Love Me, Please!! [END]

By HAI2017

578K 38.2K 4.2K

Lady Elena selalu percaya pada Cinta pada pandangan pertama, karenanya ketika ia jatuh cinta pada Christian... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
17
18
19
20
21
22
22
23
😇😇
Cuma mau ngasih tahu
Promo Love Me, Pleaseee!!

16

18.5K 1.5K 79
By HAI2017



Sayangnya ekspektasi terkadang tidak sesuai dengan realita.

Seharusnya Elena tidak mengharap banyak karena suaminya -pria yang dinikahinya- adalah Christian Edward Fletcher, Earl of Leicester. Pria yang terakhir kali -meskipun sempat dilupakannya hanya karena ciuman yang Chris berikan ketika pesta pernikahan berlangsung- selalu membencinya. Dan kebencian itu diyakini Elena menjalar sampai ke tulang-tulang dan mengalir melalui aliran darah Chris. Mendarah daging.

Seharusnya kenyataan itu cukup baginya untuk tidak mengharap lebih, mengharap apa pun dari Christian. Pria itu mungkin menciumnya dengan begitu bernafsu tadi siang, tapi mungkin itu dilakukannya karena terbawa suasana. Dan ketika akhirnya Chris menyadari siapa yang dinikahinya, ia memilih kembali mengacuhkan dirinya seperti yang dilakukannya malam ini, tepat di saat seharusnya mereka melakukan ritual malam pertama layaknya pasangan lain yang baru saja menikah.

Pemikiran itu membuat Elena beranjak dari duduknya dan berdiri di depan meja rias dengan kaca panjangnya. Ia memandangi tubuhnya yang hanya berbalut gaun tidur tipis transparan dari sutra berwarna merah yang dihadiahkan Rose untuknya. Gaun itu bahkan hampir memperlihatkan seluruh bagian tubuhnya, seolah dirinya telanjang.

Awalnya Elena menolak dan meyakini kalau gaun tidur itu tidak akan ada gunanya. Tapi Rose, dengan sikap keras kepalanya menyakini kalau Chris akan mengeluarkan air liurnya ketika melihat dirinya.

Sayangnya apa yang dikatakan Rose tidak terjadi dan mungkin saja memang tidak akan pernah terjadi, mengingat di malam pertama saja Chris tidak mendatanginya apa lagi malam-malam lainnya?

Elena mendesah. Di pandanginya lagi tubuhnya yang padat berisi. Gundukan payudaranya dan inti tubuhnya terlihat jelas dari balik gaun tidur yang dikenakannya saat ini. Ia yakin Chris akan tergoda melihatnya, karena bagaimana pun juga Chris adalah seorang pria dan setiap pria tidak akan mungkin mengacuhkan sesuatu yang menggoda tubuh mereka begitu saja.

Tapi lagi-lagi hal itu tidak akan terjadi, karena Chris tidak mendatanginya. Atau haruskah dirinya yang mendatangi pria itu? Merayunya seperti yang biasa dilihatnya ketika Chris bersama Arabella agar pria itu mau menidurinya malam ini? Setidaknya agar dirinya bisa memiliki kenangan akan malam pertama yang indah.

Buru-buru Elena menepis pemikiran itu. Chris jelas akan mencincangnya lalu mengumpakan potongan tubuhnya pada anjing liar di jalanan kalau sampai ia melakukan hal nekat itu. Lagi pula jelas Elena tidak memiliki keberanian dan kepercayaan diri untuk menggoda Chris lebih dulu. Ia terlalu takut, terlalu pengecut, apalagi ketika harus dihadapkan pada wajah penuh kemarahan Chris. Elena jelas tidak akan berani melakukan hal gila itu.

Elena memilih bersabar dan kembali menunggu, sambik berharap Chris akan mendatanginya. tapi kesabarannya semakin menipis ketika malam semakin larut dan apa yang sejak siang tadi dibayangkannya belum juga terjadi. Elena mengharapkan pintu penghubung itu segera terbuka. Sayangnya hingga menjelang tengah malam, pintu itu tidak pernah terbuka. Kamarnya tetap sunyi dan lilin-lilin yang sebelumnya menerangi ruangan kini perlahan sudah mulai mati satu persatu. Tidak ada yang tersisa. Kamarnya gelap, hanya cahaya dari bulan yang masuk melalui celah-celah jendela yang membuatnya masih bisa melihat sekitar.

Elena mendesah. Bangun dari duduknya dan berjalan ke arah pintu penghubung. Tangannya meraih gagang pintu dan hendak membukanya ketika keraguan merayap dalam hatinya.

Bagaimana kalau ternyata Chris tidak menginginkannya dan langsung mengusirnya yang telah dengan lancang memasuki kamarnya? Bagaimana kalau Chris marah padanya? Bukankah seharusnya ia memang tidak berharap banyak, mengingat bagaimana Chris begitu membencinya selama ini?

Pikiran-pikiran itu membuat Elena melangkah mundur dan kembali duduk di atas ranjang. Mungkin ia memang harus tidur dan tidak mengharapkan Chris mendatanginya. Hanya karena Chris menciumnya saat mereka menikah, bukan berarti Chris menginginkannya. Chris menciumnya karena memang sudah seharusnya. Tidak ada ikatan perasaan atau hal lainnya. Apa yang Chris lakukan padanya lebih karena terbawa suasana. Dan mengingat bagaimana malam ini, Chris tidak juga mendatanginya maka alasan itulah yang paling logis untuk menjelaskan apa yang terjadi saat upcara pernikahan mereka.

Air mata Elena mengalir ketika ia membaringkan tubuhnya di atas ranjang besarnya. Berusaha untuk tidur dan melupakan semuanya adalah pilihan yang cukup bijak untuk di lakukannya.

Sayangnya semua tidak semudah yang Elena pikirkan. Hingga jam menunjukkan pukul dua dini hari, Elena masih terjaga dengan perasaan tidak menentu. Ia bergegas bangun dan menyambar jubah tidurnya lalu beranjak keluar kamar. Semakin lama berada di kamar, semakin sesak ia memikirkan malamnya yang kelam. Karenanya Elena memutuskan untuk berjalan keluar. Menikmati angin malam di taman bunga yang kini tengah bermekaran.

Elena berhenti sesaat di depan pintu kamar Chris yang berada tepat di sampingnya, tapi kemudian ia melanjutkan langkahnya menuruni tangga satu demi satu menuju taman.

Hembusan dingin angin malam sesekali membuat tubuh Elena mengigil. Tapi hal itu tidak mengurungkan niatnya untuk terus berjalan, mengitari taman, mengitari tempat yang menjadi saksi tempat berlangsungnya pernikahan dirinya dan Chris siang tadi.

Merasa sudah cukup mengelilingi taman, Elena memilih duduk di sebuah gazebo beratapkan tumpukan jerami. Matanya melirik kesegala penjuru, mengitari taman indah itu dengan tatapan berbinar. Mungkin nanti, ketika ia tidak memiliki apa pun untuk dikerjakan, ia bisa menghabiskan waktunya di taman itu. Merawat dan menanam tamanan baru lainnya yang akan menambah keindahan taman.

Angin malam kembali membelai wajah Elena, membuat rasa kantuk perlahan mendatanginya. Menawarkan sebuah kedamaian yang sejak tadi di butuhkannya. Perlahan, Elena menyerah pada kedamaian yang menyelimuti dengan menutup matanya. Membiarkan kegelapan menyelimutinya, membungkus tubuhnya dalam kedamaian.

Jika Elena sudah mendapatkan kedamaiannya malam itu, maka berbeda dengan apa yang terjadi pada Christian. Pria itu bahkan masih terjaga setelah menghabiskan beberapa gelas brendi di ruang kerjanya.

Pikirannya berperang sejak tadi. Antara keinginannya untuk mendatangi Elena dan melakukan apa yang seharusnya dilakukan pasangan yang baru menikah atau membiarkan Elena tetap menunggunya di kamar dengan wajah kecewa karena ketidakhadirannya.

Chris tahu dirinya mungkin kejam, tapi apa pedulinya? Ia tidak pernah berpikir untuk meniduri Elena apalagi berkeinginan untuk itu. Selama ini satu-satunya wanita yang ingin di tidurinya adalah Arabella, hanya dia dan bukan Elena.

Tapi malam ini, atau mungkin lebih tepatnya setelah ciuman yang dilakukannya saat upacara pernikahannya, keyakinan itu tergoyahkan. Jauh di lubuk hatinya yang terdalam, ia begitu ingin meniduri Elena. Merasakan kehalusan kulitnya, merengkuh setiap rasa yang bisa di dapatkannya dari wanita itu dan menenggelamkan diri sedalam-dalamnya ke dalam tubuh Elena. Bergerak di dalam kelembutan tubuh Elena dan membawa mereka menuju puncak kenikmatan yang diyakininya tentu akan sangat luar biasa.

Tapi hal itu tidak mungkin dilakukannya. Ia membenci Elena dan seharusnya hal itu sudah lebih dari cukup untuk menahan hasratnya pada Elena.

"Sialan!!"

Dengan kesal Chris memukul meja kerjanya. Semakin ia memikirkan Elena, hasratnya semakin meninggi. Bahkan bayang-bayang tubuh polos Elena yang terlentang pasrah membuat tubub Chris menegang. Membuat bagian diantara kedua pahanya terasa begitu nyeri dan menyakitkan.

"Aah, sialan!" lagi, Chris mengumpat akibat bayangan vulgar yang terlintas jelas di dalam benaknya. Dan sejak kapan ia menjadi pria dengan fantasi liar seperti ini?

Menghabiskan brendi dalam gelasnya, Chris meraih jubah tidurnya dan memutuskan untuk berjalan-jalan ke taman. Jika terus-menerus memikirkan Elena, ia bisa gila karena hasrat yang semakin tak terkendali.  Lagi pula ia susah cukup tersiksa dengan tubuhnya yang terasa nyeri, karena celana terasa sesak.

Sampai di taman Chris menghirup napas dalam-dalam beberapa kali. Membiarkan angin malam yang segar memenuhi paru-parunya. Kedua tangan Chris terlipat di belakang tubuhnya. Ia berjalan ke arah deretan bunga mawar yang tumbuh rapi di taman. Dulu, ketika Rose belum menikah, Rose selalu merawat dan memastikan aneka mawar yang begitu di sukainya tumbuh dengan baik. Dan kini setelah Rose menikah dan lebih sering tinggal di Devon dari pada London, taman mawar itu di tangani tukang kebun.

Sekarang Chris sudah menikah, apakah Elena akan merawat taman bunga itu? Apa Elena juga menyukai mawar seperti Rose?

Chris menggeleng ketika lagi-lagi ia mengingat Elena. Seharusnya Chris tidak boleh membiarkan Elena masuk ke dalam pikirannya. Ia datang ke taman untuk menenangkan diri, menyingkirkan Elena dari pikirannya dan bukannya membiarkan pikirannya semakin terganggu dengan bayang-bayang Elena.

Langkah Chris terhenti ketika mencapai gazebo yang terdapat di tengah taman. Meskipun malam hanya di terangi cahaya bulan, Chris bisa mengenali sosok yang tengah bersandar di tiang gazebo sembari membelakanginya. Sialnya, Chris justru menemukan sosok itu ketika ia ingin mengenyahkan pikiran akan dirinya.

Tapi apa yang dilakukan Elena di taman dini hari begini? Bukankah seharusnya ia berbaring nyaman di atas ranjangnya dengan selimut hangat menutupi tubuhnya?

Chris menggeram, melangkah dengan langkah lebar ke arah Elena. Berniat memarahi Elena yang dengan lancang keluar dari kamarnya di tengah malam seperti ini. Tidakkah Elena berpikir bisa saja ada yang ingin berbuat jahat kepadanya? Oke, meskipun hal itu tidak mungkin terjadi karena kediamannya di kelilingi tembok yang cukup tinggi untuk mencegah orang lain masuk, tapi tetap saja Chris tidak menyukai tindakan Elena. Seharusnya wanita itu tidur di kamarnya dan bukannya malah berkeliaran sesuka hatinya seperti yang dilakukannya saat ini.

Lagi-lagi Chris menggeleng. Apa pun yang terjadi pada Elena bukan urusannya. Hubungan mereka tidaklah sedekat itu, hingga ia harus mengkhawatirkan Elena dan segala hal yang dilakukan wanita itu. Tapi tetap saja ia harus memberi Elena pelajaran agar wanita yang kini telah menjadi countess-nya itu tidak bertindak sembarangan.

"Apa yang kau lakukan di sini, Elena?" Chris menunggu beberapa saat, ketika tidak mendapatkan jawaban dari pertanyaan Chris kembali bicara, "Aku sedang bicara denganmu, Lady Elena! Bukankah seharusnya kau memberikan jawaban dari pertanyaanku?"

Diamnya Elena membuat Chris semakin kesal. Ia berputar ke arah depan, agar bisa melihat Elena lalu meraih bahunya, berniat mengguncang tubuh wanita itu ketika mendapati Elena ternyata tengah tertidur.

Chris menggaruk kepalanya dan tertawa, menertawakan dirinya dan kebodohannya. Untuk pertama kalinya ia tertawa dihadapan Elena. Meskipun tentu saja Elena tidak akan melihatnya tertawa karena wanita itu tengah tertidur dengan lelap.

Setelah puas menertawakan kebodohannya, Chris membungkuk mengamati wajah Elena yang terlihat begitu damai dalam tidurnya.

Elena cantik dan sebagai pria normal Chris tidak akan menampik hal itu. Yang membuatnya tidak habis pikir hanyalah kenapa Elena sampai menjebak dirinya. Elena bisa mendapatkan pria mana saja yang diinginkannya. Tidakkah Elena menginginkan salah satu pria yang selama ini memujanya menjadi suaminya? Apa Elena sudah bosan dengan para pria yang selama ini mengelilinginya dan menganggap dirinya adalah kandidat yang paling layak untuk dijadikan suami?

Chris tidak mungkin mengesampingkan sepak terjang Elena yang di dengarnya dari mulut Arabella. Memang ia tidak pernah melihat secara langsung, tapi hal itu tidak serta merta membuatnya tidak mempercayai cerita Arabella. Bagaimana pun juga Arabella dan Elena pernah bersekolah di tempat yang sama. Jadi tidak mungkin jika Arabella mengarang cerita tentang bagaimana liarnya Elena dulu.

Chris kembali mengamati wajah tenang Elena dalam tidurnya.

Menegakkan tubuhnya, Chris melepaskan jubah tidurnya dan memakaikannya di tubuh Elena yang mulai terasa dingin.

"Kau bisa sakit kalau tidur di sini sampai pagi, El."

Entah dorongan dari mana, Chris membungkuk, melingkarkan kedua tangannya pada punggung dan paha Elena, mengangkat tubuh mungil Elena memasuki rumah dengan langkah perlahan. Tidak ingin membuat tidur nyenyak Elena terusik.

Sesekali Chris berhenti, hanya untuk memastikan Elena merasa nyaman dan tidak terbangun serta mengamati wajah Elena yang terlihat begitu cantik ketika di terpa cahaya bulan, sebelum kembali melanjutkan perjalanan menuju kamar Elena.

Anehnya Chris tidak keberatan sama sekali ketika melakukannya. Ia malah merasa senang. Aneh bukan?

Chris berjalan. Tanpa sadae tersenyum setiap kali melihat Elena yang menempel di tubuhnya. Chris bahkan tidak mempedulikan ketika Simon -yang biasanya terbangun di dini hari untuk memeriksa keadaan rumah- menatapnya dengan bingung ketika melihatnya membawa Elena dalam dekapannya. Satu-satunya yang di pikirkan Chris hanya membaringkan Elena di atas ranjangnya dan menyelimuti tubuh kecil Elena agar wanita itu kembali hangat.

Setibanya di kamar Elena, Chris langsung membaringkan Elena di atasnya dan menyelimutinya. Ia berniat kembali ke kamarnya, tapi bayangan untuk mendekap tubuh mungil Elena ke dalam tubuhnya terlihat begitu menggoda.

Chris melakukannya, menyerah dalam godaan untuk tidur bersama Elena malam itu. Tepat sebelum Fajar menyingsing, Chris bergerak dengan perlahan dan meninggalkan Elena dalam tidur nyenyaknya dan kembali ke kamar dengan wajah tersenyum bahagia.

Bahagia?

Semudah itukah Elena membuatnya bahagia? Hanya dengan tidur, sembari mendekap wanita itu ke dalam pelukannya bisa membuatnya bahagia? Ini gila!! Itu tidak mungkin. Ia membenci Elena dan tidak mungkin perasaan benci bisa berubah dalam waktu sesingkat itu.

Chris menghempaskan tubuhnya. Berkali-kali menggumamkan kata-kata gila yang sejak pernikahannya berlangsung menjadi kata wajib yang keluar dari bibirnya.

Apa yang terjadi malam ini tidak boleh mempengaruhinya. Tujuannya untuk memberi pelajaran pada Elena harus tetap berjalan seperti seharusnya. Elena harus tahu, bahwa tidak semua yang diinginkannya bisa di dapatkannya dengan cara licik. Elena harus menerima akibatnya. Merasakan penderitaan yang juga dirasakannya karena membuatnya kehilangan wanita yang dicintainya, yakni Arabella.

====291218====

Continue Reading

You'll Also Like

1K 67 32
"Aku akan menunggu sampai waktu itu tiba, tapi kamu juga harus berjanji kalau jari manismu tidak boleh memakai apapun yang bukan pemberianku,dan hati...
4K 431 38
Denting, wanita bangsawan menengah yang telah mendapatkan cinta pertamanya, 'Partha'. Pria tampan kepercayaan Raja Muda Agung, tetapi tanpa di duga R...
KASHMIR By B.O.S🚀

Historical Fiction

358K 23.6K 118
Menjadi pengantin dari kerajaan yang wilayahnya telah ditaklukkan bukanlah keinginanku. Lantas bagaimana jika kerajaan yang aku masuki ini belum memi...
3M 104K 41
"Gus arti bismillah itu apa sih?"tanya Aisyah "Dengan menyebut nama Allah" "Kalo Alhamdulillah?" "Segala puji bagi Allah "jawab ammar "Kalo subhana...