MOZACHIKO

By PoppiPertiwi

16.6M 1.3M 644K

[SEGERA SERIES MOZACHIKO DI WETV] [SUDAH TERBIT OLEH penerbit Loveable] [Tersedia di seluruh Gramedia Indones... More

MOZACHIKO
1. CHIKO GADANGGA
2. KEJADIAN (1)
2. KEJADIAN (2)
3. SEDIKIT MENGENAL
4. TAMAN BACA
5. PARASIT
6. SADAR DIRI
7. LEGENDA
8. PERUSAK
9. PADMA AIR
10. BIANGLALA
11. MASA LALUNYA
12. PESTA TRAGIS
13. DUA BEDA
14. PERISTIWA MADING
15. SELALU MENGALAH
16. TITIK NADIR
18. BENTENG PERTAHANAN
19. JANJI MANIS
20. TEKA-TEKINYA [PRIVATE]
21. CENGKRAMAN UTAMA [PRIVATE]
22. CEWEK BODOH
23. KHAWATIR
24. LUKA DAN BUNGA
25. PUTRI SEKOLAH
TRAILER, VISUAL QNA MOZACHIKO
26. KASIH SEMU
27. JATUH CINTA
28. KITA PUTUS!
29. JEJAK KEHILANGANNYA
30. RATU SEKOLAH, MOZA ADISTI
31. THE MOLANA
32. MOZA DRACO JADIAN
33. CHIKO ATAU DRACO
34. LALAT BERJUBAH KUPU-KUPU
35. INTUISI [PRIVATE]
36. YANG SELALU SIA-SIA
37. KITA SAUDARA [PRIVATE]
38.1 SESUATU YANG HANCUR
38.2 HANCUR
VOTE KOVER NOVEL MOZACHIKO
39. KEPERGIAN MOZA [Selesai + Order Novel Mozachiko]

17. MULAI PEDULI?

351K 29.9K 21.9K
By PoppiPertiwi

17. MULAI PEDULI?

“NANG! LO GESER DIKIT NAPA! BADAN AJA GEDE-GEDE KAYA KINGKONG!” protes Frengky duduk di samping Ganang.

“Yah ngapa jadi nyalahin badan gue?! Makanya Bang! Lo sekali-sekali dateng ke tempat gym! Makan yang banyak! Badan kurus kerempeng udah kaya sapu lidi gini!” balas Ganang yang duduk di samping Frengky sambil mengangkat sebelah lengan Frengky. Perbedaan usia tidak membuat Chiko berserta teman-temannya lupa bahwa Bisma dan Frengky adalah Kakak kelas mereka.

“Au nih! Lo Nang! Sadar diri kek! Badan udah gede gini pake ikutan duduk di sini! Pindah sono lo ke bawah! Sempit tau?” Bisma ikut protes.

“Makanya lo pada makan yang banyak! Makan-makanan instan mulu gimana mau besar kaya gue?!” Ganang menggerutu lalu berdiri. Membiarkan Bisma dan Frengky duduk bersebelahan.

“Lo pada duduk aja ribut,” ucap Chiko. “Untung kaga satu kelas. Kalau satu kelas. Hancur pasti tuh kelas.”

Ergo terkekeh mendengarnya. “Bukan hancur lagi, Ko. Balik-balik lo dari sini tuh kelas udah lenyap.”

“Lo kata gue, Bisma sama Frengky dukun bisa ngeleyapin kelas! Ngaco lo ah!” Ganang masih berdiri di depan Chiko.

“Dah sini lo duduk. Marah-marah mulu.” Chiko menarik tangan Ganang untuk duduk di pinggir Ergo.

Posisi Draco sebagai cowok paling tenar di SMA Rajawali harus digantikan oleh Chiko. Membuat seluruh orang jadi menghargai keberadaan Chiko di sekolahan. Biasanya kalau yang duduk di bangku pinggir lapangan dulu Draco dan teman-temannya maka kini tempat duduk itu sepenuhnya jadi hak milik Chiko. Teman-teman Chiko pun duduk dengan mengintari Chiko. Chiko benar-benar merampas apa yang telah Draco miliki sejak dulu.

Chiko memperhatikan sekeliling dan menyenderkan tubuhnya ke belakang dengan satu kaki setengah bersila di atas paha. Menatap murid-murid yang baru saja masuk ke lorong sekolah. Mereka pasti baru datang ke sekolah.

Moza... perempuan itu sedang apa? Tadi Chiko melihatnya dengan wajah murung berjalan kembali ke dalam kelasnya. Tidak jadi ke kantin.

Apa Chiko keterlaluan padanya?

Perasaan bersalah lagi-lagi menghinggapi hati Chiko. Membuatnya dirundung rasa tak nyaman. Cowok itu meneguk ludah, menenangkan pikirannya sendiri. Chiko pikir dia memang keterlaluan dan kini ingin meminta maaf pada perempuan itu namun Chiko tidak tahu harus mulai dari mana. Chiko benar-benar merasa lemah jika Moza sudah mulai murung seperti tadi.

Karena sejatinya orang yang sering menyakiti orang lain itu sebenarnya juga menyakiti dirinya sendiri.

Padahal tak seharusnya Chiko bersikap seperti itu. Walau tidak suka, Chiko tidak perlu membuatnya merasa sedih. Tapi entah kenapa Chiko tidak pernah bisa mengontrol diri atau berhenti membentak perempuan itu apalagi jika melihat Moza dan Draco dekat. Seperti ada magnet yang membuat Chiko tertarik pada Moza. Membuat Chiko jadi bingung dengan perasaannya sendiri.

Tidak seharusnya Chiko merasakan hal seperti ini pada Moza. Sejak awal Moza bukanlah siapa-siapanya meski sekarang perempuan itu pacarnya. Perempuan bodoh yang rela disakiti hanya demi cinta. Padahal kalau Moza mau. Moza bisa saja pergi dari Chiko. Tapi dalam hati yang paling terdalam Chiko tidak mau hal itu sampai terjadi.

“BENGONG MULU!” Bisma menepuk kencang sebelah paha Chiko membuat Chiko terkejut. “Mikirin Moza?”

Chiko menggeleng. “Nggak,” kilahnya. “Woi sakit Bang!” keluh Chiko karena bunyi tepukan tangan Bisma yang terdengar keras. Paha Chiko pasti merah.

“Terus kenapa?” Bisma bertanya kepo. “Lagian nih kalau lo nggak suka sama Moza. Ya udah lo kejar si Nency. Ngapain juga lo masih pacaran sama Moza? Kata temen-temen lo. Lo nggak suka sama tuh cewek,” ujar Bisma.

“Mendingan juga Nency. Lebih aduhayyyyy,” seloroh Bisma lalu terkekeh membayangkan body Nency.

“Tau lo, Ko! Kalau lo suka sama Nency ya udah sana lo datengin si Moza. Lo putusin! Kasian dia kalau baper sama lo tapi lonya suka sama orang lain. Adik tirinya Moza si Nency pula!” Frengky meneruskan pembicaraan.

“Emang si Chiko maruk! Gak pa-pa, Ko. Gue dukunggggg lo seratus persen! Dua istri lebih baik!” Ergo mengacungkan jempolnya pada wajah Chiko yang langsung dihalau oleh Chiko.

“KAGA-KAGA!” Ganang seru sendiri. “ENAK AJA NYURUH CHIKO MUTUSIN MOZA! GUE PENDUKUNG MOZA CHIKO NIH!” Ganang masih tetap seru.

“Lagian nih, Bang. Si Moza itu lebih baik daripada si Nency! Gue gak mau Chiko sama Nency. Nih ye Ko. Kalau sampe lo sama si Nency nanti jadian. KAGA BAKAL GUE KASI RESTU!” Ganang masih tetap heboh membuat beberapa murid memperhatikannya.

“Ya elah santai dong lo, Nang! Udah kaya apa aja teriak-teriak,” ujar Ergo. “Yang jalanin juga si Chiko. Ngapa lo yang sewot?”

“Pokoknya gue gak setuju nih kalau Chiko sama Nency! Lo liat dong si Moza! Udah capek-capek nemenin Chiko ke sana ke sini. Nyari-nyari Chiko ke kelas. Teriak-teriak manggilin Chiko ke kelas. Nanya-nanyain Chiko ke gue.”

“Kasian dia. Dia sampe minta nomor telpon Chiko ke gue. Sampe nge-chat banyak kali, lo tau? Akhirnya gue kasih aja karena kasian. Kayanya dia sayang banget sama lo Ko. Lo tau gak Ko? Dia juga nanya-nanya lo marah ke dia atau gak waktu ini. Laahh gue kan gak tau jadinya gak bisa jawab! Gue bilang aja lo gak marah biar dia seneng.”

Mendengar cerita Ganang membuat Chiko jadi penasaran. Sesuatu mengusik hati Chiko untuk bertanya. “Dia kenapa gak nanya langsung sama gue?”

“Gimana mau tanya!” Ganang tiba-tiba ngegas. “Kata dia lo jarang bales chat tuh cewek!” Ganang menampilkan muka sebal. Malah sekarang Ganang yang emosi.

“Kalau ketemu juga kerjaan lo marah-marah mulu sama dia kan?”

Benar juga. Benar apa yang dikatakan Ganang.

“Tapi buat apa lo pacaran sama Moza kalau lo gak suka dia, Ko? Ya kurang kerjaan amatlah,” ucap Bisma santai.

Ganang melirik Chiko. “Bener tuh kata Bang Bisma. Kalau masih bertahan sampe sekarang ya artinya ada rasa. Tapi gue rasa yang bisa jawab cuman si Chiko. Ya gak, Ko?”

Sejak dulu Ganang memang begitu. Chiko juga tidak heran sama sekali dengan kata-katanya. Guru pun sering dilawan seperti tadi oleh Ganang.

Dua kali. Ganang benar. Chiko juga tidak mau melepas Moza untuk sekarang. Chiko berdiri. Merasa sedikit gerah dengan topik pembicaraan mereka. Chiko tidak mau ambil pusing dahulu. Sekarang kepalanya penuh dengan nama Moza.

“Gue mau ke kelas dulu naruh tas. Lo pada mau ikut nggak? Bentar lagi bel,” ujar Chiko mengalihkan pembicaraan.

“Ntar aja, Ko. Gue masih betah di sini. Kalau ada guru baru gue masuk kelas,” ujar Ganang. “Jangan lupa inget yang waktu di mading. Tulisan Nency. Yang kaya gitu lo suka. Gue mah ogah banget! Mending juga Moza!”

“Jangan ngomongin Moza terus. Gue males,” ujar Chiko. “Itu cewek nyebelin. Dia lagi diincer sama Draco.”

“Tuhkan! Apa yang gue bilang ke lo itu bener, Ko?” ucap Ergo. “Lo sih gak percayaan waktu ini! Draco pasti suka sama Moza. Sering keliatan suka merhatiin Moza soalnya. Gue pikir dia suka sama Zetta tapi kayanya gak mungkin karena Draco keliatan deket sama Moza.”

“Emangnya kenapa kalau Zetta deket sama Draco?” tanya Frengky dengan kening berkerut namun matanya sudah tahu jawaban apa yang ada di wajah Ergo.

“Ya kaga bolehlah! Enak aja, ngambil punya orang!” Ergo menjawab tak terima.

“Wees santai, Mas. Tembak dulu si Zetta sana! Ngaku-ngaku aja.” Frengky menggeserkan dirinya ke sebelahh.

“Memangnya kenapa sih Ko? Kok lo gak pernah suka sama Moza. Dia kan baik. Dah gitu sering sama lo. Nyari-nyari lo. Cuman cowok buta yang gak suka sama Moza,” ujar Ganang, baper.

“Emangnya lo sama Moza sedeket apa, Nang?” tanya Chiko. Tiba-tiba merasa marah karena ucapan Ganang.

“Ya deket-deket ajalah tapi tenang aja Ko. Nggak mungkin gue nikung lo. Lo kan temen gue. Pesen gue cuman sedikit Ko. Ini hidup lo. Kalau lo gak suka tinggalin dia. Kalau lo suka lo jalanin aja hubungan lo sama Moza. Bukannya gue mau ceramah atau sok nasehatin lo. Gue tau lo udah besar. Tapi lo harus konsisten apalagi ke cewek. Moza atau Nency yang mau lo pilih?”

Chiko sama sekali tidak bisa menjawabnya.

****

Jam istirahat telah tiba membuat semua murid keluar dari dalam kelas. Chiko sudah tiba di depan kelas Moza. Semua teman-teman Moza menatap cowok itu bingung namun tidak berani bertanya. Chiko ragu. Cowok itu tidak tahu harus mengatakan apa pada Moza sekarang.

Kata-kata dalam kepalanya habis tak berbekas membuatnya kesusahan merangkai kalimat apa yang tepat untuk Moza. Apa Chiko harus menyapa perempuan itu atau justru berpura-pura bahwa kejadian tadi pagi itu tidak pernah ada?

“Lo ngapain di sini?” Zetta yang hendak keluar kelas langsung saja bertanya ketus pada Chiko.

“Gue mau nyari Moza. Moza ada di dalem?” Chiko bertanya pada pelan pada Zetta yang sudah memasang tampang garang padanya.

“Ada tuh di dalem. Gak mau ke kantin katanya gak bawa uang!” Zetta semakin ketus. Melihat wajah Chiko saja membuatnya sebal. Ingin sekali Zetta memberi pelajaran pada cowok ini karena telah mempermainkan Moza namun Zetta tidak akan berbuat jauh terlebih dahulu karena Moza selalu melarangnya.

Kalau bukan karena sahabatnya itu. Zetta pasti sudah balik marah-marah pada cowok yang berdiri di hadapannya ini.

“Kenapa dia gak bawa uang, Zet?” tanya Chiko.

“Lo kan pacarnya! Harusnya lo tau dong?!” Zetta malah balik berteriak lalu pergi darinya. Meninggalkan Chiko dengan wajah kesal. Perempuan itu melewati lorong menuju ke kantin sekolah.

Chiko akhirnya masuk ke dalam kelas X IPA 4. Cowok itu menemukan Moza sedang menelungkupkan kepalanya di atas meja. Sebelah tangannya digunakan untuk menopang pipi perempuan itu. Chiko menghampirinya lalu duduk di depan Moza.

Moza tidur?

Chiko menyingkirkan helai rambut Moza yang menutupi wajahnya. Tidak peduli dengan teman-teman sekelas Moza yang memperhatikan mereka dengan pandangan takut karena Chiko terkenal nakal di sekolah. Cowok seperti Chiko kadang-kadang bersama teman-temannya juga merusuh ke kelas-kelas. Biasanya mencari anak-anak lelaki yang merupakan teman mereka juga.

“Za?” Chiko menggoyangkan dengan pelan lengan Moza membuat Moza membuka matanya dalam sekejap. Perempuan itu kian tersentak saat melihat Chiko dengan jarak sedekat ini dari wajahnya. Moza menegakkan tubuhnya lalu melihat Chiko dengan pandangan buram di depannya karena sejak tadi matanya tertutup.

“Kok nggak ke kantin?” tanya Chiko.

“KOK KAMU KE SINI?!” Moza malah beteriak membuat Chiko terkekeh.

“Emangnya salah kalau gue dateng ke kelas pacar sendiri?” tanya Chiko padanya membuat Moza diam.

“Bu—bukannya gituuuu... biasanya kan kamu nggak pernah ke sini nyari aku, Chiko....” Chiko diam. Memperhatikan Moza. Chiko ingat ia memang tidak pernah datang ke kelasnya untuk mencari Moza atau mengajaknya untuk makan ke kantin setiap istirahat. Biasanya Moza lah yang datang ke kelasnya untuk mengajak Chiko ke kantin bersama.

“Kamu ke sini. Emangnya aku ada salah apa lagi ke kamu, Ko?” tanya Moza membuat Chiko jadi mengernyit.

Chiko menggeleng. “Nggak ada salah apa-apa.”

“Kamu nggak ke kantin?”

“Ini gue mau ngajakin lo ke kantin,” kata Chiko membuat wajah Moza merona.

“Memangnya boleh?” tanya Moza takut-takut namun penuh harap membuat Chiko merasa seperti perutnya diremas kuat.

“Boleh. Siapa yang larang?” Chiko lalu mendekatkan tempat duduknya.

“Tapi aku nggak bawa uang Chiko.”

“Kenapa gak bawa uang?”

“Lupa,” bohong Moza pada Chiko. Uangnya diambil Nency tadi pagi di depan rumah.

“Lupa?” Chiko bertanya tidak yakin. “Ya udah gue bayarin. Ayo ke kantin,” ajaknya.

“Nggak deh... kamu aja. Aku nggak makan.”

“Nggak usah keras kepala. Nanti lo sakit gue juga kan yang repot?” tanya Chiko, mulai memarahinya.

“Kamu peduli sama aku?” Moza bertanya membuat Chiko terdiam. Cowok itu memandang meja Moza yang penuh dengan coretan nama-nama dan gambaran abstrak dari tipe ex.

“Anggep aja sebagai permintaan maaf gue karena yang tadi pagi. Ayo bangun ke kantin. Gue udah laper.” Chiko berdiri mengambil tangan Moza membuat Moza diam-diam tersenyum dari belakang tubuh Chiko ketika cowok itu mengajaknya keluar kelas.

Seharusnya Chiko tidak nyaman dengan keberadaan cewek ini.

****

Kantin besar SMA Rajawali sangat ramai. Moza dan Chiko bahkan tidak mendapat tempat untuk makan di kantin. Di meja tengah ada teman-teman Chiko berserta Nency dan teman-temannya membuat Chiko jadi tergugah untuk bergabung. Cowok itu lalu melepas genggaman tangannya pada Moza membuat Moza jadi menatapnya bingung.

Chiko mengambil dompetnya yang ada di saku dan mengeluarkan untuk Moza.

“Ini uang. Lo beli makanan sendiri ya? Gue mau ke temen-temen gue, Za.”

“Kamu nggak mau makan sama aku?”

Chiko diam.

“Kenapa? Kamu malu ya?” tebak Moza dengan nada pelan membuat Chiko jadi tidak bergerak karena kata-katanya. Cowok itu mengambil sebelah tangan Moza dan menaruh uang yang ia ambil dari dompet tadi ke tangan Moza.

“Ambil aja. Habis itu beli sendiri.” Chiko lalu bergerak pergi meninggalkannya. Cowok itu merangkul Nency dari belakang membuat Moza memilih duduk di pojok kantin sambil memperhatikan keduanya. Moza susah payah berjuang mendapatkan perhatian Chiko namun Nency sama sekali tidak perlu melakukan itu untuk mendapat perhatian Chiko.

Draco yang duduk jauh di depan bersama teman-temannya pun menghampiri Moza. Melihat perempuan itu terus memandang ke arah meja tengah.

“Hai, Moza. Sendirian aja nih?” seseorang duduk di depan Moza membuat Moza menatapnya. Ternyata Draco yang menyapanya tadi.

“Ah, gue tau. Pasti Chiko gak mau makan sama lo kan?” tanyanya membuat Moza mengangguk.

“Kok Kak Draco nggak makan?” tanya Moza pada Draco.

“Udah makan gue tadi sama temen-temen gue.”

“Emang ya cowok itu kalau makan pasti cepet. Nggak kaya cewek.”

Draco tertawa pada Moza, “Gue pesenin makan mau nggak? Gue jadi laper lagi.” Cengir Draco pada Moza membuat Moza hampir tersenyum geli namun cewek itu memilih tidak memperlihatkannya. Chiko yang baru saja menoleh memberi pandangan tidak suka itu membuat Moza yang meliriknya spontan berdiri.

“Eee... nggak deh Kak. Gue ke kelas aja.”

“Loh kenapa?” Draco menarik tangan Moza membuat Moza melotot. “Takut si Chiko marah?”

“Nggak, Kak. Gue udah nggak laper.” Moza beralasan sambil melirik Chiko namun Chiko masih terus memandangnya dengan sorot tajam. Moza melepas tangan Draco dari tangannya.

“Ya udah deh gue anterin ke kelas ya?”

“EH JANGAN!” Moza menolaknya membuat Draco terkejut. “Eh... maksudnya bukan gitu, Kak. Kalau gitu gue ke kelas dulu yaaaaaaaa!!” Moza tersenyum kilat pada Draco lalu melambaikan sebelah tangannya dan perempuan itu belari keluar dari dalam kantin. Setelah keluar kantin Moza mengelus dadanya. Mengembuskan napas lega. Selamat.

Tapi Moza tidak tahu. Semakin Moza menolak Draco. Semakin gencar Draco untuk mendapatkannya.

****

Seseorang menarik dengan kasar tangan Moza membuat Moza menoleh ke belakang saat berjalan di lorong dan menemukan Chiko di depannya. Cowok itu mengajak Moza menuju ke sebuah gang sempit—perbatasan antara toilet sekolah dengan kelas.

“Chiko? Kirain siapa! Bikin kaget aja sih?” Moza memperhatikan Chiko tapi lain halnya dengan Chiko.

Kedua mata cowok itu merah. Mungkin karena marah atau bisa jadi kurang tidur. Embusan napas Chiko terasa di kulit wajah Moza membuat Moza memundurkan kepalanya membentur dinding yang ada di belakangnya.

“Jangan deket-deket Draco.” Suara Chiko keluar namun berbeda seperti tadi pagi. Chiko tidak menggunakan intonasi yang tinggi. Suaranya seperti orang yang sedang putus asa.

“Kenapa?”

“Pokoknya jangan!” Chiko kembali memarahi perempuan ini membuat Moza mundur ke belakang.

“I—iya nggak akan,” ucap Moza putus-putus. “Kamu udah selesai makan di kantin.”

“Udah.”

“Kapan kamu mau makan lagi di kantin bareng aku? Kamu malu ya karena aku ini kaya anak TK sama nggak cantik?” tanya Moza pada Chiko. “Maaf ya, Chiko. Aku selalu bikin kamu malu.”

“Lo ngomong apa sih?” Chiko mendadak marah. Tidak tahu kenapa Chiko jadi kesal setelah mendengarnya. Mungkin sebagian dari yang dikatakan Moza itu benar. Kadang Chiko malu tapi Chiko memakluminya.

“Udah jangan ngomong yang aneh-aneh!” Chiko mundur ke belakang. Wajahnya menekuk. “Kalau udah tau nggak usah dibilang!”

“Nency cantik ya nggak kaya aku.”

“MOZA!” Chiko kembali lepas kendali membuat cowok itu terkejut dengan suaranya begitu pula dengan Moza. Kedua mata Moza berair mengingat kejadian tadi. Sebentar lagi air matanya akan jatuh namun Moza menahannya dengan mati-matian membuat Chiko menghela napas gusar.

“Lo jangan nangis,” ucap Chiko mengusap wajahnya sendiri. “Lo cantik kalau lagi nangis.”

*****

AN: 1 KATA BUAT PART INI!!1!1!1!1!1!

SPAM NEXT BUAT LANJUT?

Part ini gak terlalu tapi ke depannya bakal ada jalan yang lebih terjal lagi. Yah namanya juga hidup kan. Pasti ada naik-turun. Lika-liku. Doain Poppi biar bisa fast update karena Poppi juga udah kerja dan di Bali juga udah mau hari raya Galungan dan Kuningan.

TIM MOZACHIKO ATAU MOZADRACO?

APA TIM MOZACHIKO PUTUS?

APA AKU BERHASIL BIKIN KALIAN GEREGETAN, GEMES, KESEL, MARAH DENGAN CERITA INI?

Follow Instagram:
PoppiPertiwi
Wattpadpi

Chikogadangga
Mozaadisti

Ganangdata
Ergobanureksaa

Ini Moza

INFO UPDATE BC LINE: @xgv8109t

MAKASIH KARENA UDAH BACA CERITA MOZACHIKO! Pokok jangan bosen-bosen deh sama semua cerita-cerita Poppi Gadangga! Selamat ketemu di part selanjutnyaaa! Aku sayanggg kalian! <333

Continue Reading

You'll Also Like

272K 21.5K 23
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
1.3M 58.4K 42
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
6.1M 261K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.6M 225K 68
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...