Siren's Tides ㅡvkook

By homojeon

361K 58.1K 19K

[Mermaid] Mereka tidak memiliki sisik yang indah. Rambut mereka yang berwarna putih saat di daratan, akan k... More

King's Cage
The Beginning
Caught
Belonging
A Story
Who is He?
Seriously, Who is He?!
Yours truly,
Just Slightly
A Lil' Piece
What You Know
Oh, So it's You
And So, I Believe in You
A Glimpse of You
Well then I realize that when my heart skips a beat,
It Has Always Been You, All Along
I am yours. Forever, and always.
And oh, those little stolen kisses
It is home, we are home!
Heat Seeking
I love you, finally!
Another Interruption?
of unspoken promises to be yours truly;
yellow?

A Faith that I will Always Keep,

9.5K 1.6K 320
By homojeon





Selamat malam?

Boleh dicoba dengarkan lagu di media di atas!

(Boleh nda aku anggap dia ost ff ini selain Shinkai Shoujo :( )

• •









Pada hari yang ini, kita tidak berhenti di laut.


"Jadi, awalnya Belevis itu dikuasai oleh seorang penguasa,"

Namjoon berdeham. Menepuk halus pundak Jungkook yang hanya mampu mengerjap sembari bersandar di pinggiran kapal,

"Karena tidak tahan dengan pemerintahan tirani, masyarakat akhirnya melakukan pemberontakan."

"Pemberontakan?"

"Iya, benar." Kekehnya seraya menggeleng, "Saat itu, kepemimpinan diambil oleh raja Belevis yang pertama. Beliau menggantikan kedudukan penguasa yang tumbang. Dan hebatnya, sampai sekarang pemerintahannya tetap berlaku."

Kemudian, samar sekali, Jungkook dapat meniti dari sudut mata.

Bagaimana tipisnya sunggingan senyum seorang Kim Namjoonㅡlesung pipinya terbentuk manis. Garis wajahnya rapi dan berkelas. Nampak berwibawa tanpa ada sedikit pun aura yang memancarkan seorang bajak laut.

Jungkook mendengus geli,

"Negara ini minim sejarah apabila dibandingkan dengan Albadia di bagian Herious."

Albadia?

Jungkook mengernyit; balik menatap ke arah Namjoon dengan pandangan tak terbaca, sekalipun air mukanya kentara sekali nampak pucat.

Dimana si navigator, justru hanya membalas dengan tawa kecil yang serak, juga tepukan halus di pipi,

"Tenang, Jungkook. Kalau memang itu yang kau khawatirkan, kurasa bukan masalah." Jeda, ia mengerling jahil dengan sebelah mata yang mengedip, "Tidak bisa dipungkiri, kalau faktanya, Belevis juga negara nomor satu di bagian Deiterous."








Fiz.


Negara kecil; pulau manis yang terletak bagaikan permata zamrud di tengah hamparan birunya safir.



"Kyaaaaah!"


Jungkook mengernyit;

"Ini hebat! Kau sungguhan asli dan ternyata memang ada?!"

Kemudian balas meringis ketika mendapati pipinya dicubit halus sekali lagi.

Bau parfum perempuan itu memang menusuk, menurutnya. Dan untuk tolak ukur pertemuan pertama, rasanya, jarak begini memang bisa dikatakan ....

Terlalu dekat?

"Oi oi, menjauh sedikit," Taehyung berdeham pelan seraya menyikut perempuan itu menjauh, "Ini punyaku."

Yang disahuti si perempuan dengan dengusan; pandangannya kentara meremehkan ketika menegapkan tubuh juga berkacak pinggang, "Punyamu?"

"Punyaku."

"Sejak kapan?"

"Sejak pertama kali bertemu, nona." Ujarnya pongah yang diselingi nafas Jungkook yang tercekat kala mendapati diri tersentak untuk ditarik dalam rangkulan, "Dan kauㅡpunya Hoseok."

"Hei, membawa diriku?"

"Jelas harus, Hos." Kali ini, Namjoon mengambil tempat dengan senyuman miring, "Kau sendiri yang bilang, ingin meminta jawaban Ryujin perihal pernyataan cinta kalau berhasil pulang, ya kan?"



Shin Ryujin,

Begitu yang Jungkook tahu dan kenalㅡkesan pertama, merupakan perempuan kuat, tegas dan sangat mandiri?

Cantik, lugas. Bicaranya memperlihatkan bahwa dia adalah perempuan cerdas. Tidak heran Hoseok mengagumi juga jatuh cintaㅡ


"Menjawab pernyataan cinta dari orang ini?" Ryujin mendengus seraya menunjuk Hoseok serampangan, "Jangan bercanda, tolong."

"Ryujin, kau tega?!"

"Ya habis kau selalu begitu!"

"Begitu bagaimana?!"

"Ya, begitu." Ia mendecak, "Ah, kemana-mana, kalau bisa sih, aku mau jadian dengan Jungkook saja."

"Hei hei, kubilang juga apa, Jungkook ini milikku."

"Sekali lagi, kata siapa?"

"Kataku," Taehyung menepuk dadanya sombong sembari mengeratkan pelukan di sekeliling pinggang Jungkook, juga mendusal manja di ceruk lehernya, "Benar tidak, ratuku?"


ㅡyang katanya, dan sungguh amat disayangkan, selalu tertolak. Miris.



"Ryujin-ah, kalian, jangan berisik." Seorang perempuan lainnyaㅡnamanya Hani, dari yang Jungkook tahuㅡdengan penampilan lebih dewasa dan matang dari yang lainnya menyela, "Kalian baru saja sampai dari berlayar, memangnya tidak lelah, huh? Terus saja bertengkar begitu."

"Kami?" Taehyung terkekeh remeh, "Laki-laki itu tidak pernah lelah!"

"Berani bilang laki? Berciuman saja menjeritnya seperti perawan!" Seokjin mengejek.

"Ya itu kan berciuman denganmu, hoi!"

"Bedanya apa?"

"Kau ituㅡdugong!"


Maka Jungkook kembali menghela nafas.

Menoleh ke samping; hanya untuk mendapati Hani memerhatikannya begitu seksama. Tanpa kedipㅡpandangannya dingin, tegas dan menggelitik hingga Jungkook reflek menahan nafas.

"Kau itu," Hani memulai sedikit menundukㅡmengamit dagu Jungkook halus, "Memang benar-benar cantik, ya?"

"Ehㅡ?"

"Iya, cantik. Kulitmu putih, halus. Rambutmu jugaㅡwah!" Pekiknya, "Benar-benar tidak terlihat seperti orang yang menghabiskan waktu di lautan dalam kapal bobrok laki-lakiㅡ"

"Hei!"

"ㅡApa kaisar Albadia memerlakukanmu dengan mahal?"


Deg,


Jungkook membeku.

Tubuhnya menggigil. Keringatnya meluncur tipis-tipis. Dan mendadak respirasinya buntu serta akalnya kosong,

Kala dalam benaknya, ia kembali membayangkan tangan kasar yang sama, aroma tembakau pekat, juga kata manis melecehkan yang membuat ia muak.

"Layani aku, mermaid. Bukannya memang itu tugasmu?"

Tawa mengerikan. Mengancam. Takut. Jungkook takut.

"Menari untukku, mermaid. Ayo, hibur aku dengan tubuhmu!"

"Kau memang diciptakan untuk itu, kan?"

"Luar biasa! Hah! Mermaid memang benar-benar memuaskan!"



Telapak kasar yang menggerayangi tubuhnya dalam diam. Menyentaknya kasar. Menginvasi. Mengacak. Menghancurkan. Tanpa peduli jeritannya yang mulanya melengking lantas melemah. Perlahan sayup kemudian hilang hingga semestanya gelap, dan berulang lagi keesokan harinya.

Terus,

Terus,


"Aku bercanda, Jungkook! Astaga!"

Hani, perempuan itu tertawa histeris sembari menepuk halus kedua pipi Jungkook bergantian, "Jangan diambil serius. Kita semua tau, pria tua itu bajingan."

"Bercandamu keterlaluan, Hani." Taehyung menyela, yang dibalas dengan dengusan,

"Itu memang faktanya, Taehyung. Suka atau tidak."

"Tidak perlu dibahas sebegitunya," Taehyung mendecak; mengelus sisi pinggang Jungkook hati-hati ketika dirasa pemudanya sedikit beringsut tidak nyaman, "Kau membuat dia merasaㅡ"

"Iya, iya. Duh, kau jadi cerewet begini, seperti bukan dirimu saja. Berapa banyak cumi-cumi yang kau hisap tintanya?"

"Kenapa memang?"

"Isi otakmu jadi hitam pekat."

"Yah, bangsat."

"Ya ya, bicara kasar begitu. Tidak malu apa pada kenyataan kau membawa makhluk seindah ini, tapi bicaramu persis makhluk yang tinggal di kandangㅡoops, biar kukoreksi, kapal kalian memang persis kandang."

"Hey!"

"Tidak menyalahkan, soalnya kita memang ada babi." Hoseok tertawa renyah sembari menunjuk ke arah Seokjin, "Tuh, disitu."



Maka suasana kembali runyam.

Seokjin mengejar Hoseok, dan Hoseok berlari sembari memanjat meja bar. Seluruh awak kapal lainnya tertawa. Suasana nyaman hangat yang membuat Jungkook merasa tenang seolah di rumah.

Rumah?

Kembali, Jungkook dibawa beringsut akan kenyataan,

Ini Fiz. Kampung halaman Taehyung, Namjoon, juga yang lain.


"Aku mau ke kedai paman Kun!"

"Ah, bibi Shin apa kabar? Aku rindu ayam goreng gratis!"

"Ayo, ceritakan padaku, apa kabar usaha minyak si tetangga pongahmu yang satu itu?"



"Ratuku? Hei? Kenapa melamun?"

Taehyung menyikutnya halus. Pandangannya menatap khawatir, dan jarak mereka terlampau dekat hingga ujung hidung keduanya bersentuhan.

Bau alkohol yang menyeruak menutupi aroma laut Taehyung yang biasa dan sudah jadi favorit, membuat Jungkook tergugu,



Disini, cuma Jungkook yang orang asing.

























.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Kita berhenti disini?"

Panggilan itu halus,  yang membuat Jimin menoleh.

Senyumnya tersungging tipis. Kemudian membenahi posisi hingga keduanya berhadapan.

Satu jemarinya dibawa turun menelusuri tulang pipi. Mengelus halus sebelum mengamit dagu pemuda yang terbaring disisinya dengan wajah kentara lelah,

"Untuk sementara. Ada beberapa hal yang harus kaisar sampaikan padaku."

"Tentang mermaid?"

"Iya."

"Aku tidak mengerti kenapa kaisarmu itu begitu tergila-gila."

"Kau cemburu?"

"Tidak."

"Lalu, kenapa merengut begitu?"

Pemudanya mengernyit; dan Jimin sukses dibuat gemas ketika ia mencebik,

"Jangan begitu."

"Apa?"

"Bibirmu," Jimin terkekeh, "Aku gemas. Ingin menciummu, rasanya."

"Bibirku luka." Desisnya, "Kau ini!"

"Kau yang memancing, sayang. Katakan, kau tidak rindu menari lagi?"

Pemudanya bungkam. Kemudian menatap turunㅡmemandang sendu ke arah tungkainya yang telanjang. Di pergelangan kedua kakinya terikat gelang yang berbunyi gemerincing tiap kali ia bergerak.

Ia tersenyum, "Sedikitㅡ?" Sahutnya ragu yang kemudian tertawa kecil begitu mendapati Jimin memicingkan mata, "Baiklah, jujur, sangat."

"Ingin menari lagi?"

Sebuah gelengan, Jimin balas mengernyit; "Kenapa?"

"Takut," Gumamnya, "Menari membuatku mengingat komplotan pencuri itu."

"Mereka gagal."

"Aku tidak suka digunakan untuk hal-hal menjijikan begitu."

"Tapi, kau berhasil mencuri setidaknya," Jimin tersenyum menggoda, "Hatiku?"

"Menjijikan. Aku jadi sama sekali tidak ingin melakukannya lagi."

"Sayang sekali," Jimin menggeleng; wajahnya pura-pura sendu yang menjadikan pemudanya mengerling malas, "Padahal aku suka melihatmu menari."

"Jimin, jangan mulai."

"Aku serius," Jimin mengamit dagu pemudanya halus, "Kau cantik ketika menari. Indah. Tidak kalah dari mermaid."

"Cantik mana ketimbang mermaid milik rajamu itu?"

"Tidak ada bedanya."

"Pembual."

"Swear on my words," Ujarnya seraya mengamit dagu pemudanya halus,


Cup,


Jimin menciumnya lembut. Melumat bibirnya hati-hati, dengan sebelah telapaknya merambat naik. Terselip di antara helaian pirangnya yang terjuntai panjang menyentuh punggung. Menyentaknya halus hingga ia menengadah.

Perlahan, ia merubah posisi.

Menduduki pangkuan Jimin. Kedua lengan mengalungㅡmerapatkan tubuh keduanya yang bahkan masih menyatu. Bergerak perlahan. Sebuah tarian intim yang membuat Jimin mendadak merasa pusing.

"Taemin-ah," Jimin berbisik di sela ciuman keduanya, "Akuㅡ"

"Sssh," Pemudanya beralih mencium keningnya lagi, "Kau bilang, kau suka melihatku menari?"

"Aku memang suka."

"Maka, biarkan aku menari untukmu."

"Wow," Jimin mendecak; telapaknya merambat turun menuju bagian belakang. Meremasnya perlahan hingga pemudanya sedikit menyentak 'Ah!' dalam sengalan nafas, "Aku tidak menolak, kalau kau memaksa."

"Kalau begitu, nikmati, Jimin." Bisiknya seraya memeluk kepala Jimin, dan menenggelamkannya pada dada, "Ini milikmu. Seutuhnya."



Nafas keduanya saling bersahutan. Suara hentakkan kulit, rintihan lirih, serta erangan nama satu sama lain, teredam oleh dinding geladak kapal.














.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Siang hari, di kota Fiz.

Kampung halaman yang akan selalu menjadi tujuan mereka untuk pulang, dengan langit biru yang selalu berhasil menjadikan mereka merindu.

Cuaca sedang hangat cenderung panas. Angin berhembus sekedarnya. Taehyung memicing memandang bar yang menjadi milik Hani dengan pandangan bingung, juga raut yang sebagian tertekuk.


"Oi, ratuku?" Panggilnya yang membuat Jungkook menoleh sembari menaikkan kedua alis, "Sedang apa disitu?"

"Oh," Jungkook tertawa kecil, "Menyapuㅡ?"

"Kenapa?"

"Lho? Ini kan sudah jadi tugasku juga selama di kapal?"

"Yea, aku tau tapi ... kenapa menyapu disini?"

Jungkook mengedikkan bahu, "Aku bosan, Taehyung. Semuanya pergi, suasana sepi. Jadi aku bilang ingin membantu Ryujin."

"Dan kau senang?"

"Lumayan?"

"Tidak senang seluruhnya? Kita di kampung halamanku, lho."

"Kalau yang itu, aku jelas senang, Taehyung. Egois kalau aku bilang tidak, aku tau kalian pasti rindu rumah." Cicitnya, "Tapi, aku kesepian. Disiniㅡ"

Jungkook menarik nafas,

"ㅡCuma aku yang berbeda."



Jungkook itu, dari yang Taehyung tahu, merupakan makhluk terindah yang pernah ia lihat.

Dan ia akui, sudah jatuh cinta terhadap mermaid kecil dengan perawakan ramping; sekalipun gesit dan nakal karena tidak mau diatur. Tapi, dia manis. Ia mengakui, dan sadar betul kenapa raja Albadia begitu tergila-gila.

Ia tersenyum tipis seraya berjalan mendekat. Lantas meraih pucuk kepala Jungkook untuk diusak perlahan.

Warna putih yang biasa, kini tertutup oleh cokelat. Rasanya kasar, beda dari milik Jungkook yang pada dasarnya memang halus. Sedikit banyak, Taehyung rindu. Akan warna merah muda pekat, yang persis sakura di pertengahan musim.


"Apa yang membuatmu berpikir begitu, ratuku?" Kekehnya, "Kau itu, mau dilihat darimana pun, sama seperti kami."

"Secara fisik, Taehyung?" Rengeknya, "Kau lupa dengan ini?" Ia memilin ujung rambutnya sebal,

"Semuanya sama persis kok. Dan ini," Taehyung mencium pucuk kepalanya hati-hati, "Adalah favoritku."

"Aku benci rambutku."

"Kenapa?"

"Karena membuat susah."

"Menurutku tidak."

"Dia membuatku jadi gampang dikenali. Orang bisa gelap mata, Taehyung. Aku takut."

"Dia membuatmu jadi indah, ratuku. Cantik sekali. Jangan takut," perlahan, Taehyung menyakup kedua pipinya halus, kemudian merunduk untuk mensejajarkan pandangan, juga saling menyatukan kening,

"Tidak akan pernah bosan kubilang, kalau aku akan melindungimu. Sampai kapanpun itu."

"Kau bilang sampai aku muak?"

"Ya, dan kau harap kau tidak, ratuku."

"Memang kenapa, Taehyung?"

"Karena aku terlalu mencintaimu," Kekehnya, "Dan rasanya sakit sampai mau mati saja kalau kau jauh dariku."


Cup,


"Jangan lepas aku, Taehyung." Jungkook berbisik; bibirnya menempel halus pada permukaan bibir sang kapten yang tersenyum lembut, "Jangan lepas aku, kumohon."

"Sampai kapanpun, tidak akan kulepas, ratuku."

"Janji?"

"Janji."

"Baiklah, kupegang." Jungkook mengangguk; seraya menarik nafas dalam, "Aku ... menyayangimu, Taehyung."


Ini memang bukan ciuman yang pertama.

Sudah hitungan yang kesekian. Dan rasanya masih tetap sama.

Harum laut yang hangat, riak ombak yang menenangkan, sedikit tersembunyi pekat anggur merah ketika lidah saling menyecap.














"Sudah mulai terbiasa?"

"Siapa?"

"Dia,"

Hani mengedikkan dagu; senyumnya terulas miring sesekali melirik ke arah Jungkook yang bergerak lincah di antara pelanggan, kemudian beralih ke arah sang kapten yang pandangannya telak terkunci, "Mengediplah, oi. Lama-lama, kau pelototi sampai kepala anak itu bolong."

"Aku paling suka melihat dia bebas."

"Ya?"

"Pertama kali kubawa, dia terlihat tertekan. Sulit percaya. Bahkan memandang orang dengan pandangan curiga."

"Sudah sewajarnya, Tae." Hani meneguk anggurnya disini, "Makhluk langka seperti dia, pasti menghabiskan sisa hidupnya dikhianati. Banyak yang minat, pasti kehidupannya berotasi di sekitar uang."

"Dia dijual keluarganya,"

"Oh ya? Kasihan." Wanita itu mendecak halus; matanya memandang nanar ke arah punggung Jungkook yang kali ini menghilang di balik dapur, dan berganti dengan Ryujin, "Tapiㅡuntuk ukuran seseorang yang menghabiskan waktu dikurung di dalam kandang, kukira dia bakal menjadi dingin dan kaku."

Taehyung geming, matanya melirik Hani apatis yang dibalas wanita itu terkekeh,

"Maksudku, dia seperti boneka. Cantik, tapi tidak hidup." Ujarnya seraya menyulut cerutu, "Tak kusangka, dia bisa berbaur semudah itu. Benar-benar anak manis yang luar biasa."

Taehyung mendengus; dagunya terangkat angkuh sampaiㅡ

Dug,

"Aw! Sakitㅡapa-apaan, hoi?!"

Taehyung mendengus acuh; seraya mengelus lengannya yang menjadi sasaran tinju. Man,

Pukulan Hani itu, kuatnya seperti pukulan bandit tukang rampas harga diri!

"Mukamu pongah sekali bocah."

"Lalu?!"

"Aku sebal, memangnya dia istrimu sampai bisa bangga begitu?"

"Dia memang akan menjadi ratuku nanti, tunggu saja." Taehyung berujar apatis, "Ratuku yang paling cantik, akan jadi milikku. Kapten bajak laut terhebat tujuh lautan yang tampan!"

"Teruslah bermimpi, bocah."

"Kalau pun ini mimpi, aku tidak akan mau bangun lagi."

"Tapi kalau kau bangun?" Hani menyahut menantang; "Kau membuka mata, lalu mendapati Jungkook masih tetaplah mermaid yang terkunci di dalam kandang? Kau mau apa?"

Disini, Taehyung tersenyum miring.

Kemudian beralih meneguk habis anggur Hani dalam satu tembakan, sebelum menaruh gelasnya sembarang,


"Maka dia akan kucuri lagi."

.
.
.

***

(((Mau dicuri lagi katanya)))
(((Curi aq aj gmn mz)))

Anyway, halo halooo! Apa kabar kalian? Rindu?
Aku juga rindu. Sama kalian semua huhuu.

Saat ini, diriku lagi KKN. Sinyal susah, hidup susah, air susah. Mandi sekali sehari, kadang tak mandi. Tak apa, aku suka .g

Sedikit update tentang romansa ? jawabannya HEHEHEHEHE/// malu aq tu, tapi sedang senang (?) ygt.

Anyway, bagi cerita menarik boleh? Hehe. Aku gabut besok, tidak ada proker, berarti besok hari libur kosong yang ingin kupakai untuk istirahat dari carut marut KKN!

Dua hari lalu (?) ada gempa. Keras sekali. Teman-temanku yang di Lombok, maupun di Bali juga sama denganku, semoga kalian selamat ya! Take care and stay safe! Doaku menyertai, semoga senantiasa diberi perlindungan!

Di posko, ada gempa kecil2 teratur. But we are supaaa fine and happy!!

I think thats all (?) yang akan ospek, semangat! Yang sudah, selamat sudah menjalani perkuliahan pertama!

Yang masih berjuang, jalanmu masih panjang! Tetap semangat!

❤️❤️❤️

Continue Reading

You'll Also Like

68.6K 6.9K 20
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
452K 8.4K 13
Shut, diem-diem aja ya. Frontal & 18/21+ area. Homophobic, sensitif harshwords DNI.
73.3K 7.4K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
42.5K 5.9K 36
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...