➃ Epistle || Selesai ✔

Ayaaii_ द्वारा

6.2K 1.5K 810

[E N D] Ahn Haneul ㅡnamaku. Sejak hari itu, aku mendapat banyak surat aneh di laci mejaku. Dia bilang aku men... अधिक

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
28
29
30
31
Behind the Story

27

175 38 53
Ayaaii_ द्वारा

ㅡ E P I S T L E ㅡ








Seorang gadis berparas manis tengah sibuk di dalam ruangannya. Semua tampak berwarna baby pink disana. Haneul Ahn, nama gadis itu. Entah apa yang ia cari, hampir semua sudut ia telusuri.

"Aish... Kok tidak ada? Dimana ya?" gumam gadis itu.

Kian lama ia mencarinya, gadis itu kelelahan. Ia pun beranjak keluar. Mungkin ada di luar, batinnya.

"Eomma?" panggil gadis itu, mencoba mencari eommanya.

"Ada apa Anha? Eomma disini," balas Eommanya yang terdengar memekik.

Gadis itu segera menghampiri tempat Eommanya berpijak. "Eomma, apakah Eomma melihat arlojiku?"

"Yang mana?" tanyanya selagi sibuk di dapur.

"Aku hanya punya satu Eomma. Arloji kesayanganku."

"Hmm?" Wanita berparuh baya itu menaikkan salah satu alisnya.

"Yang berwarna baby pink Eomma," jelas Haneul.

"Aahh yang itu."

"Eomma melihatnya? Eodiga?" tanya Haneul dengan antusiasnya.

"Tunggu! Kau masih menggunakannya?"

"Tentu saja! Itu kan arloji kesayanganku. Dimana Eomma?"

"Di mesin cuci," dengan santainya wanita berparuh baya itu menjawab.

"Omo?!" Haneul membelalak.

"Sepertinya kau memasukkannya ke pakaian olahragamu."

"Aigoo, jeongmal? Aish... Ceroboh sekali aku," umpatnya.

"Kau ini memang tak bisa menjaga barang eoh?"

"Bagaimana bila pemberi arloji itu akan marah padamu dan tak akan memberikan lagi?" ujar Eommanya.

"Pemberi? Memangnya siapa? Bukannya itu Eomma yang belikan?"

"Aigoo kau lupa eoh?"

"Eomma anakmu ini pernah amnesia," Haneul memutar bola matanya.

"Iya Eomma tau. Ternyata tak hanya memori tentang Eomma saja yang hilang? Kau juga melupakan teman-teman kecilmu?" Haneul bergeming. Benar, saat Haneul siuman ia tak bisa mengingat Eommanya sedikit pun. Ia hanya bisa mengingat mendiang Appanya. Memang dasar kecelakaan sialan, umpat Haneul.

"Sudahlah jangan diingat itu bisa membuat kepalamu pening," tambah Eomma. "Sana ambil arlojimu. Sudah Eomma keringkan. Tapi entahlah itu masih bisa digunakan atau tidak."

"Aah geurae." Haneul segera bergegas menuju balkonnya.

"Oh iya, Anha? Bisa kau tolong Eomma bersihkan bagian atas lemari di kamar Eomma? Eomma tak bisa meraihnya. Setelah itu tolong bersihkan kamar Renjun-ah ne?" pinta wanita itu.

"Renjun oppa? Apakah ia akan pulang?" tanya Haneul dengan mata yang membinar. Renjun Ahn ㅡputra sulung keluarga Ahn.

"Ne. Sudah cepat sana bersihkan!"








Fiuh.. Ini sangat melelahkan. Kotor sekali lemari ini, pikir Haneul.

Ia memindahkan semua barang yang ada disana ke lantai. Beberapa barang itu pun juga dipenuhi debu-debu yang lebat.

Tak butuh waktu lama untuknya membersihkan bagian atas lemari itu. Setelah itu ia bergilir untuk membersihkan beberapa barang yang dipenuhi debu tadi.

"Selama itu 'kah benda-benda ini tak pernah dibersihkan? Ini sangat kotor," monolognya.

Satu persatu ia ambil. Benda-benda itu terlihat asing baginya. Ia tak terlalu memperdulikannya, yang penting ini selesai dengan cepat.

"Huftt... " Ia kembali menghela napas. Syukurlah ini benda terakhir, batinnya.

Ia membersihkan benda terakhir itu sambil tersenyum. Sebuah buku ㅡalbum foto lebih tepatnya. Sejujurnya, ia tak pernah melihat album ini.

Lembaran demi lembaran ia buka. Ia tersenyum masam melihat foto keluarganya beberapa tahun sebelum kecelakaan itu terjadi.

Haneulㅡ gadis itu masih sangat kecil waktu itu. Ia menggigit bibirnya menahan tangisan ketika melihat mendiang appanya. Seharusnya aku tak meminta Appa untuk untuk pergi ke festival itu, pikirnya.

Ia mencoba menghilangkan rasa sedihnya dengan mengganti ke halaman berikutnya. Rasa sedihnya berganti menjadi kekehan ringan, kakaknya ㅡRenjun menangis saat pengambilan potret wisuda di taman kanak-kanak. Lucu sekali, pikirnya.

Halaman demi halaman ia balik, serasa seperti bernostalgia. Walau tak semua kejadian dapat ia ingat.

Halaman pun selesai dengan cepat. Berhenti di foto terakhir, 4 orang anak kecil dan salah satunya tumbuh lebih besar.

Ia seperti mengenal salah satu anak yang berbeda, Renjun Ahn. Dan salah satu dari ketiganya, ia rasa itu adalah dirinya sendiri. Sedangkan dua anak yang lainㅡ ia tak tau.

Ia memicingkan matanya agar bisa melihat dengan jelas. Tapi nihil ㅡbenaknya tak merasakan apa-apa.

Ia pun membalik foto itu. Tertulis tulisan tangan yang sama sekali tidak rapi. Ia rasa ini tulisan anak kecil.

Jun-oppa Neul-ie Ji-ya Hiyon-ah。

Ia hampir tak bisa membaca tulisan itu. Tulisan yang ditulis dengan tulisan latin.

Pemikirannya benar, bila dua diantaranya adalah Haneul dan kakaknya. Tapi, siapa dua lainnya?

Ia menatap lekat keduanya bergantian.

"Anha? Sudah selesai?" Panggilan tersebut membuat Haneul tersentak.

"Aahh Eomma, b-belum."

"Apa yang sedang kau lihat eoh?" Wanita berparuh baya itu segera menghampiri putrinya yang tengah terduduk di lantai.

"Oh kau melihat ini? Itu 'kan fotomu dan juga temanmu. Ada apa?" tanya Eomma Haneul saat melihat raut wajah Haneul yang sulit dimengerti.

"Emmㅡ mereka siapa Eomma?" Haneul menunjuk kedua anak yang asing baginya.

"Mereka temanmu. Ini Ji-ya dan disampingnya adalah saudaranya," Wanita itu menunjuk salah satu dari kedua anak itu.

"J-Jiya siapa?"

"Sahabat kecilmu. Ia yang memberikanmu arloji itu dihari ulang tahunmu yang ke-10," balas Wanita itu.

"Aku tak pernah melihatnya," gadis itu menggelengkan kepalanya.

"Tentu saja. Ia pergi sebelum kau amnesia. Dan kau tau? Dulu Eomma sampai pusing mengurusmu karena menangis seharian setelah Ji-ya pindah rumah," Wanita itu bercerita sambil terkekeh, sedangkan gadis di depannya. Menatapnya heran.

"A-aku tak mengingatnya."

"Tidak usah diingat. Itu akan membuat kepalamu pening," gadis itu pun mengelus kepala putrinya.

"Emm.. ba-baiklah."

"Sudah sana kembali ke kamarmu. Kau bisa membersihkan kamar Renjun esok hari. Sepertinya kau sangat lelah."

"Em... Geurae," Haneul langsung beranjak dari tempatnya.









Haneul pun kembali ke biliknya. Ia pun langsung merebahkan tubuhnya di ranjang empuk miliknya. Ia masih berpikir, siapa dua anak itu?

Tapi semakin ia mencoba mengingat, kepalanya malah merasakan sakit yang luar biasa.

Ia pun segera menggelengkan kepalanya ㅡmenghilangkan pikiran itu dari benaknya.

"Benar kata Eomma, ini terasa sangat sakit," gumamnya.

Ia pun segera mencari pikiran lain. Maniknya menyelusuri setiap sudut ruangan dan berhenti di satu titik ㅡbox yang ia dapat kemarin dari lelaki yang tidak ia kenal.

Aigoo, ia bahkan sempat lupa untuk membukanya. Ia segera bangkit dan membuka box itu.

Tatapannya berubah, menjadi tatapan malas. "Ini pasti dia. Pengirim surat yang menjengkelkan itu dan ia telah menghilang begitu saja."

Haneul sempat kesal dengan pengirim surat itu. Tapi saat ia melihat sebuah obat yang pernah membuatnya memekik hingga Eommanya sendiri mengatainya 'tak waras'. Raut kesalnya berubah menjadi kekehan. Seketika berbagai lelucon yang diberikan pengirim surat itu terngiang-ngiang dibenaknya. Dan itu membuat senyuman yang tiba-tiba terukir.

Aish... Sepertinya ini benar-benar membuatnya tak waras.

Sebuah obat dan mini doll yang dikemas rapi disatu box. Ia tersenyum melihat boneka itu. Boneka beruang, dengan hoodie biru. Imut, pikirnya.

Tak lupa dengan secarik stick note. Jari lentiknya, mengambil note itu dan membacanya dalam hati.

Kalimat pertama, ia malah terkekeh ketika membacanya. Namun, selanjutnya.





Sebelah matanya sedikit menyipit. Dalam hati ia berkata, apa maksud orang ini? Dia ingin mempermainkanku eoh? Bodoh!

Ia segera mengemas kembali semua barang itu dengan kasar dan melemparnya ke sembarang arah.



Bruk!

Tubuhnya langsung ia jatuhkan ke ranjang empuknya. Kalimat itu, terngiang-ngiang dibenaknya. Apa yang pengirim itu pikirkan? Memangnya siapa dia? Aku saja tak mengenalinya, umpat Haneul.

Gadis itu menghela napas dan melakukan kebiasaannya ㅡmenggelengkan kepala untuk menghilangkan hal yang membuatnya risih.

Tapi, ia tak bisa melupakannya. Justru, ia malah mengingat percakapan surat itu pada awalnya. Begitu pun dengan suara Eommanya yang menghantui pendengarannya.




Hello, do you remember me?

Kau juga melupakan teman masa kecilmu?

Maaf, ternyata selama ini aku salah orang.

Padahal aku udah pulang jauh-jauh dari AS loh.

Dulu Eomma sampai pusing mengurusmu karena menangis seharian setelah Ji-ya pindah rumah.

Nama kamu juga sama.

Emang ada Anha siapa lagi di sekolah ini? Dan emangnya ada Haneul selain Ahn Haneul?

Soal aku yang tau nama itu. Ternyata bukan kamu aja yang punya nama itu.

Kan aku udah bilang kalo kamu teman aku.

Mereka temanmu.

Maaf aku sok kenal.

Dan nama kamu ada J dan I nya, bukan?

Ini Ji-ya dan disampingnya adalah saudaranya.

Akhh ini membuat kepalanya pening. Sekarang ia mengganti posisi tidurnya menjadi duduk. Ia tak percaya harus penasaran seperti ini. Dan ini membuat kepalanya sakit yang luar biasa. "A-apakah, itu Ji-ya yang Eomma maksud?"


Ia sahabat kecilmu. Dan dia yang memberimu arloji itu dihari ulang tahunmu ke-10.

Anha, ini untukmu. Sangeil chukka hamnida!

Bagaimana bila pemberi arloji itu akan marah padamu dan tak akan memberikan lagi?

Sorry, aku balikin obat ini. Untuk kenang-kenangan hihihi.

Pemberi? Memangnya siapa? Bukannya itu Eomma yang belikan?

Aigoo kau lupa eoh?

Eomma, anakmu ini pernah amnesia.

Kau tak lupa denganku, kan?

Kamu pernah amnesia? Seriusan?

Ia pergi sebelum kau amnesia.



Gadis itu meringis, rasanya ia tak kuat menahan sakit ini. Tapi, ia tak bisa menghentikannya. "Akhh eomma, tolong. Hentikan. Siapapun kumohon, hentikan ini."



Halo, kalian bisa memanggilku Ji. Aku pindahan dali Masan.

Namamu siapa?

Sulit sekali menyebut namamu. Bagaimana bila aku memanggilmu Anha?

Kau suka?


Anha, aku harus pergi. Tidak akan lama kok.

Jaㅡ hiks Jangan pergi Ji-ya. Nanti hiks aku tak punya teman bermain lagi hiks.

Jangan sedih Anha. Aku tak akan lama kok, aku janji.

Simpan arloji itu arra? Dengan itu, aku bisa menemukanmu dengan mudah.

Bagaimana bisa?

Rahasia.

Kau jahat Ji-ya.

Sudahlah jangan menangis. Aku akan kembali. Aku berjanji.

Dan satu hal. Kau harus mengingat namaku arra? Awas saja bila kau sampai lupa sahabat terbaikmu ini.

Hm! Aku akan mengingatnya. Lagi pula namamu mudah untuk diingat.

Memangnya siapa namaku?

Ji-ya.

Bodoh! Itu bukan namaku.

Memangnya namamu siapa?

Kan, kubilang apa. Kau tak tau namaku.


Jihoon, Jihoon Park namaku.



"J-Jihoon? Namanya? J-Jihoon Paㅡ"

Seketika gadis itu pingsan dalam hitungan detik. Kepalanya yang tak kuat akan memori yang kembali secara tiba-tiba. Sekarang ia tau,



ㅡJihoon Park、aku menemukanmu。











-Jiya, annyeong!




-a mini doll. So cute!






H-???


----

27/12/18
Aii

-1555 kata, sorry.







ㅡbtw, trimakasii untuk 1k viewnyaa!

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

67.5K 10.6K 15
Yang publik ketahui, kedua pemimpin perusahaan ini sudah menjadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum orang tua mereka pensi...
15.5M 875K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
13.2M 1M 74
Dijodohkan dengan Most Wanted yang notabenenya ketua geng motor disekolah? - Jadilah pembaca yang bijak. Hargai karya penulis dengan Follow semua sos...