THEIR MERMAN [COMPLETE]

By gazella05ezra

601K 44.8K 1.9K

Alasan kenapa Duyung Jantan/Putra Duyung jarang terlihat & didengar adalah "Para Mermaid, membunuh pasanganny... More

PROLOG
WHEN HE WANTS TO SEE HER AGAIN
FUCKING OBSESSION
THE LAST NIGHT
MISBEHAVIOR
ILLUSION
THE ATLANTIC'S
THE FIN
MEREE
THE TAIL
BAD TEMPTATION
A ROYAL EXPERIMENT
WHIPPED BOY
THE BAD GROOM 1
THE BAD GROOM 2
THE BAD GROOM 3
SILENT SCREAM
REMEMBER YOU
BEAUTIFUL SYMPHONY
COME
THE DEEP BLUE SEA
I SEE YOU
AWAKE
THE FEELING
THE TRUST
SHE'S HERE
WHAT ARE YOU?!
I'M STILL HUMAN
THE GUEST
BLOODY
YOU
FIRST HEARD
SUICIDAL THOUGHTS
THE TRAP
SHE'S BACK
MOM
WILLIAM Part 1
WILLIAM Part 2
WILLIAM part 3
WILLIAM Part 4
WILLIAM Part 5
WILLIAM Part 6
DESIRE
RUN
BETRAYAL
LOST MIND
DARK SIDE OF YOU
THE GLASS PRISON
MIDNIGHT CONFIDENCE
EMBODIMENT
I'M HERE FOR YOU
SHOOT
BEYOND THE CAPABILITY
ONLY YOU
STILL WANT YOU
RUN AWAY
ESCAPE
BRING YOU HOME
THE HIDDEN PATNER
FRIEND OR FOE?
SEARCH FOR TRUTH
APPROACHING THE FINAL TIME
EXPLOSION
RESISTANCE
LOST IN THE DEEP BLUE
BEAUTIFUL ENEMY
YOUR HEART IS MINE
FIRST STRIKE
FOR YOU DAD
HEART
INTENTIONS
HIDEAWAY
SOMEONE IN THE DARK
UNDER THE FULL MOON
THE NIGHTMARE
THE TEARS
ANGELS FROM THE DEEP BLUE
BAIT
THE SOUND OF THE SEA
BLOODY NIGHT
WHEN I MEET YOU AGAIN
BITE
PREDATORS
ARRIVAL
DESTRUCTION
COLLISIONS
INCURSION
SHE
ANOTHER HEART
AT THE END OF THE NIGHT
OUR LAST MOMENT?
SURGE OF THE SEA
WHY DID YOU GO?
MISSING YOU
THEIR MERMAN
BONUS
Ngoceh

LET ME GO

14.2K 849 36
By gazella05ezra

Udara hangat menyelimuti ruangan yang penuh dengan peralatan medis itu. Sebuah tempat di mana terdapat banyak sekali benda-benda kedokteran yang bahkan jarang terlihat. Lampu yang agak remang tak memperlihatkan semuanya itu dengan lengkap. Hanya biasan cahaya terang dari sebuah lampu operasi yang berada di tengah, di mana lebih fokus memberikan cahaya pada sesuatu di bawahnya.

Sean perlahan membuka mata. Rasa sakit di kepalanya yang tadi menyerang rupanya belum menyingkir hingga sekarang. Sedikit-sedikit masih terasa pening, bahkan saat kelopak mata itu kini terbuka agak lebar.

"Arrgghh..."

Ia merintih, mencoba menahannya ketika pemandangan asing tiba-tiba saja tertangkap. Menyadari tempat itu bukanlah tempat yang dikenalnya. Bahkan mungkin, belum pernah ia kunjungi.

Bau obat-obatan atau gas-gas aneh memonopoli hidungnya. Tabung-tabung penelitian atau apalah seolah menghiasi bersamaan dengan meja-meja yang di atasnya penuh dengan berbagai peralatan bedah.

Ya, Sean memang sempat berpikir kalau ia berada rumah sakit. Apa Tommy menelpon ambulance untuknya? Ia masih ingat benar acara makan malam itu. Tapi ia segera menyangkal dugaan itu ketika melihat beberapa mahkluk aneh berukuran dua kaki diletakkan dalam tabung-tabung bersama dengan cairan-cairan yang berbuih. Jelas itu bukan rumah sakit. Bahkan lebih mirip dengan laboratorium yang sedang digunakan untuk menjalankan suatu eksperimen atau sejenisnya itu.

Di tengah-tengah kebingungannya, tak lama ia mendapati seorang pria berpakaian serba putih sedang asik melakukan sesuatu di sudut ruangan. Tak jelas apa yang ia sibukkan. Sean hanya bisa melihat punggungnya dari tempat ia berbaring.

"Permisi..-" Pemuda itu mencoba bergerak saat menyadari kalau tangannya, terikat. Tali-tali melilit di kedua pergelangannya ke tepian ranjang.

'Ini?!'

Sean sedikit panik, mencoba membebaskan diri ketika mendapati seluruh tubuhnya yang kini, telanjang? tertahan di sana. Dada dan perut, bahkan kaki dan lututnya pun diikat cukup kencang. Mustahil ia bisa melepaskan diri.

"Ouw, kau sudah bangun anakku?" Pria itu berbalik saat mendengar rontaan Sean.

"Tn. Brenner?" Sean terkejut ketika matanya menangkap siapa orang itu. Dia, pria yang berteman dengan pamannya.

"Panggil saja aku James, Tn. James."

"Tn. James ada apa ini? Tolong lepaskan aku." Sean memutar pergelangan tangannya lebih kuat.

James hanya tercengir sambil berjalan menghampiri. "Tidak apa-apa, jangan takut nak. Kau ingat ketika aku mengatakan kalau kau adalah golden ticket-ku?" Orang itu mendekatkan mulutnya, mencoba berbisik. "Sekaranglah saatnya, hidupmu akan berubah sedikit!" Ia lalu mengambil beberapa peralatan.

"Apa maksud anda? Bisakah anda..-"

"SSsstttt.. Kau akan segera tahu." Ilmuwan itu meletakan peralatannya ke meja tepat di sebelah ranjang. Di mana terdapat ponsel milik Sean.

Dengan wajah yang tetap berseri-seri, ia kembali mendekatkan diri. Tangan besar nan kasarnya merayap, membelai wajah Sean perlahan-lahan. "Bagaimana bisa? Bagaimana bisa Tommy memiliki harta sebagus ini? Tak ada cacat sama sekali" Pujinya.

Paman Tom? benar, di mana pamannya sekarang? Sean memandang ke sekeliling. Namun tak ada seorang pun kecuali ia dan orang itu.

"Sebenarnya sudah lama aku ingin melakukan ini." Kata James lagi. Ia menaikan tangannya ke rambut Sean, membelai hangat layaknya seorang, ayah. "Apa aku harus menceritakannya padamu? tentang semua bangsa-bangsa lautan itu? Ah, Sudahlah. Tak perlu banyak bicara. Aku akan segera melaksanakan eksperimennya saja."

"Eksperimen?"

"Ya, Aku tak mau melewatkan musim kawin para duyung betina itu selagi aku memiliki umpan yang sangat bagus di sini."

"Tn. James..-"

"Yang kumaksud kau." Ia menyela. "Sebenarnya aku tak tahu apa aku bisa mengembalikanmu seperti semula atau tidak. Tapi yang pasti saat ini aku hanya harus mengubahmu menjadi sama seperti mereka. Para duyung itu. Membuatmu agar bisa menarik perhatian mereka lalu menangkap mereka semua!" James terkikik.

Sean, entahlah. Semua keterangan yang ia dengar seperti peledak yang mengunjang isi kepalanya. "Tn. James, anda sudah gi.. Mmppphh..-" James membungkam mulut Sean.

"Ya, ya seperti yang pamanmu juga bilang. Aku memang sudah gila." Ujarnya saat Sean meronta kembali. "Tenang anak tampan, hidup akan menjadi mudah kalau kau menurut. Aku akan berusaha mengembalikanmu seperti semula, tapi jika tidak berhasil, jangan salahkan aku. Salahkan saja pamanmu yang telah menjualmu hanya untuk kepentingan pribadinya." Ujarnya.

Tak lama ketika mereka berbincang, tiba-tiba saja ponsel hitam milik Sean berbunyi.

"Mmmpphh!" Sean mencoba melepaskan diri. Menarik dan memutar pergelangannya sementara James meraih benda tipis itu.

'Kevin.'

"Dia lagi." Ia berpaling. "Sejak tadi ia menelpon terus, apa dia teman dekatmu?" Tanyanya. "Apa kau ingin mendengar suaranya untuk yang, terakhir kali?"

Lelaki yang belum genap dua puluh tahun di hadapannya itu hanya memandanginya memohon.

"Oke-oke baiklah, aku mengabulkan permintaanmu." James meletakan kembali ponsel tersebut ke atas meja. Ia lalu mengambil dua buah kain putih tak jauh dari sana. Tangannya yang tadi membungkam mulut Sean ia angkat, membuat anak itu hampir bernafas lega sebelum ia mencengkram kembali dagu Sean, membuka paksa mulut pemuda itu, lalu dengan sigap memasukkan salah satu kain yang lebih tebal ke dalam sana.

Sean meronta, mencoba mendorong kain itu dengan lidahnya. Namun apa daya ketika kain yang satunya diikat kuat menutup mulutnya. Jangankan berbicara sepatah kata, untuk mengeluarkan suara saja ia harus benar-benar berusaha. Gumpalan kain seakan di dorong dan menyumbat ujung tenggorokannya. Hanya erangan-erangan tertahan dan nafasnya yang tak beraturan yang terdengar.

James menyabet kembali ponsel yang masih berbunyi tadi. Menjawab panggilan itu, menyalakan mode speaker agar bisa terdengar ke seluruh ruangan.

'Halo Sean?' Suara Kevin terdengar. 'Pagi ini Pamanmu datang ke tempat latihan dan memberi tahu kalau kau sakit dan tak bisa mengikuti latihan sampai beberapa hari ke depan. Ada apa denganmu? Kupikir kau baik-baik saja kemarin. Apa perlu kubawakan seorang gadis berdada besar untuk menemanimu?' Pemuda itu berbicara sangat nyaring.

'Halo?! Kau dengar tidak? kenapa tak bicara? Apa kau dirawat oleh seorang perawat seksi hingga berani melupakanku? ha?! Berikan aku ID-nya. Aku bisa mengajaknya tidur untuk tahu sebrapa luar biasanya dia. Lagipula pengalamanku lebih banyak darimu. Aku bisa mengerti mana gadis yang benar-benar baik untukmu hanya dari merasakan bokong mereka..' Pemuda itu terdengar tertawa sebelum James tiba-tiba memutuskan panggilan tersebut.

"Wow!" Pria berumur itu memijat keningnya, meletakkan lagi benda itu ke atas meja. Sean terus mencoba melepaskan diri ketika orang itu mengambil sarung tangan.

"Maaf hanya sebentar, aku cukup terkejut dengan temanmu." Katanya memakai sarung tangan itu. "Berapa lama kalian berteman? Apa dia juga senang menyewa wanita-wanita jal*ng?" Tanyanya.

"Ya, kurasa ribuan kali. Berbeda sekali denganmu. Itulah sebabnya aku yakin memilihmu. Para Siren bisa mencium aroma-aroma yang masih murni. Kau tahu? bangsa mereka, begitu pemilih." Ujarnya menggeser tatapan matanya. Mengalihkan fokus pada area kejantanan pemuda itu. "Oke, lupakan saja soal temanmu. Sekarang, mari buat perubahan juga." Sambungnya.

Mata tuanya yang mulai dihiasi keriput menatap tajam, seakan mencermati baik-baik area intim tersebut. Mendadak membuat Sean semakin tak nyaman.

Dalam keadaan mulut yang tersumpal, Sean mencoba mengeluarkan suaranya, sesekali meronta agak kuat. Jujur ia mulai jijik dan muak dengan orang tua itu. Tak henti ia menarik salah satu kakinya untuk menutup bagian kemaluannya. Namun apa daya ketika tali-tali kulit itu ternyata jauh lebih kuat.

"Maafkan aku nak, sebenarnya aku juga tak ingin melakukan ini." Ujar James lagi. "Tapi para Mermaid sangatlah sensitif. Mereka bisa mengetahui kalau kau bukan dari bangsa mereka jika aku tak mematikan, fungsi organ reproduksimu." Ia mengambil sebuah pisau bedah.

'Apa!'

Sean tak bisa berpikir apa-apa lagi mengenai James. Ia tak tahu sudah separah apa orang tua itu, namun tak ada lagi yang bisa ia lakukan. Ia memandang memohon, mencoba agar James tak benar-benar melakukannya, namun sebaliknya, James justru mulai menjulurkan tangannya. Menyentuh skortum-nya pelan. Tangan besar itu menjamah dan akhirnya mulai menggenggam.

'Tolong jangan!' Sean berusaha mengeluarkan seruan. Seruan yang mustahil akan di dengar.

Sementara James Brenner, tak membuang waktu ia mendekatkan pisaunya. Dengan hati-hati memainkan benda tajam tersebut. Mulai mengiris, merobek lapisan terluar kulit atau skortum itu, membuat darah segar, mengalir keluar...

******

"Tommy, di mana keponakanmu?" Wanita itu bertanya. Tiupan angin laut yang menerpa di tengah gelapnya langit malam membuat rambut panjangnya melambai indah.

Tommy yang sejak tadi menghisap rokoknya berpaling. Mengalihkan fokusnya dari pemandangan laut di dek kapal pesiar mewah tersebut. "Dia? Dia sedang sakit. Dirawat di sebuah tempat di mana tak ada seorang pun yang bisa mengganggunya."

"Sakit?"

"Ya."

"Sejak kapan? Kenapa bisa terja...-"

"Kau tahulah, anak muda, anak laki-laki, apa yang bisa mereka lakukan selain membuat ulah dan berakhir dengan, cedera." Tommy menatapnya lembut. "Jangan khawatir. Dia akan segera bertemu denganmu setelah dia-sembuh." Jawab pria itu sambil tersenyum.[]

...


Continue Reading

You'll Also Like

18.3K 2K 39
SUDAH LENGKAP "Sesama pelayan, tidak harus saling mengintimidasi, bukan?" Alexa setuju dengan pernyataan tersebut, tapi pernyataan kedua ia tolak men...
2K 422 11
(karya dua hari jadi) Setiap dari kamu adalah pelaut. "Hobimu menyelami lautan maknakan? Sudah tertebak, haha." © 2020 Pemain Sepi
2.5M 136K 73
❝Diam menjadi misterius, bergerak menjadi serius.❞ -Liona Hazel Elnara Genre: 1. Drama Psikologis 2. Thriller / Suspense 3. Action 4. Romance 5. Crim...
982K 105K 62
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟒) ⚠ (PART KE ACAK!) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀ...