JEN'S BOOK ✅ Jennie Kim

By getevirus

69.6K 3.7K 1K

Kumpulan fict Jennie and other boys! Silahkan di cek ✨ Written in bahasa and english ⓒgetevirus, 2018 More

[au,+15; Taeyong] Camera Man
[au:Taeyong] It's not a fairy tale 1
[+15 au: Mino] Just play with me
[au:Taeyong] It's not a fairy tale 2
[au: Wonwoo] Last Time
[au; Dean] Prof? 1
[au; Dean] Prof? 2
[au; Dean] Prof? 3
[au; Dean] Prof? 4
[au; Dean] Prof? 5
[au; Dean] Prof? 6
[Zico] Like, Like
[au; Dean] Prof? 7
[au; Peter Parker/Tom Hollad] I hate spiders!
[au;Thomas Brodie] Weird
[Timothée Chalamet] Not A Lover?
[AU;Bill Skarsgård] Creepy
[AU; Luke Hemmings] Drunk Confession
[Hanbin] Flower Path
[au;Zico/Mino] Take Care of You
[au;Freddie Highmore] End Is The Beginning Part 1
[au:Freddie Highmore] End Is The Beginning Part 2
[au:Timothée Chalamet] Heavy Breath Part 1
[au:Timothée Chalamet] Heavy Breath Part 2
[au:Timothée Chalamet] HEAVY BREATH PART 3
[au: Timothée Chalamet] Heavy Breath Part 4
[au: Timothée Chalamet] HEAVY BREATH Part 5
[au:Timothée Chalamet] Heavy Breath Part 6
[au: Timothée Chalamet] Her Side
[au:Timothée Chalamet] His Side
[Money Heist au: Río] Locked part 1
[Money Heist au:Río] Locked Part 2
[Money Heist au; Río] Locked Part 3
!!!!! (HARAP BACA)
[Timothée Chalamet] Birthday

[AU; Alexander/Sasha Trautvein] Safety Pin

760 49 44
By getevirus

Disclaimer : This fict contain about 3800 words. Siap siap bosan 💕💕

-::-

Asap mengepul di udara, beberapa remaja lelaki terlihat sedang duduk santai di gang sempit di samping apartemen tua tengah kota.

"Hey Sha! your swan lake is here" tegur seseorang pada lelaki di sampingnya.

"Hey" seorang gadis dengan dress berwarna putih berada di hadapan mereka.

Lelaki yang biasa di panggil Sasha itu berdiri dan membersihkan celana nya dari kotoran.

"Jennie"

Shasa menatap ke arah teman-teman nya dan pergi keluar dari gang itu. Mereka berjalan bersama.

"How's your audition"

"I pass the first audition"

"I can see that, you're great ballerina"

Jennie tersenyum.

"How about your family? Guess it's turn out bad"

"Well, my father bring his girlfriend to our home, and my mother just start shouting like mad man, like you said it's turn out so bad"

Jennie berhenti dan memberikan lelaki di sampingnya permen mint.

"I still can smell cigar on you"

"Sorry, can't go without cigarette these day"

Sasha mengambil perment mint dan segera memakan permennya.

Jennie dan Sasha adalah 2 orang dengan kepribadian dan hidup yang berbeda. Jennie dengan kekayaan dan peraturan yang ketat sedangkan Sasha atau Alexander dengan kehidupan bebas yang telah ia hadapi sejak 16 tahun.

Keduanya bertemu tidak sengaja saat Jennie sendirian di jalan saat ia pulang dari latihan balet di tengah malam. Saat itu beberapa lelaki asing mendekati Jennie dan Sasha mencoba untuk membantu Jennie dengan segera mendekati Jennie dan memeluk bahu gadis itu beraksi sebagai teman dekat Jennie.

Sejak saat itu Jennie sangat berterima kasih pada Sasha, gadis itu mencari Sasha di tempat ia bertemu dan mendapati lelaki itu bersama teman-temannya.

"My friend offered me a job"

"A job?"

"I need money Jane. I need to get out from that house"

Mereka berdua sampai di taman, Jennie dan dan Sasha duduk di kursi taman.

"Well, then it's good for you"

"I know but"

"But?!" tanya Jennie penasaran.

"Uh nothing"

Jennie tidak membahas saat Sasha tidak melanjutkan ucapannya. Jennie cukup sadar diri untuk tidak mengorek informasi pribadi jika orang yang bicara masih menutup mulut.

"I'm afraid for the next audition"

"Why? You are great ballerina I've ever met"

"You just meet one, and that is me"

"Yes, the point is you are great, and you shouldn't worried about it"

Jennie mengambil sesuatu dari tas nya. Ia membawa 2 buah sandwhich untuknya dan untuk Sasha.

"Another sandwich. I won't get spoiled"

"Of course not, that sandwhich is for celebrate my first audition and you getting a job"

"Good.. Yeah" ucap Sasha menatap bungkusan sandwhich di tangannya.

-::-

Sasha kembali ke rumah nya, keaadaan rumah terlihat sepi. Bahkan beberapa baju di lemari orang tuanya sudah tidak ada.

Sasha mengambil tas miliknya dan keluar rumah, ia pergi ke apartemen tua tempat temannya tinggal.

Sasha mengetok pintu tua itu beberapa kali. Hingga pintu terbuka, wajah familiar menyambutnya di depan pintu.

"You come!"

"Just give me the pack and I'll give them quickly"

"Slow down Alex"

Sasha menatap tidak suka pada temannya, Alex adalah nama panggilan ayahnya pada nya dan ia benci nama itu.

"Sorry man"

"Just give me the pack Kris"

Kris membuka pintu dan membiarkan Sasha masuk. Mereka masuk ke dalam sebuah kamar. Di sana terlihat beberapa bungkus narkoba dan senjata lainnya.

"You promised for high pay"

"As you wish"

Sasha membuka tas nya dan Kris memasukan beberapa bungkus kokain ke dalam tas lelaki itu.

"I have a good stuff for you"

"I don't snort coke" ucap Sasha

"I know, I have a pack of weed, you can take 'em"

Kris melemparkan bungkusan berisi ganja dan di terima oleh Sasha.

"I've heard about your family, hope that can help"

"Guess they can"

Setelah memindah beberapa bungkus kokain Kris memberikan kertas berisi sebuah alamat tempat pembeli. Sasha cukup hapal dengan area di sekitar kota mereka sehingga ia tak terlalu kesulitan menuju alamat itu.

"I'll give your money tomorrow in alley" ucap Kris lagi

"No, we meet here. Not in alley"

Sasha tidak ingin seseorang melihat ia bersama Kris. Walaupun teman-teman lainnya juga mengenal Kris ia tidak ingin jika Jennie datang dan menemukan ia menjadi kurir narkoba untuk Kris.

"Alright, we meet here 9 AM"

"Great, I can go now"

"Be careful"

Sasha keluar dari apartemen tua itu dan pergi menujubalamat yang di berikan Kris padanya.

-::-

Makan malam adalah waktu favorit Jennie. Ia bisa berkumpul dengan keluarganya dan makan bersama. Seperti sekarang Jennie sudah duduk bersama kedua orang tuanya untuk makan malam bersama.

"How about your audition?"

"Good, I pass the first one"

"Irina?"

Jennie menatap ibunya heran, tidak biasanya ibunya diam sejak makan malam di mulai.

"Yes? Oh sorry. I..I'm not feel good at all now"

"Mama, something wrong?"

"No honey, just a little trouble at office"

"Don't over work mom"

"Sure honey, sorry about this"

Ketiga nya kembali makan dengan tenang dengan senyuman palsu seseorang.

-::-

Jennie menatap cermin di depannya. Hari ini adalah audisi terakhir untuk pementasan balet terbesar tahun ini.

Siapapun yang terpilih akan menjadi balerina utama di pementasan dan juga akan menjadi balerina utama di 2 show di teater.

"Jennie it's your time" seorang staf memanggil nya.

Jennie segera bersiap dan pergi menuju pentas. Sudah ada 4 orang yang bertugas sebagai juri.

.

Sasha menghitung kembali uang yang ia terima dari Kris.

"You can rent house here" ucap Kris di sampingnya.

"There's available one?"

"Of course man, you can talk with Tina at down stairs"

"I'll see you later"

"Sasah, I need you to new package tonight"
"I got it"

Sasha segera pergi dari tempat Kris dan menemui Tina, pengelola apartemen tua yang ia sewakan.

-::-

Jennie terkejut saat mendapati Sasha berada di depan gedung teater.

"Sasha!"

"Hey"

"What are you doing here?"

"How's your audition? Did you get the first place?" tanya Sasha lekas.

Jennie mengangguk dengan senang, ia juga menunjukan sebuah undangan pertunjukan yang akan di adakan 2 minggu lagi di teater itu.

"I'm so proud of you" Sasha memeluk gadis mungil itu.

"Thank you"

"I brought you some present"

Sasha memberikan Jennie paper bag yang ia bawa sejak tadi. Jennie menerima paper bag itu dan melihat kedalam nya.

"Peaches?"

"Yes, I know it's suck"

Jennie tertawa dan mengambil 1 buah peach dan membersihkan buahnya kemudian Jennie memakan buah peach itu.

"It's sweet"

"I choose them"

"Wow, you are great. Want some?" tawar Jennie.

Sasha kemudian menggigit buah yang ada di tangan Jennie. Ia cukup terkesan karena buahnya benar benar manis seperti yang Jennie katakan.

"Wait, you bought me alot peaches. Did you used your salary?"

Sasha tersenyum dan mengangguk bangga.

"You shouldn't bought me this. I mean you should collect them"

Sasha mencubit pipi Jennie yang sudah memerah karna udara dingin.

"I'm good Jane. Really, I even rent a new apartement. Well, it's an old apartement"

"No way! Really? That's awesome, but how? It's your first day and you already rent a house?"

"Uh that's, my friend help me for the rent money"

"Oh, alright"

Keduanya berjalan bersama, Jennie masih memakan buah peach nya sedangkan Sasha hanya menatap Jennie dengan senyuman di wajahnya.

"Hey, you will come, right?" Jennie menatap kearah Sasha di samping nya.

"To your show?"

"Yes"

"Of course, I'll come"

"I really want to give you VIP ticket but I only have 2 and it's for my parents"

Sasha mengacak lembut Puncak kepala Jennie.

"It's alright, I know your parents means a lot to you"

"You also mean a lot to me"

"Really?"

Jennie menatap tepat ke dalam mata lelaki itu, wajahnya memerah dan gugup seketika saat Sasha mendekat dan penepuk bahu Jennie.

"Yes, you are"

Suara klakson mobil terdengar di belakang mereka, Jennie melihat mobil yang biasa ia gunakan. Jennie memeluk Sasha dan berpamitan untuk pergi sekarang.

"See you later"

Sasha kembali ke rumahnya untuk membawa beberapa barang yang ia perlukan.

"Sasha?"

"Mama?"

"What are you doing?"

"I'm move, I have a new house"

Seseorang yang asing keluar dari kamar orang tuanya. Lelaki dengan tubuh tinggi itu terlihat baru saja bangun tidur.

"Great, now you also bring your new boyfriend?"

"Sasha, wait I can explain"

"No, please I'm busy I have to hurry"

Sasha meninggalkan rumahnya dan segera menuju apartemen yang baru saja ia sewa.
-::-

Sasha memasukkan bungkusan terakhir paket yang ia bawa, hari ini Sasha bersama Kris membawa langsung kokain yang di pesan.

"Paketnya cukup banyak"

"Ya, seorang mentri negara sangat suka barang itu"

"Mentri? Mereka sangat busuk"

"Aku tau, mereka sangat busuk dan ber uang"

Sasha dan Kris tertawa setelah membahas mentri dan pejabat yang menjadi pembeli mereka.

Perjalanan memakan waktu 20 menit. Mereka sampai di hotel besar yang telah di sewa oleh kembali mereka.

"Jaga ucapan san tingkah laku mu" peringat Kris.

"Ya ya ya"

Kris mengetuk pintu kamar dan di sambut oleh seorang wanita.

"Hallo Irina"

"Kris! come in"

Kris bersama Sasha masuk kedalam kamar hotel. Kris terlihat cukup dekat dengan wanita bernama Irina tadi.

"Where is Lucas?"

"I'm here"

Seorang lelaki keluar dari kamar mandinya, ia masih menggunakan bath robe yang melilit tubuhnya. Irina terlihat memeluk Lucas dan menciumnya mesra.

"A new boy?" tunjuk Lucas pada Sasha.

"Ya, dia teman ku"

Kris dan Sasha membuka tas dan menunjukan paket kokain yang mereka bawa.

"How?"

"Good as always"

Lucas memberikan 2 koper uang pada Kris.

"Sasha" panggil Lucas

"Yes, sir?"

Lucas melemparkan uang pada Sasha, di sambut oleh Sasha dengan senang.

"Bonus for a new boy"

"Thank you, sir"

Kris dan Sasha tertawa senang keluar dari hotel.

"This is crazy"

"See, you'll love this business"

-::-

Jennie terbangun dari tidurnya, jam menunjukan pukul 2 malam. Ia mendengar seseorang membuka pintu, dengan segera Jennie keluar kamar dan melihat kearah pintu rumah.

"Mama?"

"Jennie? Oh honey, Am I waking you up?"

"Where you have been?"

"Sorry sweet heart, I fall asleep in office. Now back to sleep"

"Yes mama"

Jennie kembali ke kamarnya, ia sempat terkejut mendapatkan pesan dengan nomor tidak di kenal.

Good night.

Sasha
Ps. Don't asked where I get your number

Jennie tersenyum dan membalas pesan Sasha.

Funny how I gave you my number when we first become a friend.

Ps. I just saw your text

Jennie menggulingkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan memegang smartphone nya.

"Oh no. I really look like teenager"

Jennie kembali memeriksa smartphone nya, belum ada balasan dari Sasha.

Jennie bangun dan menyentuh wajahnya yang terasa memanas. Jennie segera mencek smartphone nya kembali saat mendengar bunyi pesan.

Oh right haha.
What are you doing this time? I thought you sleep

Ps. I meet new cat, she hate me.

Jennie menarik nafasnya dalam dan memukul mukul bantal yang ada di depannya.

"Ah, keduanya terlihat lucu "

Nothing, you the one need to sleep Sasha.
Give her a name!

Ps. I'm really sleepy tho


Jennie segera menyimpan smartphone nya di bawah bantal dan mencoba untuk memejamkan matanya.

Tidak lama smartphone nya kembali bergetar dan ia segera membalas pesan Sasha.

I don't know you this pretty!?
Alright, good night and have a nice dream. I'll sleep too

Ps. I named her Jellie

"Oh no, did he call me pretty? No, no.. Jennie you need to sleep"

-::-

Lantunan musik classic dari Tchaikovsky terdengar di ruangan penuh dengan kaca. Jennie masih menari sesuai dengan koreo yang telah di pelajari olehnya.

"Great" ucap mentor nya. "Jennie, kau harus santai, jangan terlalu terbebani dengan show nya. Kau bisa menikmati musiknya" jelas sang mentor

Jennie mengangguk mengerti, ia mencoba fokus kembali dan mengulangi tarian untuk beberapa kali.

Berbeda dengan Jennie yang sedang mencoba fokus pada tariannya Sasha terlihat teler dengan gulungan marijuana di tangannya dan asap mengepul ke udara.
Seseorang mengetuk pintunya, Sasha dengan sempoyongan membuka pintu dan melihat Kris berada di depannya.

"Kris"

"Sasha you high?"

"Uh, shut up"

"Man, why you even listening this classic music now"

Kris mematikan speaker milik lelaki bertato itu.

"Jennie akan menjadi penari utama di show hari minggu "

"Jennie? Oh swan lake? Huggo pernah membicarakan tentang seseorang dengan julukan Swan Lake pada ku"

"Apa kau pernah datang ke teater Kris?"

Kris duduk di samping Sasha, ia mengambil gulungan di tangan Sasha dan menghisapnya dalam.

"Oh this is good, where did you learn roll this joint?"

"Aku pernah menggunakannya 2 tahun lalu" jawab Sasha merebahkan dirinya di sofa.

"Teater... Tiketnya masuknya cukup mahal, aku belum pernah kesana. Tapi sekarang aku bisa membeli tiketnya"

Kris memberikan lagi gulungannya pada Sasha dan lelaki itu menghisap kembali.

"Aku membeli tiket untuk ke show"

"Hmm"

"Aku akan mengunjungi nya sore ini"

"Kau yakin? Kau sangat teler hari ini"

"I can take care of myself"

-::-

"Yes papa, you don't have to worry I can wait in teater. Bye, I love you too"

Jennie menutup sambungan teleponnya. Ayahnya baru saja mengabari bahwa ia tidak bisa menjemput Jennie langsung dan supir mereka akan terlambat.

"Ah, beruntungnya aku menemui seorang balerina cantik disini"

Jennie menoleh ke sumber suara, ia tersenyum mendapati Sasha berdiri dengan senyuman di wajahnya.

"Sasha"

"Right on time, I thought you already leave"

"No, I'm still waiting my driver"

"It's 6 PM. Want grab some food?"

"Sure"

Sasha menyodorkan tangannya dan di sambut oleh Jennie. Mereka berdua pergi ke kedai yang tidak jauh dari gedung teater.

"What happen with your eyes?"

Jennie menunjuk pada matanya yang memerah.

"Nothing I'm just uh I can't sleep last night"
"Oh ya, how about Jellie?"

"I haven't meet her yet, I guess she really hates me"

"Aww, I wish I can see her"

Tidak lama mereka makan seseorang menelpon Jennie. Gadis itu lekas mengangkat saat mengetahui siapa yang menelponnya.

"Mama"

"Hey sweet, where are you? Dimitri can't pick you up now and today I finish earlier"
"Ah I'm in Beverly Diner mama"

"Diner?"

"Ya, with friend" Jennie melirik pada Sasha saat ia menyebutkan teman.

"Alright, wait me there. See you"

Jennie menutup sambungan teleponnya.

"Your mother?"

"Yes, she said she will pick me up"

"Ah.. Okay"

Sasha dan Jennie kembali melanjutkan makan malam mereka, sesekali Jennie membicarakan apartemen baru Sasha dan kucing bernama Jellie.

"Oh my mother is here" Jennie melihat mobil yang ibunya kendarai dari jendela kedai.

"Alright, see you on Sunday"

"See you Sasha"

Sasha menatap Jennie hingga keluar kedai, ia juga melihat Jennie tersenyum manis pada orang di dalam mobil. Setelah mobil berbalik Sasha tak percaya apa yang lihat.

"Irina?"

-::-

Sasha menatap dirinya di depan cermin, meski berpikir beberapa kali untuk tak datang Sasha akhirnya memutuskan untuk tetap pergi ke show. Jennie mungkin saja mengenalkannya pada orang tua nya dan itu adalah hal yang buruk jika orang tua nya mengetahui Sasha adalah pengedar narkoba.

"It's alright just greet her before the show and left" ucapnya pada diri sendiri.

Suasana di depan gedung teater terlihat ramai, Sasha menoleh kesana kemari mencari pintu masuk.

Sasha terkagum menatap isi teater yang begitu mewah, ia juga menatapi langit-langit teater yang berhiaskan chandelier besar.

"Sasha?"

Sasha terkejut seseorang memanggilnya. Di hadapannya ada Lucas dengan setelan mahalnya.

"You here?"

"Yes sir, I know someone here"

"I see, I'll see you later"

Sasha menjabat tangan Lucas dan membiarkan lelaki itu pergi dari sana.Sasha menghembuskan nafasnya berat dan masuk ke dalam ruangan.

Jennie dan beberapa balerina lainnya mukai berkumpul dan saling berdoa. Mereka bersiap untuk tampil. Urutan tampil di mulai oleh 10 balerina dengan pembagian 5 orang dan di ikuti oleh Jennie sebagai balerina utama.

"Okay Jennie, you can do this"

Lampu pun mulai di matikan. 5 orang balerina mulai masuk menuju pentas. Kemudian di susul 5 lainnya.

"Jennie, come in"

Jennie mengangguk dan masuk ke panggung. Musik klasik dari Tchaikovsky mengiringi tarian Jennie.

Dengan baju berwarna hitam,putih dan hiasan bunga berwarna merah Jennie memari dengan anggun di atas pentas.


Sasha menatap Jennie dengan kagum, ia bahkan tak mengedipkan matanya saat gadis bertubuh mungil itu menari di panggung.

-::-

Pementasan telah selesai, Jennie segera menemui kedua orang tuanya.

"I'm so proud of you sweet" ucap sang ayah

Jennie memeluk erat orang tuanya dan hampir saja menangis terharu.

"Thank you for always support me"

Jennie memberikan waktu untuk orang tua nya berbincang dengan beberapa petinggi negrindan juga tamu terhormat yang datang. Jennie mencari seseorang di luar ruangan VIP.

"Sasha!"

Jennie berlari kencang dan memeluk laki-laki itu dengan erat.

"I saw you at the back" ucap Jennie.

"You really can see me?"

"Yes, you look great today too Sasha"

"Thanks, I suite up for you"

"It's fit you well" puji Jennie lagi.

"Jennie?"

"Oh Sir Lucas! Hello"

Jennie berjabat tangan dengan perdana mentri itu. Sasha hampir saja jantungan di buat nya, ia segera membuang muka dan sedikit menjauh, tetapi kini ia heran. Bukan kah harusnya Lucas ayah Jennie? Kenapa gadis itu menyebut Sir Lucas, bukan Papa atau apalah itu yang biasa menyebutkan nama ayah mereka.

"You are great dear"

"Thank you Sir Lucas and I'm happy to see you here"

"Yes dear, I'm going to see your parents"

"Sure Sir Lucas"

Jennie mendatangi Sasha yang cukup jauh darinya.

"Hey where you going"

"Lucas is not your father's name?"

"What? What are you talking about Sasha? No, My father's name is Erick"

Sasha terdiam, ia kini menyadari sesuatu yang bahkan tidak pernah ia bayangkan. Akan mudah menebak perselingkuhan dari keluarga nya tetapi yang ia ketahui sekarang adalah perselingkuhan orang tua dari gadis yang ada di sampingnya.

"Sasha? Ada apa?"

"Irina, itu nama ibu mu?"

"Y-ya?" jawab Jennie ragu, "ada apa Sasha?" tanya Jennie bingung.

Sasha bukan orang yang suka menanyai hal pribadi seperti keluarga kecuali Jennie yang memulai pembicaraan itu.

"Bisa kita bicara berdua saja?"

"W-what? Why?"

Sasha menarik Jennie keluar dari kerumunan, mereka pergi entah kemana Sasha membawa gadis itu. Di suatu tempat yang sepi Sasha berhenti dan bicara pada Jennie.

"I'm sorry Jennie but I think your mother have a affair with Sir Lucas"

"What?"

"Yes, the prime minister"

"No way"

Jennie merasakan kakinya lemas seketika.
"Sir Lucas is my father's friend. No way Sasha"

"Jennie, aku sangat yakin"

"How did you know? Did you meet them?!"

Sasha menghela nafasnya berat.

"Sayangnya, ya. Rekan ku dan aku pergi karena ada urusan dengan perdana mentri. We... We saw them, Irina was the one welcomed us and they.. Kissed"

Jennie merasakan jantungnya berdegup kencang.

"Jangan bohong Sasha, ini tidak lucu"

"No, Jennie trust me. I saw them, I'm sorry"

Jennie merasakan sesak di dada nyantetapi gadis itu segera berbalik dan pergi dari hadapan Sasha, ia tidak suja mendengar kabar bodoh dari Sasha. Ia mengenal ibu nya dan ibu nya tidak akan berhianat pada ayahnya.

"Jennie"

"Papa, where is mama?" tanya Jennie langsung saat menenmui orang tua nya di ruang VIP.

"Toilet" jawab Erick tanpa curiga.

Jennie kembali pergi dari sana dan berjalan menuju toilet yang masih ada di dalam ruangan VIP.

Jennie membuka pintu toilet perlahan. Kaki nya menjadi benar-benar lemas saat mendapati ibunya tengah bercumbu dengan Sir Lucas. Bahkan ibu nya tidak menyadari ada seseorang yang membuka pintu toilet.

"Jen-"

Jennie segera berbalik dan memeluk Sasha, ia menangis di pelukan lelaki itu.

"No way Sasha, it's not my mother, right?" ucapnya tersendat

"Jennie, I'm so sorry"

Lelaki itu membelai rambut Jennie mencoba menenangkan gadis itu.

"Bawa aku pergi dari sini"

"Apa? Kemana? Bagaiman dengan orang tua mu?"

"Just take me to somewhere. I don't want to see them now, I can't see my father's face neither" ucap Jennie mengeratkan pelukannya.

"Fine, we are going to my house"

"Yes, please"

-::-

S

asha menuntun Jennie untuk masuk ke dalam apartemen nya. Belum ada banyak barang di sana, tapi cukup nyaman untuk di singgahi dan tinggali.

"Can I borrow your shirt?"

"Sure, come with me"

Sasha kemudian memberikan baju kaus milik nya. Jennie hanya menggunakan kostum dansa dan sebuah coat.

"I'm waiting outside"

Jennie hanya mengangguk dan membiarkan Sasha untuk keluar. Gadis itu segera melepas coat dan kostumnya, menyisakan hanya stoking transparant yang ia kenakan.

Gadis itu segera membasuh wajah dan melepas ikatan rambutnya. Wajahnya mulai bersih dari make up yang sempat luntur karena ia menangis.

Jennie segera memakai kaus abu-abu milik Sasha. Gadis itu melihat lihat isi kamar Sasha yang terkesan masih rapih walaupun beberapa barang terlihat berantakan di atas meja.

"Is this weed" gumamnya sendiri.

"Jennie?" Sasha mengetuk pintu kamarnya.

Jennie segera membuka dan meliha Sasha juga sudah melepas jas nya dan menggulung lengan bajunya.

"You look better"

"Thanks" Jennie menunduk, "apa itu marijuana?" tanya gadis itu membuat Sasha sedikit terkejut.

"Uh... Ya. Aku mendapatkan nya dari teman"

Jennie menoleh kearah meja di kamar Sasha.

"You don't smoke cigar anymore?"

"I still have them but weed makes anything better" Sasha menjawab dengan sedikit terkekeh.

"Can I try them?"

"You what?"

"Try them, with you. Please? "

Sasha measuk ke dalam kamar, lelaki itu mengambil kertas tabako dan mengambil beberapa marijuana dari dalam kantong kecil dan menggulungnya.

Jennie mengikuti Sasha dan duduk di atas tempat tidur lelaki itu.

"Aku belajar ini langsung dari ahlinya" ucap Sasha bangga.

"Ahlinya?"

"Kidding, seorang teman ku mengajari ku cara membuat cigar weed yang bagus"

Jennie semakin penasaran dan mendekat pada Sasha.

"Is that really good?"

"Ingin mencoba nya?" tawar Sasha dengan senyum mengembang.

Jennie mengangguk, gadis itu menunggu Sasha untuk menyalakan rokoknya.

"Coba, hisap perlahan"

Jennie mengambil rokok tadi dari tangan Sasha, gadis itu menghisap perlahan. Jennie sempat terbatuk karena baru pertama kali mencoba nya.

Sasha terkekeh, ia mengambil rokok tadi dari tangan Jennie dan ikut menghisap nya juga.

"Untuk pertama kali mencoba nya kau akan merasakan kepala mu sedikit ringan lalu kau akan merasa terus tersenyum"

Jennie mencoba lagi dan mengeluarkan asapnya dengan natural sekarang.

"Kau terlihat berbakat dengan hal ini"

"Benarkah?"

Jennie merebahkan tubuhnya saat ia merasakan kepalanya mulai sedikit pening namun terasa ringan. Sasha duduk di sampingnya.

"Aku tidak sanggup melihat wajah ayah ku" ucap Jennie pelan.

Gadis itu merangkak dan memeluk pinggang Sasha dari samping.

"Apa yang ayah pikirkan saat mengetahui hal ini?"

"I don't know. Manusia itu sangat unik Jennie, mereka bisa marah karena sesuatu sepele dan membiarkan suatu hal besar"

Jennie mengambil rokok itu lagi dari tangan Sasha, gadis itu mencoba mencoba menghisapnya lebih dalam sekarang.

"Apa yang harus aku lakukan? Apa aku berpura-pura tidak tau? Atau marah pada ibu ku?"

"Entah, mungkin pergi dari rumah lebih baik" jawab Sasha.

Jennie hanya tertawa. Sasha ikut merebahkan dirinya di tempat tidur.

"Apa kau mau memberi ku tumpangan?" tanya Jennie

Sasha terdiam, ia hanya memandangi langit-langit.

"Untuk berapa lama?"

"Entahlah, untuk beberapa minggu, bulan, tahun.. atau selamanya?"

"Selamanya? Sounds good"

"Kau ingin selamanya bersama ku?" Jennie berbalik dan menghadap pada Sasha.

"Tentu, selamanya bersama seorang balerina paling cantik se Rusia? Tentu saja aku sangat senang"

Jennie mendekat pada Sasha, Sasha merasakan jarak mereka semakin dekat. Bibir plum Jennie menyentuh bibir Sasha dengan lembut, mengecupnya perlahan.

"You smells so good" ucap Sasha menghirup aroma tubuh Jennie.

"Musk and vanilla never disappointed"

Sasha mengangkat tubuh Jennie ke atas tubuhnya. Sasha menyelipkan helaian rambut Jennie ke belakang telinga gadis itu. Jennie masih menghisap rokok marijuana di tangan nya.

"And you look so perfect with my shirt"

Jennie terkekeh saat ia merasakan tangan Sasha menyentunya dari pinggang hingga ke perut nya.

"Sasha, thanks for saving me"

"We are saving each other"

Sasha mengambil rokok dari tangan Jennie dan menghisapnya.

Sasha dan Jennie menghabiskan malam bersama dengan tawa dan kesedihan yang membuat mereka bersatu.

- e n d -

Alohaa
younghottrbl memberi nama yang akhirnya w tulis wkakaka.
Honestly, alur cerita ini yg paling w suka dari bbrp fict di book ini, makanya panjang karena nagih wkakaka.
Semoga suka dan nggak ngebosenin tho ini panjang sekali :>

Btw beberapa adegan jgn di tiru ya (?)
See you next fict, xoxo

Please vomment if you like this fict
Thank you 💕

Continue Reading

You'll Also Like

876K 19.9K 48
In wich a one night stand turns out to be a lot more than that.
1M 40.2K 93
𝗟𝗼𝘃𝗶𝗻𝗴 𝗵𝗲𝗿 𝘄𝗮𝘀 𝗹𝗶𝗸𝗲 𝗽𝗹𝗮𝘆𝗶𝗻𝗴 𝘄𝗶𝘁𝗵 𝗳𝗶𝗿𝗲, 𝗹𝘂𝗰𝗸𝗶𝗹𝘆 𝗳𝗼𝗿 𝗵𝗲𝗿, 𝗔𝗻𝘁𝗮𝗿𝗲𝘀 𝗹𝗼𝘃𝗲 𝗽𝗹𝗮𝘆𝗶𝗻𝗴 𝘄𝗶𝘁𝗵 �...
1.3M 55.2K 101
Maddison Sloan starts her residency at Seattle Grace Hospital and runs into old faces and new friends. "Ugh, men are idiots." OC x OC
265K 9.2K 105
She was a capitol elite. He was the youngest victor in history. Their friendship was frowned upon, but their love was forbidden. Extended Summary Ins...