Difficult Love

By dichristy

418K 13.7K 629

Alana, bad girl yang memiliki segudang prestasi di sekolahnya. Oleh karena itu ia dijuluki sebagai good girl... More

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
14
15
16
17
18
19
20
21
22
13
23
24
26
27
28
INFO
29
30
31
32
33
34
Update
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44

25

8.3K 297 4
By dichristy

●●●

Dengan surat panggilan di tangannya, Alana memasuki rumah dengan gontai. Ia menghempas tubuhnya di sofa lalu segera melepas sepatu sekolahnya. Lagi-lagi dirinya harus di skors karena masalah sepele yang disangkutkan dengan dirinya.
Gadis itu melempar sepatu sekolahnya dengan kasar ke lantai seraya berdecak sebal.

"Heh, anak gue kenapa muka nya ditekuk gitu?" Aldina tiba-tiba datang menghampiri Alana lalu duduk di sebelah gadis itu.

Alana menoleh, "nih surat cinta buat mama." gadis itu menyodorkan surat panggilan tersebut.

Aldina yang sudah menduga itu berupa surat panggilan, langsung menjewer telinga Alana. "MAMA UDAH BILANG JANGAN BUAT MASALAH LAGI! KAMU INI GAK CAPEK YA BUAT MASALAH TERUS? BUAT ULAH APA LAGI KAMU?!" ucapnya garang.

"Ini bukan salah Alana, ma. Alana dituduh doang," ucap Alana sembari meringis kesakitan.

Aldina kemudian melepas jewerannya, "Semua fasilitas kamu mama sita! Se-mu-a-nya!"

"Apa?!"

"Gak ada apa, apa. Semua fasilitas kamu mama sita sebulan!" ucap Aldina lalu meninggalkan Alana yang masih memelas. Gadis itu kemudian kembali duduk di sofa dengan lemas. Ia meraih ponselnya yang ada di saku lalu mendial sebuah nomor.

"BANG FASILITAS GUE DISITA, GUE HARUS GIMANA," sembur Alana saat panggilan tersambung.

Terdengar kekehan di seberang telpon, "buat masalah lagi kan lo,"

"Bukan gue yang salah tapi." melas Alana.

"Terus siapa? Kakek lo?"

"Lo bukannya belain gue malah jelek-jelekin gue ya,"

"Sini ke rumah gue, cerita disini aja."

"Pake apaan?"

"Jalan kaki. Ya mobil lo lah!"

"Heh, bego. Fasilitas gue disita otomatis mobil gue ikut disita, anying!"

"Oiya, gue lupa. Taksi ada kan taksi, nah pake itu."

"Anying ya lo, yaudah gue kesana bentar lagi."

Alana memutus sambungan dengan sepihak lalu melempar ponselnya ke sembarang arah. Ia menggerutu kesal mendengar ucapan Fiko yang bukannya memberi solusi, tetapi malah membuatnya semakin kesal. Gadis itu bangkit berdiri beranjak menuju kamarnya untuk bersiap-siap.

Cukup lama membersihkan diri, Alana keluar dari kamar dengan penampilan yang lebih santai. Untungnya Aldina tidak di rumah, tadi wanita itu pamit kepada Alana untuk mengurus toko roti nya. Dengan senang hati Alana mengiyakannya.

Alana masuk ke dalam taksi yang baru saja dihentikannya. Ia merogoh ponselnya yang berdering dari dalam tas. Tertera nama Dirga disana.

"Apa?"

"Dimana?"

"Di luar gue."

"Kemana? Gue bentar lagi pulang."

"Main bentaran, kalau mau pulang yaudah."

"Main sama siapa? Dimana? Jam berapa pulangnya?"

Alana memutar bola matanya dengan malas menyadari sifat posesif Dirga muncul lagi setelah mereka berdamai.

"Gue bentar doang, ish. Gak sampe malem juga,"

"Nanti pulangnya kabarin, biar gue jemput."

Alana mendengus, "iya, iya. Udah ya."

"Hati-hati."

Alana memutus sambungan bertepatan dengan berhenti nya taksi di depan rumah Fiko. Ia kemudian masuk ke dalam rumah Fiko dengan santai, seperti biasanya. Namun tidak ada tanda-tanda kehadiran lelaki itu disana, lantas Alana beranjak menuju kamar yang berada di lantai dua tersebut. Dan benar saja, Fiko tengah tertidur pulas di ranjang miliknya. Alana tersenyum jahil sambil memandang ke arah lelaki itu.

Alana menaiki ranjang itu lalu melompat-lompat dengan riang, membuat tubuh Fiko bergoyang-goyang. Menyadari itu, lelaki itu mulai membuka matanya dan melihat Alana yang sedang tertawa menatap dirinya.

"BANGUN KEBO!" teriak gadis itu tepat di telinga Fiko.

Fiko mendengus seraya menyipitkan matanya, "sejak kapan lo disini?"

"Bangun dulu," balas Alana menarik-narik tangan Fiko untuk duduk. Fiko pun bangkit duduk di tepi ranjang sambil menatap gadis itu.

"Gue nungguin lo sampai ketiduran nih," kata Fiko.

Alana terkekeh, "aduh, sweet banget sih kamu." balasnya dengan nada manja.

"Sini duduk," Fiko menarik tangan Alana untuk duduk di sebelahnya. Ia kemudian mengubah arah duduknya menjadi berhadapan dengan Alana. "Mau cerita apa?"

Alana merengut, "fasilitas gue disita." melasnya seraya menggaruk pipi.

"Gara-gara?"

"Gue ngedorong ceweknya Riga."

Fiko menaikkan sebelah alisnya, "ngedorong gimana?"

"Ya, gue dorong sampai paha nya luka. Tapi kan karena gue kesel,"

"Bentar, lo bilang ngedorong ceweknya Riga? Emang cewek dia siapa?"

"Viola."

"Itu cewek bukan pacar nya, gue gak tau juga siapa."

"Tapi gue liat mereka deket banget,"

"Iya memang deket, tapi yang jelas bukan pacarnya."

Alana manggut-manggut, "terus gimana dong? Fasilitas gue disita sebulan,"

"Makanya jangan buat masalah terus." balas Fiko sambil mengacak rambut Alana dengan gemas.

"Gue bilang kan bukan gue yang salah," bantah Alana kesal.

Fiko mencubit hidung Alana pelan, "iya, iya. Udah gak usah dipikirin,"

Gadis itu mendengus lalu membaringkan tubuhnya di ranjang. Ia menatap langit-langit kamar Fiko dalam diam. "Bang,"

"Hm." gumam Fiko yang sedang menatap layar ponselnya.

"Gue udah baikan sama Dirga," celetuk Alana.

Fiko menoleh, "sejak kapan?" tanyanya.

"Beberapa hari yang lalu."

"Gimana bisa? Kan yang gue liat dia benci banget sama lo,"

Alana mengedikkan bahunya, "gue juga gak tau. Tapi hari itu, beda aja rasanya. Dia bilang kangen gue yang dulu. Dan jujur, gue juga ngerasa yang sama." jedanya. "Dari situ gue sama dia baikan. Gue seneng aja beban gue selama ini udah hilang."

Fiko tersenyum, "Bagus deh, gue gak mau liat lo sedih terus."

Gadias itu berdecak, "siapa juga yang sedih." balasnya.

"Kalau udah ada Dirga, gue dilupain dong." ucap Fiko dengan nada sedih yang dibuat-buat.

"Iya, memang harusnya gitu."

Fiko terperangah, "dek, lo gak serius kan?"

"Gue serius. Maaf gue gak bisa deket sama lo lagi."

"Alana, jangan bercanda."

Alana tertawa dalam hati melihat wajah khawatir Fiko. Ia kemudian bangkit duduk lalu memeluk lelaki itu.

"Gue bercanda tau, baper banget." ucapnya terkekeh.

Fiko membalas pelukan gadis itu sambil tersenyum, "gue takut banget kalau lo sampai ngelakuin itu." balasnya.

"Gak bakal. Walaupun gue udah baikan sama Dirga, lo tetap abang gue."

"Bisa manis juga lo," kata Fiko tertawa.

Alana melepas pelukkannya sambil merengut, "di baikin malah ngelunjak lo." semburnya.

"Iya, bawel." balas Fiko tertawa.

Mereka berdua kemudian keluar dari kamar Fiko menuju ruang keluarga. Seperti biasa, keduanya sibuk mendebatkan hal-hal kecil sambil menonton televisi. Hingga ponsel yang berada di saku Alana berdering, ia pun menerima panggilan tersebut seraya meletakkan toples cemilan yang dimakannya.

"Halo,"

"Mau pulang jam berapa, Alana? Ini udah hampir malem."

Alana berdecak, "ish, bawel banget sih. Bentar lagi gue pulang,"

"Pulang sekarang, ya. Gue jemput,"

Alana melirik Fiko yang tengah menatap televisi dengan santai. "Nanti gue pulang sendiri aja,"

"Sekarang. Lo dimana?"

"Rumah Fiko."

Tidak ada sahutan terdengar.

"Gue kesana."

Usai Dirga memutus sambungan, Alana menyimpan ponselnya kembali di saku lalu menoel lengan Fiko.

"Dirga mau kesini,"

Fiko tersenyum, "bagus lah. Biar kenalan sama gue," katanya.

"Kayak mau kenalan sama cewek aja lo," cibir Alana membuat Fiko tertawa. Mendengar suara klakson mobil, Alana dan Fiko beranjak keluar rumah. Tampaklah Dirga yang sedang berjalan ke arah mereka dengan tatapan datarnya. Melihat ekspresi datar laki-laki itu, Alana takut akan terjadi pertengkaran antara kedua lelaki itu. Ia pun langsung menghampiri Dirga dan berdiri di sampingnya untuk berjaga-jaga.

"Thanks, lo udah jaga Alana selama ini." ucap Dirga tersenyum samar. Alana terperangah, ia kira akan terjadi adegan pukul-pukulan, tetapi kenyataannya tidak sama sekali.

Fiko tertawa pelan, "santai, bro. Gue juga seneng jagain Alana."

"Gue Dirga." ucap Dirga menjulurkan tangan kanannya ke arah Fiko. Alana yang melihat itu tersenyum senang dalam hati.

"Fiko." balas lelaki itu menjabat tangan Dirga. "Btw, lo anak psikologi kan?"

Dirga mengangguk, "tau darimana lo?" tanya nya.

"Siapa yang gak tau lo di kampus," balas Fiko terkekeh.

"Lo sendiri anak hukum?" tanya Dirga seraya mengusap rambut Alana.

Fiko tertawa pelan, "gak cocok sih gua dibilang begitu." katanya.

"Tengil gini anak hukum," cibir Alana membuat Fiko tertawa lebih keras.

Dirga tertawa mendengarnya, ia kemudian kembali menatap Fiko yang berada di hadapannya. "Kalau gitu gue pamit. Thanks sekali lagi." balas Dirga merangkul pundak Alana.

Alana tersenyum lalu segera memeluk Fiko, "gue pulang dulu ya." ucapnya.

Fiko mengangguk seraya mencubit pelan pipi Alana, "hati-hati, ya."

Alana dan Dirga kemudian pergi meninggalkan Fiko yang sedang tersenyum senang melihat keduanya.

Sementara, di dalam mobil Alana sibuk mencari sesuatu di saku celana Dirga. Ia sibuk menggerutu karena tidak menemukan apa yang di carinya.

"Mana sih?" gerutunya masih mengobrak-abrik saku Dirga.

Dirga terkekeh, "cari aja. Udah gue bilang gak ada,"

"Ih, biasanya kan lo simpen disini." sebal Alana. Ia kemudian menarik tangannya dari dalam saku lalu memandang ke depan dengan kesal.

"Gue gak simpen disitu,"

Alana menoleh, "terus dimana?"

"Cari aja sendiri," balas Dirga santai.

"Nah!" ucap Alana tiba-tiba setelah menemukan sebuah permen dari dashboard yang sedari tadi dicarinya.

Dirga mendecak, "bocah." cibirnya.

"Bodo." balas Alana acuh lalu memasukkan permen itu ke dalam mulutnya. Dirga mengacak rambut Alana pelan lalu kembali fokus menyetir.

Sampai di rumah, keduanya memasuki rumah dengan beriringan. Tawa Alana terhenti saat melihat kedua orangtua Riga dan laki-laki itu sendiri.

"Alana, duduk." ucap Dika.

Alana menghembuskan nafasnya dengan kasar lalu duduk di sebelah Riga yang sedang memainkan ponsel dengan wajah datarnya. Sedangkan, Dirga beranjak menuju kamarnya karena ia tidak mau ikut campur masalah itu.

"Pertunangan kalian akan dilaksanakan lusa besok."

Mendengar itu Alana memelototkan matanya. "Kok cepet banget sih, pa? Alana kan belum setuju."

"Setuju, tidak setuju, kami akan tetap melaksanakannya." balas Dika tegas.

"Papa tau kan alasan Alana gak setuju sama pertunangan ini?"

"Iya, papa tau. Karena itu papa melakukan ini supaya kamu tidak larut dalam kesedihan terus."

Ninda mengangguk, "iya, sayang. Ini demi kebaikan kamu dan Riga." katanya dengan lembut.

Alana menghela nafas, "aku gak bisa jamin bakal berubah karena pertunangan ini."

●●●

Continue Reading

You'll Also Like

818K 71.1K 44
Setelah kematian ibunya Rayanza yang tadinya remaja manja dan polos. Berubah menjadi sosok remaja mandiri yang mampu membiayayi setiap kebutuhan hidu...
566K 60.5K 38
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
2M 121K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
3M 257K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...