l'M A STRONG WOMAN

By LindaWati497

39.7K 2.5K 317

Bagaimana perasaanmu saat sebulan sebelum hari pernikahan-mu tiba kamu memergoki calon suami-mu sedang bercum... More

Prolog
Terumi Hinata
Meeting
Revenge
Apologize or Jail
Let's Discuss.....!!!
Race Car

My Boss Act so Different

4.3K 330 39
By LindaWati497

Semenjak kasus yang terjadi di kantor polisi dan di rumah sakit itu. Sikap Naruto berubah semakin dingin terhadap Hinata.

Well, jujur saja Hinata bingung dengan sikap dinamis boss-nya. Bukankah pria pendendam itu tidak akan pernah mau melepaskan mangsanya ataukah dia sudah bosan mempermainkan-nya.

Sudahlah!! Hinata harus melupakan pemikiran yang tak penting ini. Lagipula Ini bukan urusan-nya dan bukankah ini bagus, pria itu berhenti mendendam.  Hinata juga akan bersikap biasa seperti tak pernah terlibat masalah apapun dengan Naruto jika nanti-nya pria itu mencuekinya.

"Boss... ini laporan bulanan yang anda minta" Hinata menyuguhkan berkas-berkas setinggi gunung itu dimeja boss-nya.

Mungkin boss-nya hari ini mendapatkan masalah bulanan-nya hingga mendiami Hinata seperti ini. Setidaknya menjawablah...!!! Masa diam-diaman seperti anak kecil bombean githu.

Tapi itu bukan berarti Hinata mengharapkan sesuatu dari boss-nya. Hinata melamun didepan meja Boss-nya, dia sedang absent-minded memikirkan perubahan boss-nya yang tiba-tiba aneh. Tak disangka khayalannya itu membuatnya dibentaki dengan sangat keras.

"Keluar...!!!" Ya Tuhan....... Hinata terlonjak saat mendengar bentakan boss-nya yang terbilang terlalu tinggi itu. Apa dia melakukan kesalahan lagi. Haruskah Hinata memohon maaf perihal masalah kemarin? Ataukah mengikuti haluan emosi bossnya.

Hinata keluar dengan hati genderang penuh syok. Lalu dia menutup pintu ruangan boss-nya dengan perlahan agar tak menimbulkan suara dan memancing amarah manusia tempramental itu.

"Rasakan itu  Itik tonggos. Kau memang pantas menjadi manusia terhina"

Didepan pintu ruangan CEO, Hinata ditertawai oleh Sara. Wanita itu terlihat sangat puas jika Hinata ditindas terlebih oleh Naruto, serasa dirinya ambil bagian dalam menindas.

Cih!! Si jalang Seperti Tak ada kerjaan lain saja.

Namun, sekencang dan sebanyak apapun ejekan Sara terhadap Hinata. Wanita berwujud itik buruk rupa itu malah bingung tak menangkap makna dari Omongan Sara.

Kenapa dirinya ditertawai? Apakah dia baru saja melucu? Atau mungkinkah wanita itu senang melihatnya tersiksa?

"Are you okey..... Miss.... 
Apa nona Sara butuh dokter jiwa" ceplok Hinata diatas tawa sinis Sara.

Sara tersedak dalam tawanya sendiri, bisa-bisanya si itik tonggos itu menyalak padanya.

PLAK.....!!!

Sara menampar pipi Hinata sekuat tenaganya.

Wanita berpipi gembil bak bakpao itu terdiam meresapi rasa sakit dari tamparan Sara. Jujur memang tamparan itu terasa sakit karena gesekan dari gigi palsunya mengikis gusinya.

"Berani kau menyalak lagi... maka kau tahu sendiri akibatnya" geram Sara sembari menunjuk-nunjuk wajah Hinata dengan jijiknya.

Well, Hinata dengan bulat berputus bahwa Sara mengklaim dirinya sebagai musuh-nya. Tapi apa penyebab terjadinya permusuhan diantara keduanya.
Setahunya selama ini dia sudah berperilaku normal.

Kebungkaman Hinata menggelituk dada Sara akan euforia rasa puas dari menjajah Hinata.

"Hahaha.... sekarang kau baru tahu sudah berurusan dengan siapa" Sara mendorong ujung bahu kiri Hinata, maksudnya sih memancing emosi tapi sepertinya Hinata tidak terpancing.

Sara sudah lama mendeklarasikan perang pada Hinata hanya saja wanita jelek ini yang lambat meresponnya.

Sejak pertama kali melihat Hinata, ada rasa benci yang menguap mengalir dalam dirinya.  Sara merasa dia Seperti akan kehilangan sesuatu yang berharga jika wanita ini terus berada di sekitarnya.

Menyiksa wanita ini secara perlahan sangatlah menyenangkan-nya dan memuaskannya, bahkan sesekali dia girang karenanya.

"Minggir kau dasar tidak tahu malu!!" Sekali lagi dorongan pancingan Sara dilayangkan, namun syukurlah Hinata masih punya kesadaran etiket agar tak bertengkar di tempat kerja.

Sara meninggalkan Hinata yang masih menatap-nya lama didepan pintu ruangan CEO.

.
.
.

Sara datang dengan gemulai-nya, dia berusaha berjalan nakal secara perlahan penuh seduktif untuk memancing libido Naruto.

"Sayang.... kenapa kamu nggak pecat saja sih! Si jelek itu" Sara merengek dalam pelukan Naruto.

"Bukankah... kau ingin bermain-main dengannya" Naruto menjawab seadanya. Dia juga masih belum bisa menjawab pertanyaan Sara dengan tepat.

Sara tersenyum manis pada Naruto. Akhirnya dia bisa mendapatkan izin penuh dari Naruto untuk menyiksa Hinata sesuka hatinya. Sara memainkan kancing baju kameja atas Naruto dengan piawai.

Naruto melingkarkan tangan-nya di pinggang mungil Sara, tentu  Sara ikut beradu dan menggelantungkan tangannya di leher Naruto.

Gincu merah milik Sara membangkitkan jiwa lelaki Naruto yang tertidur. Dia mencium Sara dengan lama, bahkan kabut-kabut nafsu semakin menghilangkan kewarasan keduanya.

Naruto yang sudah terbakar nafsu, mulai menyingkap gaun merah milik Sara keatas pinggangnya. Jika saja Sara tidak menghentikannya "sayang aku lapar...." mendengar kicauan manja Sara, membuat Naruto menghentikan tindakannya.

"Baiklah..... ayo kita kerestoran kesukaan-ku" Sara mengikuti langkah Naruto sembari melingkarkan lengan-nya dilengan milik Naruto.

Saat sepasang sejoli itu bertemu jalan dengan Hinata. Sara menatap sengit Hinata, sementara yang ditatap sengit malah menunduk hormat kepada atasannya. Diselingan langkahnya kaki Hinata dikait oleh kaki Sara hingga Hinata jatuh tersungkur diatas lantai keramik dingin kantor.

Naruto yang melihat aksi jalang-nya hanya menatap tanpa ekspresi. Sementara Sara semakin merasa diatas angin.

'Sekarang kau adalah pelampiasan kemarahanku'

Hinata bangkit sembari membersihkan debu yang bahkan mungkin tidak menempeli pakaiannya.

Naruto pikir mungkin kali ini gadis bewujud astral ini akan membalas perbuatan jahil Sara. Namun, dia salah besar kala wanita itu malah menunduk dan mengucapkan kata 'maaf'.

Well, Untuk alasan yang Naruto sendiri tak ketahui. Dia merasa kesal dengan Hinata. Entahlah? Jangan ditanya karena Naruto sendiri bingung apa yang dipermasalahkan.

Kenapa Sara tidak dibalas dengan sengit seperti dirinya? Apa wanita jelek ini hanya membenci dirinya seorang?

Well, apapun itu. Naruto hanya ingin menjauh dari wanita jelek ini.  Tempramennya terbakar sendiri dan Dia semakin kehilangan kontrol diri kalau sudah berhadapan dengan Hinata.

"Ayo pergi. Makhluk memuakan ini hampir menghilangkan nafsu makan-ku" Entah Naruto benar-benar bermaksud mengatakan-nya atau tidak kepada Hinata, tapi yang jelas dia telah mengiris hati hinata dengan bilah pisau tak nampaknya.

Naruto dan Sara masuk kedalam lift meninggalkan Hinata yang masih mematung ditempat perkara. Entah sengaja atau tanpa sengaja manik sapphire Naruto membulat saat mendapati cairan bening meluncur ke pipi gembil merekah Hinata.

Well, sejujurnya terbersit sebuah perasaan aneh yang bertengker khusus dihati Naruto untuk Hinata. Sialan!! Kenapa dia jadi memikirkan-nya. Bukankah ini yang diinginkannya.

Brengsek!! Bayang-bayang butiran tetes cairan bening manusia tonggos itu terus terulang, bernostalgia dikepala Naruto. Dia bisa gila jika terus memikirkan kejadian tadi.

"Sayang kok.... melamun!?" Sara mengambek kala Naruto mengabaikan celotehan-nya.

Semenjak tadi Sara mengajak Naruto mengobrol tapi dia tidak menjawab-nya sama sekali. Bahkan setelah pesanan mereka datang, Naruto hanya memandanginya tanpa berminat mencicipinya. Bukankah ini restoran kesukaan-nya lalu ada apa dengan perubahan emosi itu.

Jiwa Namikaze Naruto sedang melayang entah kemana saat ini. Sara memang mendapatkan raganya tapi tidak dengan soul Naruto.

Sara menghentakan sendok dan garpuknya diatas piring hingga berdentingan. Dia kesal dengan Naruto, diajak berbicara tapi tidak merespon seakan dirinya sedang berkencan dengan sebuah patung disini.

Naruto bosan mendengar kicauan nyaring Sara. Wanita ini terus saja berceloteh tanpa berhenti. Tadinya Sara ingin memperpanjang ambekkannya namun urung saat Naruto memasang wajah masam tak suka.

'Menyebalkan.....!!!'

Naruto membuang pandangannya kearah berbeda, sebab memandang Sara hanya membuat mood-nya rusak.

Detik itu juga sapphirenya diuji penglihatannya dengan sosok siluet wanita jelek yang dikenalnya masuk ke restoran.

Wow!! Lagi-lagi Naruto dikejutkan oleh kehadiran Hinata. Wanita itu melewati 2 meja dari meja yang didudukinya dengan Sara.

Kenapa bisa wanita yang semenjak tadi menari-nari didalam otaknya tiba-tiba muncul dihadapan-nya. Apa Naruto sedang berhalusinasi?

'Apa yang dilakukan wanita itu disini!?' Entah sejak kapan Naruto penasaran dengan seorang wanita. Terlebih itu wanita berpenampilan jelek seperti personal assistent-nya.

Flash Back On..........

Selepas kepergian Naruto dan Sara. Hinata terduduk diatas kloset Wc wanita. Wanita itu sedang menangis tersedu dalam diam. Dia meratapi nasib buruknya sendiri.

'Sialan kenapa rasanya sakit begini.....' Hinata berprotes dalam dirinya sendiri, sebab kalimat Naruto tadi menghantarkannya akan ingatan dimasa lalunya.

Kala dirinya dimaki dan diusir oleh ayah kandungnya sendiri. Pada saat itu Hinata hanya berpikir polos tanpa tahu bahwa ada konspirasi yang membelenggu takdirnya.

"Dasar  kalian pasangan jalang dan gigolo" geram Hinata kesal diruang closet.

Berselang 5 menit dari acara sudahan tangisnya. Tiba-tiba iphone-nya yang sengaja ditaruh diatas wastafel bergetar.

"Iya ini dengan Terumi Hinata" Hinata mengangkat no. Yang tak dikenal itu.

"Nyonya bisa kita bertemu!!" Dada Hinata kembang-kempis saat mendengar nada-nada ganas dari pria diseberang sana.

"Maaf ini dengan siapa?" Hinata tetap menjaga ritme suara lembut dan sopannya. Dia tidak ingin ikut terpancing dan malah menyinggung orang yang menelponnya.

"Ini dengan orang tua murid yang anaknya telah dipukuli oleh putra anda yang bar-bar itu!!" Jantung Hinata serasa akan copot saat itu juga.

Boruto-nya tidak mungkin melakukan hal-hal kekerasan itu tanpa sebab. "Tuan... mungkin ada kesalah pahaman diantara anak-anak kita" Hinata mencoba menengahi permasalahan anaknya.

"Apanya yang salah paham. Putra-mu, menghajar putraku, Shin Uchiha hingga masuk rumah sakit" Hinata mengerutkan keningnya dengan sangat dalam.

Bagaimana bisa putra semata wayangnya bersiteru dengan Uchiha? Dan juga Boruto masih punya akal sehat agar tak membrutal.

Hinata sangat tahu putranya. Bocah kuningnya itu tidak akan mau repot-repot melibatkan diri dalam masalah yang merepotkan. Pastilah terjadi kesalahpahaman disini.

"Sekarang putra-ku harus masuk  ke ruang ICU" Semakin lama perbincangan ini membuat Hinata semakin terguncang dengan statement-statement ayah dari murid yang dilukai putranya.

"Tuan.... mari kita bicarakan hal ini dengan kepala dingin" Hinata harap usaha ajakan perdamaian-nya diterima dengan leluasa.

"Baiklah.... ku tunggu hari ini di restaurant Itally jam istirahat kantor"

Klik......!!!

Setelah terdengar suara tanda memutuskan panggilan itu. Hinata langsung mengambil tas jinjing hitam-nya, lalu melesat ke restoran Itally yang tidak begitu jauh dari kantor-nya.  Dia hanya perlu melewati 3 pemberhentian lampu merah dan lurus 50 meter dari lampu merah terakhir. Dia tidak sulit menemukan restorannya karena berada didepan jalan.

Flash Back......Off....

Disinilah Hinata, Direstoran Itally. Manik rembulannya mencari-cari sosok yang juga mencari-cari dirinya.

Syukurlah Hinata bisa menemukan sosok itu dengan mudah. Clan Uchiha memiliki ciri khas yang menonjol untuk dikenali dan diingat.

"Nyonya.... disini!!!" Suara itu menuntun Hinata duduk dikursi pojokan dekat jendela. Mereka duduk saling berlawanan, saling bertatap langsung. Sesaat keduanya hening tanpa ada yang berniat bersuara.

"Tuan.... lebih baik kita menyelesaikan permasalahan anak-anak secara kekeluargaan" Hinata tak berbasa-basi terlebih dahulu. Dia langsung ke pokok inti permasalahan.

"Baiklah..... asalkan kau membayar uang compensasi-nya secara tepat waktu dan tanpa kekurangan" Hinata meraih kertas yang berisikan surat perdamaian. Namun, uang kompensasi yang diminta oleh pihak korban terlalu jelas nampak rakus ingin memerasnya.

'Dasar bajingan perampok...!!!' Hinata mengkerutkan dahinya hingga menimbulkan lipatan dipertengahan alisnya.

Apa pria ini sedang memeras Hinata melalui putranya. Sungguh Hinata tidak bisa menerimanya.

Apa iya, Hinata mau ditipu dengan mudahnya begitu saja. Uang kompensasi 10 milliar itu terlalu berlebihan bagi Hinata. Modus Menipu itu ada batasnya.

Tentu Hinata tak ingin tertipu dengan penipuan yang mengatas namakan anak-anak. Tidak!! Demi kesejahteraan anak-anak diseluruh jepang ini, Hinata tidak akan mengikuti pria yang mencoba memanfaatkan kemelaratan putranya sendiri hanya untuk keuntungan pribadi si mata duitan itu.

"Maaf tuan... uang kompensasi yang anda tujukan itu terlalu berlebihan" Hinata tegas mengeluarkan penolakannya.

Keberanian Hinata memancing Shinsui, ayah dari Shin membuatnya meledak. Menurutnya dia telah berbaik hati tidak melaporkan seorang tersangka dari kejahatan anak-nya ke polisi.

"Brakkkk!!!!"

Bunyi labrakan dari tangan Shinsui menggebrak meja restoran hingga bergoyang dan menumpahkan juice jeruk yang dipesan sebelumnya.

Keributan yang ditimbulkan oleh pria itu mengundang keseriusan para pelanggan restoran kearah mereka.

"Dasar wanita tak tahu diuntung!!! Sudah diberi keringanan malah melunjak" Shinsui semakin naik pitam kala intimidasi-nya tak mempan pada Hinata. Bagaimanapun juga usahanya tak boleh sia-sia.

"1 milliar atau tidak sama sekali"

Hah!!? Wanita ini malah mengaturnya dan menawar harganya. Dia adalah seorang Uchiha, dan harga diri seorang Uchiha tak akan pernah melepaskannya.

Benar-benar wanita keras kepala. Shinsui yang kehilangan tempramennya mencengkram kasar pipi Hinata.

Keterlaluan!! Kemarin boss mesumnya yang mencengkramnya dan sekarang pria penipu ini.

Hinata membalas sengit. Dia ingin bermain fisik namun, jika dia lakukan maka konsekuensi setelahnya ini pasti akan merugikan posisi putranya disekolah nantinya.

"Kau dan putramu itu sama-sama tak tahu diuntung!! Aku tidak heran jika kelakuan putramu seperti bajingan karena dia berasal dari benih seorang bajingan juga"

Shinsui menghina Hinata sesuai apa yang biasa istrinya ceritakan padanya. Dia sering mendengar dari istrinya kalau anak yang bermasalah dengan putranya itu adalah anak tanpa ayah.

Entah kenapa mendengar penuturan itu hati Hinata terasa sobek. Dia tidak memungkiri bahwa Boruto tak punya seorang ayah tapi Hinata berani bersumpah bahwa putranya bukanlah bajingan.

.
.

Sementara itu Naruto meremat garpuk hingga membengkok.

Pemandangan itu tak luput dari mata Sara. Lelaki yang dikencaninya ini memiliki perubahan emosi yang tak stabil jika sudah berurusan dengan assistent berwujud sadako itu.

Sara tak ingin kehilangan posisinya hanya karena wanita jelek tak selevel dengannya. Kalah dari Hinata sama saja mengatai dirinya sama cacatnya dengan penampilan wanita itu.

Sara menggenggam tangan Naruto yang terkepal kokoh. Wanita yang berstatus wanita kencanan pria Namikaze itu ragu meneguk ludahnya sendiri.

Kepalan  Naruto hari ini terlalu kokoh dan keras. Dia belum perna melihat emosi-emosi ini pada Naruto sebelumnya.

Sejujurnya Naruto semenjak tadi sudah kesal tanpa sebab. Dia melihat Hinata duduk dengan pria yang tidak dikenalnya tadi saja sudah berhasil membumi hanguskan pandangan positifnya.

Kenapa pula dia harus peduli terhadap wanita itu? Hello!! Ini tak ada hubungannya dengannya, lalu apa masalahnya coba.

Emosi yang meningkatkan tensi amarah Naruto adalah ketika pria itu dengan beraninya mencengkram pipi Hinata. Hey!! Mereka sedang beradu emosi disana tapi kenapa Naruto yang harus merasa gregetan dan memanas dibangkunya.

Naruto cepat bangkit dari duduk nya, dia sudah tak tahan menjadi penonton.

Hinata tampaknya tidak menyadari keberadaan boss-nya dibelakangnya. Dia lebih terfokus pada persiteruannya dengan Shinsui Uchiha didepannya.

"Tuan Shinsui......!! Kau mau terima tawaran-ku atau kita selesaikan dijalur hukum" tantangan Hinata pada si Uchiha tidaklah main-main. Jika nantinya penyamarannya ketahuan karena perkara ini. Dia sudah pasrah, mungkin dirinya tak punya kemampuan yang cukup untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Dia harus mminta bantuan dari saudarinya yang bersarjana hukum.

Memikirkannya, lagi-lagi Hinata harus meminta bantuan dari saudari dan saudaranya, sadarkah hal itu membuatnya berkecil hati. Dia sadar bahwa dirinya tak punya banyak kekuasaan untuk menekan Uchiha. Dengan dirinya saat ini, dia bukanlah apa-apa.

Cengkraman keras Shinsui mengupas kikis sedikit demi sedikit rongga gusi dalam mulut Hinata akibat gesekan antara gigi palsu dan kulit bibir dalamnya.

Rasa perih sudah dirasakannya semenjak tadi. Tapi dia tidak punya pilihan lain selain menahannya.

"Chuuan biso kauw lefhaskan cengkromanh-mu"

Bahkan Hinata hampir tak mampu mengeluarkan kata perkatanya dengan jelas.

Suara lirih milik Hinata membuat Shinsui senang. Suara itu lebih terdengar seperti rintihan di telinganya. Heh!! Dia tidak menyangka bahwa suara dari wanita jelek akan membuatnya tertarik.

Lupakan kompensasinya Shisui sekarang lebih tertarik bermain-main dengan wanita ini. Dia berubah sadis mendadak, senang menyiksa wanita dalam cengkramannya.

Naruto semakin tak tahan kala dia mendapati terjadi perubahan raut wajah dari Shinsui.

Ekspresinya dan emosinya hampir tak terbaca. Dia terlihat emosi tapi juga bimbang, terkadang cemas tapi juga kesal.

Naruto tidak akan membiarkan hatinya tercubit oleh karena menyaksikan pemandangan Hinata yang disiksa.

Kepalan tinjunya sudah sempurna dan siap dilayangkan dirahang pria kasar itu. Urat biru dan tarikan otot tangannya semakin berkontraksi ingin mendarat dirahang keras Shinsui.

Buk...!! Buk....!!

Bunyi pukulan keras dirahang Shinsui jelas terdengar di setiap layangan kepalannya. Dan manik para penonton ikutan melebar sebab dikejuti oleh perkelahian didalam restoran.

Entah kenapa Naruto jadi kesal sendiri. Seharusnya dia yang mendaratkan pukulannya dirahang Shinsui namun ada pria bertato segitiga merah yang mendahului niatnya.

Siapa dia berani menginterupsi urusan-nya?

"Kiba...!! Sudah hentikan!!"

Hinata berteriak mencoba menghentikan kelakuan Kiba yang diluar kendali. Pria itu bertindak fisik padahal dia bisa menanganinya sendiri.

Dan Kenapa bisa sahabatnya ada disini? Apa jangan-jangan dia tahu tentang permasalahan ini?

Hinata menarik lengan Kiba secara paksa kala pria yang berstatus sebagai sahabatnya itu mengabaikan teriakannya.

"Kiba sudah jangan pukul lagi..!!!" Hinata berhasil membuat Kiba berhenti.

Kiba terkejut mendapati ada bekas jari cengkraman pada pipi Hinata. Ada bekas jari dipipi Hinata bertanda merah maroon disana. Kiba menyentuh pipi Hinata dengan lembutnya lalu mengelusnya, entah kenapa dia terbakar emosi dan mulai terprovokasi menghajar Shinsui kembali.

Jika saja Hinata tidak menghentikan niatnya. Maka sudah bisa dipastikan bahwa dia Kiba akan mlanjutkan pukulan-nya.

"Hinata.... apa kau baik-baik saja!?" Kiba harap harap cemas mendapati keadaan mengnaskann pipi gembil Hinata.

"Aku baik-baik saja, Kiba. Tapi apa yang kau lakukan disini?" Hinata tertarik dengan kedatangan Kiba yang tiba-tiba ke restoran inggris ini. Karena seingatnya dia tidak pernah memberitahu Kiba tentang keberadaannya.

"Boruto.... menelpon-ku untuk melacak keberadaan-mu. Dia khawatir jika masalahnya disekolah tadi pagi akan berimbas padamu" Hinata sekarang paham situasinya.

Jadi putranya telah memperhitungkan-nya, tapi kenapa mengambil resiko sebesar ini. Bukankah biasanya Boruto akan menghindari perkara yang beresiko tinggi, namun lihatlah sekarang. Putranya baru saja melibatkan dirinya kedalam masalah yang merepotkan.

Buat apa semua pengorbanan ini jika tidak menguntungkan-nya. "Kiba apa yang sebenarnya terjadi" Hinata serius ingin tahu pokok permulaan percikan api ini.

"Hinata... aku bukan orang yang tepat untuk menjawab pertanyaan-mu itu...." Hinata paham maksud dari Kiba. Ini adalah masalah antara anak dan ibu, Kiba memang tidak mau sok ikut campur. Dia sadar bahwa anak dan ibu itu tidak membutuhkan bantuannya sebenarnya.

Sementara itu, dibelakang sepasang sapphire  yang bergender male itu. Terasa Ada sebuah aura hitam pekat meresapi udara sekitar, hingga orang disekitar waspada. Minus Kiba dan Hinata yang serius dengan percakapan mereka.

Naruto baru saja merasa telah dipermainkan oleh Hinata, assistent pribadinya. Dia berniat menolong namun usahanya gagal. Dia ditampar oleh kenyataan dan merasa kalah sekaligus diwaktu yang sama.

Dia kalah telak oleh pria bertato segitiga terbalik itu. Lalu apa dia terima begitu saja, ini sudah kesekian kalinya Naruto merasa bukan dirinya ketika berurusan dengan Hinata. Entah daya tarik apa yang dimiliki wanita buruk rupa itu hingga harus membuatnya terus ditarik dalam masalahnya.

"Ehem...!!" Naruto berdehem menginterupsi keseriusan percakapan kedua orang itu.

"Kau siapa!?" Kiba menghadiahi Naruto kerutan alis penasaran dan tidak suka.

Sementara Hinata refleks menutup mulutnya saking tidak percayanya, jika yang didepan matanya adalah bossnya.

"Boss..!!! Se-selamat si-siang" Hinata membungkuk sopan.

'Oh!! Jadi ini boss mesum itu!!' Kiba sengaja memicingkan matanya untuk si mesum pirang.

Naruto sadar bahwa pria acak-acakan dihadapannya itu tidak menyukainya. Bahkan dengan terang-terangan menunjukannya.

Shinsui yang masih terbaring merintih kesakitan. Dia berusaha bangkit berdiri dan menuntut balas. Dia tidak terima dipermalukan dan dihina seperti ini. Bagaimanapun juga dia adalah Uchiha yang menjunjung tinggi harga dirinya. Bagaimana bisa Uchiha telah diinjak-injak seperti ini?

"Dasar kau wanita kurang ngajar!! Kau bilang membicarakan-nya dengan cara berdamai tapi kau membayar seorang tukang pukul untuk memukuli-ku" Shisui menunjukan kemarahannya. Dia merasa tertipu dengan kemunculan Kiba. Dia berpikir bahwa Hinata telah menyewa seseorang untuk memukulinya.

Naruto dan Kiba menyoroti Shinsui dengan tajamnya. Kedua pria itu tidak terima jika Hinata dihina dan dikata-katai.

"Kau-lah yang mengasarinya terlebih dahulu" Kiba menekankan tiap katanya untuk memperjelas kejadian yang sebenarnya.

Shinsui tidak terima dengan tindakan kedua pria yang membentengi Hinata dalam perlindungannya. Dia tidak suka kekalahan. Apapun bentuk perkaranya, dia harus memenangkannya.

"Kalian pikir Uchiha akan melepaskan kalian begitu saja" Shinsui menggunakan nama klan-nya untuk menekan mereka.

Memang tampak ada kecemasan dalam raut Hinata dan Kiba, namun Naruto malah menatap dingin penuh ketidaksukaan. Apa dia baru saja diancam oleh clan yang sama dengan clan dari sahabat-nya.

"Hoo-ya!! Bring it on!!. Aku ingin tahu Uchiha mana yang berani menyentuhkan tangan-nya terhadap seorang Namikaze"

Shinsui melebarkan matanya, bahkan manik hitam arang itu hampir mengeluarkan seluruh korneanya bersedia melonjak keluar.

Apa dia baru saja berurusan dengan Namikaze yang itu. Sahabat dari Sasuke Uchiha. Sialan!! Keringat dingin terus membuka keran dipori-pori kulitnya hingga terus menetes sampai membasahi bajunya.

Shinsui tidak mau berurusan dengan Uchiha dari keluarga utama. Tidak!! Dia tidak mau diusir dari clan Uchiha. Sialan!! Kenapa dirinya bisa berurusan dengan Namikaze.

"Boss... Boss.... Namikaze.... i-ini hanya sa-salah paham" Shinsui berucap takut-takut bahkan dirinya tersenyum nista untuk memperjelas acting-nya. Dia akan melakukan apa saja untuk menghindarkan dirinya dari masalah dengan Namukaze.

"Lenyaplah dari pandangan-ku sebelum aku berubah pikiran" tekanan suara dingin dari Naruto membuat Shinsui berlari terbirit-birit keluar restoran.

Kiba agak terkejut kalau pria yang disorot picing tadi adalah Namikaze Naruto. Sial!! Dia tidak boleh terlibat lebih jauh dengan orang macam Namikaze.

Dia harus memperingati sahabatnya ini, jika tidak mau penyamarannya terbongkar.

Namun, semenjak tadi ada yang mengganggu pemikiran Kiba. Wajah Namikaze itu terlalu mirip dengan putra dari Hinata. Mereka berdua seperti copy-an, manik sapphirnya yang berkilaun biru cemerlang, rambut kuning-nya yang menyala terang, kulit sutan-nya walau memang tidak segelap Namikaze Naruto. Tapi diantara semua yang membuatnya terkejut adalah goresan dipipi itu, Boruto juga memilikinya.

Kebetulan yang terlalu nyata dan berlebihan jika bukan anak dan ayah. Kiba tidak mempercayai kebetulan semacam itu, karena logika-nya berkontradiksi melawan persepsi kebetulan.

Kiba menarik Hinata menjauh dari tempat Naruto berdiri hingga yang dijauhi menggelapkan auranya dan mengerutkan kening-nya.

Hinata heran dengan kelakuan Kiba yang tiba-tiba absurb ini.

"Kiba.... kenapa sih!!?

Kiba mendekatkan bibirnya ketelinga Hinata "Apa Namikaze itu ayah dari Boruto?"

Buakkkhhh....!!!!

Kiba tidak tahu bahwa kecurigaan-nya akan membuat ulu hati-nya akan memerih pedis. Hinata membulat syok dan refleks langsung meninju Kiba dibagian vitalnya.

Demi Tuhan!! Walau Hinata tidak mengingat siapa ayah dari Boruto. Tapi dia menolak garis keras bahwa Boss-nya adalah pria yang telah memperkosa dan menyumbangkan benih kepadanya. Tidak mungkin dia bisa punya anak dari pria menjijikan seperti bossnya.

Hinata benci dengan pria yang mempermainkan wanita demi kebutuhan biologisnya semata.

"Dengar yah Kiba!!! Boruto adalah anak-ku!! Milik-ku!! Dan tak ada yang boleh mengklaim-nya kepemilikan-nya selain diriku...... siapapun orang yang berani mengklaim Boruto miliknya maka orang itu akan mati ditangan-ku" teriak Hinata garis protes keraa

Hinata sudah terlanjur marah dan membiarkan Kiba merintih diatas lantai keramik restoran tanpa mau membantu-nya berdiri.

Awalnya Naruto sedikit lega melihat Kiba diberi tinju maut oleh Hinata. Namun pemikiran itu segera sirna setelah dirinya kebagian amarah Hinata.

Hinata berbalik kearah Naruto untuk mengambil tas-nya. Kakinya dia hentak-hentakkan tiap langkahnya karena kesal pada imajinasi liar Kiba yang berlebihan, menurutnya.

Setelah tas itu diangkatnya, dia menoleh dan menatap nyalang Naruto. "Humh...!!!!" Gumamnya tak sudi sembari memalingkan wajahnya kesal pada bossnya.

Naruto merasa dihina dan dihibur diwaktu bersamaan oleh tindakan Hinata yang tergolong imut, menurut persepsinya. Dia belum pernah melihat raut seorang wanita dengan begitu menariknya seperti yang dilakukan oleh Hinata.

Lagi dan lagi Naruto tanpa sadar menyunggingkan bibirnya merasa terhibur.

'Wanita itu benar-benar menarik.....'

BERSAMBUNG..........

Hi..... guys..... bagi kalian yang menunggu updetan baru dari cerita lain-ku...... daripada kalian bosan nunggu mendingan aku up dulu cerita lain sebagai intermezzo......

Oh awas banyak typo..... karena aku malas ngebaca ulang untuk revisi.......

Continue Reading

You'll Also Like

80.8K 7.7K 21
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
826K 87.3K 58
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
51K 6.6K 42
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
316K 23.9K 108
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...