l'M A STRONG WOMAN

By LindaWati497

39.7K 2.5K 317

Bagaimana perasaanmu saat sebulan sebelum hari pernikahan-mu tiba kamu memergoki calon suami-mu sedang bercum... More

Prolog
Terumi Hinata
Meeting
Apologize or Jail
My Boss Act so Different
Let's Discuss.....!!!
Race Car

Revenge

3.8K 322 58
By LindaWati497

Beginilah nasib Hinata sebagai seorang personal assistent. Membantu membawa barang belanjaan jalang dari bossnya. Hinata sudah menduganya bahwa boss-nya sama sekali tidak berminat melepaskannya dengan mudah. Kejadian di club malam kala itu membuat Hinata dimusuhi oleh bossnya hingga sekarang.

Hey!! Ayolah dia korban disini dan bukannya tersangka. Kenapa pula dia yang dapat Hukuman.

Wajah sangar, dingin dan jijik selalu setia ditampakkan oleh boss-nya terhadapnya. Well, mengingat malam itu Hinata agak menyesali sikapnya yang refleks dan tak berpikir panjang. Pasalnya dia mengeluarkan segenap kekuatannya tanpa mengontrol tenaganya, hingga berakhir membabi butai wajah bossnya dengan baki yang ada ditangan-nya.

Jujur saja Hinata merasa sangat bersalah. Inilah alasannya dirinya tidak protes diberi tugas aneh-aneh oleh bossnya. Dia bekerja selama 2 minggu ini tidak lebih dari seorang babu rumah tangga jalang boss-nya.

Dia baru masuk kerja selama 14 hari dan kerjaannya dikuar jalur kerja kantor.

Membersihkan rumah, merapikan ranjang, mengurus laundry, belanja kebutuhan pribadi dan menonton kemesraan pasangan tidak tahu malu dan tempat itu.

Awalnya berat namun setelah fisiknya terlatih selama 2 minggu terakhir ini, sekarang dirinya terbiasa dengan kerjaan barunya sebagai assisten rumah tangga dari Namikaze Naruto dan bukannya asisten dari CEO Namikaze corp.

Diam bukan berarti semuanya terkendali hanya karena dirinya berhasil melakukannya. Mengingat kejadian itu membuat Hinata selalu mengeram layaknya induk ayam yang ingin mamatok lawannya karena menyakiti anak-anaknya.

Bagaimana dirinya tidak emosi jika wanita jalang dan boss-nya itu selalu mencari kesalahannya. Bahkan sengaja membullynya secara terang-terangan di depan umum hanya karena alasan tak jelas. Sungguh tak berhati.

Ok, Hinata makhlum kalau dirinya dimarahi hanya karena salah beli kondom rasa strawberry merek yang berbeda dari yang biasa dipakai bossnya. Hinata memang akui bahwa dirinya tidak familiar dengan bungkusan berlatex itu.

Nggak salah dong jika dia sedikit ceroboh.

Hinata ingat betul berbagai jenis makian didapatinya hanya karena masalah kondom itu. Dikatai tidak becus dalam bekerja, tidaklah membuat kesabarannya menipis. Dinding pertahanannya masih kokoh membentenginya.

Namun, Puncak amarahnya adalah ketika pasangan itu dengan semena-mena menekan orang lain yang ada dibawah kekuasaannya. Hinata tertawa geli mengejek 'pasangan yang cocok dalam kejahatan' itu. Dia tidak habis pikir bahwa ada manusia tercipta tanpa nurani seperti mereka. Bahkan hari itu Hinata hampir kelepasan ingin ikut campur, jika saja dirinya tidak mempertimbangkan posisinya.

Well, memanglah betul ini bukan urusannya. Hah!! Bersama dengan pasangan 'kelainan sexual' ini membuat nuraninya menghilang entah kemana. Ini aneh tapi nyata, mereka yang berbuat tapi Hinata yang resah dan merasa bersalah.

Hinata menghela napas berat oleh karena beban fikiran secara fisik dan batin. Dia ingin protes tapi terlalu tahu dimana posisinya, kedua orang itu terus menyiksanya hingga kelelahan fisiknya dan selalu menggunakan embel-embel melaporkannya ke polisi sebagai ancaman.

Hinata yang tidak mau berurusan dengan kantor polisi mau tidak mau harus mengikuti seluruh perintahnya. Dia tidak takut, hanya saja kantor polisi adalah salah satu tempat yang harus dihindarinya.

Hari ini jalang boss-nya ingin berbelanja, jadi dirinya ditugaskan sebagai jasa pengangkut belanjaannya.

Apa wanita ini tak mengasihani Hinata? Berjalan dibelakang dengan horor menahan kesabaran yang ingin meledak. Hari ini mereka telah mengelilingi seluruh pusat perbelanjaan, bahkan mereka mengunjunginya hingga 2-3 kali.

Tentu saja itu disengaja. Memangnya ada orang yang naik-turun tangga tanpa membeli sesuatu. Si jalang itu tentu berjalan tanpa bebas karena tak punya beban.

Dan..... Oh!! Jangan tanyakan sebanyak apa belanjaan wanita merah itu. Tubuh mungil Hinata sudah tidak bisa lagi menampung belanjaan wanita gila shopping ini.

Ya Tuhan, Hinata tahu Namikaze tidak akan kehabisan uang hanya karena membuang uang miliaran perharinya. Hanya saja apa wanita ini tidak memiliki hobi lain selain berbelanja dan menghabiskan uang bossnya.

Well, bukan urusannya memang. Melihat boss-nya ada dalam keadaan krisis juga tidak buruk. Sebagai bentuk pembalasannya. Hinata terkikik membayangkan boss berkumis kucing itu terbakar oleh amarah karena masalah yang ditimbulkan jalangnya.

Sesaat manik amethyst tertutup oleh kaca silinder tebal itu bergerak fokus memerhatikan wanita yang ber-riya dengan barang-barang bermerek yang dibelinya.

Hinata menaruh simpati dengan wanita bertubuh sexy itu. Apakah ada jaminan bahwa kecantikan dan tubuhnya bertahan lama untuk merayu Naruto tetap disisinya. Hinata menggeleng habis akal memikirkannya.

Dunia ini sangatlah kejam dan keras. Nasib sehabis manis sepah dibuang marak terjadi diberbagai belahan dunia. Jika tidak lagi memiliki hal yang menarik, pada akhirnya apa yang tersisa.

Dibuang tanpa hargalah jaminannya. Sebagaimana tisu yang telah dipakai akan langsung dibuang tanpa berpikir 2 kali.

Wanita cantik berprofesi sebagai model papan atas itu menjadikan pekerjaannya hanyalah sebatas kedok saja. Kebenarannya dia adalah seorang jalang seratus persen.

Melihat Hinata yang menatapnya dalam angan yang jauh. Membuat Sara kesal. Wanita buruk rupa itu terlalu santai hari ini. Apa dirinya kurang memerintah hari ini hingga dipatungi seperti ini.

Karena hendak tidak menjawab. Sara mengeluarkan sepatu dalam tas belanjaannya lalu dilemparkannya.

Dukkh......!!

Aduh....!!!!

Hinata mengaduh dalam diam, Ketika ujung runcing heels itu mengenai dahi yang tertutup poni tebalnya. Rasa perih menghampiri dahinya, dari rasa sakitnya Hinata tahu bahwa dahinya tergores oleh runcingnya ujung heels itu.

Sialan wanita tak punya harga diri ini!!

Hinata marah dan ingin menghabisinya saat itu juga. Rasa sakit yang ditimbulkan oleh goresan heels itu hampir menghilangkan akal sehatnya.

Gigi-gigi asli dan palsunya saling bergemelatuk diadu oleh amarah dan rahang mungilnya mengetat kencang menyisahkan tulang rahang yang nampak dan raut wajahnya sangat tahu bahwa pemilik tubuhnya sedang murka dan terbakar didalam tubuhnya.

Sara yang berhasil memancing amarah Hinata, merasa menang. Tidak banyak kesempatan bisa membuat wanita buruk rupa ini terpancing amarahnya dan hari ini Sara baru saja berhasil mencetak skor. Bangga!! Tentu saja!! Apa yang lebih membanggakan dari membuat orang yang kita benci menahan emosinya sendiri. Kecongkak-kan mengisi kepuasan Sara.

Kepalan tinju berurat biru-kehijauan Hinata tak sabar ingin menyentuh rahang mulus yang dilapis bedak tebal itu.

Hinata memang tidak bisa berbohong untuk menyembunyikan emosinya. Wajahnya terlalu jelas nampak mewakili isi hatinya, tak perlu kata untuk memahami seorang Hinata. Karena semuanya terlihat jelas pada raut wajahnya.

'Hinata..... sabar..... sabar..... kau tidak ingin berurusan dengan kantor polisi, kan'

Kata-kata itu terus berulang didalam otaknya. Dia harus menahan diri walau kesabarannya tak mampu ditahannya lagi. Bagaikan granat yang telah ditarik pelatuknya. Siap meledak dalam hitungan detik.

"Dasar budak tuli!!! Sudah dibilang kesini..... masih nggak dengar juga" Sara membentaki dan melempari Hinata secara bersamaan dengan kantong-kantong belanjaan yang dipegangnya.

"Iya.... dasar jalang pemarah" gumam Hinata lirih yang hanya bisa didengarnya sendiri.

Malu!! karena dihina dan dikatai masih bisa ditanggungnya namun, diskriminasi hanya karena sebuah hal kecil yang tak perlu melemparinya dengan heels-lah yang tidak bisa diterimanya.

Ini bukanlah jaman perbudakan. Setiap individu memiliki haknya masing-masing. Sekarang adalah zaman liberal dimana orang berhak mendapatkan hak-hak perindividunya.

Namun, kali ini Dia tidak lebih dari seorang budak hidup tanpa memiliki hak apapun. Pikirnya ini zaman perbudakan kuno apa.

Hinata mengangkut kantong-kantong belanjaan yang sengaja dilemparkan kearahnya dengan sabar. Wanita indigo itu lebih memilih menunduk memendam rasa amarahnya. Beberapa kali jemari mungilnya mengelus dadanya, menyuruhnya bertahan untuk mempertahankan emosinya.

Sara tertawa sinis dari balik bibir bergincu merah tebalnya. Sungguh wanita itu menyebalkan untuk diajak bicara dan bekerja sama. Hinata tidak ingin sia-sia membuang suaranya dengan wanita bebal ini.

Hinata menghadap Sara dengan wajah datar dengan pandangan fokus kelantai keramik mall. Dia terlihat ingin sekali protes namun dibatasi oleh keadaannya sendiri.

"Bagus!! Sekarang belikan es moca latte dilantai bawah...."

Hah!!!

Hinata mendesah bersamaan dengan menurunkan kantong belanjaan yang dipungutnya. Dia harus berlari kelantai dasar pusat peristirahatan para pengunjung untuk memenuhi keinginan wanita jalang ini. Dia melihat menu mocca latte di papan menu lalu memesannya.

Sepanjang membelinya Hinata hanya bisa protes dalam diam, raut murung adalah tanda bukti protesnya. Ingin meledak namun ditahan, benar-benar seperti kentut di area publik, yang Jika dikeluarkan memalukan dan jika ditahan menyakitkan.

Hinata merasa bahwa dirinya lebih rendah dari kentut itu sendiri. Setidaknya benda berbau itu bisa keluar refleks dengan sendirinya sedangkan dirinya masih memiliki kesadaran menahan diri dan berpikir logis untuk sekedar meledakan dirinya.

Hinata kembali dengan membawa 2 gelas minuman. Satu untuk dirinya dan satu lagi untuk iblis jalang itu. Belum surut amarah Hinata pada wanita itu, dia sudah bertingkah lagi.

Memang kali ini bukan dirinya yang menjadi korbannya. Tapi pengganti dirinya itu lebih menyedihkan darinya.

"Kumohon...... nona, tolong berikan ini kepadaku" wanita baya berpakaian sederhana itu begitu berputus asa dalam berucap. Terdapat ketulusan dan harapan yang besar didalamnya.

Hinata tidak begitu paham situasinya karena dirinya barulah tiba. Namun, dari hasil analisis sementaranya, wanita baya itu menginginkan gaun merah yang dipegangi oleh Sara.

"Hey!!! Ny. Aku sudah melihatnya dan aku menyukainya" Sara mengotot ingin memilikinya. Memang wanita baya lusuh itu lebih dahulu mengambilnya namun, Sara tidak peduli. Jika dia menginginkannya maka itu harus menjadi miliknya. Tidak ada penolakan.

Kesalahannya memang karena wanita baya itu tampak tak memiliki uang dan menahan gaun itu lebih lama ditangannya, seakan mengulur-ulur waktu pmbeliannya. Sara sepertinya mengetahui situasi wanita baya itu dan memanfaatkannya agar mendapatkan gaun merah ini.

Pilihannya sudah jatuh pada gaun itu. Maka dirinya harus memilikinya, apapun halangannya.

"Kumohon nona....... saya sudah melihat pakaian ini seminggu yang lalu dan putriku menginginkan ini untuk hari ulang tahunnya" wanita baya itu tidak sedang berusaha berkeras kepala dan menantang Sara. Dia memang membutuhkan gaun ini untuk putrinya yang ada dirumah sakit. Putrinya pernah datang ke toko ini seminggu yang lalu dan menyukainya. Karena tidak memiliki uang yabg cukup pada saat itu dia mengurutkan niatnya hingga dia mengumpulkan uang yang cukup. Ini adalah bentuk kasih sayang dari seorang ibu untuk putrinya yang berusaha membahagiakannya sebelum meninggalkan dunia.

Dia menginginkan putrinya meninggal dalam bahagia di hari-hari akhirnya.

Sara tidak perduli dan malah menatapnya bengis, bahkan terlalu murka untuk sekedar bersuara. Dia mendorong wanita itu hingga terjungkir ke lantai keramik putih nan dingin itu. Sudah tertatih begitu wanita baya itu malah mengambil cara lain. Bersimpuh memohon dikaki Sara hingga para pengunjung lain bergosip merendahkan Sara sebagai wanita tanpa Nurani.

"Dasar wanita tua!!! Apa yang kau lakukan!!" Sara mengibaskan kakinya hingga separuh tubuh atas wanita itu ikut terayun dan membentur lantai keramik.

"Kumohon nona.... putriku akan berulang tahun...... aku ingin memberikan hadiah terbaik disisa hidupnya" cairan bening bercucuran dari rapuhnya penglihatan wanita baya itu. Suaranya terdengar penuh rintihan saat mengucapkan kata 'disisa hidupnya'.

Bodoh amat!! Memangnya siapa dirinya. Dunia ini memang keras. Bahkan kebanyakan orang menyamakannya dengan sistem aturan hutan rimba 'siapa cepat dia dapat'. Bukankah itu yang seharusnya terjadi. Bila tidak mampu bukankah itu artinya seharusnya wanita tua menjijikan ini berhenti berharap.

Berhentilah berangan setinggi langit, jika tidak ingin tersakiti oleh angan-mu sendiri. Sara adalah tipe wanita yang ambisius dan realistis.

Menurutnya Jaman sekarang banyak pengemis yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keinginanya dan wanita yang bersimpuh dilututnya inilah contohnya.

"Cih!! Dasar jalang tak punya Nurani" bisikan menghina satu persatu mulai sampai ke membram tympani milik Sara.

"Padahal dia bisa memilih yang lain tapi.... kalau pada dasarnya tak punya Nurani tatap saja..."

Sara kesal dikata-katai hanya karena wanita rendah menjijikan seperti dihadapannya. "Puas kamu mempermalukanku!!"

Bentakan demi bentakan terus melengking dari bibir bergincu merah menyala Sara. Hal ini mengundang keramaian, tidak perlu sebuah granat untuk mengundang keramaian, hanya perlu suara Sara hal itu sudah cukup memborbardir seluruh pengunjung mall.

Hinata meremas es mocca latte yang ada ditangannya. Ternyata menjadi penonton untuk drama nyata tidaklah semudah yang biasa ditontonnya melalui layar kaca. Getaran-getaran listrik terus menyetrum hatinya untuk bergerak membalas perlakuan tidak adil itu.

"Braasshhh.......!!!"

Hinata melemparkan minuman yang dibelinya ke hadapan Sara hingga Suara tabrakan gelas es mocca latte dan tubuh Sara terdengar jelas ditelinga dan mata para penonton setia. Tawa kencang dan keras menghampiri Sara. Rasa malu tentu didapatinya, dipermalukan oleh babu sendiri itu sangatlah merendahkan harga dirinya sebagai master.

"Dasar!!! Budak tidak tahu diuntung......!!! Beraninya kamu!!" Sara melayangkan tangannya keudara, niatnya menampar. Namun, Hinata menangkis tangan itu dengan mudahnya.

Sara salah mengira jika berpikir bahwa Hinata sama lemahnya dengan penampilannya. Tidak, dia adalah peraih sabuk tertinggi dalam beberapa ilmu beladiri.

Hinata dengan entengnya menghempaskan tangan Sara hingga wanita itu terjerembab diatas lantai keramik mall. Orang-orang yang mengenal Sara mensyukuri dan mengabadikan penghinaan hari ini dengan merekamnya. Mereka tidak bisa menyentuh Sara karena wanita itu memiliki Namikaze dibelakangnya untuk melindunginya.

Mereka tidak ingin menghancurkan diri mereka sendiri karena berurusan dengan Naruto Namikaze, hal itu sama saja dengan bunuh diri.

Banyak dari mereka mengakui bahwa Hinata sangatlah bernyali melawan jalang kesayangan dari Namikaze Naruto. Cih!! Jadi jalang dari pria kaya saja sudah bertingkah seakan dirinya yang memiliki dunia. Belum juga menjadi istri sahnya, bila terjadi pasti konflik ramai menghampirinya.

Sara bangkit kembali ingin menampar Hinata, namun sekeras apapun dia mencoba menyerang wanita berpenampilan buruk rupa itu. Dirinya selalu berhasil dicegahnya dan berakhir Saralah yang tertampar.

"Plak!!!"

"Dengarkan aku nona Sara, jangan menggunakan rasa bersalahku untuk mengekangku. Aku diam bukan berarti lemah" Hinata membeberkan uneg-eneg yang ada dalam hatinya. Dirinya selama ini menurut oleh karena perasaan bersalah karena telah menghantam orang yang tidak langsung bersalah.

Namun, itu sekarang hanyalah masa lalu. Dirinya sudah tidak lagi peduli jika perkara diantara mereka dibawa ke ranah hukum.

"Sadarlah budak!! Kau bekerja untuk Namikaze group. Kau akan diblacklist diseluruh perusahaan jika berani melawan"

Hinata ikut terpancing saat Sara menekankan kekuasaan dari Namikaze untuk mengatur hidupnya. Cih!! Yang memiliki hidup adalah dirinya, kenapa dibatasi oleh mereka yang memiliki kekuasaan. Hinata tidak terima ucapan Sara.

"Hahahha.......!!!! Coba saja aku ingin tahu seberapa besar kekuasaan seorang jalang dari Namukaze Naruto"

Tanpa sadar kata-kata Sara menghanguskan kesadaran Hinata dan menghajar Sara tanpa ampun. Wanita itu bahkan memiliki wajah merah kebiruan yang mulai membengkak oleh kebrutalan dari Hinata.

Sara menjunjung harga dirinya terlalu tinggi untuk mengaku kalah. Kalah sama saja mati baginya. Seorang budak tidaklah pantas memperlakukan masternya dengan tidak hormat. Dia tidak ingin kalah dan terus-terusan bangkit untuk membalas walau pada akhirnya dirinyalah yang terpukul nantinya.

Hingga disaat-saat terakhir Sara melihat kemunculan Naruto dibalik kerumunan. Dirinya terpikir untuk membuat Naruto sendiri yang menghabisi Hinata.

"Tidak!!! Hinata aku mohon jangan pukul aku lagi. Aku tahu aku salah. Aku minta maaf" Naruto yang kala itu datang muncul menabrak kerumunan dan menahan pukulan Hinata.

"Ahhh....!!! Gigolo....nya datang juga"

Hinata tertawa sinis seketika tinjunya ditangkis. Dia baru sadar bahwa ternyata keanehan omongan Sara tadi itu untuk membuat dirinya terlihat buruk dimata bossnya. Well, apakah si jalang itu berpikir bahwa kebrutalannya akan berhenti hanya karena pria kuning berkumis kucing itu menangkisnya. Jika itu yang ada dalam kepala Sara, maka dirinya telah salah mengira.

'Gigolo..?'

Tatapan sengit dilayangkan oleh Naruto, pria itu tidak terima kata gigolo. Hinata membalasnya tidak kalah sengitnya. Hinata sudah tidak peduli jika masalh ini diperpanjang, karena semenjak melayangkan tangannya ketubuh si jalang itu, dirinya sudah tahu bahwa tidak ada lagi langkah mundur. Maka bertahan dan tetap melawan adalah satu-satunya yang diperjuangkannya saat ini.

'Berani sekali wanita ini' Naruto memaklumi keberanian Hinata padanya tapi kali ini makin meningkat.

Naruto sedikit terkejut bahwa wanita ini sama sekali tidak takut padanya. Determinasinya terbuang sia-sia, wanita jelek ini benar-benar menarik. Tidak takut terhadap konsekuensi yang akan dihadapinya jika melawannya. Jika orang lain pasti sudah bersimpuh dibawah kakinya untuk memohon maaf, tapi lihatlah itik buruk rupa ini malah berlaku sebaliknya, menantangnya. Ini adalah kali kedua dirinya disoroti dengan tajamnya oleh wanita yang sama.

"Semakin menarik saja..."

Naruto tanpa sadar menyunggingkan bibirnya membentuk senyuman, sebab mungkin dirinya merasa tertantang dengan wanita ini. Entahlah tapi jujur saja, bibirnya refleks bergerak.

Naruto menatap Hinata tanpa mau melepas tangan Hinata yang tadi ditangkisnya. Berkali-kaki tangan itu resah ingin terlepas namun Naruto semakin mengencangkan cengkramannya.

"Lepaskan tangan-ku tuan kumis kucing yang terhormat" Naruto membulat dengan tajamnya, atau lebih tepatnya dirinya syok dikata-katai. Baru kali ini ada seseorang yang menyinggung tentang tanda lahirnya.

Hinata mencueki raut Naruto yang syok akan pernyataannya. Raut Wajah pria itu berkata tidak terima akan hinaan Hinata. Walau bagaimanapun juga dia adalah pria pebisnis bertampang keren tahun ini menurut majalah bisnis no. 1 di dunia.

Ho!! Ho!! Pentingkah bagi Hinata mendengar info itu. Dia memiliki standar sendiri untuk mengakui ketampanan seseorang.

"Kau berani menghinaku!?" Nada dingin Naruto mampu membekukan sekitarnya hingga tak ada suara yang berani menginterupsinya.

Budakkah pria ini. Tidakkah jelas perkataan Hinata tadi. Tapi, mungkin akan mengasikan jika bermain-main dengan pria mesum ini sementara.

"Well, tuan tadi aku mangatakan bahwa anda adalah tuan kumis kucing yang terhormat. Bukankah aku menghormati-mu" Hinata menampakkan wajah sok polos nan begonya layaknya bayi mungil yang berekspresi, bahkan dirinya mengedip-mengedipkan matanya untuk memperjelas acting sok polosnya.

Tawa dan bisik-bisik mulai ramai dari bibir ke bibir. Hal itu makin meningkatkan tensi kesuraman dan kejengkelan Naruto terhadap Asisten pribadinya.

Urat-urat dipelipis Naruto mulai nampak dalam wajah bengis nan tenangnya. Hinata bisa melihat bahwa perubahan wajah bossnya itu ingin membakarnya saat ini juga.

"Hah!!! Boss kok marah sih!?, aku kan mengatai boss terhormat dan memang berkumis kucing kan" Hinata dengan berani menoel-noel rahang kokoh jantan bergaris milik Naruto.

Hinata ingin sekali tertawa saat melihat ada urat ganas yang timbul dikedua pelipis bossnya yang menahan amarah yang tercekat ingin meledak itu. Raut suram sangat mendominasi sekitar aura bossnya.

Hahaha...!!!! Mirip kucing yang tidak berdaya dihadapan singa. Bahkan sang raja rimba telah bertekuk lutut dihadapan si itik buruk rupa.

Cukup sudah ada yang berani menghina dirinya didepan umum seperti ini. "Beraninya kau menghina ketampananku😡. Sementara wajah-mu tidak lebih buruk dariku"

Naruto mencengkram kedua pipi Hinata dengan sangat kerasnya, hingga sang pemilik merintih.

Tentu saja menyakitkan sebab gigi tonggos palsunya terlalu besar dan menghimpit ruang yang ada dalam mulutnya terlebih lagi dicengkram oleh Naruto.

'Sial!! Gigi palsuku akan copot jika pria ini terus menggencet pipi-ku' inner Hinata mulai berpikir untuk melepaskan diri.

Hinata tiba-tuba mendapat ide mesum diotaknya dan menendang Naruto dibagian kejantanannya. Terserah apa konsekuensinya, sebab peryamarannya juga terancam terbongkar disini.

"Bukkhh...!!!!"

Bunyi tendangan barusan adalah bukti kalau tendangan sang juara beladiri ini sangat keras.

"Okh...!!!!😱"

Naruto diam selama sepuluh detik dengan wajah memerah dan diselubungi oleh keringat dingin.

Lama-kelamaan cengkraman dipipi Hinata semakin mengendor. Naruto tak mampu mengarahkan barang sedikit tenaganya sebab sedikit pergerakan saja membuat juniornya ngilu kesakitan.

"Heh!! Tuan kumis kucing wajah-ku memang jelek tapi setidaknya aku tidak punya penyakit kelamin seperti-mu" dengus Hinata tajam sembari ikut meringis akan kesakitan Naruto yang tadi Hinata tendang.

Pemandangan sekitar berubah gersang dan kering. Suasana ini bukanlah pertanda baik bagi Hinata jika terus berada disekitar bossnya. Dia sangat tahu seperti apa rasa sakitnya, karena sesungguhnya dirinya juga merasa ngilu saat menedang junior bossnya.

"Boss mendingan setelah ini kerumah sakit dulu..... deh....!! nona Sara tolong antarkan boss yahh....!!!"

Saran Hinata sekaligus memerintah Sara. Dia sangat tahu betapa kerasnya tendangannya.

What the hell!!! Apa baru saja Naruto dan Sara mendengar si itik buruk rupa itu memerintah keduanya.

"Apa kau tadi memerintahku!!?" Naruto kesal hingga menaikkan volume pita suaranya disela menahan sakitnya. Pria ini jarang mengeluarkan suara setinggi itu. Bahkan kehilangan jutaan dollar saja tidak mampu membuatnya bernada setinggi itu, namun wanita sial ini baru saja berhasil melakukannya.

Sara menggigil ketakutan saat mendengar nada tinggi Naruto. Ini kali pertamanya menjadi saksi mendengar Naruto semurka ini.

'Tapi.... ini bagus..... si itik buruk rupa ini tidak akan lolos dari cengkraman Naruto' inner licik Sara tertawa nista mendapati dirinya diuntungkan dalam situasi ini secara tidak langsung.

BERSAMBUNG.........

Aku malas ngerevisi untuk ngecek koherensinya jadi kalau agak nggak nyambung maapin.. deh..!!! 😆😆😆😆😆😆😆😆

I hope you're gonna like it....

Please voment yah....

Continue Reading

You'll Also Like

196K 9.6K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
67K 6K 48
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
79.7K 7.7K 21
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
38.7K 5K 43
[DISCLAIMER!! FULL FIKSI DAN BERISI TENTANG IMAJINASI AUTHOR. SEBAGIAN SCENE DIAMBIL DARI STREAM ANGGOTA TNF] "apapun yang kita hadapi, ayo terus ber...