l'M A STRONG WOMAN

By LindaWati497

39.7K 2.5K 317

Bagaimana perasaanmu saat sebulan sebelum hari pernikahan-mu tiba kamu memergoki calon suami-mu sedang bercum... More

Prolog
Terumi Hinata
Revenge
Apologize or Jail
My Boss Act so Different
Let's Discuss.....!!!
Race Car

Meeting

4.3K 307 70
By LindaWati497

Selepas landasnya pesawat pribadi berlabel Nami-Uzu di landasan properti pribadi milik Nami-Uzu itu, Tangga pesawatnya langsung terbuka hingga menyentuh tanah dan diikuti oleh langkah sepatu pantofel hitam mengkilat dan beberapa langkah kaki orang lain-nya.

Silk jas hitam pemuda yang melangkah lebih dulu dengan penampilan mencolok itu meraih atensi beberapa orang yang telah menunggu untuk menjemputnya.

Senyum mendongkol terpampang disetiap wajah penjemput itu, mereka terkesan seperti jongos dari orang yang mereka jemput. Mereka lelah menunggu kedatangan sahabatnya.

Salah satu penjemput mobil Ferarri merah dengan plat nama US itu menyalakan mesinnya dan mendekati pria yang telah mereka tunggu.

"Hei!, Dobe sudah lama tidak melihat kumis bergaris-mu" terdengar seperti ejekan. Namun itu cara mereka untuk saling menyapa satu sama lain. Seburuk apapun mereka saling mengatai satu sama lain, mereka tidak ada yang makan hati ataupun tersinggung. Kata Itu memang terdengar sindiran tapi bagi mereka itu merupakan sebuah kebiasaan untuk menunjukan betapa rindunya pada sahabat lama.

"Teme, kau sudah menikah dan kudengar istrimu itu sangat cantik" canda datar terkesan menyinggung itu mendapatkan tatapan tajam dari onyx pria bersurai raven itu. Baginya membicarakan hal pribadi adalah hal yang tabu, apalagi menyangkut istri buruk rupanya. Sungguh, Dia malu mengakuinya.

Sasuke tidak akan segan mengatai istrinya adalah kecacatan dalam hidup sempurnanya. Ok, satu point untuk sahabat kuning cepaknya karena berhasil mengais rasa jengkelnya. "Kau boleh menidurinya jika kau mau" ucap datar Sasuke. Yang direspon suram serta raut wajah terhina ketika Sasuke menawarkan istrinya yang bahkan lebih buruk rupanya dibandingkan jalang terendah sekalipun.

Sasuke dan 2 sahabat lainnya memang telah menikah 5 tahun lalu dan memiliki keturunan dari para wanita cacat itu. Yah, bukan hanya Sasuke yang merasa hidupnya cacat melainkan juga kedua sahabat lainnya yang telah menikah.

Dari hasil pernikahan itu mereka telah memiliki keturunan dari para wanita itu. Bagi kedua pria yang telah menikah itu memiliki keturunan dari para istrinya yang cacat itu adalah kesalahan terbesar dalam hidup mereka. Kecuali, sahabat pirang berkumis mereka yang masih setia menjomblo.

Jangan pernah beranggapan bahwa ketiganya meniduri istrinya untuk menghasilkan keturunan. Tidak!! Melakukannya sama saja merendahkan diri mereka sendiri.

Anak itu didapatkan dari hasil inseminasi dan sialnya para wanita itu memiliki rahim yang subur hingga menghasilkan anak dalam sekali suntikan.

Ketiga pria tampan yang telah menikah itu tidak ingin membahas singgungan itu, karena jika Sasuke kena maka mereka juga kena. Mereka lebih menjauhi topik yang meninggikan darahnya dan Memasang wajah datar lebih tepat untuk mengakhiri percakapan ini.

Kedua sahabat si pirang yang lain ikut menghampiri. "Naruto, kau membawa ekor bersama-mu" Sai menatap nakal seorang wanita bersurai merah yang melekat seperti lintah dilengan sahabat pirangnya.

Pria yang disapa itu hanya menyengir, mengiyakan. Wanita yang menempel padanya ini adalah satu-satunya wanita terlama yang menghangatkan ranjang Naruto tiap malamnya. Walau hubungan mereka hanyalah sebatas partner in sexs, namun selama hubungan mereka tidak serius itu akan aman terkendali. Lagipula dia tidak mau bernasib sama dengan ketiga sahabatnya. Punya wajah rupawan namun, dapat istri tak laku dipandang dan memalukan untuk dipublikasikan.

.
.
.

Sementara itu di Bar Hinata ingin sekali pulang dan menemani putra dan adiknya. Namun, Boss besar tidak memperbolehkan mereka pulang meski tugasnya telah terpenuhi. Selama tamu utama-nya belum mengangkat kaki maka nasib mereka tertahan dikaki para tamu itu.

Hinata dan teman serekan kerjanya berkumpul disatu ruang untuk menunggu panggilan room service.

Tidak lama kemudian sang manager masuk dan memerintahkan mereka untuk berjejer di ruang pintu ruang vvip.

Dari jarak 10 meter rentetan dan gesekan suara sepatu pantofel semakin terdengar ditelinga para pekerja. Sosok dari pemilik suara sepatu pantofel itu semakin nampak.

Mereka terlihat lebih muda dari dugaan para pekerja. Awalnya mereka pikir tamu vvip boss mereka adalah seorang pria hidung belang yang meminta dihibur secara khusus hingga melibatkan sang manager yang turun tangan secara langsung.

Keempat pria dengan keunikan masing-masing itu memiliki daya pikat kuat terhadap kaum hawa hingga banyak pengunjung yang tak sengaja menoleh malah berubah bernafsu. Bahkan mereka mengkode para pria itu dengan nakal sembari memberikan kiss bye, ada juga yang mengangkat pahanya hanya untuk menampilkan kemulusannya dan siap mengangkang untuk salah seorang dari mereka dan yang lebih parah adalah wanita yang menyibak langsung gaunnya hingga menampilkan tubuh bawahnya.

Hinata meringis dibalik kecamata bulat tebalnya. Dia jijik dengan situasi ini, terlebih para pria itu meresponnya dengan seringgaian nafsu yang menguap-nguap diudara padahal disamping mereka telah menggandeng seorang wanita cantik.

"Selamat datang tuan" sapa para pelayan serentak sembari menunduk, yang dipimpin oleh sang manager demi menyambut kedatangan orang yang paling berpengaruh dalam dunia bisnis serta politik itu.

Tak ada jawaban atau respon mimik dari keempat pria dewasa nan sombong itu. Mereka langsung masuk kedalam ruang vvip setelah pintunya dibuka oleh sang manager.

Mereka berempat duduk di soffa elegan yang tersedia untuk ruang vvip itu. "Sai.... kau suka wanita tadi" Naruto membuka suara.

Hanya cengiran yang mampu dilontarkan oleh Sai. Hal itu berhasil membuat wanita malamnya merajuk kesal hingga menarik dasi milik Sai dan membrutali bibir Sai dengan miliknya.

Ketiga pria yang menyaksikan Sai diperkosa bibirnya oleh jalangnya hanya tertawa ngakak.

Sai membalas wanita itu hingga jalangnya tersengal-sengal tak mampu bernapas dan ketika kedua tautan lumatan bibir itu terlepas, wanita itu lemas dan ambruk diatas tubuh Sai.

Ketiga temannya hanya menggeleng dengan senyum cemoh. "Sai carilah kamar" suruh Sasuke kepada Sai yang tak bisa menahan nafsunya.

Pria dengan surai hitam klimis itu malah mencueki sahabatnya toh bukan cuma dia yang bernafsu sebejat itu diruangan ini.

Sasuke jengah dengan kelakuan cuek Sai yang tak tahu tempat itu. Dia mengalihkan pandangannya pada sahabat kuningnya. "Dobe katakan apa yang membawa-mu kembali"

Naruto membeliakan sapphirenya kearah Sasuke sejenak lalu beralih mengambil gelas yang terisi cairan bening kemudian diteguknya dalam sekali icip.

Tak ada rasa sensitif ditenggorokannya seperti peminum pemula karena faktor kebiasaan mengonsumsi minuman itu.

"Aku tidak mampu menyingkirkan bayangan wanita itu dikepalaku"

Shikamaru tertawa hambar menanggapi seorang playboy tak berurat malu itu jatuh cinta. "Bahkan dengan kekuasaan-mu kau tidak bisa menemukannya..."

Wajah Naruto tersemat raut muram meresponnya. Tak memerlukan kata untuk menjawabnya dari ekspresi itu Shikamaru sudah tahu jawabannya.

Pria dengan rambut unik mirip nenas itu begitu jelas melihat rahang sahabatnya mengeras. Siratan sapphirenya mengandung kekecewaan didalamnya. "Sudahlah Naruto.... masih banyak wanita di dunia ini"

Naruto miris mendengarnya. Pernyataan dari sahabat pucatnya itu memang 100 persen benar, hanya saja hatinya terasa hambar bahkan setelah melakukan pelampiasan pada wanita lain. Sebanyak apapun dia membolongi selangkaan wanita, itu semua hanyalah berasa embun sesaat yang menguar diudara tanpa bekas karena Naruto merasakan itu hanya sebagai rasa sesaat yang kemudian membuatnya semakin menginginkan wanita yang dulu pernah ditidurinya 6 tahun yang lalu.

.
.
.

Hinata merasa tugasnya sebagai service room telah selesai dan waktunya untuk pulang. Dia memang pekerja pengecualian yang tak perlu memenuhi standar waktu kerja di bar hingga tengah malam. Dia hanya perlu menyelesaikan kewajibannya dan selebihnya bisa pulang setelah kewajibannya terpenuhi.

"Hinata-san tunggu sebentar!!" Salah satu pelayan vvip room yang mengantar minuman mencegatnya. "Iya, ada apa Iori-san" Hinata memberikan tatapan menyelidik kepada wanita itu karena terlihat tak sehat dengan keringat yang bercucuran diseluruh wajahnya.

"Bisakah kau mengantarkan ini diruangan vvip room 107" Hinata mengkerutkan dahinya bukan karena tugas yang diserahkan Iori padanya melainkan wajah pucat pasi Iori yang terlihat memprihatinkan.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Hinata dengan raut khawatirnya. "Aku tidak apa-apa, bisakah kau menggantikan pekerjaan-ku sejenak" suara wanita terdengar lirih dan merintih dipendengaran Hinata. Nuraninya tergerak lalu mengangguk setuju untuk menggantikan posisi Iori.

Jadilah nampan yang dipegang Iori diambil Hinata lalu mengantarnya keruang vvip 107.

.
.
.

Tawa garing yang membahana diruang 107 itu terhenti oleh suara ketukan pintu dari luar.

Hinata kemudian masuk dengan membawa nampan yang diatasnya terdapat botol-botol sampanye bermerek. "Saya membawa pesanan anda tuan" Hinata melangkah maju dengan wajah datarnya. Jujur saja, dia terpaksa berada satu ruangan dengan bedebah brengsek seperti para pria itu. Mata amethyst gemilangnya sedikit melebar ketika menangkap pemandangan yang miris itu, memang ini bukan yang pertama kali terjadi, namun ini kali adalah pertama Hinata melihatnya secara langsung karena tragedi Iori yang tiba-tiba Sakit.

Hinata memiliki pengalaman buruk dengan pria yang pernah mengkhianatinya dan itu membuatnya teringat lalu merasa jijik dan muak ketika mendapati pasangan yang belum menikah melakukan hal tak senonoh. Yah!! Hinata tahu ini bukan urusannya hanya saja tidak ada yang bisa menghentikan pemikirannya untuk menganggap para pria itu sama brengseknya dengan mantan calon suaminya.

Hinata miris mengingatnya. Mereka ada di level yang sama brengseknya.

Bibir mungil Hinata meringis ngeri sesaat mengintip pakaian pria-pria itu yang berantakan dan lusuh akibat permainan dewasa nan panasnya.

"Menjijikan..." lirih Hinata disela langkahnya mendekati meja.

Namun, Naruto yang tak jauh dari posisi berdiri wanita itu mendengarnya. Dia tersinggung. Tentunya, karena dia termasuk penghuni ruangan ini.

"Ulangi lagi!" Titah Naruto sembari berunjuk marah. Dia bahkan menaikan volume suaranya.

Hinata menoleh sesaat lalu memilih mengabaikan kicauan pria pirang berkumis kucing itu. Dia sibuk menaruh botol-botol sampanye itu diatas meja kaca, hanya suara decitan kaca botol brendi dan kaca meja itu sajalah yang terdengar.

Naruto makin menajamkan matanya pada wanita yang menganggapnya astral itu. "Hei... Cacat!!! Aku bicara pada-mu"

Kalimat tajam nan kasar itu menyulut emosi Hinata lalu diambilnya kertas yang tersedia diatas nampan yang berfungsi sebagai kertas note pesanan pelanggan. Di ambilnya pena yang dikait disakunya dan kemudian menarikan tangannya diatas buku catatan pesanan pelanggan itu untuk membentukan tulisan yang membentuk kalimat.

"Maaf tuan... aku cacat jadi tidak bisa menjawab-mu" sapphire biru itu menajam lebar. Bohong jika wanita itu tidak mendengarnya, sebab wajah puas yang merendahkannya terlihat jelas diwajah buruk rupa wanita itu setelah menampilkan tulisannya.

Tidak!! Itu bukan raut puas tapi raut cemohan untuknya.

Ketiga temannya lebih memilih duduk manis dan menyaksikan arah alur cerita yang dibintangi oleh sahabat kuning mereka. Sesekali senyuman terhibur mereka kembangkan akibat merespon adegan peradegannya.

Hinata menatap nyalang keempat pria itu lalu beranjak pergi mengabaikan amarah si kuning mesum. Amarah Naruto menguap diubun-ubunnya karena diabaikan, harga dirinya juga ternoda sebab belum pernah ada yang mencueki dirinya selama hidupnya.

Pria kuning itu menghentikan Hinata dengan menariknya namun, naasnya bukan gapaian tangannya yang sampai melainkan rok hitam selutut wanita itu yang ditangkapnya.

"Sssrreekkk.......!!!!"

Seruan bunyi sobekan panjang dan lama terdengar dari robeknya rok Hinata. Celana ketat hitam wanita itu nyaris nampak dimata Para hidung belang itu.

Sai, Sasuke dan Shikamaru tertawa lepas memyaksikan adegan itu, bagi mereka itu adalah cerita terkocak yang dibuat Naruto sepanjang memperlakukan wanita.

Tawa para pria itu meleburkan kesabaran Hinata keudara. Tangan mungilnya mengepal kuat dan wajahnya memerah padam oleh murka api neraka.

Talang yang dipegangnya diremat sekuat mungkin demi menyalurkan rasa malu akan penghinaan ini. Hinata menggenggam baki itu diatas pangkalnya dan menatap dingin pria yang telah mempermalukannya. Langkahnya kian mendekati pria itu.

"Tttrrrannnggggg......!!!!!!"

Bunyi benturan baki itu berdengung panjang. Ketiga pria yang tadinya tertawa kini terdiam dan terkejut sembari melongo tak percaya.

"Nnnggggiiinnnnnggg....!!!!" Beberapa detik kedepan Naruto tak bisa mendengar apapun akibat pengaruh dari hantaman kepalanya. Telinganya sensitif dan menolak mendengar suara apapun. Bahkan kepalanya pusing seperti mengkonsumsi obatan terlarang.

"Sampah menjijikan seperti kalian tak pantas hidup di dunia ini" emosi Hinata, lalu mengambil salah satu jas dari pria itu untuk menutupi bokongnya yang nyaris terlihat.

"Brakkkk.....!!!"

Hinata membanting pintu ruang vvip 107 sebelum benar-benar beranjak dari sana sebagai amarah penutup.

Sementara itu para sahabat dari Naruto segera mendekatinya dan menanyakan keadaan sahabatnya yang mengalami tragedi, minus para wanita yang teller karena mabuk.

"Naruto apa kau bisa mendengar-ku" Shikamaru menepuk-nepuk rahang pipi Naruto. Pria sutan itu masih belum dihampiri kesadarannya.

"Gawat...!!! Kita bawa dia kerumah sakit dan Sai kau disini untuk mengurus sisanya" Sasuke memerintah Sai lalu memapah Naruto untuk dibawanya kerumah sakit.
.
.
.

"Dokter bagaimana keadaannya?" Sasuke dan Shikamaru menghampiri dokter yang baru keluar dari ruang pemeriksaan.

"Dia mengalami syok berat akibat hantaman keras dikepala pasien, selebihnya tidak ada yang  perlu dikhawatirkan "

Setelah mendengar penjelasan Dokter specialist THT itu Sasuke dan Shikamaru beradu lega. Kedua bahu pria kekar itu mengendur melepaskan ketegangan dari rasa khawatirnya.

Tidak jauh dari tempat kedua pria bersurai gelap itu berdiri, terdengar suara dentuman sepatu pentofel dengan marmer putih lantai rumah sakit, dari bunyi langkahnya terdengar tergesa.

Suara langkah kaki itu ternyata milik Sai yang langsung berlari memburu kerumah sakit untuk memastikan keadaan sahabatnya. "Hosh....hah...! Dimana Naruto. Apa dia baik-baik saja?" Sai berucap lancar dan cepat dalam sekali hembusan napas.

"Dia baik-baik saja, hanya mengalami syok akibat hantaman keras dikepalanya". Sai langsung menghembuskan napas lega disela napas tersengalnya setelah mendengar ucapan Shikamaru.

"Lalu, informasi apa yang kau dapat tentang wanita itu" Shikamaru to the point bertanya kepada Sai perihal wanita buruk rupa yang tak sengaja dilecehkan oleh sahabatnya.

"Dia hanya pekerja lepas disana. Namanya Terumi Hinata dan selebihnya tidak ada lagi" Sai kesal ketika dia mendongak dan mendapati raut masam Sasuke dan Shikamaru dihadapannya.

"Bagaimana dengan alamatnya?" Ucap datar Sasuke. Kalimat itu Terkesan menyindir ketidak mampuan Sai dalam mencari informasi.

"Aku sudah memeriksanya dan itu palsu" Shikamaru mendelikan mata sipitnya. Bagaimana mungkin wanita itu mencantumkan alamat palsu pada profile pekerjaan-nya.

"Wanita itu sepertinya bukan wanita sembarangan" cetus Sasuke ketika menganalisa ucapan Sai. "Kau benar atribut nerd-nya terkesan untuk penyamaran" Shikamaru menimpali pernyataan Sasuke.

Sai tersenyum palsu menanggapi kedua sahabatnya. "Sepertinya Naruto harus bersiaga karena musuh barunya terlihat pro"

.
.
.

Hinata masih belum melupakan fakta bahwa dia dilecehkan oleh pria berkumis kucing itu. Bantal Guling yang dipeluknya pelan tadi berubah menjadi lilitan kencang bak ular piton yang ingin melumpuhkan mangsanya.

"Jika ketemu pria itu lagi akan ku bunuh dia" geramnya sembari meremat-remat ujung bantalnya dengan kasar.

.
.

Seminggu telah berlalu dan Hinata mendapatkan panggilan ke kantor Namikaze corp. Senyum sumringah menghiasi wajah cantik alaminya tanpa polesan make up. Perusahaan semalam menghubunginya dan dia diterima kerja disana sebagai assistent dari CEO-nya.

"Akhirnya.... penantianku tiba juga" lirihnya penuh syukur.

Hinata bersiap-siap dan memeriksa keperluannya untuk pekerjaannga. Dia berjalan mendekati adik dan putranya lalu mencium pipinya.

"Mei.... bisakah kau mengantar Boruto kesekolahnya hari ini?" Ucapnya sembari meraih roti tawar yang dilpisi oleh keju.

Mei mengacungkan jempolnya sembari menampakan cengiran lebarnya sebagai tanda setuju mengganti kata, mulutnya terlalu sibuk dengan makanan yang dikunyahnya, meniadakan ruang kosong untuk bercakap. Hinata sampai menggeleng dengan kelakuan tak feminin adiknya itu.

"Ya sudah.... kalau begitu aku berangkat duluan. Ingat kalian berdua berhati-hatilah dijalan dan jaga diri kalian baik-baik" Ucap Hinata sembari mengangkat tas jinjing Hitam kulit buayanya. Lalu memberi kecupan diubun-ubun kedua orang tersayangnya lalu pergi.

"Hai.... Nee-san/mom. Jaga dirimu baik-baik" balas keduanya lalu lanjut mengunyah rotinya masing-masing.

.
.
Setibanya di kantor Hinata diarahkan langsung oleh sekretaris pribadi CEO Namikaze corp. Hatake Kakashi keruangan CEO-nya.

Kakashi mengetuk pintu ruang CEO dari luar dan kemudian menyentuh ganggangnya lalu didorongnya. Dia masuk kedalam diikuti oleh langkah pelan kaki mungil Hinata.

"Namikaze-sama, saya telah membawa asisten baru anda" Kakashi merasa tugasnya disini telah selesai dan dia beranjak keluar dari ruangam CEO-nya.

"Kalau begitu saya permisi" ucapnya lalu memnghilang dibalik pintu raksasa ruangan CEO.

Waktu perdetiknya membuat dentuman jantung Hinata tak berhenti terlonjak-lonjak. Udara diruangan itu menjadi pengap seketika. Entahlah tapi tanda-tanda seperti ini bukan pertanda baik bagi Hinata.

"Namikaze-sama, saya adalah asisten baru anda disini" Hinata menghilangkan kegugupannya demi meluruskan ucapannya.

Secara perlahan kursi Hitam raksasa yang menelan tubuh CEO-nya itu bergerak memutar menghadapnya. Betapa terkejutnya Hinata saat menyaksikan fenomena kesialan dihadapannya itu. Dia bertemu dengan pria yang melecehkannya seminggu lalu dan pria hidung belang itu ternyata adalah bossnya dikantor.

Rasa marah karena tak terima bahwa pria hidung belang itu adalah bossnya membuat bibir peachnya agak merucut. Dia ingin meluapkannya namun apalah daya niatnya tak sampai.

Sementara sang boss menatap nanar wanita yang telah membuatnya dirawat dirumah sakit. Awalnya setelah dirinya sadar, hal pertama yang ingin dilakukannya adalah memberi pelajaran wanita itu namun para sahabatnya memberinya info yang mengejutkan bahwa wanita itu tak terdeteksi.

Namun, Naruto tidak berhenti menyelidikinya hanya karena tak terdeteksi. Lalu, beberapa hari kemudian setelah hasinya benar-benar mecuakan kesia-siaan, dia berputus asa dengan emosi yang melup tertahan didalam dadanya. Kemudian, Kakashi datang dan menyuruhnya memeriksa data pegawai baru yang mereka rekrut dan betapa terkejutnya ia kala mendapati wanita yang telah mempermalukannya diterima menjabat sebagai asisten-nya.

Senyum iblis terpahat penuh makna siratan untuk memuaskan apa yang tertahan dibalik senyumnya itu.

"Selamat datang nona Terumi di Namikaze corp."

'Licik sekali wanita ini, dia ingin mengejar-ku dengan cara yang tidak biasa' Bagi Naruto kelakuan misterius Hinata itu adalah cara menarik perhatiannya. Dia terbiasa dikelilingi oleh para wanita dengan berbeda plot untuk mendapatkan atensinya dan wanita dihadapannya itu terbilang memiliki cara yang unik.

Entah datang dari mana pemikiran Naruto itu tapi itulah yang menurutnya cocok dengan situasinya sekarang.

Hinata terlanjur tidak suka dengan orang yang melecehkannya itu. Apapun keputusannya saat ini dia tidak akan menyesalinya nanti, dibandingkan bertemu terus dengan orang yang membuat-mu muak.

"Maafkan aku tuan..." Hinata memohon maaf pada bossnya dan bagi Naruto itu adalah tanda kemenangan karena wanita itu sudah pasti akan tunduk dibawah kekuasaannya.

"Ini akan menjadi salam pertemuan dan perpisahan diantara kita karena aku memilih untuk mengundurkan diri" ucap Hinata tenang dan terkontrol.

Tentu Saja Naruto marah dan tidak terima mendapati adegan diluar perkiraannya ini. Dia tidak pernah menyangka bahwa gadis itu akan segera mengundurkan dirinya. Wanita normal biasanya akan segera bersujud dikakinya memohon maaf agar tak dipecatnya, namun wanita buruk rupa yang sok jual mahal dimata Naruto itu malah tak terprediksi.

Sarat dingin dari sapphire biru itu semakin berkilat. Dia bahkan belum memulainya dan wanita ini bermaksud mengakhiri semuanya. Hey!! Dia belum menyentuhkan jemari atau mulutnya untuk menghukum wanita itu.

"Kamu pikir bisa keluar-masuk kantor Namikaze seenak-mu" geram Naruto. Dia merasa keputusan Hinata malah merendahkan standar perusahaannya.

"Kau sudah menandatangani kontrak-mu dan kau tidak bisa keluar dari sini sebelum masa kontrak-mu habis"

Hinata mengatupkan bibirnya, ketika dia mengingat baru saja menandatangani kontrak kerjanya. Dia merutuk keputusannya yang berujung pendek.

Hinata menatap benci Naruto dari balik kecamata tebalnya. Karena, Walau kejadian ini terlihat alami tanpa plot dari siapapun, namun dia merasa tertipu dan terjebak dalam situasi yang dibuat oleh pria ini dan Dia yakin akan hal itu.

"Maafkan aku Namukaze-sama" tuturnya dongkol tak terima.

Naruto tersenyum bagai diatas awan karena merasa berhasil telah menjinakan induk singa dan merasa sudah waktunya untuk membalas perlakuan memalukan yang wanita itu torehkan pada harga dirinya.

"Sekarang Tugas pertamamu adalah buatkan aku kopi" titah Naruto.

Hinata merucutkan dahinya hingga menyatu alisnya. Tugas itu adalah tugas OB dan OG di kantor ini lalu mengapa dia yang melakukannya dan kalau memang si rubah kucing itu ingin meminum kopi tinggal memesan dikantin perusahaannya, kenapa perlu repot dirinya yang disuruh. Wanita dengan surai kelamnya itu sudah menduga bahwa awal pekerjaan barunya tak akan semudah perkiraannya, namun situasi dirinya saat ini diluar perkiraannya.

Hinata keluar dari ruangan CEO lalu pergi untuk membuat kopi di kantin perusahaan, dia memilih kesana karena sudah pasti alat dan bahan untuk membuat kopi pasti lengkap.

Hampir setengah jam lamanya Hinata membuatkan kopi untuk Naruto. Pria yang menunggu kopi buatan asistennya itu malah mendongak bosan tapi untungnya dia tidak sebosan itu hingga harus meledak marah pada Hinata nantinya, karena para sahabatnya datang berkunjung ke kantornya.

Hinata tiba-tiba mengetuk pintu, wanita itu masuk dan masih mendengar sisa tawa dari sahabat bossnya. Betapa terkejutnya ketiga pria itu ketika mendapati wanita yang membabi buta sahabatnya sedang membawakan baki dengan gelas berisikan kopi didalamnya.

"Naruto.... bisa kau jelaskan kenapa dia ada disini?" Sai Menyandar ke soffa sembari memangku kaki kanannya pada kaki kiri. Bukan hanya manik arang Sai yang terarah kepada Naruto melainkan juga Shikamaru dan Sasuke.

"Heh...!! Dia ternyata melamar diperusahaan-ku sebelum aku tiba disini" manik sapphirenya meneliti penampilan kuno Hinata. Sungguh tak ada yang menarik disana.

Hinata mengabaikan obrolan para pria itu tentangnya lalu menaruh kopi dengan berbeda rasa diatas meja kaca tamu bossnya.

Naruto mengernyit perpaku melihat kuantiti gelas kopi itu. Dia hanya memesan satu kopi lalu kenapa diantarkan 10 gelas kopi. "Aku hanya menyuruh-mu satu bukan sepuluh" gerutu Naruto dengan tingkah ceroboh asisten barunya.

"Maafkan aku Namikaze-sama, tapi tuan tidak pernah mengatakan perintah spesifik padaku. Dan rasa kopi apa yang perlu kubuatkan untuk-mu, jadi untuk menghemat waktu dan mengantisipasi kemarahan anda karena perbedaan selera. Saya telah membuatkan 10 rasa yang berbeda untuk-mu"

Naruto tertegun sejenak. Wanita itu ternyata tidaklah bodoh. Si buruk rupa itu mengambil langkah cepat untuk keselamatan dirinya. Sial, mau tidak mau Naruto tak punya alasan untuk mengomeli wanita ini.

Sial!! Kalah telak!! Itulah yang Naruto rasakan sekarang.

Wanita itu terlihat cacat diluar tapi memiliki pemikiran panjang serta terarah dengan kepribadian tenang terkontrol.

Sasuke, Shikamaru dan Sai mengabaikan urat dipelipis Naruto, sebagai sarat marahnya. Mereka bertiga memilih menyeduh kopi panas itu dan menyesapnya karena jujur saja aromanya sangat menggiurkan indra perasa dan penciuman mereka.

"Wow!! Kopi ini benar-benar enak!!" Sai girang berucap dan refleks memuji pembuat kopinya.

Sasuke dan Shikamaru juga ikutan menyesapnya dan hanya sorotan mata yang berupa kilat nikmat yang ditampakan selepas menyesap kopi itu.

"Apa kau yang benar-benar membuatnya, rasanya seperti kopi di restoran bintang tujuh" Sasuke bertanya memastikan kebenaran asal dari rasa nikmat kopi itu.

Naruto yang mendesain plot menjebak Hinata untuk dimarahi malah berbalik menyerangnya dan membuat para sahabatnya berbalik memuji Hinata. Lalu dia menyesap kopi itu dengan wajah datarnya.

Hanya Sekali tegukan dan itu sudah cukup membungkam mulutnya. "Aku menyuruh-mu untuk membuatnya bukan untuk membelinya!!" Bentak Naruto kasar.

"Kau berani membangkang perintah-ku!!" Bentaknya lagi dengan kilat tajam. Entahlah saat berhadapan dengan wanita itu, Naruto selalu saja berhasil terpancing emosi dengan cepat.

Hinata tersenyum remeh. "Apa maksud tuan rasa kopiku sama dengan restoran bintang tujuh 'ICHIRAKU Restaurant'"

Keempat pria itu menatap Hinata agak terkejut. Karena tidak sembarang orang bisa masuk ke restaurant itu. Hanya pelanggan exclusive-lah yang bisa masuk.

"Entah kalian percaya atau tidak aku adalah mantan kepala koki disana" keempat pria itu membeo dan melongo bego dihadapan Hinata saking tak mungkinnya.

Hinata berbalik ingin meninggalkan para sekawanan pria pecinta club malam itu, namun langkahnya terhenti kemudian "Ahh...!! Aku lupa mengatakannya kalau akulah orang yang membagi resep kopi itu ke restoran ichiraku"

Shikamaru dan Sai berdehem karena terkejut oleh pernyataan wanita yang menghilang dari balik pintu ruangan sahabatnya. Minus Naruto dan Sasuke yang masih memasang wajah datar.

Dugaan Shikamaru semakin kuat bahwa wanita itu bukanlah orang biasa. Karena, Gaji seorang kepala koki direstoran ichiraku 5 kali lipat lebih besar dibandingkan sebagai assisten di Namikaze corp. Dan 25 kali lipat lebih besar dibandingkan seorang service room di bar"

Kini bukan hanya Shikamaru yang berpikir demikian melainkan Sasuke dan Sai. "Dobe kau harus waspada dengan wanita itu. Dia terlalu misteris dan misterius artinya masalah" Sasuke mencoba menceramahi Naruto yang makin dongkol hatinya.

.
.
.

Sementara itu Hinata agak kesal karena kemampuannya diragukan, walau dia terlahir dari keluarga yang berada, namun dia tetap bekerja keras dan bahkan dia memiliki sertifikat seorang barista.

Semenjak insiden itu Hinata nyaris tidak melakukan pekerjaan kantornya. Dia lebih banyak menghabiskan waktunya menuruti jalang dari Bossnya berdasarkan perintah dari boss gigolonya.

Sialan!!, pria itu bahkan menjadikannya seorang babu diluar kantor.

Hinata terkadang ingin meledak-ledak setiap menitnya karena diperlakukan semena-menanya, jika bukan karena kotrak itu sudah lama dia keluar dari pekerjaan itu.

Bersambung.........

Hope you're gonna like it......😁😁😁



Continue Reading

You'll Also Like

316K 23.9K 108
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
249K 36.9K 68
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
1.7M 18.4K 40
Sebelum membaca, alangkah baiknya kalian untuk follow akun wp gw ya. WARNING 🔞!!! Yg penasaran baca aja Ini Oneshoot atau Twoshoot ya INI HASIL PEMI...
335K 27.9K 39
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...