu itu. Gara-gara elo."
Gasta tercekat. Dia menelan ludah. Tapi dia diam saja.
"Waktu dia gue tembak, dia bilang dia sukanya sama elo."
Gasta diam saja, membiarkan Danes bercerita.

"Gak lama, Andiny adek kelas, anak paskib itu. Gue pedekate ama dia, dan berakhir dia bilang kalo dia cinta banget ama lo, Gas, bahkan sebelum gue nembak dia."

Gasta melamun, pikirannya melesat jauh. Entah apa yang ada di benaknya kali itu, yang pasti dia merasa bersalah pada Danes, namun juga merasa marah.
Jadi semua ini, dendam itu, amarah itu, semua kebencian yang Danes curahkan pada Gasta... Hanya atas dasar kisah cinta yang tidak berjalan mulus? Gasta menggeleng pelan.

"Kenapa lo gak bilang dari dulu, Dan?"
Plak! Danes menampar pipi Gasta. Gasta tidak membalas, dia hanya menunduk dalam.
"Gue belum selese, Gas." Danes menendang kaki Gasta kesal. "Dan yang paling baru... Paling bikin gue nyesek... Aimee."
Danes bisa melihat kedua pupil mata Gasta membesar. Gasta hanya diam sambil terus menatap Danes tak senang.
"Selepas Deon pergi, gue kira gue bakal bisa dapetin Aimee. Tapi gue liat, dia masih ada hati buat lo, Gas."
"Dan, lo gak ngerti." sela Gasta.
"Nggak Gas. Menurut lo mungkin gue gak ngerti, tapi gue ngerti." tepis Danes, mengacung-acungkan telunjuknya ke wajah Gasta.
"Hati gue udah ada buat Aimee dari kelas 7, Gas. Tapi gue liat, lagi-lagi, lo, lo, dan lo, selalu berhasil ngerebur perhatian dia. Dari gue."
"Gue musuhan ama Aimee, Dan. Aimee yang musuhin gue." Gasta memperkuat argumennya.
"Lo yang gak ngerti, Gas. Mungkin di mata lo dia ngebenci lo. Tapi yang lo gak tau, hati dia itu selalu buat lo, Gas. Bahkan tanpa dia sadari."
"Sorry, Dan. Gue gak bermaksud."
"Nggak Gas. Lo bermaksud. Bener kata Deon dulu. Lo bermaksud, tapi nggak nyadar. Jauh di dalam hati lo, lo masih mendewakan Aimee. Aimee masih jadi yang nomor satu di hati lo." Danes memukul telak Gasta dengan kata-katanya.
"Gue..."
"Nggak usah nyangkal lagi, Gas. Itu kenyataannya." potong Danes sebelum Gasta mematahkan argumennya.

Gasta menarik napas panjang, lalu mengembuskannya kuat-kuat. Kedua tangannya mencengkeram erat rambutnya, lalu diacak-acaknya.
"Maafin gue, Dan. Sorry banget. Gue gak tau gue harus apa."
Danes terdiam.
"Kenapa sih, lo selalu menang, Gas?" hardik Danes dengan suara lirih. Gasta mendongak. Alisnya berkerut kuat.
"Gue tuh gak terima, tau gak!" Danes menggebrak lemari di sebelahnya, membuat Gasta tercekat.
"Maksud lo apa sih Dan?"
"Kenapa sih, lo selalu baik ama gue? Kenapa lo gak bisa sejahat gue? Dan kenapa lo selalu menang setelahnya?" cecar Danes, menunjuk-nunjuk dada Gasta.
Gasta menatap Danes dengan kedua matanya yang menyipit. Pertanyaan macam apa itu? Namun anehnya, tak sedikitpun Gasta hendak melawan Danes kali itu. Gasta menganggap, Danes bukanlah sosok yang patut dikasari.
"Gue cuma gak mau punya musuh, Dan." jawab Gasta akhirnya. Di benak Gasta, itulah satu-satunya hal yang terlintas. Dan diutarakanlah apa adanya.
"Gue gak mau ada yang nganggep gue musuh." Gasta berhenti sejenak. "Gitu aja."

"Gue harap gue orang terakhir yang lo giniin, Dan."

Kali ini Danes yang membisu.
"Untuk kesekian kalinya, gue minta maaf ke lo. Maaf banget, Dan. Maaf." Gasta menunduk dengan jemari yang memainkan salah satu benang kancing kemejanya yang terurai.

Danes menatap Gasta. Gasta balas menatap Danes dengan tatapannya yang sendu, namun tak lama dia kembali menunduk menatap kedua kakinya.

Kemeja Gasta yang ternoda darah karena mimisan tadi membuat Danes terkenang sesuatu. Peristiwa pemukulannya pada Gasta atas perintah Deon beberapa waktu yang lalu, dan yang belum lama ini, Uzi-Alam-Fais yang memukuli Gasta setelah Gasta memberikan uang padanya, dan bahkan belum sempat diganti olehnya.

Dua kali.
Dua kali Danes melihat Gasta meronta-ronta kesakitan akibat dipukuli oleh berandalan sekolah yang biadab itu. Tapi apa yang bisa Danes lakukan?

"Dan?" panggil Gasta, membuyarkan lamunan Danes. Danes tersentak, lalu kembali sadar ke masa kini. "Maafin gue ya?" pinta Gasta sekali lagi. Danes sekali lagi menatap Gasta.

"Nggak." jawabnya singkat.
"What?" pekik Gasta tak percaya.
"Nggak, Gas. Gue yang minta maaf..." tiba-tiba saja Danes menunduk, berlutut di depan Gasta. Kedua tangannya menyentuh lantai, nampak pundaknya berguncang sesekali.

Danes menangis.
Suatu hal yang tak dapat Gasta percaya.

"Dan, hey." Gasta ikut berlutut, menyentuh pundak Danes. Danes masih menangis.
"Udah, gue udah minta maaf. Gue gak ngerti gue kudu apa lagi." desisnya di antara tangisnya. Danes literally nangis kejer seperti cewek yang diputusin pacarnya tanpa alasan.

"Iya, iya Dan. Gue maafin. Gue juga minta maaf. Udah, ya. Udah." Gasta menepuk-nepuk pundak Danes. "Jangan dendam ama gue lagi ya Dan." imbuh Gasta. Tangis Danes semakin keras.

"Udah. Lo pergi. Ga usah cerita sapa-sapa. Pergi." ujar Danes sambil gelagapan menghapus airmatanya. Gasta setengah ketakutan. Sehisteris itu Danes menyikapi dirinya. Gasta mundur beberapa langkah sebelum dia meraih gagang pintu gudang kecil itu, lalu pergilah dia.

Barusan adalah kejadian permohonan maaf teraneh namun paling mengharukan yang pernah Gasta alami.

Gasta melangkah kembali ke kelas dengan tanda tanya besar di kepala: benarkah Danes akan memaafkannya?

Gasta berusaha berpikir positif.
Begitu tiba di kelas, semua mata tertuju padanya. Gasta mematung beberapa detik di ambang pintu, ketika tiba-tiba...

"Gas? Kamu ga kenapa-kenapa kan? Diapain ama Danes?" tanya Aimee, bersamaan dengan raut khawatirnya.

Nafas Gasta tercekat beberapa detik, disusul keheningan kelas yang mencekam seakan turut tercekat atas pertanyaan Aimee yang tidak biasanya bersikap demikian pada Gasta akhir-akhir ini.

Gasta menggeleng, lalu mencoba tersenyum. "I'm okay, Mee."
Aimee nampak lega. "Syukur deh, kalo gitu." ditepuk-tepuknya pundak Gasta, lalu zing! Seutas senyum terurai di wajah indahnya. Dan melengganglah Aimee menuju bangkunya.

Satu hal yang tadi sempat ditunggu-tunggunya terwujud: ya, senyuman Aimee yang merekah tepat di depan matanya, dan yang lebih spesial, tentu saja, untuknya.

继续阅读

You'll Also Like

21.1K 1.6K 41
𝐭𝐡𝐞 𝟐𝐧𝐝 𝐛𝐨𝐨𝐤 𝐨𝐟 𝐬𝐡𝐨𝐫𝐭 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐚𝐛𝐨𝐮𝐭 𝐨𝐥𝐢𝐯𝐢𝐚 𝐫𝐨𝐝𝐫𝐢𝐠𝐨 𝐚𝐧𝐝 𝐲/𝐧'𝐬 𝐦𝐞𝐞𝐭-𝐜𝐮𝐭𝐞𝐬/𝐥𝐨𝐯𝐞 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐢�...
139K 3.2K 58
imagines as taylor swift as your mom and travis kelce as your dad
824K 32.6K 138
Un artbook(? Idk ¯\_(ツ)_/¯ Siganme en Instagram pls (🌸ಥ_ಥ)/ ❤ Instagram → @kuhory https://www.instagram.com/kuhory/?hl=es-la
17.7K 420 69
Continuation of Modesto story who happens to intercourse with friends,mature,classmates,strangers and even family...