MOZACHIKO

By PoppiPertiwi

16.6M 1.3M 644K

[SEGERA SERIES MOZACHIKO DI WETV] [SUDAH TERBIT OLEH penerbit Loveable] [Tersedia di seluruh Gramedia Indones... More

MOZACHIKO
1. CHIKO GADANGGA
2. KEJADIAN (1)
2. KEJADIAN (2)
3. SEDIKIT MENGENAL
4. TAMAN BACA
5. PARASIT
6. SADAR DIRI
7. LEGENDA
8. PERUSAK
9. PADMA AIR
10. BIANGLALA
11. MASA LALUNYA
12. PESTA TRAGIS
13. DUA BEDA
14. PERISTIWA MADING
15. SELALU MENGALAH
16. TITIK NADIR
17. MULAI PEDULI?
18. BENTENG PERTAHANAN
19. JANJI MANIS
20. TEKA-TEKINYA [PRIVATE]
21. CENGKRAMAN UTAMA [PRIVATE]
22. CEWEK BODOH
23. KHAWATIR
24. LUKA DAN BUNGA
25. PUTRI SEKOLAH
TRAILER, VISUAL QNA MOZACHIKO
27. JATUH CINTA
28. KITA PUTUS!
29. JEJAK KEHILANGANNYA
30. RATU SEKOLAH, MOZA ADISTI
31. THE MOLANA
32. MOZA DRACO JADIAN
33. CHIKO ATAU DRACO
34. LALAT BERJUBAH KUPU-KUPU
35. INTUISI [PRIVATE]
36. YANG SELALU SIA-SIA
37. KITA SAUDARA [PRIVATE]
38.1 SESUATU YANG HANCUR
38.2 HANCUR
VOTE KOVER NOVEL MOZACHIKO
39. KEPERGIAN MOZA [Selesai + Order Novel Mozachiko]

26. KASIH SEMU

302K 28.6K 13.2K
By PoppiPertiwi

26. KASIH SEMU

Batas perbedaan antara Nency dan Moza begitu kental. Perbedaan yang sangat bertolak belakang seperti kutub magnet yang sama dan saling jauh-menjauh. Tapi, entah mengapa sekarang Chiko jadi tambah tidak tenang setelah bersikap buruk pada Moza. Seharusnya Chiko tidak terlalu keras pada Moza tapi apa mau dikata. Chiko sudah terlanjur mematahkan hati perempuan itu lagi dan lagi. Chiko baru saja sampai di kelasnya. Lelaki itu duduk di samping Ganang sambil menghela napas pendek.

Sementara Ganang sibuk mengobrol dengan Ergo membahas tentang pesepak bola dan juga tim andalan mereka yang berada di luar negeri.

“KEMARIN JUVENTUS MAINNYA JAGO JER! MANTEP BANGET!” ucap Ganang menggebu.

“JUVENTUS MULU LO, NANG! Mending nih lo bantuin gue bikin PR Bu Rai! Gue kaga ngerti!”

Ergo menyodorkan buku PR miliknya. ”Contoh soalnya yang dikasih guru gak sesuai sama yang keluar njer!” keluh Ergo.

“Makanya lu belajar di rumah! Biar gak remedi trus ada PR karena gak selesai di sekolah. Jadi gini kan akibatnya?” ceramah Ganang.

“Halah! Lo juga kan nyontek sana sini sama Chiko juga! Kalau lo sih udah pasti kaga belajar di rumah! Minjem buku aja lo sama gue, Nang!”

Astaghfirullah, Ergo...,” Ganang geleng-geleng kepala lalu mengusap dadanya, lebay. Macem Mak-Mak hampir jantungan, “Apa salah dan dosakuuu sayangg?”

ASTAGHFIRULLAH, NANG!” Ergo melotot dan menarik buku PR-nya. “BEGINI NIH KALAU LO KEBANYAKAN BARENG SAMA TUH DUA KAKAK KELAS AUTIS SI BISMA SAMA FRENGKY! MAKANYA LO JUGA JADI MAKIN AUTIS KAN?!”

“Sembarangan lo biji kedelai!” Ganang menempeleng kepala Ergo.

Ergo mengusap kepalanya lalu tertawa hingga tubuhnya berguncang. “Udah lo tanya tuh temen lo ngelamun! Pasti lagi mikirin gue tuh!”

Ganang kembali mengusap dadanya, alay. “Istighfar, Nang! Istighfar! Nyebut aja gue punya temen kaya lo, Go! Untung kaga ada bangku kosong. Kalau ada. Udah gue lemparin ke lo dari tadi!”

“Inget Nang lo masih punya banyak utang sama gue jadi jangan macem-macem,” ucap Ergo.

“Yeh, bawa-bawa utang lo! Gue gepok juga lo sini!”

Ergo tertawa, “Santai Nang! Gue bercanda!”

Chiko sedang menulis sesuatu di kertas yang ia sobek tadi lalu membuat sebuah kapal. Bosan karena malas ikutan kedua temannya. Kertas kapal-kapal buatan Chiko itu lalu ia lempar ke atas hingga kapal-kapalan itu terbang jauh dan jatuh di meja guru membuat Chiko melotot begitu Bu Rai masuk kelas.

“Mampus, gue,” gumam Chiko.

“Siang anak-anak,” sapa Bu Rai. “Kali ini Ibu mau ngebagiin buku dana BOS yang belum kalian dapet.” Bu Rai menaruh buku-buku yang ia bawa ke atas meja lalu guru itu menekuk alisnya begitu melihat kertas besar berbentuk kapal udara di atas meja.

“Siapa yang main kapal-kapalan di kelas?!” Bu Rai memandang seluruh isi kelas membuat semua murid di kelas jadi memandang Chiko tapi tidak ada yang berani menuduh.

“Kamu, Chiko?!” saat sadar dengan perhatian seluruh murid. Bu Rai bertanya pada Chiko.

“BUKAN BUU!” Chiko menepis perkataan Bu Rai. “BUKAN SAYA BU! SUWER!”

“Oh ya?” Bu Rai membuka kertas itu lalu melihat ada nama Moza Adisti di sana. “Terus ini punya siapa? Moza Adisti bukannya dia kelas X IPA 4? Dia kan gak ada di kelas ini!”

Chiko terdiam. Karena terlalu banyak memikirkan Moza jadinya cowok itu tanpa sadar mengukir nama Moza di kertas yang ia buat tadi.

“Punya Chiko tuh, Buuu! Moza kan pacarnya Chiko!” celetuk salah satu teman sekelas Chiko, Rafi. Rafi adalah salah satu fans berat Nency. Tim Jurnalistik dibidang foto-memfoto. Waktu ini cowok dengan bibir tebal itulah yang memuat foto Nency agar berada di cover majalah SMA Rajawali. Chiko tahu cowok itu tak pernah suka padanya sejak saat Chiko dan Nency tampak dekat karena Chiko sering mencari Nency dulu ke kelasnya.

“Diem lo Rafi! Jangan sok kenal gitu deh lo!” ucap Ergo pedas karena selama ini di kelas Rafi memang tidak berteman baik dengan Chiko, Ganang dan Ergo.

“Benar Moza pacar kamu, Chiko? Ibu tau sih. Moza saudaranya Nency itu kan?”

“Ya ilah Bu! Ibu gimana sih?! Kudet banget Bu! Semua orang juga tau kali Bu kalau Moza sama Nency itu saudaraan! Ya gak, Ko?” ucap Ganang membuat keadaan hening tadi menjadi tambah hening karena suaranya yang menggema.

“Cuman sayangnya nih, Bu. Temen saya yang satu ini gobloknya minta ampun Bu! Udah dapet yang paling setia eeehh nyarinya yang suka mendua!” ucap Ganang membuat Chiko menoleh.

“Kayanya udah kena virus-virus autis Kakak kelas sebelah nih Bu makanya jadi gitu!” tambah Ganang.

“Maksud lo apa, Nang?” tanya Chiko.

“Oh kaga napa, Ko! Santaiii...,” ucap Ganang. “Mending lo cari tau sendiri.”

Kening Chiko mengerut. Ada tanda tanya besar di kepalanya.

“CHIKOO, CHIKOO! KAPAN KAMU BESARNYA?! SUDAH KELAS SEPULUH MASIH SAJA KAYA ANAK SMP!” ucap Bu Rai memarahinya. “Besok-besok awas kamu kalau Ibu liat main kapal-kapalan kaya begini lagi!”

“Iya, Bu,” ucap Chiko lempeng.

“Jangan iya-iya aja dong! Buktikan!” Bu Rai menaruh kembali kertas yang dilipat Chiko tadi di atas meja.

“Iya Bu nurut saya nurut!”

"Kamu juga, Nang! Jangan keseringan nyontek! Ibu tau kamu sering nyontek ke Chiko tiap ulangan kan?!” kini giliran Bu Rai memarahi Ganang.

“Weleh-weleh si Ibu sa aee!” Ganang tertawa membuat Chiko terkekeh. “Iya, Bu! Iya! Maaf Buuuu! Namanya juga murid, Bu! GAK NYONTEK? GAK SERU!”

“Kamu juga Ergo! Kalau saya lagi ngomong didengerin! Sibuk ngapain kamu?!” Sekarang Ergo justru jadi sasaran Bu Rai. Ergo yang sedang membuat PR dibangkunya pun langsung menutup bukunya.

“Kalian bertiga itu ya! Masih saja kaya anak SMP yang harus dikasih tau! Inget kalian itu udah SMA sekarang!”

“Iyaa Bu guruku! Apa sih yang gak buat Ibuuuu?” goda Ganang pada Bu Rai.

“Iya-iya Buuu! Ah, cinta sejatikuuuu!” Ergo ikut menggoda Bu Rai dengan kedua tangannya yang membentuk tanda hati di depan dada.

Bu Rai menghela napas, lelah. “SUDAH-SUDAH! Mari kita bagi buku BOS ini! Rafi sini kamu bantu Ibu membagikan buku ke teman-teman kamu!”

Chiko memainkan pulpennya dengan satu tangan di depan wajah lalu melirik Ganang. Perkataan Ganang tadi membuat Chiko jadi berpikir keras. Yang dimaksud Ganang tadi jelas bukan Moza tapi Nency.

****

“CHIKOOO!” panggil Moza dari seberang membuat Chiko menoleh namun laki-laki itu memutuskan kontak mata dan menghindari Moza. Hari ini Moza benar-benar membuat cowok itu kepikiran dengannya.

“CHIKO!”

Chiko menoleh, “Apa?” masih saja nada tak enak didengar itu keluar dari mulut Chiko.

“Chikooo...,” Moza merengek. “Boleh minta anter pulang gak?”

“Pulang aja sana sendiri!” Chiko melepaskan tangan Moza dari tangannya. Membuat Moza kembali mengaitkan lengan Chiko dengan lengannya.

“Tadi pagi kan kamu yang jemput aku Chiko... aku cuman bawa uang sedikit tadi udah pake beli nasi sama air di luar sekolah sama Zetta.”

“Siapa suruh beli nasi di luar sekolah?! Kan udah gue beliin lo makan tadi di kantin?!” Chiko kembali melepaskan tangan Moza dari lengannya.

“Trus aku pulang sama siapa Chiko? Masa aku bakal diem di sini terus?” tanya Moza terdengar pasrah sambil berhenti namun Chiko tetap berjalan dengan wajah datar. Membuat Moza yang hari ini sudah sangat lelah bertengkar terdiam di lorong sekolah yang sudah sepi karena murid-murid sudah pada pulang. Chiko—cowok yang sedang menggendong tasnya itu tetap berjalan. Mau meninggalkan Moza sendirian

Moza lalu menatap lantai karena Chiko pasti akan tega meninggalkannya di sini. Membuat wajah Moza muram dan berpikir bahwa alternatif pulang satu-satunya adalah jalan kaki. Tapi tiba-tiba Chiko berhenti. Cowok itu mundur sambil menoleh lalu menarik tangan Moza membuat Moza menaikkan wajah menatapnya.

Semarah apa pun Chiko. Nyatanya Chiko tidak bisa tidak peduli pada Moza.

“Emang paling pinter lo buat gue ngerasa bersalah,” ucap Chiko terhadap Moza. Moza lalu kembali merunduk. “Iya lo pulang sama gue!”

****

“ASTAGA MAMA!”

Moza yang baru saja pulang sekolah masuk ke dalam rumahnya begitu melihat Mada hampir jatuh saat hendak duduk di sofa. Moza berlari menghampirinya dengan wajah khawatir lalu membantunya duduk di sofa. Baju, napas dan rambut mamanya yang berwarna cokelat menyala ini berbau alkohol. Kepala Mada sangat berat. Pusing terasa seakan dunia berputar pada indera pengelihatannya.

“Mama, kenapa?” tanya Moza.

“Mama mabuk ya?”

“DIAM KAMU!” Mada menarik tangannya dari Moza membuat Moza terkejut.

“Mama mabuk ya, Ma? Kok Mama mabuk jam segini sih, Ma?” tanya Moza khawatir lalu melirik ke sekeliling. Tak ada pembantu di rumahnya. Tak ada Nency juga. Kosong seperti tak berpenghuni. “Nanti Mama sakit, Ma.”

“Apa peduli kamu sama saya, hah?!” Mada memegang kepalanya yang semakin pusing. Satu tangannya memijat-mijat dahinya. “Nggak usah peduli sama saya! Kamu bukan anak saya!”

“Tapi Ma—”

“DIEM KAMU! Nggak usah sok baik sama saya!” Moza yang mencoba membantu untuk meringankan sakit di kepala Mada pun tak diizinkan oleh Mada. “Dari dulu juga gak pernah ada yang baik sama saya!”

Moza terdiam. Memang benar buah tak jatuh dari pohonnya. Bagaimana ibunya pun anaknya juga pasti begitu. Sama seperti Mada dan Nency. Tak jauh berbeda.

“Mama kok ngomong kaya gitu sih, Ma? Moza peduli sama Mama. Mama nggak boleh kaya gini terus nanti Mama sakit. Moza cuman punya satu Mama.”

“HALAHH! KAMU GAK USAH PURA-PURA BAIK SAMA SAYA!” Mada berteriak tiba-tiba. “Kamu dateng ke sini mau morotin uang ayah kamu kan?!”

“Enggak, Ma... kenapa Mama mikir kaya gitu?” tanya Moza namun Mada meracau tak jelas di sebelahnya. Wanita yang ia sebut mama itu masih tiduran di kepala sofa.

“Moza sayang sama Mama. Mama jangan kaya gini ya?” ucap Moza. “Nanti Mama sakit, Ma.”

“Nggak usah sok baik saya bilang! Denger kamu?!”

“Moza nggak sok baik kok, Ma. Moza nggak pengen liat Mama kaya gini. Ayo Ma Moza anter ke kamar Mama. Biar Mama bisa istirahat nanti Moza ambilin minum sama makanan.”

“NGGAK PERLU! Kamu ngerti gak sih?!” Mada memejamkan matanya. Merasa sempoyongan di tempat.

“Biarpun Mama gak sayang saya. Moza bakal tetep sayang sama Mama karena Mama udah ngasih izin buat Moza tinggal di sini bareng sama Ayah sama Nency. Mama nggak boleh kaya gini, Ma. Nanti Mama sakit. Moza nggak mau Mama sakit. Nanti Moza sedih. Moza cuman punya Mama, Nency sama Ayah. Moza udah gak punya siapa-siapa, Ma.”

“Kamu itu kenapa sih?! Kenapa harus kamu yang bilang peduli sama saya?! Kenapa bukan anak saya Nency?!” Mada semakin pening. “Itu anak juga kerjaannya keluyuran terus tiap pulang sekolah! Gak pernah pulang mentang-mentang uang jajannya yang saya kasih sama Afon banyak!”

“Mama gak boleh gitu sama Nency. Ayo, Ma, Moza anterin ke atas. Ke kamar Mama.” Moza memapah Mada namun Mada tetap memejamkan matanya akibat pengaruh alkohol.

Mada terus meracau saat Moza membawanya ke tangga rumah lalu Moza menangkap kata-kata yang membuat hatinya tergores. Luka itu semakin besar dan dalam, “Saya berharap kamu pergi dari sini, Moza. Saya gak suka sama kamu! Saya benci sama Afon karena dia lebih sayang sama kamu ketimbang sama anak saya! Kamu itu persis kaya Mamamu! Gak tau diri!”

“Kenapa Mama pengin saya pergi dari rumah ini, Ma?” tanya Moza dengan perasaan sembilu sambil menoleh pada wajah merah Mada karena masih terpengaruh minuman keras.

“Karena kamu itu sama kaya Mamamu. Perebut kebahagiaan orang lain!”

“Tapi saya sayang, Mama juga biarpun Mama gak suka sama saya dan Bunda saya.” Moza meneguk ludahnya. “Kenapa Mama gak bisa sayang sedikit aja sama Moza, Ma?”

“Karena kamu itu lahir dari rahim dia, bodoh! Saya gak suka sama Mamamu apalagi sama kamu! Kalau kamu mengerti saya sama Nency gak suka sama kamu. Harusnya kamu angkat kaki dari rumah ini!”

Pada undakan teratas Moza berhenti lalu memeluk tubuh Mada. Mencari sebuah kehangatan yang jarang Moza dapatkan. Lagi-lagi hati Moza hancur. Seperti ada yang menghantam dadanya kuat-kuat membuat Moza sesak tak tentu arah. Mada yang lemas dan setengah sadar pun terkejut merasakan pelukan hangat dari Moza.

Pertama kalinya Mada merasa dipeluk Moza. Anaknya sendiri, Nency pun jarang melakukan ini padanya. Pelukan Moza mengencang. Mencengkram punggung Mada. Kedua tangan Moza melingkar kuat pada tubuh Mada. Mencari kekuatan juga kasih sayang semu dalam pelukan yang terasa menusuknya dalam-dalam itu.

“Kenapa Mama benci banget sama saya, Ma? Saya sayang Mama seperti saya sayang Bunda saya sendiri. Saya gak punya Ibu. Nenek saya pun sudah meninggal. Apa jika saya meminta Mama jadi Mama saya. Sudikah Mama jadi orang yang mau saya panggil Mama?”

Mada tercekat. Tangannya hampir saja mengelus rambut Moza karena naluri keibuannya namun tangan itu turun. Kebenciannya pada Moza lebih besar.

“SAYA GAK SUDI JADI MAMA KAMU! Jadi berhenti panggil saya Mama!”

Mada melepas pelukan Moza. Dengan langkah sempoyongan wanita berpakaian sexy itu masuk ke dalam kamarnya meninggalkan Moza yang terkejut mendengar suara pintu kamar Mada yang dihempas begitu saja.

Moza hanya ingin punya Ibu yang sayang padanya. Seperti anak pada umumnya. Apa itu salah?

*****

AN: PERASAANMU SETELAH BACA PART INI?

SPAM NEXT BUAT LANJUT KARENA BAGIAN SERUNYA ADA DI PART SELANJUTNYA!!

#TIMPUTUSMOZACHIKO / #TIMBERTAHANMOZA

#TIMCHIKOKENAKARMA MANA??

Bagian ini penting nanti bakal dikasih tau penjelasannya. Sabar okee. Sabar. Nah terus Poppi mau ngucapin juga lebih awal. Buat hari sabtu nanti tanggal 9/06/2018 selamat hari raya Kuningan! <3

Follow Instagram:

PoppiPertiwi
Wattpadpi

Chikogadangga
Mozaadisti

Ganangdata
Ergobanureksaa
Bismatanubrata
Frengkyfahlim

Kok banyak sih yang mau jadi pacar Ganang? Sumpah euy doi playboy. Kenapa sihhhh pada mau sama Ganang?

Add line bc info update: @xgv8109t

Sabar Moza! Kalau misalnya Chiko gak baik buat kamu pasti udah dijauhin kok dari lama. Yaa gak?

Chiko bener-bener buta

Sampai jumpa di part selanjutnya! Salam sayang, Poppi Gadangga! Doain euy biar Poppi bisa nuntasin cerita ini cepet yaaa! <3

Continue Reading

You'll Also Like

383K 60K 23
SERI KETIGA KLANDESTIN UNIVERSE (Klandestin edisi Spesial Ramadan) Season 1 : Asrama Lantai 7 Season 2 : Sapta Harsa Puasa bareng lagi nih sama Kla...
525K 21K 65
"Eh, biasanya ketua geng itu dijodohin gak sih." "Iya ya, biasanya di wp, ketua geng motor, ganteng, terus kaya raya. Pasti dijodohin." "Ketua kita...
343K 35.8K 42
Rasa sakit menjadi alarm atau penanda bagi kita bahwa tubuh sedang tidak baik-baik saja. Ia memberikan sinyal kepada kita untuk lebih peduli atau mul...
331K 26.7K 38
Rifki yang masuk pesantren, gara-gara kepergok lagi nonton film humu sama emak dia. Akhirnya Rifki pasrah di masukin ke pesantren, tapi kok malah?.. ...