MOZACHIKO

By PoppiPertiwi

16.6M 1.3M 644K

[SEGERA SERIES MOZACHIKO DI WETV] [SUDAH TERBIT OLEH penerbit Loveable] [Tersedia di seluruh Gramedia Indones... More

MOZACHIKO
1. CHIKO GADANGGA
2. KEJADIAN (1)
2. KEJADIAN (2)
3. SEDIKIT MENGENAL
4. TAMAN BACA
5. PARASIT
6. SADAR DIRI
7. LEGENDA
8. PERUSAK
9. PADMA AIR
10. BIANGLALA
11. MASA LALUNYA
12. PESTA TRAGIS
13. DUA BEDA
14. PERISTIWA MADING
15. SELALU MENGALAH
16. TITIK NADIR
17. MULAI PEDULI?
18. BENTENG PERTAHANAN
19. JANJI MANIS
20. TEKA-TEKINYA [PRIVATE]
22. CEWEK BODOH
23. KHAWATIR
24. LUKA DAN BUNGA
25. PUTRI SEKOLAH
TRAILER, VISUAL QNA MOZACHIKO
26. KASIH SEMU
27. JATUH CINTA
28. KITA PUTUS!
29. JEJAK KEHILANGANNYA
30. RATU SEKOLAH, MOZA ADISTI
31. THE MOLANA
32. MOZA DRACO JADIAN
33. CHIKO ATAU DRACO
34. LALAT BERJUBAH KUPU-KUPU
35. INTUISI [PRIVATE]
36. YANG SELALU SIA-SIA
37. KITA SAUDARA [PRIVATE]
38.1 SESUATU YANG HANCUR
38.2 HANCUR
VOTE KOVER NOVEL MOZACHIKO
39. KEPERGIAN MOZA [Selesai + Order Novel Mozachiko]

21. CENGKRAMAN UTAMA [PRIVATE]

317K 29.6K 18.4K
By PoppiPertiwi

21. CENGKRAMAN UTAMA

KAMI SEGENAP MURID KELAS X IPA 8 SMA RAJAWALI TIDAK DAPAT MASUK KELAS PAGI INI KARENA DIPANGGIL KEPSEK KE RUANG KEPALA SEKOLAH! SEKIAN TERIMA GAJI!!!!!!! —CHIKO GADANGGA AND KAWAN-KAWAN

Bu Rai yang baru saja sedang ingin masuk ke dalam kelas X IPA 8 melotot garang melihat kertas tulisan Chiko yang terpajang di atas kelas—tepat di paku tempat papan hitam kecil nama kelas mereka. Bu Rai mengambil kursi di samping pintu dan naik untuk mengambil kertas tersebut dengan wajah akan marah.

“CHIKOOOOOOOOO!!” teriakan Bu Rai membuat Chiko dan teman-teman yang sedang berjalan di lorong tersentak dan memperhatikan guru itu dari jauh. Bu Rai bertolak pinggang menatap Chiko yang ketangkap basah sedang memperhatikannya. “SINI KAMU!”

Ganang yang berdiri di sebelah Chiko mendorong lengannya. “MAMPUS LO KO! BU RAI MURKA TUH SAMA LU!”

“Lagian lo pagi-pagi dah bikin tuh guru marah-marah. Kasian guru kesayangan gue cepet tua ntar,” ujar Ergo berdiri di sebelah Chiko.

“KOK JADI PADA NYALAHIN GUE?! Lo lo juga pada setuju buat tuh kertas tadi!” Chiko yang berdiri di tengah-tengah tidak mau disalahkan. “Lo aja sana Nang ke kelas! Gue mah ogah!”

“Jah ngapain jadi gue?” Ganang mengernyit. “Kan lo yang dipanggil sama Bu Rai! Noh tuh guru ke sini!” Ganang melihat Bu Rai dengan langkah kesal berjalan di lorong. Suara sepatunya bahkan terdengar mengetuk lantai.

“SINI KAMU CHIKO! NGAPAIN KAMU BUAT KERTAS KAYA GINI?! KALAU KEPALA SEKOLAH TAU SAYA BISA DIMARAHIIII!!!!” Bu Rai masih saja berteriak. Sedikit lagi sampai.

“Anu Bu itu kan ngasih tau ke Ibu kalau kita nggak ada di kelas.” Chiko nyengir lalu meringis. “Biar praktis Buuuuuu!”

“PRAKTIS-PRAKTIS NDASMU!” Bu Rai kembali berteriak membuat Chiko, Ganang, dan Ergo tertawa.

“ADUHHHH BU MENDADAK SAKIT PERUT NIH! MAU KE KAMAR MANDI DULU YA BU?!” Chiko bersiap kabur.

“EEEH-EHHHHH!! MAIN KABUR SEMBARANGAN AJA! KALIAN MAU KE MANA HAH?!” Bu Rai masih beteriak di lorong. Membuat sebagian murid-murid mendapat tontonan gratis pagi hari ini.

“KAMAR MANDI BU! IBU MAU IKUT?” ujar Chiko sambil berlari dengan Ganang dan Ergo.

“Janganlah Buuuu! Kita tuh masih suci Bu! Belum pernah diliat! Masih perjaka TING-TING!” Chiko tertawa geli membuat wajah Bu Rai tambah merah. Bukan merah merona tapi merah marah. Rasanya ingin memakan Chiko hidup-hidup dengan tatapannya.

“KALIAN ITU! ITU JUGA PAPAN KELAS KAMU ISINYA GAMBAR-GAMBAR JOROK! PASTI ULAH KAMU, GANANG SAMA ERGO KAN?!”

Ganang tertawa sambil berlari. “Aduh Ibu hafal bener sama kita jadi malu deh!”

“Ibu kaya nggak tau anak cowok aja Bu! Itu mah udah biasa!” ujar Ergo.

“Ah palingan anak Ibu juga kaya gitu!” celetuk Chiko.

“ANAK SAYA PEREMPUAN, CHIKO! MANA MUNGKIN KAYA GITU?!” Bu Rai masih saja berteriak. “CHIKO, GANANG, ERGO!! AWAS NANTI KALIAN KALAU KETEMU SAMA IBU! IBU HUKUM KALIAN!!” Bu Rai melihat Chiko, Ganang, dan Ergo kembali tertawa dan menuju ke lorong tempat mereka datang tadi. Melewati ruang kepala sekolah.

Bu Rai menoleh ke belakang dan menemukan Bisma serta Frengky yang cengo di belakangnya melihat Chiko, Ganang, dan Ergo malah pergi.

“KALIAN NGAPAIN DI SINI, HAH?! MAU JADI KELAS SEPULUH LAGI?!” Bu Rai kembali berteriak membuat Bisma dan Frengky terkejut karena guru itu tiba-tiba menatap keduanya.

“Ye siapa yang mau jadi kelas sepuluh lagi?! Kasian orangtua saya lah Bu bayar SPP mahal-mahal!” ucap Bisma. “Dah ya Bu kita mau nyari Chiko, Ganang, sama Ergo dulu!”

AMIT BU,” ucap Frengky pada Bu Rai lalu keduanya berlari mengejar Chiko, Ganang dan Ergo yang sudah pergi menghilang dari pandangan.

Bu Rai menghela napas kesal setelah Bisma dan Frengky pergi. “DASAR ANAK-ANAK NAKAL!” ucap Bu Rai lalu mengipasi wajahnya dengan kertas yang berisi tulisan Chiko tadi.

Moza dan Zetta yang hendak melintas di lorong jadi geleng-geleng kepala melihat tingkah laku Chiko bersama teman-temannya. Murid-murid kelas X IPA 8 baru saja masuk ke dalam kelas karena tadi dipanggil oleh kepala sekolah.

“Mereka diapnggil gara-gara apa sih?” tanya Moza pada Zetta.

“Ohh itu tuh, Za! Pak Broto ngadu ke kepsek! Gara-gara si Chiko kemarin pas pelajarannya Pak Broto di jam terakhir malah ngajak yang lainnya buat ke kantin. Ditraktir sama tuh bocah! Tau gara-gara apa?” tanya Zetta membuat Moza menggelengkan kepala, tidak tahu.

“Gara-gara tuh bocah tumben dapet nilai seratus pelajarannya Bu Mayang!” ucapnya membuat Moza menghela napas. Memijat keningnya mendengar kelakuan Chiko.

****

Moza yang sedang membawa tong sampah kelasnya pun menoleh saat ada yang menariknya. Perempuan itu terkejut karena Nency mengambil alih tong sampah yang dibawa Moza tadi dan ditaruhnya tong sampah itu secara asal di tengah-tengah lorong. Kemudian Nency mendendangnya menjauh dan mengajak Moza menuju ke dalam LAB komputer yang terbuka.

Moza yang masih shock pun baru sadar bahwa Nency mengunci LAB komputer saat mereka berdua berada di dalamnya yang gelap akibat jendela dan gorden yang sengaja ditutup agar udara AC tidak keluar. Hanya sedikit pencahayaan yang dibantu matahari.

“Nency lo apaan sih?!”

“PUTUSIN CHIKO!” Nency mendorong dengan sengaja Moza di pintu putih LAB itu membuat punggung Moza terbentur karenya. Tubuh Nency yang berada di depan Moza seperti sosok hantu sekarang.

“Maksudnya?”

“PUTUSIN CHIKO ATAU LO KELUAR DARI RUMAH GUE?!” ucap Nency kembali. “Pilih mana lo?!”

“Nggak! Gue nggak mau putusin Chiko!” Moza membela diri. “Siapa lo nyuruh-nyuruh gue mutusin Chiko?!” Nency mendelik mendengar jawaban Moza yang terdengar berani.

“Oh jadi lo milih buat keluar dari rumah gue?!” ujar Nency menekan Moza dengan tangannya agar Moza tidak bergerak ke mana-mana.

“Itu rumah Ayah bukan rumah lo!” Moza menantang Nency membuat sebelah tangan Nency yang berkuku panjang mencengkram leher Moza membuat Moza kesusahan bernapas. Udara yang dingin tambah membuat Moza ketakutan dengan Nency.

“BERANI LO YA SAMA GUE?!” Nency menancapkan kuku-kukunya pada leher Moza membuat wajah Moza merah karena kehabisan napas. “Bayar hutang budi lo! Putusin si Chiko!”

“Nggak!” Moza masih tetap kekeuh. “Gue nggak mau putusin Chiko!“

“WOIIII!! NGAPAIN LO DI DALEM????!” gedoran dari pintu membuat keduanya kaget. Gedoran pintu itu kian menjadi-jadi karena Nency dan Moza tak kunjung menjawab namun Moza kenal dengan suara itu. Suara yang baru Moza dengar kemarin. Suara milik Draco.

“BUKA GAK NIH PINTU SEBELUM GUE DOBRAK?!” Draco kembali menjejal pintu dengan tangannya yang tergenggam membuat Nency kembali menatap Moza—memberi peringatan pada cewek ini agar tidak berkata macam-macam nanti.

“Kalau sampe lo ngadu. Awas aja lo di rumah sama gue!” Nency melepas cengkramannya pada leher Moza membuat Moza kembali bernapas dengan ngos-ngosan. Merasa lega karena ada yang mengetuk pintu LAB. Nency membuka pintu LAB lalu melihat Draco yang hendak mengedor pintu menatapnya.

“Minggir! Gue mau ke kelas!” ketus Nency pada Draco.

“Macem-macem lo ya di sekolah. Masih adik kelas juga. Gue aduin juga lo ke guru-guru!” ucap Draco mengancam Nency. “Ngapain lo bawa Moza ke sini?!”

“Bukan urusan lo!” Nency lalu menyentak dengan kedua tangannya tubuh Draco agar menyingkir dari jalannya lalu pergi meninggalkan keduanya. Moza masih berada di dalam LAB sambil mengambil napas dalam-dalam. Perempuan itu bersender pada dinding.

“Za?” Draco masuk ke dalam LAB komputer. “Lo nggak pa-pa?”

“Kak Draco kok bisa di sini sih?” tanya Moza menoleh padanya. Draco malah terkekeh mendengarnya.

“Bilang makasih kek udah ditolongin,” ujar Draco. “Lo nggak diapa-apain sama Nency kan?”

“Nggak kok, Kak. Thanks banget ya.” Moza yang mengucapkan terima kasih hendak pergi dari dalam LAB namun Draco menarik tangan perempuan itu membuat Moza yang lucu melotot adanya. Perempuan berpita itu melirik tangan Draco yang memegang tangannya.

“Lo suka sama gue gak, Za?” tanya Draco membuat Moza tambah pias. Perempuan itu ingin mengelak keluar namun Draco menghalangi jalannya.

“Sorry, Kak Draco. Gue nggak suka sama lo. Nanti Chiko marah,” ucap Moza.

“Kenapa lo jadi takut sama Chiko? Dia kan cuman pacar lo. Lo bebas kali selama masih pacaran sama dia. Gak ada larangan.” Draco terus mendesak. “Lo suka gak sama gue?”

Moza menggeleng. "Nggak, Kak. Maaf ya. Gue gak bisa suka sama lo." Moza merunduk. Tidak mau menatap Chiko. “Kalau gitu gue pergi dulu.” Moza langsung ngebirit pergi dari Draco. Keluar dari pintu LAB dan meninggalkan Draco sendirian ditemani oleh suasana hening yang remang.

Seumur-umur baru kali ini Draco ditolak oleh seorang perempuan dan yang menolaknya cewek cupu pula. Draco menatap Moza dari tempatnya berdiri. Draco harus mendapatkannya nanti.

****

Nency mendatangi bangku dipinggir lapangan saat melihat Chiko sedang duduk menyendiri di sana. Perempuan dengan kipas di tangannya itu duduk di sebelah Chiko namun Chiko hanya duduk bengong—hanyut dalam lamunannya. Kedua tangan cowok itu menyatu di lutut. Tatapannya lurus menuju ke arah depan. Memandang dinding sekolah. Membuat Nency merasa tidak nyaman dengan perubahan Chiko. Merasa diabaikan. Nency pun menyentuh lembut pundak Chiko.

“Lo kenapa Chiko?” tanya Nency tepat di telinga Chiko namun Chiko tak menoleh. Malah menyingkirkan tangan Nency dari pundaknya membuat Nency yakin bahwa ada yang tidak beres dari cowok ini.

“Lo marah sama gue Chiko? Harusnya kan gue yang marah karena lo ngebatalin janji dan pergi sama Moza.”

“Bukan gue yang janji duluan. Tapi lo yang maksa gue buat nganterin lo les ballet kemarin.” Chiko masih saja menatap ke arah depan. Mendadak cowok itu ketus terhadapnya membuat Nency bertanya-tanya ada apa dengan cowok ini.

“Lo kenapa sih Chiko? Gue tungguin dari tadi di kelas nggak dateng-dateng juga. Kok lo jadi jutek kaya gini?” tanya Nency berusaha memperbaiki keadaan canggung yang disebabkan Chiko.

“Udah sana lo ke kantin aja gue lagi males.” Chiko tidak memilih membahas apa yang ia lihat kemarin di depan rumah Moza dan Nency. Chiko sudah terlanjur suka pada Nency meski buruk perbuatan cewek ini terhadap Moza. “Gue nggak laper.”

“Ya udah.” Nency menaruh dagunya di pundak Chiko membuat Chiko menoleh pada perempuan yang ada di sampingnya ini sebentar dan menatap ke arah depan lagi.

“Gue sayang lo Chiko.” Nency memeluk leher Chiko. Membuat Chiko sontak kaget dengan gerakannya. Cewek itu mendekap Chiko membuat Chiko terdiam. Cowok itu lalu akhirnya membalas pelukan Nency. Satu tangannya berada dipunggung seragam SMA Nency. Chiko tahu apa yang sedang ia perbuat sekarang. Ia melakukannya dengan sadar tapi entah kenapa hatinya tetap memilih Moza.

“CHIK—” Perempuan dengan ikat dua berpita merah muda yang tadinya bersuara riang itu terpaku di tengah-tengah lorong dengan satu kotak makanan di tangannya.

Niat Moza adalah mengajak Chiko makan bersama ke kantin. Biarpun cowok itu malu dengan sifatnya atau mungkin bisa saja menolak ajakannya. Tatapan Nency dan Moza bertemu. Nency semakin mengeratkan tangannya pada Chiko membuat Moza masih memperhatikannya.

Moza langsung merunduk melihat keduanya yang sedang duduk di bawah pohon bangku sekolah. Moza berbalik arah dengan langkah penuh kehampaan. Hilang sudah harapannya untuk dekat dengan Chiko. Perempuan itu dengan perasaan hancur dan kecewa pergi secepatnya dari tempat tadi. Membuat kedua kakinya yang berkaos kaki putih panjang melangkah cepat-cepat untuk menjauh.

DIA ITU GAK SUKA SAMA LO! DIA BAKAL MUTUSIN LO!

Moza mengeratkan kedua tangannya yang sedang memegang kotak makanan. Perempuan itu jadi mengingat perkataan Nency yang terus terpikir di dalam kepalanya yang selama ini susah membuat Moza tidur. Chiko memang tidak akan pernah menyukainya dan Moza tidak akan pernah bisa menggantikan posisi Nency dihati Chiko. Tidak akan pernah.

****

“MOZA DICARI CHIKO TUH!” Zetta memanggil Moza yang sejak tadi melamun di bangkunya. Namun Moza tidak menjawab. Malah semakin melamun.

“MOZAAAA! DICARI SAMA CHIKO TUHH!” teriakan Zetta membuat Moza terkesiap mendengarnya.

Please deh, Za! Masih siang nih jangan melamun terus kaya gitu ntar lo kesambet tau?!” Zetta mendekati Moza.

“Ayo keluar lo ditungguin sama Chiko tuh! Si Chiko gak mau masuk ke kelas! Gue males sama dia karena terus-terusan nanyain lo ke gue! Lo tau kan gue gak suka sama cowok lo itu?”

Moza yang ditarik tangannya oleh Zetta pun akhirnya berdiri. “Lo keluar aja. Ntar kalau lo dimarah-marahin sama dia. Lo bilang ke gue biar gue tonjok tuh muka sok gantengnya!” ucap Zetta berapi-api membuat Moza tersenyum tipis padanya.

Sejujurnya Moza menghindari Chiko hari ini agar perempuan itu tidak bertemu dengannya.

“Ya udah deh. Gue keluar dulu.”

“Lo kenapa lesu gitu Za?” tanya Zetta saat Moza menjawabnya dengan nada pelan.

“Nggak pa-pa.” Moza lalu keluar kelas setelah pamit pada Zetta dan menemui Chiko jauh di lorong dengan kedua tangan masuk ke dalam saku celananya. Cowok itu hanya bergumam membalas sapaan murid-murid kelas dua belas lelaki yang mengenalnya.

“Apa?” tanya Moza pada Chiko membuat Chiko mengerutkan keningnya. “Nggak ke kantin sama Nency?” sindir Moza membuat Chiko yang tadi berdiri santai sambil bersender di penyangga lorong jadi berdiri tegak.

“Maksud lo Za?” Chiko menyentuh tangan Moza. “Kok sama Nency? Kan gue mau ngajakin lo ke kantin.”

“Kamu kalau mau ngajakin aku ke kantin mending gak usah. Sama Nency aja sana. Nanti aku malah ditinggalin lagi kaya waktu ini. Aku nggak mau.”

“Kok lo ngomong gitu Za? Nggak Za. Gue beneran mau ngajak lo ke kantin,” ujar Chiko pada Moza. Cowok itu mendekatkan dirinya agar Moza semakin dekat padanya.

Chiko menyelusupkan sebelah tangannya di pipi Moza membuat Moza mendongak padanya karena merasakan hangat telapak tangan Chiko mengusap di pipi kirinya. “Sakit ya Za?” pertanyaan Chiko membuat jantung Moza berdetak cepat melebihi ritmenya.

“Maksud kamu apa?”

Chiko menggeleng, mulai sadar dengan apa yang ia katakan tadi. “Kita ke kantin ya?” ucapnya mengalihkan pembicaraan. Kejadian kemarin membuat Chiko jadi penasaran sekaligus kepikiran.

“Kamu sama Nency kaya orang pacaran ya? Apa jangan-jangan kamu sama Nency emang pacaran, Chiko?” tanya Moza membuat Chiko jadi bingung dengan sikap Moza.

“Nggak Za. Kan pacar gue itu lo.” Chiko membawa satu kuncir Moza ke belakang pundaknya. “Kenapa lo nuduh gue aneh-aneh kaya gitu?”

“Terus kamu sama dia apa? Temen?” tanya Moza. “Mana ada temen kaya gitu. Peluk-pelukan. Sama aku aja nggak pernah. Kamu nggak suka ya aku jadi pacar kamu?”

“ZA! Lo ngomong apa sih?” Chiko mulai gerah.

“Sakit banget ya suka sama kamu, Chiko,” ucap Moza parau memandang Chiko. Wajah Moza merah padam. “Nggak pernah diakuin. Selalu dimarah-marahin. Dibentak-bentak. Dijadiin pembantu. Selalu ditinggal. Apa kamu nggak pernah mikir perasaan aku, Ko?”

Wajah Chiko meregang mendengarnya. Tanda bahwa emosinya meningkat.

“KAN UDAH GUE BILANG DARI AWAL! Gue gak suka sama lo!” Chiko kembali meradang. “Lo itu ngerepotin! Nyusahin! Bikin malu! Cerewet! Kaya anak kecil! Itu yang mau lo denger?!”

Moza merunduk tidak berani menatap Chiko. “Udahlah! Gue mau ke kantin aja! Lo masuk ke kelas aja sana! Gue nggak butuh orang ngerepotin kaya lo!” Chiko meninggalkan Moza di lorong. Cowok itu berjalan tergesa-gesa menuju ke kantin.

Moza terdiam. Selalu ditinggal. Selalu merasa kesepian di dalam hidupnya. Seolah malaikat selalu tidak berpihak padanya.

*****

AN: 1-5 KATA BUAT CHIKO????

SPAM NEXT BUAT LANJUTTTTT??!

QNA TOKOH MOZACHIKO! MAU?

Bakal ada scene Chiko ngejar-ngejar Moza? Ada? Ada dongg! Iya Poppi kasih tau dah biar pada kepo. Parah bangetlah kelakuan si Chiko ini ya ampun untung anak gue! Kalau gak udah gue usir si Chiko! Tapi untuk itu. Kalian harus bersabar. Tunggu nanti di tengah-tengah cerita yaaa! Sama di tengah cerita juga ada sesuatu. Yang mungkin gak kalian pikirin sama sekali. Karena sekarang Moza belum muak sama kelakuan Chiko. Siapa yang nunggu Chiko ngejar-ngejar Moza???

SAMA POPPI JUGA! Hidup ini berputar kan?

TIM MOZACHIKO, MOZADRACO, MOZAGANANG APA MOZAJAKA?

Kalau Poppi tim MOZACHIKO! Mana yang masih TIM MOZACHIKO?

Follow Instagram:
PoppiPertiwi
Wattpadpi

Chikogadangga
Mozaadisti

Ganangdata
Ergobanureksaa
Bismatanubrata
Frengkyfahlim

Add BC INFO UPDATE CEPET: @xgv8109t

Sampai ketemu di part selanjutnyaaa yaa! Salam cinta, Poppi Gadangga! Makasi juga semangatnya! Ai laf yu pokoknya yang baca Mozachiko! <333

Continue Reading

You'll Also Like

ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.5M 307K 34
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
1.4M 99.5K 44
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
10.6M 674K 43
Otw terbit di Penerbit LovRinz, silahkan ditunggu. Part sudah tidak lengkap. ~Don't copy my story if you have brain~ CERITA INI HANYA FIKSI! JANGAN D...
5.5M 394K 55
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...