Forever Mine

By 23gwen

4.7M 208K 10.8K

"Apa kau selalu seperti ini?, memerintah orang untuk melakukan apa yang kau mau?" lanjutku sambil menatapnya... More

prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Tolonggg yaaa
Chapter 51
Chapter 52

Chapter 50

12.6K 940 89
By 23gwen

Butuh pendapat kalian nih..
Untuk Bab 50 yang barusan aku update ini.. Kira kira apa yang kurang ya.

***

Keesokan paginya aku terbangun dengan kecupan hangat Sean, terasa cukup aneh saat itu karena dia membangunkanku hanya untuk mengucapkan selamat pagi padaku lalu memintaku untuk mengikat dasinya, setelah itu dia mengatakan padaku untuk kembali tidur sementara dia pergi untuk bekerja. Tentu saja aku tidak bisa kembali tidur jadi aku mulai berkeliling di sekitar rumah, sejauh ini aku benar-benar terpesona dengan rumah ini, benar-benar nyaman dan indah.

"Selamat pagi Mrs Blackstone" suara kecil itu menyadarkanku bahwa aku tidak sendiri di rumah ini, aku berbalik dan menemukan seorang wanita yang kuasumsikan sebagai Henrietta, dia menggenggam beberapa tangkai bunga segar berwarna merah muda ditangannya.

"Oh Hai, Aku Ashley" aku mencoba untuk tersenyum padanya dan terlihat ramah.

"Selamat pagi Mrs Blackstone" sapanya dengan ramah tapi aku bertanya tanya kenapa wajahnya terlihat sangat tegang.

"Kau bisa memanggilku Ashley" tambahku sambil mendekat ke arahnya.

"Maafkan aku, tapi Mr Blackstone tidak akan menyukainya" dia tersenyum sambil mulai menempatkan bunga yang ada ditangannya kedalam vas berwarna biru.

"Tapi Sean tidak ada disini saat ini" aku berujar sambil tersenyum, dia mengangguk sebentar lalu kembali tersenyum padaku.

"Aku ingin meminta maaf tentang kejadian kemarin malam, Sean bersikap terlalu berlebihan dan dia meluapkan amarahnya padamu, itu salahku, seharusnya aku tidak membiarkannya memperlakukanmu seperti itu, aku minta maaf" jelasku dan dia hanya menatapku dengan senyum di wajahnya.

"Tidak apa-apa Ashley, aku pernah mengalami hal yang lebih buruk lagi, Mr Blackstone hanya khawatir padamu, jadi dia bersikap seperti itu" belanya, aku merasa sedikit aneh saat aku mendengar orang lain yang diperlakukan buruk oleh Sean, tapi mereka masih saja membelanya.

"Tetap saja itu salah apa yang telah dia lakukan padamu" aku mengangkat bahuku dan lagi-lagi dia tersenyum.

"Ohh aku hampir lupa, aku telah menyiapkan sarapanmu, Mr Blackstone bilang kau suka Waffle untuk sarapanmu, jadi aku membuatnya pagi ini" Henrietta berujar. Saat mendengar kata makanan tiba-tiba saja perutku terasa diaduk, aku kembali merasakan mual dan aku mulai khawatir dengan hal ini, apakah efek dari obat biusnya masih ada dalam tubuhku, rasanya aku ingin membunuh Sean karena membuatku melalui semua hal sialan ini.

"Aku akan makan buah berry dan apel pagi ini, aku yakin Sean akan baik-baik saja dengan hal itu" aku tersenyum berusaha untuk meyakinnyanya.

"Baiklah, kalau begitu aku akan meninggalkanmu untuk beristirahat, ohh dan jangan lupa untuk menikmati pantainya" Henrietta tersenyum sambil melambaikan tangannya sebelum kemudian keluar dari rumah. Aku menghela nafas panjang, andai dia tahu bahwa aku disini bukan untuk berlibur atau berbulan madu, aku disini hanya karena Sean terlalu egois untuk melepaskanku. Aku berada disini hanya karena aku mengetahui rahasia kotornya.

***

Satu minggu sudah aku terjebak disini, aku berada dipulau yang bahkan aku tidak tahu namanya selama satu minggu dan ini adalah sebuah keajaiban karena aku tidak jadi gila karenanya. Sean pergi untuk bekerja pagi-pagi sekali dan dia kembali ke pulau saat larut malam, tak jarang aku bahkan tidak melihatnya pulang karena aku tertidur lebih dulu, tapi saat pagi hari dia selalu membangunkanku untuk mengucapkan selamat pagi dan mengikat dasinya, mungkin itu adalah satu-satunya interaksi yang kami berdua lakukan sejak kami tba di pulau ini.

"Sampai kapan kau akan memperlakukanku seperti ini Sean" aku berkata padanya saat pagi ini dia membangunkanku, dia membelai wajahku selama beberapa saat sebelum kemudian mengecup bibirku dengan lembut, lalu berlutut padaku sambil mengulurkan sebuah dasi berwarna biru tua padaku. Aku hanya melihat sekilas ke arah dasi itu tanpa mau menerimanya.

"Ashley, tolong ikatkan dasiku" dia berkata dengan lembut sambil kembali mengulurkan dasi itu padaku, tapi aku kembali menolaknya.

"Kau bisa melakukannya sendiri Sean, aku tidak mau lagi mengikat dasi sialanmu" aku berujar sambil berdiri dan berjalan kearah kamar mandi untuk menghindarinya dan aku harusnya lebih tahu untuk tidak bersembunyi di kamar mandi untuk menghindarinya, ini adalah ide yang buruk.

"Kau berjanji untuk tidak bersikap seperti ini Ash" dia memperingatkanku tapi aku hanya mendengus dan berbalik untuk menatapnya dengan amarah didalam dadaku.

"Persetan dengamu Sean!, kau tidak bisa mengatur hidupku, aku mengetahui rahasia busukmu dengan wanita lain dan kini kau memperlalukanku seperti aku adalah gundikmu!" aku berteriak didepannya dan disana dia hanya menatapku dengan tenang seolah dia tahu aku hanya mengalami fase-fase sulit dalam kehidupan dewasaku, Sean tidak mengambil masalah ini dengan serius, dia berpikir bahwa aku akan dengan mudah melupakan apapun yang telah terjadi diantara kami selama beberapa hari ini, dia berpikir bahwa aku akan jatuh kembali kepelukannya seolah hal ini tidak pernah terjadi. Dia salah jika dia berpikir seperti itu.

"Hentikan itu Ashley" tegasnya.

"Atau apa Sean?, kau akan membiusku lagi?"

"Wanita itu bukan siapapun, dan anak itu bukan anakku" Sean berkata dengan penekanan disetiap katanya.

"Bagaimana kau bisa tahu Sean?!, katakan padaku bagaimana kau bisa mengetahuinya!!!"

"Apakah sebuah tes DNA sangat berarti untukmu Ash?" Sean berteriak didepanku dengan sangat keras hingga aku hanya bisa terdiam karena aku tidak menyangka Sean akan melakukan itu padaku.

"Apakah itu yang sungguh-sungguh kau inginkan?!" Sean mendekat, dia mengguncang lenganku selama beberapa saat hingga aku merasakan pening dikepalaku.

"Kau memang berniat untuk pergi bukan?, sejak awal kau memang berniat untuk meninggalkanku, aku bodoh karena berpikir kau benar-benar akan mencintaiku" kata-katanya seakan memberikan tamparan padaku, bagaimana bisa dia mengatakan hal itu padaku setelah semua ini, setelah aku memang benar-benar mencintainya, setelah dia membuatku mencintainya, setelah dia mengkhianatiku dengan wanita lain dan bahkan menghasilkan seorang anak.

"Kau menyeretku ke tempat ini dengan alasan yang sangat menjijikkan dan sekarang kau melemparkan kotoran itu kepadaku seolah ini adalah kesalahanku. Aku tidak pernah mengkhianatimu Sean, dan aku tidak pernah memiliki anak dengan lelaki lain, kau tidak berhak mengatakan hal sialan itu padaku setelah apa yang telah terjadi. Jika aku berniat pergi darimu Sean, jika aku memang benar-benar berniat pergi darimu maka aku bisa menjanjikan satu hal padamu, bahwa kau tidak akan pernah bisa menemukanku lagi, dan terima kasih telah memberiku alasan untuk melakukannya" Aku mengusap airmata yang menuruni pipiku dengan kasar dan berjalan melewatinya, aku meninggalkannya mematung disana.

"Ashley..."

"Kau takut untuk melakukan tes DNA bukan?!, percayalah Sean aku tahu kau takut, tapi setiap kali memikirkan itu, kau semakin mengingatkanku pada orang tuaku. Ya mereka adalah pengecut dan kini aku melihatmu sama seperti aku melihat mereka!, kau pengecut Sean!, saatnya kau untuk tumbuh dewasa dan menghadapi kenyataan, bukannya melemparkan semua kesalahan itu padaku!" kini Sean sepenuhnya mendengarkanku, aku bisa melihat ada amarah dan rasa takut disaat yang sama dimatanya, dia berusaha untuk meraihku dalam pelukannya tapi aku tidak membiarkannya mendapatkanku.

"Aku akan melakukan apapun yang kau inginkan Ashley, tapi jangan katakan itu padaku, kumohon jangan tinggalkan aku" ujarnya sambil berlutut dihadapanku.

"Kau tidak bisa memberitahuku apa yang harus kulakukan Sean, kau tidak bisa menuntutku untuk melakukannya lagi" suaraku bergetar ketika aku mengatakannya, bukan karena aku ketakutan tapi karena aku berusaha menahan airmataku dengan sekuat tenaga. Aku tahu kata kataku itu akan menghancurkan hati Sean tapi aku tetap melakukannya.

Sesaat kemudian aku melihat Sean berusaha untuk bangkit, dia mengusap airmatanya dengan kasar lalu meraih tanganya, dia memandangnya sejenak lalu mengecup telapak tanganku dengan lembut, sebelum akhirnya dia berujar.

"Tidak Ashley, kau tidak bisa meninggalkanku, kau adalah istriku"

***

Dua bulan sudah aku berada di pulau ini, dua bulan tanpa ponsel, dua bulan tanpa aku tahu dimana aku berada dan dua bulan tanpa kebebasan, sepanjang hariku hanya berpusat pada Sean, Saat pagi hati Sean akan membangunkanku dan saat malam aku akan menunggunya untuk pulang, bukan karena aku menginginkannya tapi karena aku tidak punya aktivitas lain selain dua hal itu. Henrietta hanya datang saat pagi untuk membersihkan rumah, menyiapkan sarapan dan makan siangku. Kupikir dia memiliki rumah disini tapi ternyata aku salah, karena setiap dia datang dan pergi selalu ada perahu motor dan seorang laki-laki yang menjemputnya, kupikir itu adalah suaminya karena mereka terlihat begitu dekat satu sama lain. Bagaimanapun juga aku tidak tahu dengan pasti karena lelaki itu tidak pernah memasuki rumah, aku mulai memikirkan kesempatan untuk pergi dari sini dengan perahu motor itu tapi sepertinya itu adalah hal yang mustahil karena laki-laki itu tidak pernah meninggalkan perahunya.

***

Sean membangunkanku di pagi hari setelah empat bulan aku berada di pulau ini, tapi tidak untuk mengikat dasinya. Dia mengguncang bahuku perlahan dan menanamkan sebuah kecupan lembut dibibirku sebelum kemudian berkata.

"Sayangku dengarkan aku, kita akan pergi dari sini"

"Apa?" bisikku lirih, aku benar-benar bingung dengan apa yang terjadi saat ini, kemana kita akan pergi?, apakah dia telah mengetahui niatku untuk pergi dari sini menggunakan perahu motor itu?, tapi bagaimana dia bisa mengetahuinya, karena aku tidak pernah mengatakannya kepada siapapun.

"Kita pergi sayang, kita kembali ke rumah" Sean tersenyum lalu mengecup keningku sebelum kemudian dia mengangkat tubuhku menuju walk in closet.

Setelah kami berpakaian kami berjalan keluar dari rumah dan diluar telah terdapat helikopter untuk menjemput kami, hembusan angin yang kuat menerjang kami dan aku secara tidak sengaja mencari perlindungan pada Sean dengan memeluk pinggangnya dengan erat karena itu yang selalu kulakukan.

"Semua akan baik-baik saja sayang, aku berjanji padamu" jemarinya menggenggam erat jemariku saat kami berdua berjalan ke arah helikopter itu. Dua jam kemudian kami telah mendarat dan sebuah mobil telah tersedia untuk kami berdua, seperti biasa Richard telah berada di pintu penumpang untuk membukakan pintu mobil, dia mengangguk padaku dan Sean.

"Selamat datang kembali Mrs Blackstone"

"Terima kasih Richard" aku menggumam sebelum masuk kedalam mobil dan diikuti oleh Sean.

Perjalanan kami kembali ke Seattle seakan memakan waktu selamanya, kepalaku pening selama penerbangan kami, dan kini aku bahkan tidak memiliki kekuatan untuk menyangga tubuhku sendiri. Saat itulah aku memikirkan hal yang tidak pernah kusadari sebelumnya, tidak sampai saat ini, kenapa disaat seperti ini aku bahkan sangat bergantung kepada Sean. Seharusnya aku marah, seharusnya aku memperlakukannya bagaikan wabah karena dia sangat menyakitiku, tapi disinilah aku berada, di pangkuannya dengan kepala bersandar padanya, sedangkan tangannya sedari tadi mengelus punggung dan puncak kepalaku berusaha untuk memberiku kenyamanan. Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku hingga aku sangat bergantung padanya.

"Kau harus minum air sayang, kemarilah" Sean berkata dengan lembut sambil membuka tutup botol air minum itu.

"Aku baik-baik saja" tolakku sambil mengalihkan pandanganku kearah jendela pesawat.

"Kumohon Ashley..." Ujar Sean, suaranya terdengar lelah dan putus asa, mendengar suaranya yang terdengar sangat menyedihkan, aku menyerah dengan pertahananku, aku berbalik meraih botol air mineral ditangannya dan meminumnya, setelah menghabiskannya aku dihadiahi sebuah kecupan ringan diujung bibirku.

"Terima kasih sayang" Sean menarik tubuhku untuk kembali bersandar padanya, dan seketika itu juga mataku semakin terasa berat hingga aku kembali jatuh tertidur.

Aku terbangun saat pesawat kami mendarat, saat kami turun dari pesawat mobil telah siap untuk menjemput kami, aku melihat kesekeliling dan aku masih mendapati beberapa keamanan Sean sedang mengawasi sekeliling, tanpa kusadari aku sudah berdiri selama beberapa saat didepan pintu mobil yang Sean bukakan untukku. Aku tersadar saat Sean meraih pinggangku kedalam dekapannya dan membisikkan kata-kata ditelingaku.

"Jangan coba melakukan hal yang mustahil untuk dilakukan Ashley" ancam Sean, kemudian sedikit mendorong tubuhku untuk masuk kedalam mobil. Saat kami keluar dari bandara kami tetap diikuti oleh keamanan Sean, aku bisa kehilangan akal sehatku hanya dengan memikirkannya saja, bagaimana aku bisa melewati beberapa keamanan itu, keadaan saat ini hampir sama mustahilnya dengan saat aku berada di pulau.

Aku mencoba menghitung berapa mobil dari keamanan Sean yang mengikuti kami sejak dibandara, dan aku menemukan sebuah hal yang aneh disini, diawal hanya ada 2 mobil dibelakang kami. Aku tidak yakin apakah aku benar tapi kurasa ada yang mengikuti kami dan menurutku itu bukan mobil dari keamanan Sean.

"Apa yang salah manisku? " dia berujar sambil meraih daguku agar memusatkan perhatianku kearahnya, aku sedikit menggelengkan kepalaku lalu bersandar ke sandaran kursi.

"Aku lelah Sean" bisikku sambil memejamkan mataku.

"Aku tahu sayang, kemarilah bersandar padaku" Sean mengangkat tubuhku dan menempatkanku dipangkuannya, tubuh kami berhadapan dan kedua kakiku berada diantara paha Sean, ini adalah satu-satunya kesempatanku untuk bisa melihat kebelakang dengan leluasa dan aku tidak akan membuang kesempatan ini. Aku harus membuat Sean tidak curiga jadi aku melingkarkan lenganku dilehernya dan hal itu membuatnya semakin santai karena dia berbalik untuk mengecup ujung bibirku lalu tersenyum padaku. Aku melirik kearah Richard dan dia terlihat sedikit curiga dengan apa yang sedang terjadi, hanya ada dua kemungkinan yang dia curigai. Kemungkinan pertama adalah dia curiga dengan niatku untuk melarikan diri tapi kemungkinan itu akan sangat kecil untum dipikirkannya. Sedangkan kemungkinan kedua adalah dia juga curiga dengan mobil yang ada di belakang kami. Aku tidak bisa membiarkan Richard melaporkannya pada Sean jadi aku sedikit mengorbankan Richard dalam hal itu.

"Bisakah kita menutup pembatasnya, aku tidak nyaman dengan Richard yang mengawasi" aku berbisik manis pada Sean dan menjatuhkan kepalaku untuk bersandar di cekungan antara bahu dan lehernya agar dia tidak bisa melihatku, aku melakukannya karena dia bisa tau kapan aku berbohong bahkan hanya dengan melihat mataku.

"Apapun yang kau inginkan manisku" tanpa menunggu lebih lama lagi dia segera menurunkan pembatasnya.

"Tidurlah lagi sayang, kita akan segera sampai dirumah" Sean berbisik lembut, dengan satu lengan dia membelai rambutku dan satu lengan lagi dia gunakan untuk membelai punggungku dengan lembut.

"Baiklah" aku menjawab sambil kembali menyandarkan kepalaku di antara bahu dan leher Sean, tapi pandanganku tidak pernah lepas dari mobil yang ada di belakang kami. Selama beberapa saat aku tidak menemukan sesuatu yang salah pada mobil dibelakang kami, aku berusaha melihat kearah plat nomor mobil itu dan mencoba untuk benar-benar mengingatnya. Setelah beberapa saat aku pikir aku mengingat sesuatu tapi aku bahkan ragu dengan apa yang kupikirkan saat ini. Mungkinkah dia datang untukku, mungkinkah dia tahu bahwa aku sedang dalam kesulitan dan akan membawaku pergi.

***

Aku disini mau minta tolong ya guys tulis di komentar, Lagu apa yang menurut kalian paling enak didengar... Formatnya gini guys tulis Judul Lagu dan Penyanyinya ya.... Dan alasan kenapa kalian suka lagu itu.

Jangan lupa follow aku dan vote FM yaaa... Muuahhhhh

Makasih juga yang udah kasih semangat buat yang kemarin....

Love you

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 112K 26
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
595K 95.4K 38
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
4.7M 174K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
381K 37K 27
Lily, itu nama akrabnya. Lily Orelia Kenzie adalah seorang fashion designer muda yang sukses di negaranya. Hasil karyanya bahkan sudah menjadi langga...