THEIR MERMAN [COMPLETE]

By gazella05ezra

601K 44.8K 1.9K

Alasan kenapa Duyung Jantan/Putra Duyung jarang terlihat & didengar adalah "Para Mermaid, membunuh pasanganny... More

PROLOG
WHEN HE WANTS TO SEE HER AGAIN
FUCKING OBSESSION
THE LAST NIGHT
LET ME GO
MISBEHAVIOR
ILLUSION
THE FIN
MEREE
THE TAIL
BAD TEMPTATION
A ROYAL EXPERIMENT
WHIPPED BOY
THE BAD GROOM 1
THE BAD GROOM 2
THE BAD GROOM 3
SILENT SCREAM
REMEMBER YOU
BEAUTIFUL SYMPHONY
COME
THE DEEP BLUE SEA
I SEE YOU
AWAKE
THE FEELING
THE TRUST
SHE'S HERE
WHAT ARE YOU?!
I'M STILL HUMAN
THE GUEST
BLOODY
YOU
FIRST HEARD
SUICIDAL THOUGHTS
THE TRAP
SHE'S BACK
MOM
WILLIAM Part 1
WILLIAM Part 2
WILLIAM part 3
WILLIAM Part 4
WILLIAM Part 5
WILLIAM Part 6
DESIRE
RUN
BETRAYAL
LOST MIND
DARK SIDE OF YOU
THE GLASS PRISON
MIDNIGHT CONFIDENCE
EMBODIMENT
I'M HERE FOR YOU
SHOOT
BEYOND THE CAPABILITY
ONLY YOU
STILL WANT YOU
RUN AWAY
ESCAPE
BRING YOU HOME
THE HIDDEN PATNER
FRIEND OR FOE?
SEARCH FOR TRUTH
APPROACHING THE FINAL TIME
EXPLOSION
RESISTANCE
LOST IN THE DEEP BLUE
BEAUTIFUL ENEMY
YOUR HEART IS MINE
FIRST STRIKE
FOR YOU DAD
HEART
INTENTIONS
HIDEAWAY
SOMEONE IN THE DARK
UNDER THE FULL MOON
THE NIGHTMARE
THE TEARS
ANGELS FROM THE DEEP BLUE
BAIT
THE SOUND OF THE SEA
BLOODY NIGHT
WHEN I MEET YOU AGAIN
BITE
PREDATORS
ARRIVAL
DESTRUCTION
COLLISIONS
INCURSION
SHE
ANOTHER HEART
AT THE END OF THE NIGHT
OUR LAST MOMENT?
SURGE OF THE SEA
WHY DID YOU GO?
MISSING YOU
THEIR MERMAN
BONUS
Ngoceh

THE ATLANTIC'S

13.1K 813 9
By gazella05ezra

"Hari ketiga."

"Sudah hari ketiga kau tidak melihatnya?"

"Ah! Aku bahkan tak tahu apapun tentang dia. Besok adalah hari terakhir pertunjukkan kita di tempat itu."

Anna memasuki toko itu dengan dua gadis lain yang sejak tadi tak bisa berhenti bicara. Wanita-wanita muda yang bisa dibilang cukup bertenaga untuk pembicaraan apapun. Terutama jika menyangkut tentang pria. Mereka berjalan masuk dengan se-cup americano di tangan masing-masing, kecuali Anna yang lebih memilih cappucino dengan ekstra gula.

Saat itu udara cukup bersahabat, sangat pas untuk berjalan-jalan dan bersantai sebelum memenuhi jadwal yang lumayan padat keesokan harinya. Anna cukup bernafas lega setelah menerima beberapa sisa honor yang sejak beberapa hari lalu menjadi beban pikirannya. Menikmati hasil kerja keras itu sedikit lebih leluasa sebelum waktu-waktunya habis oleh pertunjukan yang harus segera ia lakukan.

Sementara itu, dua gadis lainnya, gadis berkulit hitam keturunan Afro-americans dan juga gadis lain yang berasal dari Oklahoma, menjadi dua orang teman yang bisa cukup diandalkan. Patner kerja yang cukup solid bagi Anna. Terutama ketika ia membutuhkan pinjaman sesekali untuk membantu menyokong kehidupannya sehari-hari.

"Oke! Menurutku, pemuda yang sering singgah di Taman Air raksasa itu benar-benar Sean, Sean Alex." Gadis kulit hitam itu berbicara lagi.

"Tidak mungkin. Sean Alex tak mungkin berpergian dengan transportasi umum. Ya.. Kau tahu, dia seorang atlet yang sedang naik daun sekarang. Kurasa kantongnya takkan kering andai saja Ferari atau Paganni huayra keluaran terbaru menjadi kendaraannya." Ujar gadis lain menyibak rambutnya ke belakang. "Lagipula, pemuda seusianya lebih senang menghabiskan waktu untuk bersenang-senang ketimbang di Aquarium konyol itu."

"Apa kau pikir dia menyukai salah satu dari kita?"

"Apa?!"

"Menyukai. Mungkin dia menginginkan salah satu dari kita. Ayolah, bukankah kita begitu seksi dengan pakaian ala mermaid itu?"

Mereka saling berpandangan.

"Masuk akal!" Anna menyela. "Kalau pun memang iya, harusnya itu aku!" Gadis itu meremas cup cappucinonya hingga cairan di dalamnya keluar lewat sedotan dan tumpah hampir mengenai jacket jeans yang ia kenakan.

"Hati-hati Nona percaya diri! kau bahkan kehilangan dia di bus itu. Jika aku jadi kau aku pasti sudah mendapatkannya."

Mereka bertiga, mendengar pintu toko tertutup kembali setelah berada di dalam. Toko itu tetap sama sejak kunjungan mereka beberapa hari lalu. Sebuah toko accessories dan souvenir-souvenir yang tidak terlalu ramai. Bangunan kecil yang dijadikan tempat usaha di pinggir jalanan kota. Anna dan kedua temannya terbilang cukup sering singgah ke sana untuk menambah koleksi astribut yang mereka gunakan untuk bekerja jika sedang pentas di kota itu. Jepit rambut, kalung-kalung yang terbuat dari cangkang kerang atau bahkan, anting mutiara palsu yang menjadi andalannya ketika ia tampil di beberapa tempat termasuk, di Aquarium dimana ia bertemu dengan Sean.

"Kau lihat Dream catcher di sana?" Salah satu gadis menepuk bahu Anna. Menunjuk ke sebuah rak besar di mana terdapat banyak sekali barang-barang yang cukup semrawut diletakkan dalam sap-sap rak besi tersebut. Mulai dari celengan-celengan berbentuk binatang, vas-vas bunga berukuran mini, keramik-keramik penghias meja, atau ya, lingkaran dengan jaring dan bulu-bulu ayam atau apapun sebutannya itu.

"Mainan anak-anak itu? Kenapa?"

"Kudengar itu bisa menangkal mimpi buruk."

"Semua orang tahu itu."

"Kau tidak ingin membelinya satu? Siapa tahu Sean akan hadir dalam mimpimu."

"Aku tidak percaya hal semacam itu. Sean atau siapapun namanya, dia sudah hampir setiap hari mengunjungi mimpiku." Anna berceloteh. "Dia bahkan menemaniku melakukan.. melakukan..-"

"Melakukan apa?!"

"Entahlah. Ini bodoh."

"Melakukan apa?!" Desak gadis Oklahoma itu antusias.

"Ciuman?" Sambung gadis lainnya, gadis kulit hitam yang tampak lebih santai.

Anna diam, tak berkeming. Tapi membenarkan jawaban spontan itu dalam hati. 'Ya, ciuman. Rasanya menyenangkan sekali membayangkan bibir itu menyentuh dan melumat bibirmu.'

"Itu terlalu... -" Gadis Oklahoma di hadapan Anna sedikit mengernyit.

"Why not? kalian tahu itu cuma.. Hmm, fantasi. Sekedar fantasi. Semua wanita melakukannya." Anna membela diri.

"Bukan begitu, maksudku, kau mungkin melakukannya lebih dari sekedar ciuman.. Nn. Thompson." Ujar gadis berambut pirang itu.

Ia melipat keempat jarinya dan hanya menyisakan jari tengahnya tetap berdiri. Menurunkan tangan itu, menyisipkannya ke balik celana jeans ketatnya, merayap lebih jauh ke kemaluannya dan memasang ekspresi wajah aneh. "Seperti ini? Oh.. Ahh.. yeah.. Sean Alex!" Sambungnya setengah mendesah.

Anna berpaling. "Kenapa kau jadi menunjukkan aktifitas harianmu, nyo-nya?" Katanya agak kesal. Sekotak permen cokelat yang tak sengaja menyedot perhatiannya ia angkat. Bukan permen cokelat sungguhan. Tapi hanya sekedar tiruan dari lilin untuk dekorasi rumah atau semacamnya.

"Oke, mungkin aku akan memastikan akan bicara dengannya jika bertemu lagi." Ia memandangi cokelat itu. Tersenyum sedikit. "Memangnya apa susahnya berkenalan? Bukankah pria lebih mudah diajak bicara?" Sambungnya berbalik kembali. Namun dua orang gadis yang ia kenal dua tahun belakangan itu mendadak menghilang. Seolah lenyap dan membiarkannya bicara sendiri. "Ayolah, kenapa kalian selalu melakukan ini?!"

"Kami di sini Juliet."

Mereka rupanya telah berkumpul di pojok ruangan. Tepat di area rak-rak besi yang berjajar sederatan accessories dan manik-manik mengenai band-band tertentu. Mata Anna tertuju pada rak yang ada di pojokan, beberapa barang bergambar tentang sekelompok band-band yang sama sekali tak ia ketahui. Lumayan menarik, sedikit berjinjit iapun meraihnya satu. hanya untuk sekedar melihat-lihat.

"Itu adalah salah satu tiruan dari accessories asli yang dikeluarkan oleh perusahaan music The Atlantic'S saat promosi peluncuran album pertama mereka." Seseorang tiba-tiba berbicara, mengejutkan mereka. Seorang pria agak tua dengan perut buncit dan kepala botak. Anna dan teman-temannya tahu benar, ia adalah pemilik tempat itu. Seorang pria yang cukup ramah keturunan Skotlandia.

"Selamat sore pak Robert." Ujar Anna.

"Selamat sore Nn. Ariel."

"Ariel? Bukan-bukan, aku Anna. Anna Thompson. Pelanggan setia anda, ingat?"

"Tidak. Kau Ariel, Si Putri duyung." Pria itu terkikik, menggoyang-goyangkan pinggulnya sedikit.

"Oouww, Ariel? Putri duyung? Oke ya, putri duyung." Ia tersenyum.

Mereka lalu tertawa bersama. Pria yang akan menginjak angka enam di usia senjanya itu, memandangi apa yang berada di genggaman Anna. Sebuah pandora yang terbungkus kemasan dengan gambar sebuah group musik pria.

"Kau mau membelinya?"

"Hmm.. Entahlah. Aku tak tahu siapa mereka."

"Mereka adalah grup musik yang cukup populer belasan tahun lalu. Bahkan sebelum debut perdana mereka saat itu." Jelas pria berkumis tipis tersebut.

"Seperti band?"

"Yah, band, The Atlantic'S. Awalnya mereka terkenal lewat sosial media di jaman itu. Pertunjukan-pertunjukan kecil mereka, mereka abadikan dan disebarluaskan. Pertunjukan yang cukup menarik, hingga dilirik oleh sebuah agensi musik terkenal, dan BOOMM! Jadilah album pertama mereka." Pak tua itu berdeham sejenak. "Apa kau ingin mendengarnya? Aku masih menyimpan lagu-lagu pertama mereka kalau tidak salah."

Anna menaikkan kedua bahunya. "Hmm.. Mungkin lain kali, terimakasih."

"Baiklah. Jika kau tidak terlalu sibuk kau bisa memeriksanya sendiri. Mereka adalah anak-anak muda yang cukup berbakat. Richard Deer, Bill Chatswick, Dean Faraday dan juga vokalisnya yang paling banyak memiliki penggemar, William Lie."

"William Lie?" Anna memperhatikan benda itu lagi. Salah satu dari mereka memang bukan pria kulit putih seperti yang lain.

"Benar. William Lie, kau mengetahui beritanya?"

"Berita?"

"Berita tentang anak-anak itu."

"Kurasa tidak, aku mungkin masih belajar berbicara saat itu. Lagipula aku juga bukan orang yang tahu banyak tentang industri musik. Apalagi musik pada jaman itu."

"Ah! Benar-benar." Orang tua itu menepuk-nepuk keningnya. "Kalau begitu biar kuceritakan sedikit." Ia menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan. "Album itu, album musik pertama mereka itu, beredar di pasaran di hari yang sama ketika mereka kehilangan salah satu anggotanya, William Lie."

"Hilang?"

"Ya, hilang." Pria itu menekan intonasinya.

"Pemuda asia itu, hilang! Menurut kalian apa? Kembali ke kampung halamannya? Atau karena hebatnya gejolak rasis di negara ini?"

Anna sekali lagi menaikan kedua bahunya.

"Rasis? Kupikir tak ada hubungannya." Gadis kulit hitam di sebelah Anna menghardik. Sesekali agak kesal dengan uji coba promosi yang orang tua itu lakukan. Ia tak habis pikir kenapa para penjual melakukan itu.

"Mungkin ia tak ingin melanjutkan karir cemerlangnya." Sahut gadis Oklahoma sebelum pria tua itu berbicara banyak kembali. "Oke, anda berhasil. Anna akan membelinya satu." Ia menepuk bahu temannya yang masih termangu.

"Terimakasih anak-anak." Pak tua Robert tampak berbinar ketika gadis-gadis itu berjalan menghampiri meja kasir. Beberapa accessories rupanya telah dibopong ke keranjang belanjaan mereka selama Anna dan pria Skotlandia itu sedikit berbincang tadi.

Sementara Anna, ia tak tahu kenapa pembicaraan itu mengarah ke mana-mana. Namun cukup menarik. Kisah yang tak disangka akan ia dengar di tempat seperti itu. Kisah yang tak asing.

Sembari menunggu satu persatu dari mereka membayar barang belanjaan, beberapa bros-bros yang diletakkan di rak-rak dekat kasir tak sengaja tertangkap oleh pandangan mata Anna. Bros-bros dengan bentuk yang ia sukai, namun jarang sekali ada dan tak banyak dijual di luar. Bros dengan bentuk sesosok Mermaid.

"Banyak sekali yang terjadi di tahun itu Ariel." ujar pria itu lagi ketika menangkap basah Anna mengamati semua benda tersebut. Sembari menghitung semua belanjaan dengan mesin kasir, ia tak berhenti membuka pembicaraan. "Kau tahu? Setelah berita menghilangnya salah satu penyanyi pendatang baru itu, berita yang tak kalah mengejutkan bermunculan dari mana-mana."

"Berita apa lagi?"

Robert terdiam sesaat, namun segera menjawabnya dengan mantap. "Berita tentang penampakan para Siren." Ia tercengir. "Mahkluk-mahkluk dongeng itu, mahkluk yang diberitakan bermunculan di laut Sargasso, tempat yang diduga menjadi tempat William Lie, terakhir terlihat."

******

Sean mendapati tubuhnya terasa panas. Seolah darah yang mengalir di setiap alirannya mendidih. Terasa seperti dibakar dari balik kulitnya. Sel-sel yang seharusnya memiliki peranan tak kalah penting, seakan dipanggang hebat. Merutuki setiap gejolak luar biasa dalam tubuhnya.

Sementara itu James, sudah lama meninggalkan ruangan. Tempat di mana aquarium raksasa berada di sana dengan seorang pria di dalamnya. Seseorang yang ia bilang adalah ayah Sean. Entahlah, Sean sendiri tak tahu. Semuanya masih terasa samar-samar. Ia juga tak pernah mendengar cerita apapun tentang siapa atau seperti apa ayahnya dari Alexa dan Tommy. Sedikit yang ia tahu, bahwa ayahnya adalah seorang pria kulit putih yang sengaja meninggalkan ia dan sang ibu sejak ia masih dalam kandungan. Pergi, Bahkan sebelum Alexa menikahinya. Bukan seorang pemuda asia yang mengalami nasib sial sama seperti dirinya sekarang. Lelucon yang tak cukup menggelikan dari ocehan ilmuwan kurang waras itu.

"Siapkan tangkinya! ia akan segera berubah!" Seseorang terdengar berseru tak jauh dari sana. Anak buah ilmuwan gila itu. Seorang pria dengan kepala pelontos yang Sean tahu sempat bercakap-cakap banyak dengan James tadi. Benar, mungkin yang ia maksud adalah ekor dan sirip itu.

Sean merasakan sesuatu mulai mengganggu kakinya, mengganggu kulit-kulit yang membalut bagian bawah tubuhnya tersebut. Lapisan terluar kulitnya terasa mengeras, perlahan-lahan membatu namun berkeringat dengan tekstur sedikit mengental dan berbau amis. Sementara itu, di sela-sela jemari tangannya, bermunculan selaput-selaput halus yang lembut dan transparan. Mengisi ruas-ruas jari seperti yang ada pada kaki itik atau angsa. Sesuatu yang sama-sama mengeluarkan cairan berbau tak sedap.

Sean masih dapat berpikir di tengah-tengah kegilaan yang perlahan-lahan menyerang satu persatu anggota tubuhnya tersebut. Berusaha keras mengontrol pikirannya untuk kemungkinan-kemungkinan yang masih bisa ia lakukan.

Sembari menahan semua rasa sakit itu, ia pun mencoba bangkit berdiri. Kedua kakinya yang terasa kehilangan daya itu sedikit gemetaran. Pergolakan yang cukup keras ketika ia terus memaksakan tubuhnya.

"Rupanya kau lebih kuat dari ayahmu." James tiba-tiba masuk kembali ke tempat itu. Langkah kakinya terdengar mantap berjalan ke arah Sean. Di tangannya terdapat beberapa laporan-laporan. "Yah.. kurasa itu karena kau seorang atlet. Staminamu pasti lebih besar darinya." Ia memandang ke tabung raksasa di sebelahnya. William.

Sean sama sekali tak menyadari prosesnya akan berjalan secepat ini. Bahkan berlangsung dalam hitungan menit setelah ia dan ilmuwan itu baru saja menyelesaikan pemberbicaraan mereka mengenai William dan juga peringatan-peringatanya atau apapun lainnya di tempat itu. Merasa sedikit bodoh, ia hanya berpikir bagaimana caranya untuk keluar dari tempat tersebut.

Sementara itu dari sudut yang lain, beberapa pria memasuki ruangan tersebut dengan tampak sibuk. Dikomando oleh seseorang berkepala pelontos tadi. Menyiapkan sebuah tabung raksasa dan perlengkapan lainnya. Sesuatu yang besar diletakkan tepat bersebelahan dengan tabung di mana William berada. Sebuah tempat dari kaca yang kemudian dialiri air sangat jernih. Di bagian bawahnya, terdapat sebuah ukiran kecil. Ukiran bertuliskan

'Sean Alex'.

James mendekatkan diri, berbisik perlahan ke telinga Sean. "Berhenti membangkang Little fish," Ujarnya. "Sekarang, cepat masuk ke aquarium! Siripmu mulai terlihat."

-

Continue Reading

You'll Also Like

56.9K 1.6K 17
[15+] Alesha Scott, gadis polos sebatang kara berusia 18 tahun yang bekerja paruh waktu di sebuah kafe untuk menghidupi hidupnya, harus mendapat kesi...
11.6K 2.1K 38
Apa jadinya jika Severus Snape; Professor yang mendapat julukan terdingin, tergalak, terkejam dan tak berperasaan di Hogwarts mempunyai saudara kemba...
2.4M 171K 49
Ketika Athena meregang nyawa. Tuhan sedang berbaik hati dengan memberi kesempatan kedua untuk memperbaiki masa lalunya. Athena bertekad akan memperb...
101K 8.5K 56
Karena pembantaian yang terjadi di rumahnya. Anak itu harus hidup membawa dendam. Tak ada kehangatan di dirinya, semua sudah hilang tergantikan dingi...