MarvelMeira [END]

By selvimeliana

184K 9.9K 968

Rank #1 in MOS (01/12/2020) Rank #1 in OSIS (21/07/2019) Rank #1 in junior (25/06/2019) Rank #1 in toleransi... More

PROLOG
BAB 01 [Terlambat]
BAB 02 [Hukuman]
BAB 04 [Pacar Meira]
BAB 05 [Ruang Ketua OSIS]
BAB 06 [Pulang Bersama]
BAB 07 [Dekat]
BAB 08 [Amplop]
BAB 09 [Malam Ini]
BAB 10 [Penginta]
BAB 11 [Hari Pertama]
BAB 12 [Hari Sial]
BAB 13 [Kalung Berbandul]
BAB 14 [Cemburu]
BAB 15 [Tempat yang Salah]
BAB 16 [Setan Kesayangan]
BAB 17 [Ancaman]
BAB 18 [Surat Biru]
BAB 19 [Hampir]
BAB 20 [Teror]
BAB 21 [Kebersamaan Ini]
BAB 22 [Satu Nama]
BAB 23 [Pemilik Hati]
BAB 24 [Backstreet]
BAB 25 [Teror Lagi]
BAB 26 [Untuk Meira]
BAB 27 [Lay dan Angel]
BAB 28 [Aku Masih Cinta]
BAB 29 [Beda Kisah]
BAB 30 [Tidak Mungkin]
BAB 31 [Go Public]
TRAILER MarvelMeira
BAB 32 [After]
BAB 33 [Drama]
BAB 35 [Peneror Gila]
BAB 36 [Dia Pelakunya]
BAB 37 [Instagram]
BAB 38 [Akhir Dari Mereka]
CERITA BARU
PEMBERITAHUAN ! ! !

BAB 03 [Pesona Korea]

7.7K 380 6
By selvimeliana

My Pacar😚 :
Besok aku jemput kamu, sayang. Jangan marah lagi, dan aku minta maaf untuk hari ini. Love you 💕

Itulah pesan terakhir yang didapatkan oleh Meira malam tadi. Karena pesan itu pula, Meira harus rela bangun pagi-pagi dan berangkat sekolah pagi-pagi agar bisa menghindari cowok yang beberapa hari ini membuatnya kesal.

Didalam sebuah hubungan memang pastinya akan selalu ada masalah yang menerpa, yang mampu mengajarkan kita bagaimana caranya bersyukur saat hubungannya tengah berjalan baik, dan juga bagaimana cara kita untuk mempertahankan seseorang yang menurut kita pantas untuk dipertahankan.

Pada dasarnya semua punya sisi baliknya. Ada sedih terus senang, miskin terus kaya, cinta terus patah hati. Semuanya akan berputar dengan sendirinya, tinggal bagaimana cara kita menjalani semuanya saja.

Seperti sekarang, Meira dan pacarnya dalam hubungan yang tidak baik. Jadi untuk mendinginkan pikiran Meira terlebih dahulu, Meira memilih sedikit menghindarinya, daripada Meira memaksa untuk saling berhadapan dengannya yang justru hanya membuat emosi Meira semakin membesar nantinya.

"Ayah, bunda, kakak, aku berangkat dulu."

Meira berujar sambil mencium orang tuanya dan kakak perempuannya yang tengah duduk di meja makan secara bergantian.

"Kamu gak mau sarapan dulu?" Tanya bunda Meira sambil menatap Meira yang tengah meminum susu buatan bundanya.

Meira tidak segera menjawab, dia masih saja meminum susunya sampai tandas tidak tersisa. "Gak, bun, minum susu udah buat aku kenyang." Jawab Meira yang kini bergerak untuk mencium punggung tangan orang tuanya dan juga kakaknya. "Assalammualaikum."

"Wa'alaikumsalam."

"Kamu mau berangkat sama siapa?"

Meira yang sudah berjalan beberapa langkah dari meja makan, kini menatap kearah ayahnya yang bertanya. "Aku minta dijemput Lay, yah." Jawabnya yang setelah itu segera meninggalkan mereka dengan tergesa-gesa.

"Tumben Meira berangkat pagi seperti ini." Kata bunda Meira sambil mengambilkan nasi untuk suaminya.

Gita, kakak perempuan Meira yang kini berusia dua puluh satu tahun itu juga menatap aneh kearah perginya Meira. "Meira juga tumben gak cemberut kalo gak dijemput dia." Katanya yang diangguki oleh bundanya.

•••••

Meira duduk disebuah halte sambil menendang-nendang kerikil yang ada didepannya. Dia sudah duduk manis disana sejak lima menit yang lalu, namun Lay belum juga kelihatan sampai sekarang.

Saat Meira masih berada di rumah, Lay bilang jika dia sudah akan kesini, namun nyatanya setelah lima menit Meira berjalan dari rumahnya untuk keluar dari perumahan sampai halte ini dan ditambah pula dengan Meira yang duduk disini selama lima menit, Lay belum juga sampai.

"Lay lama banget, sih, padahal rumahnya gak jauh dari perumahan ini. Kalo sampai dia lewat duluan gimana?" Gerutu Meira kesal.

Meira menatap jam tangannya yang menunjukan pukul enam pagi, lalu matanya berpindah ke arah dua lututnya yang masih terluka akibat insiden kemarin. "Udah lututnya sakit." Katanya sambil mengingat sang ketua OSIS yang menyebalkan itu.

Tin... Tin... Tin...

Meira menaikan pandangannya setelah mendengar klakson motor didepannya.

Pengendara motor ninja itu membuka helm fullface nya, membuat Meira dapat mengenali lelaki bermata sipit itu. "Lo lama banget, sih, Lay. Untung dia belum dateng." Kata Meira yang kini mulai menghampiri Lay.

Dibalik helmnya, Lay tersenyum kecil menanggapi ucapan Meira. "Lo tau lah, gue susah bangun pagi. Tadi waktu gue bilang udah mau otw, sebenernya gue baru selesai mandi." Cengirnya yang membuat Meira mendengus kesal.

"Udah gue duga."

"Cuma sama lo doang, Mei, gue mau berangkat pagi-pagi buta gini. Jadi lo termasuk beruntung, lah." Kata Lay sambil menyodorkan helm yang dia bawa untuk Meira kearah gadis itu. "Nih, pake, sebelum dia bener-bener dateng!" Katanya.

Meira tidak menjawab. Gadis yang memilik rambut panjang tersebut segera meiraih helmnya dan langsung menaiki motor Lay dengan bantuan Lay.

Motor tersebut akhirnya meninggalkan halte yang nampak sepi itu, namun mereka tidak menyadari jika ada sebuah mobil putih yang berhenti tidak jauh dari halte. Pengendara mobil tersebut melihat kepergian Meira dan Lay dengan menghembuskan napasnya kasar. Kemudian dia ikut menjalankan mobilnya menuju sekolahnya.

•••••

Marvel meletakan tas sekolahnya secara asal ke meja yang ada di ruang khusus untuk ketua OSIS. Kemudian lelaki dengan kemeja putih yang tidak tertutupi oleh almameter OSIS miliknya tersebut duduk di kursinya sambil menghela napasnya pelan.

Kemarin dia pulang sampai larut malam hanya karena membahas MOS untuk hari ini, dan pagi ini dia juga harus datang pagi-pagi sekali untuk menyelesaikan tugas-tugasnya sebagai ketua OSIS dan ketua pelaksanan MOS.

Bukan hanya dirinya saja yang hari ini datang lebih awal, namun para anggota OSIS lainnya juga seperti itu, karena ini memang kebiasaan OSIS yang harus menyiapkan segala sesuatu sebelum siswa-siswi yang lain datang.

Ceklek

Marvel membuka matanya setelah mendengar pintu ruangannya dibuka, dan ternyata itu adalah Agatha yang datang dengan sebuah map di tangannya.

"Vel, lo kenapa, kaya sakit gitu?" Tanya Agatha setelah jaraknya dengan Marvel hanya dibatasi oleh meja didepannya.

Marvel tersenyum singkat sambil menegakan tubuhnya setelah tadi duduk bersandar di kursinya." Gue gak papa. Kurang tidur kayanya, tapi ini udah biasa." Jawabnya apa adanya.

Agatha mengangguk mengerti sambil menyerahkan map yang tadi ada di tangannya kepada Marvel. "Itu laporan yang lo minta kemarin." Katanya.

Marvel membuka lembar demi lembar isi map tersebut. Kemarin Marvel memang meminta sekretaris OSIS yang tidak lain adalah Agatha untuk membuat laporan tentang kegiatan MOS tahun ini. Dan Marvel rasa laporan ini tidak ada masalah.

Marvel kembali menatap Agatha yang masih berdiri dihadapannya. "Makasih, Tha." Katanya sambil tersenyum kecil yang dibalas senyum kecil pula oleh Agatha.

"Tha, kabarin anak-anak buat kumpul sekarang di ruang OSIS. Kita mulai rapatnya sekarang aja!" Lanjut Marvel sambil meletakan map tersebut diatas mejanya.

"Ya udah, gue keluar dulu." Sahut Agatha yang dibalas anggukan kecil oleh Marvel.

Agatha telah keluar dari ruangan Marvel membuat lelaki tersebut menghela napasnya pelan sambil menyandarkan punggungnya pada sandaran kursinya kembali.

"Gue harus cepet nyelesaiin ini." Katanya pelan sambil memejamkan kedua kelopak matanya.

•••••

Kaki Meira berjalan sedikit tertatih akibat luka kemarin yang sialnya tadi ditambah dengan lututnya yang menghantam bawah meja saat dirinya dan Lay duduk-duduk di kantin sekolah sebelum memilih masuk ke aula.

"Kasihan bener, sih, jalannya kesusahan gitu."

Meira menatap tajam kearah lelaki yang berjalan disampingnya. "Ini juga gara-gara lo, Lay." Ingat Meira dengan nada kesal.

Lay terkekeh melihat Meira yang mendengus kesal. Dirangkulnya bahu Meira dengan tangan yang lainnya mengacak pelan rambut panjang Meira, membuat Meira semakin mendengus kesal. "Duh, marah-marah terus perasaan dari kemarin." Kata Lay yang kembali terkekeh karena Meira menepis tangannya yang ada dipuncak rambut Meira dengan kasar.

Lay jadi teringat kejadian di kantin tadi, saat dirinya terus saja menggoda Meira yang membuat kekesalan Meira sampai di ubun-ubun. Karena itu, Meira dengan gesit berdiri hendak memukul Lay yang duduk didepannya. Sebelum itu terjadi, Meira justru menjerit kesakitan karena lukanya terkena meja kantin.

"Eh, kodok, lo apain sahabat gue?"

Lay memutar bola matanya malas mendengar suara yang berada tepat dibelakangnya itu. Ditatapnya kearah belakang dan benar saja disana Lay mendapati Qia yang tadi sempat izin ke toilet. Namun Lay sedikit memincingkan matanya melihat seorang gadis yang tidak dikenalinya berjalan bersama Qia.

"Gue gak apa-apain dia, kalo gak percaya tanya aja! Ya gak, Mei?"

Meira mendengus sambil memalingkan wajahnya. Mood-nya benar-benar hancur dua hari berturut-turut. "Tipu." Katanya dengan nada kesal.

Mereka kembali berjalan mengikuti kelompok mereka yang sejak tadi berjalan menyusuri SMA Meteor ini, karena kali ini agenda untuk peserta MOS adalah pengenalan lingkungan sekolah.

Bukannya sejak tadi Meira dan Lay mendengarkan penjelasan mengenai lingkungan sekolah dari kakak OSIS yang menjadi pemandu kelompoknya tersebut, justru mereka ribut sendiri, apalagi sekarang ditambah dengan Qia. Lengkap sudah.

"Lay, emang nyebelin dari sananya." Ujar Qia memelankan suaranya karena tadi kakak pemandu kelompoknya menatap tajam kearah mereka berempat. "Ngapain juga lo sekolah disini? Gue udah seneng juga gak akan ketemu lo." Lanjut Qia sambil menatap sinis kearah Lay.

Lay tidak menggubris ucapan Qia, dia hanya menatap sekilas kearah gadis itu kemudian berpindah kearah Angel yang sekilas juga menatapnya, namun segera berpaling karena menyadari tatapan Lay yang terlihat mengintimidasinya.    

"Oh, yah, lo kemana aja, Ngel? Gue baru lihat lo sekarang?" Meira bertanya dengan berjalan masih tertatih-tatih, tapi untung saja ada lengan Lay yang lumayan bisa jadi pegangan gratis.

Angel tersenyum kecil sebelum menjawab. "Gue tadi telat kaya lo kemarin." Jawabnya jujur.

"Ketemu si ketos nyebelin itu dong?" Tanya Meira sambil mencibikan bibirnya pelan setelah sekelibat memorinya di hari kemarin terulang lagi.

Angel terkekeh pelan mendengar Meira yang sepertinya sangat tidak menyukai ketua OSIS itu. Dia juga masih ingat cerita Meira kemarin malam di obrolan grup yang berisikan dirinya, Meira, dan Qia. "Iya, dia yang hukum gue, tadi." Katanya.

"Eh, kodok. Ngapain liat Angel kaya gitu, kaya gak pernah liat cewek aja?" Tegur Qia kepada Lay yang dibalas dengusan oleh lelaki itu.

Meira tersenyum menggoda dengan telunjuk yang menekan pipi Lay yang kini sudah menatap kakak OSIS didepannya. Sepertinya lelaki ini tengah berakting seolah tidak mendengar ucapan Qia. "Kalo mau kenalan, kenalan aja kali! Gue izinin, kok." Godanya.

Angel tersenyum kecil dengan tangannya yang terulur kearah Lay dan melewati tubuh Qia. "Kenalin, Angel." Katanya ramah.

"Lay." Sahut Lay datar tanpa menjabat tangan Angel.

"Lo mah, kebiasaan." Kata Qia sambil menarik tangan Lay untuk menjabat tangan Angel. "Gini caranya kenalan." Lanjutnya sambil tertawa melihat wajah kesal Lay.

"Dia pacarnya Meira?"

Meira dan Qia saling tatap satu sama lain, kemudian didetik berikutnya mereka tertawa bersama.

"Bukan, lah." Jawab Meira cepat yang membuat Angel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Lihat saja Meira yang jalan sambil berpegangan pada lengan Lay, mungkin yang melihatnya juga akan berpikiran yang sama dengan Angel.

Karena asyik sendiri, mereka baru tersadar jika mereka sudah sampai di koridor kakak kelas yang terlihat ramai. Apalagi hari ini masih hari-hari yang belum memungkinkan untuk mengadakan belajar mengajar, jadi siswa siswi masih berkeliaran di luar kelas.

"Eh, lihat, itu cowok yang gue bilang tadi. Yang gue lihat di kantin pagi tadi."

"Mana-mana?"

"Itu, yang masih pakai biru putih. Kan, dia juga kayanya keturunan Korea, deh."

"Anjir, ganteng banget itu cowok."

"Gue kira di sekolah kita cuma Marvel yang punya darah Korea, tapi ternyata adik kelas kita itu juga iya.

"Gak dapet Marvel, itupun jadi."

"Eh, tapi itu cewek yang pegang-pegang dia siapa?"

"Baru jatuh cinta, langsung patah hati, kan."

Dan masih banyak sorakan-sorakan kagum para siswi yang melihat Lay, sorakan yang membuat Lay jengah. Tanpa mau melirik mereka semua, dia memilih jalan begitu saja seolah tidak mendengar ucapan-ucapan mereka.

•••••

Huwaaaa, aku lanjut lagi 😂

Ada yang udah ngrilik dan nunggu cerita ini gak, sih?

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

698K 35.2K 63
[LEBIH AFDOL, FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA YA BRO] Beyca kira rencana yang ia buat untuk mengikat Alzaska berhasil sesuai harapannya, tapi ternyata ha...
129K 8.5K 86
[ Follow dulu sebelum membaca, terima kasih!✨ ] Audrey itu dunianya Alroy. Sejak mengenal Audrey, Alroy merasakan sesuatu yang berbeda di hatinya. Pa...
GIORSA (End) By mala.ae

General Fiction

182K 8.6K 36
"Gue gak bisa tanggung jawab. Masa depan gue masih panjang," •ENDING CERITA YANG TIDAK DISANGKA •CERITA ANTIMAENSTREAM -Cinta beda agama -Pernikahan...
291K 27.2K 54
- Ada cerita tentang mereka. Berpura-pura tak melihat tapi saling peduli. Mengatakan saling tak suka tapi saling melirik cemburu. Shaka dan Ishara...