MOZACHIKO

By PoppiPertiwi

16.6M 1.3M 644K

[SEGERA SERIES MOZACHIKO DI WETV] [SUDAH TERBIT OLEH penerbit Loveable] [Tersedia di seluruh Gramedia Indones... More

MOZACHIKO
1. CHIKO GADANGGA
2. KEJADIAN (1)
2. KEJADIAN (2)
3. SEDIKIT MENGENAL
4. TAMAN BACA
5. PARASIT
6. SADAR DIRI
7. LEGENDA
8. PERUSAK
9. PADMA AIR
10. BIANGLALA
11. MASA LALUNYA
12. PESTA TRAGIS
13. DUA BEDA
14. PERISTIWA MADING
15. SELALU MENGALAH
16. TITIK NADIR
17. MULAI PEDULI?
18. BENTENG PERTAHANAN
19. JANJI MANIS
20. TEKA-TEKINYA [PRIVATE]
21. CENGKRAMAN UTAMA [PRIVATE]
22. CEWEK BODOH
23. KHAWATIR
24. LUKA DAN BUNGA
25. PUTRI SEKOLAH
TRAILER, VISUAL QNA MOZACHIKO
26. KASIH SEMU
27. JATUH CINTA
29. JEJAK KEHILANGANNYA
30. RATU SEKOLAH, MOZA ADISTI
31. THE MOLANA
32. MOZA DRACO JADIAN
33. CHIKO ATAU DRACO
34. LALAT BERJUBAH KUPU-KUPU
35. INTUISI [PRIVATE]
36. YANG SELALU SIA-SIA
37. KITA SAUDARA [PRIVATE]
38.1 SESUATU YANG HANCUR
38.2 HANCUR
VOTE KOVER NOVEL MOZACHIKO
39. KEPERGIAN MOZA [Selesai + Order Novel Mozachiko]

28. KITA PUTUS!

383K 37.5K 42.1K
By PoppiPertiwi

28. KITA PUTUS!

Hari berikutnya Moza berjalan dengan perasaan gembira di lorong sekolah. Perempuan yang baru saja datang ke sekolah itu sedang membawa kotak bekal di kedua tangannya. Meski sempat sedih. Moza tidak boleh terlalu lama larut dalam kesedihannya. Sejak kemarin rumahnya kosong. Ayahnya tidak pulang. Mada pergi entah ke mana, pembantunya sudah dipecat dan Nency juga tidak pulang membuat Moza tidur sendirian di rumahnya yang besar meski perasaan was-was terus menghantuinya semalam. Berkat Chiko, kemarin senyum Moza yang telah lama hilang kembali hadir di bibirnya.

Chiko. Cowok itu bagai duri yang ada di tangkai sebuah bunga. Indah jika dilihat dengan kelopak bunganya yang baru mekar tapi menyakitkan ketika dipegang.

“WUIDIH! KAYANYA LAGI ADA YANG SENENG NIIHHH?!” Jaka berjalan di sebelah Moza. Membuat Moza yang sudah hafal suaranya menoleh pada Jaka. “Pagi-pagi udah kaya orang kasmaran aja sih, Za?”

“Apa banget deh,” Moza meliriknya. “Kalau gue lagi seneng emangnya kenapa? Gue gak boleh seneng?” tanya Moza pada cowok itu.

“Ya kaga sih, Za. Cuman beda aja gitu liatnya,” ucap Jaka padanya. “Sensi banget sama gue. Coba sama Chiko. Mana kaya gitu lo, Za.”

“Bukannya sensi. Cuman gue udah gak percaya lagi sama lo.” Moza masih berjalan di sampingnya. “Mending lo ke kelas aja sana Jaka. Gue mau ke kelas nih. Kelas lo kan sama kelas gue beda jauh.”

“Iya ini sekalian kan satu jalur, Za.” Jaka menjawab enteng.

“Ya udah terserah aja.” Moza memperhatikan keadaan sekitarnya. “Gimana keadaan orangtua lo? Ambu sama Abah? Gue udah lama nggak main-main ke sana semenjak kita putus.”

“Baik-baik aja, Za. Sorry kalau cara gue dulu salah ke lo atau barangkali ada yang buat lo ngerasa gak suka sama gue karena sikap gue yang dulu. Setiap orang punya kesalahan dan masa lalu kan, Za?”

“Iya lo bener. Gue udah gak marah lagi cuman mungkin kita udah gak bisa kaya dulu lagi, Jaka. Gue kan udah pacaran sama Chiko. Maaf.” Moza dan Chiko masih beriringan di lorong sekolah. Meski Jaka tidak seterkenal Chiko di sekolah tapi Jaka punya daya tarik tersendiri yang membuat para siswi yang ada di lorong sejak tadi mencuri-curi pandang padang padanya.

“Gue gak minta lo jadi pacar gue lagi kali, Za,” Jaka tertawa mendengar apa yang diucapkan Moza. “Gue emang sering ngajak lo balikan tapi sekarang gue mau lo jadi temen gue kaya dulu lagi. Anggep aja, ya... meskipun ini bagian dari masa lalu gue sama lo. Gue berharap lo bisa lupain kejadian yang dulu dan kita bisa jadi temen lagi. Lo mau kan?”

“Mau,” jawab Moza cepat. Suaranya terdengar lucu di telinga Jaka. “Tapi tetep gue gak bisa lupain apa yang udah lo lakuin ke gue.”

Jaka menghela napas. “Iya gue ngerti, Za. Jangan dilupain. Jadiin pengalaman aja. Gue gak bakal berbuat yang sama lagi.”

“Bagus kalau gitu. Kapan-kapan main ke rumah gue yaaa Jaka! Lo harus liat kolam berenang di rumah orangtua gue yang ada di siniiii!” ucap Moza semangat membuat Jaka tersenyum.

Jika saja, Jaka tak berbuat kesalahan. Moza pasti tidak akan memilih pergi kemari. Jika saja Jaka tak berbuat macam-macam dulu. Moza pasti tidak akan pergi meninggalkannya. Tetapi, semua itu adalah cerita lama. Cerita dulu yang tak akan pernah bisa diulang kembali. Hanya waktu yang bisa menjawab kapan Moza dan Jaka bisa kembali seperti dulu atau justru hanya akan menjadi kenangan semata.

“Lo tinggal di sana baik-baik aja, Za? Nency gimana kalau ke lo? Dia masih jahatin lo?” tanya Jaka pada Moza.

“Semua baik-baik aja kok, Jaka. Tenang aja“ kata Moza. “Nency? Enggak jahat. Dia sebenernya baik.”

“Lo ngekost di sini, Jaka? Trus Ambu sama Abah gak marah?”

“Marah sih iya cuman gue udah keduluan ke sini.”

“Kenapa? Gara-gara gue?”

“Nggak, Za. Kenapa jadi gara-gara lo?”

“Iya soalnya dulu lo bilang mau sekolah negeri kan? Bukan swasta kaya SMA Rajawali. Nem lo juga besar daripada gue yang kecil banget.”

Jaka mengendikkan bahunya. “Geer deh lo, Za. Siapa juga yang sekolah di sini karena lo?” Jaka tertawa namun tawanya terasa hambar. Tawa yang muncul karena terpaksa berbohong.

“Eh, Za. Bentar dulu.” Jaka menyuruh Moza berhenti membuat Moza terdiam ketika Jaka menarik tubuhnya mendekat saat berada di tengah lorong. Jaka mendekat lalu mengikat pita Moza menjadi simpul manis membuat Moza mendongak untuk menatapnya. Perempuan yang sedang membawa kotak bekal makanannya itu hanya memperhatikan apa yang dilakukan Jaka. Sama persis dengan apa yang dilakukan Chiko dulu oleh Moza.

“Cewek cantik emang diliat dari wajahnya dan banyak yang suka tapi belum tentu sifatnya baik. Sementara cewek baik udah pasti cantik hatinya. Wajah gak bakalan pernah sama kaya hati,” ucap Jaka dengan jarak yang dekat membuat Moza terpaku beberapa lama.

Chiko yang sejak tadi memperhatikan keduanya hanya berdiam diri. Cowok itu berdiri jauh di lorong depan dengan sepasang pita di tangannya. Pita yang ia beli kemarin malam di dekat rumahnya ketika mengingat Moza saat tak sengaja matanya menangkap pita warna merah muda ini terpajang di depan toko. Tangan Chiko lalu masuk ke dalam saku. Menaruh kembali pita itu ke tempatnya semula. Chiko tidak jadi memberikannya pada Moza. Perasaan marah kini menguasai Chiko membuat Chiko membalikkan badannya dan menjauh.

Chiko cemburu dengan kedekatan Moza dan Jaka.

SIALAN! KENAPA BISA MOZA MEMBUATNYA MERASA BEGINI?!

****

“HABIS DARI MANA KALIAN?!” Bu Rai memarahi Chiko, Ganang dan Ergo yang baru saja tiba di depan kelas.

“Sholat, Bu,” jawab Chiko kalem pada Bu Rai.

“Baru ulangan baru inget sholat! Kemarin-kemarin kemana aja kalian?!” Bu Rai membuat Ganang cengengesan.

“Kita sering kok sholat, Bu! Kita kan anak sholeh semua! Ibu aja yang jarang liatin kita sholat!” ujar Ganang membuat kening Bu Rai berlipat.

“Sering? Iya sering! Dateng aja ke masjid sekolah taunya gak sholat malah asik ngobrol sama maenan wifi sekolah! Taunya malah godain cewek-cewek sambil nyiram-nyiram air ke mereka! Kamu kira saya gak tau kelakuan kalian hah?!” Bu Rai semakin marah membuat ketiga cowok itu tertawa-tawa.

“Yah sekalian cuci matalah, Bu,” kata Ergo tambah membuat Bu Rai kesal.

“Cuci mata! Cuci mata! Pake air kalau cuci mata bukannya pake cewek! Udah sana kalian masuk ke dalam kelas! Gara-gara kalian aja habis waktu mengajar saya, tau?!”

“Lah aneh. Kok jadi nyalahin kita? Salah sendiri,” cibir Chiko sambil masuk ke dalam kelas bersama Ganang dan Ergo.

“CHIKO! LAGI SEKALI KAMU NGOMONG KAYA GITU! KAMU KELUAR GAK USAH IKUT ULANGAN MATA PELAJARAN SAYA!”

“Iya-iya Bu saya salah terus. Emang saya selalu salah. Gak pernah bener,” aku Chiko padanya. Dengan melengos cowok itu masuk ke dalam kelas dan duduk di kursinya.

Dari arah yang sama Bisma dan Frengky berlair-lari di lorong sekolah. “Kalian juga ngapain lari-lari begitu?! Bisma! Frengky!”

“Wih, si Ibu! Bu Rai sodaranya Ade Rai ya?” ucap Frengky mengalihkan pembicaraan membuat Bu Rai memecut alisnya. “Apa Ibu itu Emaknya Ade Rai?”

“APA-APAAN KAMU ITU FRENGKY?! UDAH JANGAN GANGGUIN SAYA! MASUK KELAS KALIAN ATAU SAYA SURUH PAK BROTO BUAT MANGGIL KALIAN! MAU?!”

“Iya-iyaaaaa Bu ampunnnnn! Kalau gitu kita pamit dulu, Bu!!!” Bisma dan Frengky lalu terbirit-biri menuju ke kelasnya.

Edan! Punya murid-murid kok gini semua?!” Bu Rai masuk ke dalam kelas—tempatnya mengajar sekarang dan menggeleng pelan karenanya.

****

YANG NAMANYA MOZA ADISTI ITU PENGHANCUR! JANGAN DEKET-DEKET SAMA ORANG KAYA DIA! KEMARIN DIA BIKIN PEMBANTU DI RUMAH GUE DIPECAT! EMANG DASAR BIANG KELADI! BIBITNYA AJA PENJAHAT APALAGI ANAKNYA! HAHAHA! KELUAR AJA LO DARI SEKOLAH INI!

—Nency Prasetya

Berita buruk itu menyebar luas. Begitu cepat. Saking cepatnya berita itu mengorbit membuat seluruh orang yang berada di sekolah ini tahu. Moza memandang nanar pemandangan di depan mading sekolah. Seluruh orang berbisik mengenainya. Seluruh orang mulai membicarakan Moza. Semua pasti percaya apa yang dikatakan Nency karena Nency punya nama yang besar di sekolah ini. Mudah baginya membuat massa percaya.

“Kenapa Nency? Kenapa lo sejahat ini sama gue?” gumam Moza meremas kertas yang ditempel Nency di mading sekolah lalu membuangnya ke lantai yang membuat murid-murid jadi makin membicarakan kebenarannya karena Moza marah. Membuat semua orang semakin percaya dengan apa yang dikatakan Nency karena tindakan Moza.

“Za?” teguran dari sebelah membuat Moza menatap Zetta. “Jadi lo udah tau berita itu? Mm... gue cuman mau bilang kalau gue udah pindah duduk ke Rena. Sekarang gue udah gak duduk sama lo lagi di kelas.”

“Loh kenapa, Ta?” tanya Moza makin terkejut.

“Gue gak bisa duduk sama orang yang terus-terusan bermasalah di sekolah. Apalagi sama orang kaya lo.”

“Maksud lo apa?” tanya Moza dengan wajah memerah menahan remuk hatinya. Bahkan kini sahabatnya pun pergi di saat Moza memerlukan bantuan dan mengalami kesusahan. Satu-satunya orang yang menjadi tempat Moza curhat kini malah berpindah dengan temannya yang lain.

“Gue gak mau ikut-ikut masalah lo semua dan jangan deket-deket gue lagi. Gue gak mau punya masalah yang sama kaya lo, Za!” Zetta lalu berbalik melangkah meninggalkan Moza begitu saja di tempatnya membuat Moza jadi memandangnya bingung.

Nyatanya tak ada yang bisa dipercaya di dunia ini selain diri sendiri. Semua orang pergi dan Moza selalu ditinggal sendiri.

****

Jam istirahat masih baru saja dimulai. Moza mencari Chiko ketika ia tak kunjung menemukan Zetta di kelas atau di kantin untuk bertanya atau memberi penjelasan. Zetta menghilang darinya. Moza masuk ke dalam kelas Chiko dan bertanya dengan teman-teman sekelasnya namun Chiko jelas tidak ada yang membuat Moza jadi bertanya pada teman terdekatnya.

“Lo liat Chiko gak, Nang?” tanya Moza pada Ganang yang kebetulan ingin lewat dan keluar kelas.

“Oh Chiko bukannya nyari lo? Gak tau gue, Za. Main hilang aja tuh bocah udah macem setan!” ucap Ganang pada Moza.

“Oh gitu ya? Gue mau cari dia dulu nih.”

Sebelum Moza pergi. Ganang menghadangnya. “Gue udah tau yang dilakuin Nency. Lo sabar, Za atau gak lo laporin aja ke guru-guru kelakuan tuh cewek tengik! Atau perlu gue aja yang laporin?!”

“Enggak, Nang. Enggak. Gue gak mau laporin dia.” Ganang menunjukkan warna yang berbeda di wajahnya ketika mendengar jawaban Moza. Baik bener nih cewek? Batin Ganang.

“Gue mau nyari Chiko dulu.” Ganang mengangguk—memberi izin pada Moza lalu perempuan itu pergi meninggalkan kelas Chiko. Lorong sekolah terasa seperti neraka hari ini. Moza bahkan mendengar banyak omongan dan juga bisikan-bisikan di sekitarnya. Tatapan-tatapan sinis itu tertuju untuk Moza seorang. Bahkan banyak yang menyingkir setelah Moza berjalan di dekatnya.

Perempuan berpita itu masih mencari Chiko. Tidak peduli dengan apa yang dikatakan orang-orang. Gadis itu tetap melangkah mencari keberadaan Chiko. Saat Moza melangkah menuju ke dekat kelas Nency yang sepi karena kebanyakan murid pergi ke kantin.

Saat itulah Moza mendengar suara Nency.

“Lo ganteng banget, Chiko. Gue suka banget sama lo. Kenapa? Lo udah suka sama Moza?” tanya Nency pada Chiko yang berdiri di depannya. Perempuan itu mendekat menjajarkan tingginya pada Chiko. Kedua tangannya berada di leher Chiko.

“Gue gak peduli kalau lo udah suka sama Moza! Lo suka sama gue dari awal jadi lo pasti bisa ngelupain Moza nanti kan?”

“Nency gue mau cari Moz—”

Moza membeku melihat keduanya. Hal paling menjijikan yang pernah Moza lihat adalah ketika Nency dan Chiko kepergok berduaan di dalam kelas kosong saat Nency dengan cepat menarik seragam Chiko lalu mengecup bibir cowok itu di depan kedua matanya. Suara pintu besi terdengar membentur dinding kelas bersamaan dengan kotak bekal yang Moza bawa jatuh begitu saja.

Chiko mendorong Nency ke belakang dengan tangan kirinya. Kaget. Mereka berdua menoleh arah pintu di mana seorang perempuan sedang menatap mereka shock lalu tersadar dan mengambil dengan cepat-cepat kotak bekalnya yang jatuh ke bawah. Tidak peduli dengan isinya yang sudah tercecer ke mana-mana.

“Ma—maaf,” ucap Moza merunduk lalu pergi menjauh membuat napas Chiko jadi memburu lalu melepas tangan Nency dan mengejar Moza yang lari meninggalkan kelas kosong itu.

“MOZA TUNGGU! MOZA! TUNGGU, ZA!” panggil Chiko berteriak. Seperti orang yang kehilangan akal sehatnya. Chiko terus mengejar Moza. Membuat seluruh murid jadi memandang kedua orang itu. Murid-murid menyingkir. Membiarkan Chiko mengejar Moza yang jauh di depannya. Teman-teman Chiko pun serupa memandang keduanya dengan tatapan kepo.

Dengan napas memburu Chiko berhasil menarik tangan Moza membuat Moza menghadapnya namun yang membuat Chiko diam adalah kedua mata Moza yang terluka akibat ulahnya. Lagi dan lagi Chiko berbuat kesalahan padahal Chiko baru saja ingin memperbaiki semuanya dengan Moza.

“Moza tolong dengerin gue! Lo diem dulu! Lo salah paham! Lo salah paham, Za! Semua gak kaya yang lo liat! Gu—gue sama Nency—” tamparan keras mengenai pipi Chiko membuat semua murid melotot termasuk Chiko.

Moza refleks. Cewek itu pun juga kaget karena tindakannya. Namun selang beberapa detik Moza mengepalkan kedua tangannya meski gemetar hebat. Mencari keberanian di tengah-tengah sisa kesabarannya yang telah habis.

“UDAH CUKUP YA CHIKO! GUE JIJIK SAMA LO!” kata-kata yang terlontar dari mulut Moza membuat Chiko memandangnya dengan sorot terkejut. Kata jijik justru terdengar sangat hina bagi Chiko.

“Za....”

“JANGAN PEGANG-PEGANG GUE LAGI!” Moza berteriak dan bergerak rusuh lalu mundur ke belakang begitu Chiko hendak menyentuh tangannya. Kotak bekal makanan yang dibawa Moza sudah jatuh ke bawah.

“JANGAN PEGANG GUE LAGI! LO DENGER GAK KATA-KATA GUE?!” Moza bahkan sudah mengangganti kata aku menjadi gue untuk Chiko. Terdengar begitu kasar di telinga Chiko.

“Kemarin lo bilang lo nyaman sama gue! Lo pernah bilang gue cantik! Tapi yang lo lakuin justru berbanding terbalik sama ucapan lo! Sekarang gue tau! Cowok itu diliat dari perbuatannya bukan dari kata-katanya!” Moza semakin murka. Keadaan begitu mengenaskan dengan rambut yang berantakan.

“Moza... please jangan kaya gini. Kita bicarain baik-baik ya?” pinta Chiko lembut namun Moza semakin mundur ketika Chiko hendak menyentuh lengan Moza. Sekarang Chiko benar-benar merasa takut kehilangan Moza.

“MAU BICARAIN APA LAGI?! SEMUANYA UDAH JELAS CHIKO! LO BERENGSEK!”

“Za, gue mohon jangan kaya gini,” ucap Chiko berhasil meraih kedua tangan Moza yang dingin. Perempuan itu menatapnya datar di saat wajahnya memerah karena amarah yang meninggi.

“Gue bingung kenapa gue masih suka sama lo di saat lo suka sama orang lain Chiko! Kenapa lo gak bisa suka sama gue?! Selama ini gue udah sabar ngadepin orang kaya lo! Tapi balesan lo ke gue apa, Chiko?! Apa? Lo bahkan gak pernah bilang kalau lo suka sama gue! Apa lo emang gak bakal pernah suka sama gue? Apa kemarin lo bilang nyaman sama gue itu cuman bohongan lo Chiko supaya gue gak sedih?”

“Udah cukup semuanya! Gue udah benci sama lo Chiko!”

“Iya Za gue tau lo benci sama gue. Lo berhak benci gue semau lo tapi tolong lo dengerin dulu penjelasan gue. Kita masih bisa perbaiki semuanya. Gue mau semuanya baik-baik aja. Gue baru mau bikin semuanya jadi berubah. Tolong, Za jangan kaya gini.” Genggaman Chiko erat namun Moza sama sekali tak menggubrisnya.

“Lo itu orang paling jahat yang pernah gue kenal Chiko!” Moza tersedak tangisnya sendiri. “Gue itu manusia punya hati. Gue udah nggak sanggup bertahan sama lo! Kenapa semua orang pergi ninggalin gue termasuk lo? Kenapa di saat gue butuh lo. Lo juga melakukan kesalahan yang sama, Chiko? Apa gue gak pantes buat bahagia?” Moza menghapus dengan tidak sabar air matanya dengan punggung tangan.

Moza mencoba mengatur napasnya yang menggebu. Lingkaran murid-murid sudah terbentuk sejak tadi tercipta di sekitar Moza dan Chiko. Ada Draco beserta kawan-kawannya, Ganang, Ergo, Zetta, Maddy, Bisma, Frengky, Nency dan juga Jaka. Namun, mereka hanya bisa menonton. Tidak bisa ikut dalam masalah keduanya.

“Gue emang kagum sama lo Chiko. Dulu gue suka sama lo karena lo baik sama gue. Dulu gue suka sama lo karena lo peduli sama gue di saat gue sama sekali gak kenal lo dan orang-orang di sekolah ini selain Jaka sama Zetta. Tapi gue sadar. Rasa kagum gue itu semu. Gak akan pernah terbalas. Gue ini cuman cewek buruk rupa yang ngarep bisa disukain cowok kaya lo.”

“Za tenang Za. Gue gak bisa liat lo kaya gini.” Sosok Chiko yang terkenal sangar mendadak jadi kalut hanya karena seorang cewek. Bernama Moza Adisti.

Chiko mencoba menenangkan Moza namun Moza semakin ingin lepas darinya. Ternyata begitu besar keinginan Moza untuk lepas dari Chiko.

“Tinggalin gue.”

“Za, gue sayang banget sama lo.”

“GUE MUAK SAMA LO CHIKO! KITA PUTUS!”teriak Moza di depan wajah Chiko.

*****

AN: BANYAK KATA BUAT PART INI WOEEEE!!!!!!!!

#TEAMSUKSESPUTUSMOZACHIKO MANA NIH?!

SPAM NEXT BUAT LANJUT? BIAR GAK SIDER AJA!! ASLI DAH GUE GAK SABAR PART-PART SELANJUTNYA!!!

SELAMAT MENIKMATI KARMAMU CHIKO! Apa yang kamu tuai itu yang kamu tanam! Mau liat Chiko kena pembalasan yang serupa kaya Moza dulu?

UDAH SENENG MOZACHIKO PUTUS?

Gak jadi deh disayang-sayang Mozanya. Gimana tuh rasanya ditinggal pas lagi baper-bapernya?

#TEAMCHIKONGEJARNGEJARMOZA!! MANA??

#MOZAGANANAG / #MOZADRACO / #MOZACHIKO??

Follow Instagram:
PoppiPertiwi
Wattpadpi

Chikogadangga
Mozaadisti

Ganangdata
Ergobanureksaa
Bismatanubrata
Frengkyfahlim
Nencyprasetya
Zettavenica

Beginilah marahnya orang sabar. Kalau gak cuman diem sekali meledak bisa buat orang-orang kelimpungan. Jadi kamu tetep pilih Chiko, Ganang apa Ergo?

Add line bc untuk info update: @xgv8109t

Seneng banget gue udah sampe part ini gak ngerti lagi dahh!! Makasih banyak yaaa yang udah baca, suka dan nunggu-nunggu cerita ini! Aduh jadi gak sabar asli. Tenang aja Poppi banyak kejutan karena cerita ini udah ber-plot dan jangan lupa tunggu part selanjutnya yaaa! Salam, Poppi Gadangga! <33333

Continue Reading

You'll Also Like

5.4M 394K 55
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...
451K 49.5K 22
( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum lay...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.4M 306K 34
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
708K 9.6K 24
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+