Aim for Aimee

By nellieneiyra

9.9K 933 397

"Karena terkadang orang ketiga itu bukan manusia, tapi perasaan kita sendiri." . . . . . . . . Gasta adalah g... More

1 - Gasta
2 - Aimee?
3 - Gasta, ternyata Aimee...
4 - Yang Telah Lama Hilang
5 - Sebuah Pengakuan
6 - Menemani Hati
7 - Sebuah Ketulusan
8 - Gasta Dimusuhi
9 - Keadilan untuk Gasta
10 - Gasta Diserang
11 - Aimee dan Kejutannya
12 - Tertuduh
13 - Terungkap
14 - Mengutuk Baskara
16 - 💔
17 - Dia Bukan Gasta
18 - Tapi Dia Masih Aimee
19 - Diagnosa yang Mematahkan
20 - Definisi Kecewa
21 - Pertemuan yang Terulang
22 - Bertualangnya Aimee
23 - Memenangkan Ego
24 - Bicara pada Hati dengan Hati
25 - Agar Aimee Mengerti
26 - Kebenaran dari dan untuk Deon
27 - Deon Telah Memutuskan
28 - Sebuah Akhir yang Mengawali
29 - Baskara VS Feliz
30 - Baskara VS Gasta
31 - Aimee VS Gasta... Wait, What?
32 - Kedatangan Hati yang Lain
33 - Di Depan Mata Aimee
34 - Di Balik Sikap Aimee
35 - Ketika Mencoba Berubah
36 - Arti Sebuah Genggaman Tangan
37 - Malaikat Tak Pernah Dusta
38 - Mengalah Hingga Menang
39 - Dibalas dengan Luka
40 - Tergerusnya Kepercayaan
41 - Pentingnya Tahu Diri
42 - Tersuratkan
43 - Masih Ada(kah) Harapan
44 - Mee, Peduli Tidak?
45 - Refleksi Perasaan Gasta
46 - Melihatnya Rapuh
47 - Pertarungan dan Pertaruhan
48 - Tidak Ada Aimee di Sini
49 - Kali Ke-Entahlah
50 - Kelanjutan Kemarin
51 - Danes Kembali
52 - Airmata Terderas Gasta
53 - Masa Lalu yang Menguji
54 - Terus Terang, Terus Menerangkan
55 - Dia atau Dia, Aku atau Mereka
56 - Pengungkapan Penuh Derita
57 - Susah Dibunuh
58 - Berani Tega yang Tak Disadari
59 - Dikira Pengkhianat
60 - Semudah Membalik Telapak Tangan
61 - Rintangan Mustahil Tak Ada
62 - Hadiah Pertandingan
63 - Rapuh, Tumbang, dan Terinjak
64 - Tidak Tepat, Tapi Tidak Terlambat
65 - Aimee si Penggerak Hati
66 - Hati Papa yang Terketuk

15 - ❤

144 14 7
By nellieneiyra

Minggu yang mendung kali itu terasa cerah bagi Gasta. Dikarenakan, hari itu ada kerja bakti di sekolah. Membersihkan kelas dan lingkungan sekitar, berikut mengurusi tabulampot tugas Pendidikan Lingkungan Hidup mereka. Tentunya, Gasta semangat karena itu berarti hari ini dia akan bekerja kelompok dengan Aimee.
Gasta punya wacana untuk mengajak Aimee main di rumahnya. Dan sepertinya, Tuhan mendengar keinginannya.

"Gas, aku abis ini ke rumahmu loh. Hehe." ujar Aimee tiba-tiba. Gasta terhenti. Dia mendongak ke arah Aimee, menaruh sekop kecilnya. Dadanya bergemuruh seketika.

"Oh ya?" Gasta memasang raut cool. Padahal dadanya bergemuruh.
"Iya dong. Aku mau ketemu Miss Feliz."
"Ga mau ketemu aku?" seloroh Gasta.
"Ini kan udah ketemu, oneng!" Aimee menarik hidung Gasta. Gasta terperanjat, namun tertawa saja. "Eh, jail ya, tangannya. Nih, pake nih masker tanah!" Gasta membalas menorehkan tanah di pipi Aimee.

Alhasil, mereka kejar-kejaran sambil berteriak-teriak. Aimee berlari mengejar Gasta, hingga menyita perhatian anak kelas lain juga bekerja bakti. Mereka berlari sampai kemana-mana, hingga akhirnya Gasta menyerah lalu terjerembab ke belakang, duduk di bangku semen depan kelas. "Ampun Mee! Ampun! Hahahaha." pekik Gasta berkali-kali sambil menghalangi wajah dengan kedua tangannya, agar Aimee tidak membalas menorehkan tanah di wajahnya.

Terlalu romantis memang. Gasta merasa dirinya ada di puncak dunia.

Pukul sebelas menjelang. Urusan mereka sudah selesai. Aimee ikut Gasta pulang.
"Kakak masih keluar katanya. Tapi palingan abis ini balik." kata Gasta sambil memasang helm.
"Kemana?"
"Auk dah. Pokoknya ama Herr Bas. Hih."
Aimee tertawa. "Sensi banget sih ama Herr Bas. Dia kan baik, ganteng lagi."
"Yeee, gantengan juga aku." sahut Gasta, kepedean, dan disambut cubitan mesra dari Aimee.
"Ayo naik." Gasta sudah di atas motor. Aimee duduk di belakang Gasta. "Peluk dong Mee." goda Gasta. "Najis!" Aimee memukul pundak kanan Gasta. "Hehehe. Canda keles Mee. Yuk."

Mereka menikmati perjalanan berdua. Gasta tidak pernah sebahagia ini. Ini kali ke sekian dia membonceng Aimee, namun saat-saat membonceng Aimee akan selalu terasa jadi yang pertama. Selalu terasa berbeda. Selalu penuh kejutan. Gasta sangat bahagia. Gasta ingin memeluk bulan rasanya.

Namun, langit sedang tidak bersahabat. Mendung semakin gelap, dan tik! tik! Rintik hujan mulai menyentuh kulit mereka. Dan, hujan jaman now sepertinya tak berbeda dengan ABG jaman now. Yang suka pergi dan datang sesukanya tanpa memberi tanda-tanda.

Gasta mengurangi kecepatan motornya. "Ujan nih Mee. Aku gak bawa jas ujan. Gimana dong?"
"Gapapa Gas." jawab Aimee sedikit keras, melawan suara rintik hujan.
"Mau neduh dulu?" Gasta menawari.
"Terserah kamu, kamu ga apa emangnya kalo hujan-hujan?"
"Udah ga apa, kamu sendiri ga apa kalo hujan-hujan?"
"Iya, gaapa." pungkas Aimee. Gasta tersenyum, mengarahkan spion motornya ke arah Aimee. Di balik rintik hujan yang kian menderas itu, Gasta bisa melihat Aimee mengurai senyum manisnya. Senyum Gasta pun turut terurai.

Gasta menambah kecepatan motornya. "Pegangan ya, Mee."
Dan, merekapun menerobos derasnya hujan siang itu. Motor Gasta makin gesit melaju. Jalanan licin, membuat Aimee ketar-ketir dengan cara menyetir Gasta.
"Pelan dikit, Gas." ucap Aimee, lagi-lagi sedikit teriak karena menembus derasnya hujan.
"Apa???" Gasta tidak kedengaran.
"Pe-lan!" ulang Aimee.
"Hah? Gak bisa Mee. Nanti kuyup." Gasta ikut-ikutan teriak.
"Aku takut."
"Pe-ga-ngan!" pekik Gasta.
Aimee menoleh belakang, hatinya ragu.
"Licin, Gas."
"Hah??"
"Li-cin!"
"Apanya???" suara Gasta hampir hilang ditelan suara gemuruh petir.
Aimee mendengus agak kesal. Tidak mau repot, diputuskannya untuk nekat saja.
"Aku peluk kamu ya Gas??"
What???
Gasta serasa tersambar petir.
"Apa???" kali ini untuk memastikan dirinya tidak salah dengar.
"Peluk. Aku peluk kamu." ulang Aimee. Anehnya kali ini suara Aimee terdengar jelas.
Gasta langsung tersenyum, dan bersyukur karena tidak rugi dia memanggul tasnya di dada, tidak di punggung seperti biasanya.
"Iya, Mee." jawab Gasta.

Dan, ya. Tanpa ba-bi-bu, Aimee melingkarkan kedua tangannya di pinggang Gasta, lalu menyandarkan kepalanya di punggungnya. Aimee memeluk Gasta erat sekali, namun tak sedikitpun Gasta merasa sesak karenanya. Sebaliknya, dada Gasta terasa sangat lega.

Gasta menambah kecepatan motornya. Aimee mempererat pelukannya.

Aimee bisa mendengar degup jantung Gasta yang lebih kencang dari biasanya. Aimee tersenyum. Yang dinaikinya bukan motor CB, dan yang dipeluknya bukanlah sosok dengan jaket denim biru muda. Karena yang memboncengnya kali itu bukanlah Dilan, tapi Gasta. Sehingga yang dinaikinya adalah sebuah motor matic dan yang dipeluknya adalah sosok berhoodie biru dongker. Namun Aimee merasa dirinya kali itu lebih spesial dari Milea.

Ada getar yang menggenapi hati Aimee yang kala itu sudah hampir kosong karena lupa diisi ulang oleh Deon, sang kekasih, yang sedang sibuk dengan proses penyembuhannya. Gasta dirasanya bukan lagi sebagai teman dekat, namun lebih dari itu. Teman yang paling mengerti dia, yang dapat mengisi kekosongan hatinya.

***

Gasta dan Aimee tiba di rumah, dengan kondisi 100% basah kuyup. Namun mereka tertawa-tertawa saja. Mereka masuk, lalu mengeringkan diri.

Beruntung tas mereka sama-sama anti air, sehingga ponsel dan lain-lainnya aman. "Ini Mee." Gasta memberikan sebuah handuk pada Aimee. Aimee memakainya di situ, di ruang tamu. "Bentar ya, aku cariin baju Kakak dulu. Buat kamu ganti baju." ujar Gasta, padahal kondisinya sendiri masih basah kuyup. "Kamu juga atuh pake handuk, Gas. Netes-netes semua tuh." cetus Aimee. Namun di dalam hatinya, Aimee salut setengah mati. Gasta tak sedikitpun berjiwa egois untuk masalah ini. Gasta bergegas menuju kamar kakaknya.

Aimee berdiri di samping sofa. Tidak lama setelahnya, turunlah Gasta dari lantai atas. "Sorry ya, Mee. Ternyata lemari kakak aku dikunci. Adanya ini. Gapapa ya?" Gasta menyodorkan sebuah hoodie abu-abu gelap bertuliskan "Hoopers". Ya, nama tim basket sekolah Gasta.
"Ga apa kali Gas. Makasih ya."
"Sama-sama." sahut Gasta. "Aku ganti baju dulu ya."
"Aku juga." timpal Aimee. "Ganti dimana nih?"
Gasta tersenyum. "Terserah. Mau bareng sama aku di kamar juga boleh." godanya jahil, langsung disabet dengan hoodie oleh Aimee, sambil tertawa.
"Hahahaha. Di kamar Kak Feliz aja Mee. Ayo, aku anter."

Less than five minutes, keduanya sudah ganti pakaian. Aimee tampak menggemaskan sekali dalam hoodie Gasta. Dia hanya mengenakan hoodie itu dan celana selutut miliknya karena celana panjangnya basah kuyup. Ya, benar-benar seperti di rumah sendiri bagi Aimee.

"Apa?" cetus Aimee dengan senyum tertahan, saat Gasta menatapinya dengan senyuman penuh arti. Padahal sebenarnya, itu senyuman yang menyimpan keterpanaan dan kekaguman.
"Kamu jadi gendut. Hihihi." Gasta cekikikan. Aimee malah tertawa. "Tapi cantik kan?" tanyanya penuh percaya diri.
"Iya, iya Mee, iya. Sebahagiamu deh." jawab Gasta asal, padahal, ya, di hatinya tentu saja Gasta berkata iya.

Aimee mengutak-atik ponselnya, sedangkan Gasta menyetel televisi. "Aku ada film romance baru Mee. Punya Kak Feliz. Nonton yuk."
"Yaelaaaaah." cetus Aimee tiba-tiba. Gasta menoleh kaget. "Kenapa Mee?"
Aimee memasang tampang sedih, dengan bibir yang sedikit dimanyun-manyunkan. Ponselnya disodorkan pada Gasta.

"Aimee, Miss Feliz masih di luar kejebak hujan. Herr Bas nggak bawa jas ujan jadi kudu neduh dulu. Di sini masih deras. Aimee tunggu aja dulu ya. So sorry." Gasta membaca chat dari Feliz untuk Aimee. "Ih, cemeeen!" imbuhnya, mengejek Baskara. Tapi percuma, Baskara tentu tak dapat mendengar.

"Ya udah, kita nonton film dulu aja Gas." ujar Aimee pasrah. Gasta malah masih sibuk memandangi chat dari Feliz itu. "Kalah ama kita ya Mee. Kita hujan deras terobos aja. Cemen lo Bas! Cemen!" maki Gasta pada ponsel Aimee. Aimee tertawa namun juga menegur Gasta, "Heh! Gitu-gitu dia guru kamu, Gasta."

"Bodo amat. Gedeg banget aku ama dia. Hih!" ejek Gasta sambil bergidik ngeri. Aimee lagi-lagi tertawa. "Masih gara-gara insiden garem kemaren?" godanya. Gasta melirik Aimee sinis. Aimee jadi makin ketawa.

"Dibahas lagi! Gelitikin nih! Nih! Nih!" seru Gasta sambil mulai menggelitiki Aimee, membuat Aimee berteriak-teriak di tengah tawanya. Gasta terus menggelitik Aimee meski yang digelitiki sudah berteriak-teriak minta ampun yang diselingi tawa kegeliannya, hingga keduanya terjatuh di atas sofa. Bruk!

Gasta merangkul Aimee dari belakang. Waktu seakan berhenti berputar.

Gerakan mereka terhenti. Aimee menoleh ke arah Gasta yang wajahnya kini dekat sekali. Merekahlah senyum Aimee, disusul senyuman Gasta dengan mata sipitnya yang khas.

Di saat itu, tak sedikitpun terbersit di benak Gasta maupun Aimee, kenyataan bahwa di luar sana ada seseorang yang membuat mereka hanya sebatas 'itu'. Ya, Deon.

Di saat itu pula, yang ada dalam benak mereka adalah keindahan masing-masing yang saling menatapnya. Senyuman Aimee di benak Gasta, dan mata sipit Gasta yang tersenyum, di benak Aimee.
Tik tok. Waktu kembali berjalan normal.

Gasta menyalakan video, sedangkan Aimee sudah duduk manis di atas sofa dengan kedua kaki bersila. Gasta langsung menyusul di sebelahnya. Hujan di luar masih turun dengan deras. Petir menyambar-nyambar, dan udara dingin terasa menusuk tulang.

Film dimulai. Gasta duduk di sebelah Aimee, menyandarkan kepalanya ke sofa. Mereka dekat sekali. Tidak tersekat apa-apa. Gasta menyilangkan kakinya dan menyembunyikannya di bawah lutut. Kakinya mulai kedinginan karena tadi sehabis kehujanan dia tidak langsung membasuh dan mengeringkan kakinya.

Film baru berjalan lima menit. Aimee sepertinya tenggelam dalam cerita sehingga dia membisu saja.
"Haduh, dinginnya." celetuk Gasta tiba-tiba. Aimee menoleh, begitu juga dengan Gasta. Masih dengan tatapan terkunci pada raut Gasta, tak disangka-sangka...

Tangan kiri Aimee menggenggam tangan kanan Gasta.

Senyuman Aimee terurai indah. Gasta membalas senyuman itu, dilanjut dengan sebuah kecupan lembut di tangan kiri Aimee.

Keduanya terdiam sesaat, lalu kembali fokus pada televisi, seakan tidak terjadi apa-apa. Tangan kiri Aimee masih ada dalam genggaman Gasta. Jemari mereka masih bertaut satu sama lain.

"Gasta."
"Ya?" Gasta menoleh.
"Makasih ya."
Alis Gasta terangkat. "Untuk?"
"Selalu ada buat aku." jawab Aimee tulus, dengan mata terkunci pada layar televisi.
Gasta tersenyum. Kaki dan tubuhnya kedinginan, namun di hatinya ada secercah kehangatan.
"Anytime, Mee." timpal Gasta, dengan mata terkunci pada raut Aimee.

***

Empat puluh menit berlalu. Film sudah masuk pada konflik. Gasta larut dalam kisah film tersebut. Diliriknya Aimee. Aimee, yang kali itu tubuhnya nemplok pada Gasta, ternyata tertidur pulas. Gasta tidak tahu sejak kapan Aimee tertidur, karena daritadi posisi Aimee seperti itu.

"Mee... Aimee..." Gasta mengguncang-guncang tubuh cewek yang membuatnya jatuh hati itu. Dia hendak membangunkan Aimee dan menyuruhnya tidur di kamar saja. Namun ternyata, reaksi Aimee sungguh tak terduga.

"Hmmmmh..." Aimee menggeliat, lalu...
Clep!
Dipeluknya pinggang Gasta dari samping. Dan dia masih terlelap dengan pulasnya.

Gasta jadi salah tingkah setengah mati. Diguncangnya tubuh Aimee sekali lagi. "Mee, pindah yuk, ke kamar." ujarnya. Namun tak disangka, pelukan Aimee semakin erat. Gasta hanya tersenyum lembut, lalu diusap-usapnya kepala Aimee. Dibiarkannya gadis yang selalu mengisi benaknya itu terlelap dengan memeluknya.

***

Cklek. Feliz datang.
"Ssst. Kak." panggil Gasta saat Feliz lewat.
"Hey. Kamu? Kok?" seru Feliz, terkejut karena melihat Gasta dan Aimee di situ.
"Ssstt." desis Gasta, memperingatkan Feliz agar tidak gaduh. Kemudian dia menunjuk-nunjuk Aimee dengan isyarat menggunakan dagunya. Aimee yang sedang tertidur pulas di pundaknya.

Feliz tersenyum lalu geleng-geleng. "Gak bisa dibangunin." bisik Gasta, lirih. Seakan-akan Feliz hendak bertanya "kok kamu biarin aja dia bobo di situ?"
Feliz pun melenggang ke dapur.

Aimee tiba-tiba menggeliat. Gasta langsung menegakkan duduknya seolah tidak terjadi apa-apa. Film masih belum selesai ketika Aimee mengerjapkan matanya.

"Ya ampun... Aku ketiduran." desis Aimee diiringi tawa. Dia mengucek-ngucek matanya.
"Yeee, ketawa lagi. Tuh, mo abis tuh filmnya." sahut Gasta.
Aimee cuek. "Miss Feliz mana?" tanyanya.
"Di sini!" Feliz menyahuti dari dapur. Aimee memekik kegirangan.
"Maaf ya, Miss Feliz lama. Ini, Miss Feliz bawain makanan!" imbuh Feliz, membuat Aimee dan Gasta saling tatap, lalu berteriak kegirangan.

Gasta mematikan TV, lalu ikut nimbrung dengan Aimee dan Feliz. Mereka seru sekali membahas English Club, sedangkan Gasta... dia lebih memilih untuk memandangi Aimee dalam diam dan senyuman.
Feliz bisa melihat pancaran rasa kagum dari sorot mata Gasta pada Aimee kala itu. Setelahnya, Aimee pamit pulang dengan diantar Gasta.

***

Malam menjelang. Dari tadi, ponsel Gasta bergetar berulang-ulang karena grup kelas sedang ramai. Tapi Gasta enggan membukanya karena sedang sibuk merapikan catatannya untuk dikumpulkan esok hari.

Getaran ponsel Gasta makin menjadi. Gemas, dibukanya aplikasi Whatsapp di ponselnya.

Tampak ada beberapa chat menyebut kan nama Deon di sana.
Rinka mengetik, "Bahaya bahaya bahaya Deon bisa murka"
Shaci juga hampir sama, "serem kayanya kalo deon ngamuk"
Dan juga Stella, "aimeeeee jangan sampe deon tau loooh"

Gasta heran dengan percakapan itu. Diusapnya layar ponselnya untuk melihat chat sebelumnya. Hingga akhirnya ditemukannya sebuah chat yang menjadi sumber ponselnya yang bergetar bolak-balik kali itu, yakni chat dari Aimee.

Di situ, dia mengirimkan foto close-upnya dengan mengenakan hoodie "Hoopers" milik Gasta. Captionnya "anggota baru hoopers nih gengs". Tak ayal, Gasta menelan ludah namun hatinya diam-diam berbunga-bunga.

Aimee menceritakan kejadian dirinya yang kehujanan bersama Gasta dengan detail. Jelas mereka semua heboh. Namun Gasta tertawa bahagia. Ini berarti Aimee menganggapku spesial, begitu pikirnya.

Keesokan harinya, di sekolah, Aimee mengenakan hoodie milik Gasta. Tentunya, setelah semalam minta ijin pada Gasta untuk meminjamnya. Dan tentunya pula, Gasta dengan senang hati mengijinkannya.

"Hey, anggota Hoopers baru!" panggil Gasta pada Aimee. Aimee menoleh, tertawa. Dia mencubit pipi Gasta dengan kedua tangan, membuat Gasta terhenyak dalam diam.

Aimee, who do you think I am?

Gasta melenggang dengan senyuman dan kedua mata terkunci pada Aimee.

Continue Reading

You'll Also Like

205K 4.8K 54
❝ i loved you so hard for a time, i've tried to ration it out all my life. ❞ kate martin x fem! oc
68.9K 3.2K 74
❤️
195K 9.9K 89
Being flat broke is hard. To overcome these hardships sometimes take extreme measures, such as choosing to become a manager for the worst team in Blu...
22K 1.3K 33
Y/N is reincarnated in HI3rd as her/his favorite character, Houraiji Kyuushou. She finds herself in Nagazora, and starts to explore it, trying to fin...