HOSHI : THE PERVERT

By Kundekun

87.2K 8.4K 1K

Karena kesalah pahaman Hoshi dicap sebagai orang mesum oleh Leera. Dan ketika keduanya sudah saling membenci... More

One
Two
Three
Four
Five
SIX
SEVEN
EIGHT
Nine
Ten
Eleven
Twelve
Thirteen
Fourteen
Fifteen
Sixteen
Seventeen
Eighteen
Nineteen
Twenty
Twenty One
Twenty Two
Twenty Three
Twenty Four
Twenty Five
Twenty Six
Twenty Eight
Twenty Nine (FINAL)
(+) Epilog

Twenty Seven

2.1K 226 37
By Kundekun

Suara langkah kaki yang teratur memenuhi koridor yang mulai sepi. Meskipun matanya fokus pada arloji berwarna hitam yang bertengger di tangannya, langkah pria itu masih bisa berjalan lurus dengan konsisten. Seperti tubuhnya memang sudah tahu betul arsitektur bangunan ini.

"Eh? Wonwoo-hyung! Udah mau pulang?" Tanya seorang pria sebayanya, namun terlihat sedikit lebih muda.

"Oh? Muel. Iya, jadwal les gua dimajuin tadi. Jadi gua mau langsung pulang." Tutur Wonwoo yang dibalas anggukan oleh lawan bicaranya.

"Hhmm.... Oke, deh. Yaudah gue mau masuk ke kelas dulu hyung, gue udah kesiangan gini. Entar gue diamuk lagi."

Wonwoo terkekeh sambil mengacak rambut Samuel pelan. "Kebiasaan lo, Samuel! Telat mulu kerjaannya. Awas! jangan karna bentar lagi lo mau debut, lo jadi ketinggalan materi!" Samuel mengangguk mendengar nasihat dari hyung-nya itu.

"Hehe... Iya hyung, iya. Muel ngerti, kok! Yaudah dadah, hyung!" Teriak pria bernama Samuel itu sambil melambaikan tangan ke arahnya.

Wonwoo masih menatap lekat temannya itu, sampai dia menghilang di balik pintu. Lalu Wonwoo kembali melirik arlojinya kemudian bergumam pelan, "Baru jam segini, masih terlalu siang buat gua pulang ke rumah. Apa gua tengok si Hoshi aja, ya?"

****

WONWOO POV

Sesekali gua memandang matahari yang mulai terbenam, melukis warna langit menjadi sedikit lebih gelap.
Sambil berjalan dengan santai, gua menenteng tas plastik yang berisikan es kepal milo yang barusan gua beli.

Sebenernya tas plastik yang gua bawa ada dua, satu buat Hoshi dan satunya lagi buat sang pujaan hati. Ya, Leera maksdunya.

"Sebelum ngejenguk si Hoshi, mampir ke rumah Leera dulu ah.." gumam gua sambil tersenyum geli.

Entah kenapa belakangan ini isi kepala gua selalu dipenuhi oleh Leera. Setiap kali gua baca buku, main game, tidur bahkan boker sekalipun, bayang-bayang mukanya selalu ada.

Seakan-akan dia meracuni otak gua, tapi gua gak keberatan sih. Toh efek sampingnya malah bikin gua senyam senyum sendiri. Lagian senyum kan ibadah, ya gak?

Terutama sikapnya yang malu-malu kucing, itu jadi daya tarik utama bagi gua. Ngebayangin pipinya yang merah merona juga kelakuannya saat salah tingkah itu.... bikin gua jadi pengen segera memilikinya.

Hahahaha.... Fix gua bucin :)

Setelah berjalan kaki melewati jalan perumahan yang cukup jauh, akhirnya gua sampai di depan rumah Leera. 

"Assalammualaikum!" Ucap gua sedikit berteriak berusaha agar suara gua terdengar ke orang yang di dalam.

Tak lama setelah gua mengetuk pintu, seorang wanita paruh baya keluar menampakkan batang hidungnya. "Waalaikumsalam. Eh? Ada Wonwoo." Sapa Ibu Han terlihat senang.

Gua sedikit membungkukkan badan, untuk memperlihatkan rasa hormat gua. "Permisi tante, maaf ngeggangu. Mmm.. Leeranya ada, tante?" Tanya gua yang tersipu malu.

"Oh! Nyari Leera, ada kok! Tapi..."

Ucapan Ibu Han terhenti, nampak ekspresi wajahnya yang sedikit ragu untuk berbicara.

"Tapi kenapa, tante?" tanya gua penasaran.

"Itu... Tadi Leera pulang ke rumah sambil nangis gitu, terus tante tanya, bukannya ngejawab malah langsung ngurung diri di kamar." Ujar Ibu Han sedikit ragu.

"Leera nangis?! Nangis kenapa, tante?!"

Ibu Han hanya menggeleng tak tahu menahu. "Tante juga gak tau, coba kamu tanya sendiri, ya? Ajak Leera ngobrol, kali aja kalau sama kamu, dia mau cerita" pintanya mengukir senyuman tipis.

"Iya, tante."

***

Gua berjalan mendekati kamar Leera sedikit terburu buru, ingin memastikan kalau nyatanya Leera gak kenapa-napa.

Satu hal yang langsung terbesit di kepala gua. Apa Leera ada masalah sama Hoshi?

Gua membuka pintu kamarnya tanpa permisi. Sebetulnya ini pertama kali gua masuk ke kamar Leera, dan kesan pertama gua saat melihat kamarnya yaitu.... sangat feminim.

Dinding kamarnya yang berwarna biru aqua, dihiasi dengan beberapa stiker wallpaper memberikan kesan vintage. Furniture yang simple dan aroma parfum Leera yang memenuhi sudut ruangan, membuat gua merasa sangat nyaman berada di ruangan ini.

Tapi di balik kenyamanan itu, kini gua melihat Leera yang meringkuk di atas kasurnya sambil dibaluti selimut yang hanya menutupi sebagian tubuhnya.

Isakan tangis yang sedari tadi ditahannya membuat telinga gua serasa pilu. Gua rasanya pengen langsung meluk Leera dan menenangkan dia dalam pelukan gua.

Tapi tahan Won, inget belum muhrim ._.

Gua mendekati Leera, lalu duduk di sudut kasurnya. Dia kayaknya gak sadar akan kehadiran gua. Tanpa adanya perintah dari pusat otak gua,  tangan gua lantas mengelus rambutnya lembut berusaha menenangkannya.

"Leera kan udah bilang, Leera lagi pengen sendiri, Bun!" Suaranya serak sambil masih terisak.

Sudut bibir gua terangkat menyeringai. "Gua bukan bunda, gua Wonwoo. Makanya bangun! dasar putri tidur!" Ejek gua dan spontan membuat Leera membalikkan badan.

Matanya membulat dan mulutnya terbuka lebar. "Lha?! Kok??! WONWOO KOK LO ADA DI SINI?!!" Pekiknya terkejut.

"Gua sengaja mampir dulu ke rumah lo." Tangan gua meraih salah satu kantung plastik dan menunjukkannya pada Leera. "Nih, gua bawa es kepal milo buat lo."

"Ihh.. terus kok lo gak ngomong apa apa dulu sih?! Asal maen masuk aja! Jadinya gue masih berantakan gini, kan?!! "

"Sorry gua ga permisi dulu. Tapi tadi nyokap lo udah ngizinin gua masuk, kok." Tutur gua memperjelas keadaan. Sedangkan Leera yang tak tahu apa-apa hanya menatap gua dengan wajah tak percaya.

Senyum gua kembali mengembang berniat sedikit menjailinya. Gua mendekatkan wajah gua, mengikis jarak antara gua dengan Leera. " Emangnya kenapa kalau masih berantakan? Malu, Hm?"

"Ya, lo pikir?" tanya Leera dengan nada menantang.

"Malu soal mata lo bengkak gara-gara nangis itu, ya? Gapapa... di mata gua lo masih cantik, kok."

Gua bisa melihat kedua pipinya yang mulai merah merona, tanda kalau dia udah masuk ke dalam mode salah tingkah. Dan itu malah membuat gua makin tersenyum puas.

"Won! Masih sempet-sempetnya lu nge gembel, hah??!!" Pekiknya kesal  sambil mencubit lengan gua keras.

"Aaw! Aw! Sakit, Ra!! Habisnya lo ngegemesin, jadinya pengen gua jailin."

"Aish! Lama lama GUE SUMPEL MULUT LO PAKE BANTAL!!!"

"Akh!! Leera!! Iya sorry sorry! Please! Sumpah ini sakit YA AMPUUN! HAN LEERA!!"

***

"Iya iya, gue berhenti ngegombal deh. Udah dong, jangan ngambek terus." Tangan gua menarik narik ujung lengan bajunya, berusaha membujuk agar Leera berhenti mencapakkan gua.

Kalau kata orang, cewek lagi ngambek itu nyeremin, bahkan lebih serem daripada valak sekalipun. Tapi menurut gua hal itu gak berlaku buat Leera.

Berdasarkan pandangan gua, ketika Leera marah itu, keimutannya bertambah dua kali lipat. Dan itulah yang bikin gua malah makin mancing amarahnya bukan malah meminta maaf.

"Masih mau marah aja, nih?" Tanya gua yang masih gak digubris sama sekali. "Kalau masih marah terus,  mending es kepal milonya gua bawa pulang aja." 

Leera langsung mendelik tajam ke arah gua, dan dengan cekatan, ia segera mengambil bungkusan yang gua kasih sebelumnya.

"Orangnya kalau mau pulang, pulang aja! Tapi makanannya jangan!"

"Oh? Jadi kamu lebih milih makanan daripada aku?"

"Paan sih lu, Won?!! Pake aku kamuan?! Jijik gue!" Umpat Leera.

Gua menghela nafas panjang sambil mengacak-ngacak rambut frustasi. Gua kembali mendengus lalu menundukkan kepala gua di hadapan Leera.

"Maaf gua udah lancang masuk ke kamar lo, dan maaf karena gua malah bikin mood lo makin buruk. Gua gak bermaksud." Ujar gua yang masih menundukkan kepala.

Leera sontak terkejut melihat cara permohonan maaf gua. Soalnya gua juga udah kehabisan akal biar mendapat permohonan maaf dari Leera.

"Won? Lo gak perlu minta maaf sampe segitunya." Tutur Leera sambil menyuruh gua untuk mengangkat kepala. Nampak Leera merasa sedikit bersalah karena membuat gua memohon sampai segininya.

"Soalnya lo gamau maafin gua." Leera menggeleng mendengar ucapan gua.

"Gak kok, gue ga begitu tersinggung. Cuman emosi gue yang emang lagi gak stabil aja. Sorry, Won." Lah sekarang malah Leera yang minta maaf ke gua. Dasar aneh.

"Ini ada hubungannya sama hal yang bikin lo nangis, ya?"

Leera diam tak bergeming, enggan menjawab pertanyaan gua. Tapi setelah lama terdiam, akhirnya ia pun  mengangguk.

"Ra, lo bisa cerita sama gua kalau lo lagi ada masalah. Kali aja kalau lo cerita soal siapa yang udah berani bikin lo nangis, perasaan lo bakal lebih baik." Saran gua membujuk Leera agar mengangkat suara.

"Emang kalau lo tau siapa orangnya, mau lo apain?"

"Mau gue sleding orangnya terus gue kubur hidup hidup! Berani banget dia sampai bikin lo nangis kek gini? Gak terima gue!"

Tangan Leera spontan mendamprat lengan gua, membuat gua sedikit meringis kesakitan. "Ih! Wonwoo gue serius!" Gerutunya.

"Gua bercanda doang elah. Ga bakal gue apa apain ko." Ujar gua seraya tersenyum tipis.

"Serius lo?"

"Iya..."

"Yakin?"

"Yakin, Ra..."

"Demi apa?"

"Demi kulit kerang ajaib!!!"

Untuk sekian kalinya akhirnya Leera tertawa, dan itulah yang sedari tadi gua tunggu-tunggu.

Mungkin ini terdengar terlalu berlebihan, tapi entah mengapa kalau ngeliat orang yang gua suka tersenyum aja. Bisa bikin gua ikut bahagia. Emang bener ya kata orang-orang, bahagia itu sederhana.

Setelah itu Leera benar-benar kembali menjadi Leera yang selalu tersenyum dan tertawa persis seperti yang gua kenal.

Dia menceritakan semuanya ke gua, dimulai dari pernyatan Yuju kalau nyatanya dia udah berhenti suka sama Hoshi, hingga dimana Hoshi mengeluarkan sumpah serapahnya sampai ngebuat Leera nangis kayak tadi.

Dan setelah gua mendengar semua cerita Leera baik-baik. Cuman ada satu kata buat sahabat gua satu itu, Hoshi lo brengsek.

"Won? Kok diem?" Tanya Leera, melambai-lambaikan tangannya di depan wajah gua.

"Won? Wonwoo?? WONWOO?!!"

"Eh? Sorry, Ra. Kenapa?" Ucap gua membalikkan pertanyaan.

"Lo yang kenapa? Kok tiba-tiba diem?"

"Engga gue cuman.."

"Cuman?"

"......Gue cuman gak nyangka aja Hoshi kayak gitu ke lo. Ya, gue emang tau kalau si Hoshi udah marah, emang mulutnya kagak difilter dulu kalau ngomong. Jadi, ya dia keluarin semua yang ada di kepalanya gitu aja." Jelas gua panjang lebar.

"Hmm.. gitu, ya." Gumam Leera kembali terlihat murung.

"Iya, jadi gue yakin Hoshi ga bermaksud jahat ke lo. Ini cuman salah paham doang. Mungkin Hoshi masih kecapean makannya dia ngelampiasin semuanya ke lo. Gua yakin entar juga dia bakal berlutut minta maaf ke lo. Jadi, semua ucapan Hoshi jangan lo masukin ke hati, oke?"

Entah omong kosong apa yang keluar dari mulut gua, gua juga gak ngerti kenapa gua musti ngebela Hoshi yang emang kenyataannya dialah yang salah. Gua cuman gamau ngeliat Leera sedih lagi, jadi gua terpaksa ngucapin semua kebohongan itu.

"Makasi, Won. Setelah gue cerita semuanya ke lo, rasanya sebagian beban gue udah berkurang. Thanks to you I feel better now."

"Your Welcome."

***

Setelah gua berhasil mengembalikan semua kecerian Leera. Selanjutnya gua menginjakan kaki di kediaman Kwon. Rasanya udah lama semenjak gua main ke rumah Hoshi.

Kapan ya terakhir gua main ke rumah Hoshi? Mungkin sekitar lima bulan yang lalu? Dan hal itu sangat terlihat dari wajah Ibu Kwon yang sumringah saat melihat wajah gua.

"Wonwoo!!!! Ya ampun akhirnya kamu maen lagi ke sini! Tega banget kamu sampai jarang ngejengukin tante. Mau jadi anak durhaka kamu? Huh??!" Tutur Ibu Kwon sambil masih memeluk gua erat.

Gua terkekeh pelan melihat kelakuan Ibunya Hoshi yang gak berubah sama sekali. Beliau itu udah berumur tapi hebohnya minta ampun, sama banget kayak anaknya yang kelewat sipit itu.

Mata Hoshi yang sipit juga kayaknya emang turunan dari gen ibunya. Nyatanya Ibu Kwon memiliki mata yang sipit juga senyumannya persis seperti Hoshi. Emang bener kata pepatah, buah gabakal jatuh jauh dari pohonnya.

"Maaf Wonwoo jarang mampir tante soalnya sibuk sama tugas sekolah." Ujar gua setelah beliau melepas pelukannya.

"Dasar, kamu sama nak Leera sama aja! Sok-sok an sibuk sekolah. Jadinya tante cuman bisa liat muka Hoshi aja. Lama-lama bosen juga tau liat muka anak sendiri!" Oceh Ibu Kwon yang disambut gelak tawa.

"Tante jangan gitu, kasian Hoshinya. Tapi kalau misalnya tante udah bosen, simpen aja di pinggir jalan. Kali aja ada yang mau pungut?"

"Eh iya! Bagus juga ide kamu, Wonwoo!"

"WONWOO KAMPRET!!KENDENGERAN WOY!! MAMAH GITU YA SEKARANG?! JAHAT SAMA ADEK!!" Teriak Hoshi dari dalam kamarnya yang berada di lantai dua.

Tawa gua dengan Ibu Kwon seketika pecah mendengar suara omelan Hoshi yang terdengar seperti anak TK yang cemburu, karena baru aja di campakkin sama emaknya.

"Yaudah tante, Wonwoo mau ngenengok Hoshi dulu."

***

Sepuluh menit telah berlalu, dan sedari tadi gua dan Hoshi hanya diam tak bergeming. Dan saling enggan melihat wajah satu sama lain.

"Gue kira lo gabakal kesini lagi." Ujar Hoshi dengan nada mengejek.

"Mau gimana juga, lo masih sahabat gua, Hosh. Gua tentu khawatir sama keadaan lo." 

Hoshi tersenyum sinis sambil menatap gua lekat. "Lo masih bisa bilang kalau gue sahabat lo? Setelah apa yang lo lakuin ke gue?" Hoshi tertawa meremehkan lalu senyumannya kembali menghilang. "Munafik lo, Won."

"Terserah lo mau nyebut gue apa, yang jelas gua hanya melakukan apa yang memang sepantasnya gua lakukan."

"Hah! Mulut lo sok suci."

Sebenernya gua sangat menghindari percakapan semacam ini, karena nyatanya gua emang gamau beradu mulut dengan Hoshi seperti ini.

Sudah sejak SD gua dan Hoshi berteman, dan selama itulah kami mengenal satu sama lain. Gua sangat tahu kepribadian Hoshi, dan berusaha untuk beradaptasi dengan tingkah lakunya. Begitu pula sebaliknya.

Meskipun kepribadian kami yang saling bertolak belakang, gua dan Hoshi jarang sekali bertengkar. Karena kami berdua sangat menghargai perbedaan satu sama lain.

Namun pernah satu hari, Gua dan Hoshi bertengkar hebat hingga mengancam pertemanan kami. Waktu itu gua gak sengaja merusak robot kesayangannya Hoshi. Dan karena marah, Hoshi merobek robek buku kesayangan gua langsung di depan kedua mata gua sendiri.

Disaat itulah kami sedikit menjaga jarak satu sama lain, namun entah karena apa. Tanpa disadari kami berdua sudah berbaikan seperti semula.

"Setidaknya gua masih menjaga mulut gua, supaya gak terlalu menyakiti perasaan orang lain. Gak kayak lo, yang berani ngomong kotor ke cewe yang gak tahu apa-apa." Kini balas gua yang memojokkan Hoshi.

"Apa maksud lo?" Hoshi terlihat mulai marah.

"Maksud gua? Hah!! bahkan lo yang paling mengerti maksud ucapan gua lebih dari siapapun."

Gua menatap Hoshi dengan tatapan tajam. "Kenapa lo ngomong kayak gitu ke Leera." Tanya gua dengan suara berat yang menunjukkan kalau sekarang ini gua sudah terpancing amarah.

Hoshi mengangkat bahunya seraya menyeringai. "Gue cuman muak liat wajah dia. Disuruh pergi dia gamau, yaudah dia harus terima akibatnya."

"Nerima akibat sampai bikin dia nangis kayak gitu?!"

"Dia emang pantas menerimanya, Jeon Wonwoo-ssi." Ujarnya sambil tertawa puas.

Gua melangkah dengan cepat lalu menarik kerah bajunya kasar. "BRENGSEK LO!! Gua tau lo marah sama dia tapi gak gini juga caranya!"

Hoshi memutar bola matanya malas kemudian kembali menatap gua datar. "Lo tau apa soal gue, Won? Lo gatau apa-apa." Ucapnya acuh.

"Gua tau, Gua tau semuanya!!! Gua tau lo suka sama Leera dan gua tau lo cemburu saat gua deket sama dia. Gua Tau!!!!"

"Kalau lo tau terus kenapa lo ngancem gue, hah?"

"KARENA GUA GA MAU LEERA JATUH CINTA SAMA LO!! GUA PENGEN MILIKI DIA!!! GUA SUKA SAMA DIA!! PUAS LO??!" Teriak gua dan cengkraman tangan gua lebih kencang daripada sebelumnya.

"Jadi diantara dua pilihan, lo milih Leera kan daripada gua?"

"Iya, gua pilih Leera. Jadi untuk sekian kalinya. Gua perintahin lo buat menjauhi Leera!! Gua ga mau ngeliat Leera nangis lagi kayak tadi cuman karena cowok brengsek macem lo!"

Hoshi melepas cengkraman tangan gua dengan paksa, alhasil bekas cengkraman gua membuat kainnya terlihat kusut. "Tapi sorry won, gua ga menerima perintah dari siapapun. Lo bukan siapa-siapa di hidup gue. Jadi lo gak berhak buat ngelarang gue ngedeketin Leera."

"Terserah lo. Tapi nanti lo liat aja, siapa yang bakalan menang."

***

Wonwoo pergi dengan membanting pintu kamar Hoshi, untuk menunjukkan seberapa besar amarah yang  ditunjukan kepadanya.

Sedangkan Hoshi hanya berdecak kesal sambil mengacak surai hitamnya. Nafasnya terengah-engah, debat singkatnya dengan Wonwoo benar-benar melelahkan.

Bukan hanya menguras tenaganya, tapi hatinya merasa teriris karena bertengkar dengan sahabatnya sendiri.

Ujung mata Hoshi melirik ke meja kecil yang ada di samping kasurnya. Ia memandang lekat kantung plastik pemberian sahabatnya itu. "Bahkan lo tau gue lagi pengen es kepal milo, Won." Rintihnya dengan penuh penyesalan.

TO BE CONTINUE

EEAAAAAA Si Dua Sejoli  pada perebutan jodoh orang ( ͡° ͜ʖ ͡°) Perebutin aku juga dong mas.
Buat Wonwoo, aku juga pengen es kepal milo dong :((

Continue Reading

You'll Also Like

127K 12.6K 23
Surat perjanjian 1. Dilarang ikut campur urusan satu sama lain. 2. Tidak ada kontak fisik ( kecuali di depan orang tua ku dan kakek) 4. Selama masi...
193K 26.3K 33
Vernon itu dingin kek es.. Vernon itu cuek.. Vernon itu terlalu sering diem hampir kek patung.. Dan cuma vernon yang bisa bikin gue sakit hati untuk...
982K 59.5K 35
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
62.2K 5.9K 37
[COMPLETED] Yoon Jeonghan pimpinan grup Yoon, memiliki satu anak, namun kehidupannya berantakan setelah kejadian hebat menimpa dirinya. Sang istri me...