MOZACHIKO

By PoppiPertiwi

16.6M 1.3M 644K

[SEGERA SERIES MOZACHIKO DI WETV] [SUDAH TERBIT OLEH penerbit Loveable] [Tersedia di seluruh Gramedia Indones... More

MOZACHIKO
1. CHIKO GADANGGA
2. KEJADIAN (1)
2. KEJADIAN (2)
3. SEDIKIT MENGENAL
4. TAMAN BACA
5. PARASIT
6. SADAR DIRI
7. LEGENDA
8. PERUSAK
9. PADMA AIR
10. BIANGLALA
11. MASA LALUNYA
12. PESTA TRAGIS
13. DUA BEDA
14. PERISTIWA MADING
16. TITIK NADIR
17. MULAI PEDULI?
18. BENTENG PERTAHANAN
19. JANJI MANIS
20. TEKA-TEKINYA [PRIVATE]
21. CENGKRAMAN UTAMA [PRIVATE]
22. CEWEK BODOH
23. KHAWATIR
24. LUKA DAN BUNGA
25. PUTRI SEKOLAH
TRAILER, VISUAL QNA MOZACHIKO
26. KASIH SEMU
27. JATUH CINTA
28. KITA PUTUS!
29. JEJAK KEHILANGANNYA
30. RATU SEKOLAH, MOZA ADISTI
31. THE MOLANA
32. MOZA DRACO JADIAN
33. CHIKO ATAU DRACO
34. LALAT BERJUBAH KUPU-KUPU
35. INTUISI [PRIVATE]
36. YANG SELALU SIA-SIA
37. KITA SAUDARA [PRIVATE]
38.1 SESUATU YANG HANCUR
38.2 HANCUR
VOTE KOVER NOVEL MOZACHIKO
39. KEPERGIAN MOZA [Selesai + Order Novel Mozachiko]

15. SELALU MENGALAH

304K 29.8K 13.1K
By PoppiPertiwi

15. SELALU MENGALAH

“Eh Neng Moza! Udah baikan, Za?” sapa Frengky. Kakak kelasnya itu duduk di bangku depan kelasnya. Chiko dan Moza hendak masuk ke dalam kelas. Sementara Bisma, Ergo dan Ganang baru saja tiba dari belakang Chiko dan Moza.

“Lumayan,” balas Moza mengingat kejadian tadi masih sangat ramai dibicarakan.

“Santai dong, Ko. Gue cuman nyapa Moza doang. Gak bakalan gue ambil.” Frengky lagi-lagi berbicara sambil terkekeh saat melihat Chiko yang menampakkan sorot dingin padanya. Frengky tahu adik kelasnya itu marah namun tetap diam. Tidak mengatakan apa pun.

“PARAH LU YE! MAIN NINGGAL-NINGGALIN GUE!” Bisma menggerutu lalu duduk di sebelah Frengky.

“Makanya lo cari pacar sana Bis! Apa-apa nempel ke gue! Apa-apa nyari gue! Berasa homo banget gue?” sekarang giliran Frengky yang menggerutu.

“Tuh, Tuh si Zetta! Sana lo deketin dia aja!”

“Langkahi dulu mayat gue,” sahut Ergo serius membuat Frengky lagi-lagi terkekeh.

“Udah sana lo berdua sama yang seumuran aja! Nggak usah nyari adik kelas! Noh sama si Maddy!” Ergo mengerling melihat Maddy yang mau menghampiri mereka.

“Gimana si Nency?” tanya Chiko pada Ganang.

“AMAN BOSKU!” Ganang berseru pada Chiko namun matanya melirik Moza. “Lagi dicegah temen-temen sekelasnya. Gue mah kabur wae.”

“Gaya lo le... le,” ucap Bisma.

Chiko mengangguk lalu menepuk pundak Ganang. “Untung punya temen badannya gede semua.”

“Ngak usah ngejek!” Ergo mendengus karena dari keempatnya yang badannya besar hanya Ergo tidak begitu. Tidak terlalu berbentuk hanya saja faktor gen orangtua membuatnya terlihat seperti ini. Padahal Ergo rutin datang ke tempat gym bersama Chiko dan Ganang. Malah biasanya cowok itu yang mengajak keduanya untuk tetap nge-gym.

“Nency mulu udah tau lo itu punya pacar. Dasar maruk lo, Ko!“ Ganang berdiri di sebelah Ergo.

“Tau lo nih, Ko,” Ergo ikut menyalahkan Chiko. “Cowok waras juga bakalan milih Moza lah! Lo bego apa tolol?”

“SAMA AJA BEGO!” Frengky tertawa. “Dah nggak usah nyalahin Chiko lah. Chiko kan suka sama Nency. Lo berdua tau itu.” Frengky merangkul bahu Ganang dan Ergo, sok asyik.

“Lo berdua ngomong udah kaya nggak ada orangnya yang denger ye?” Chiko berdecak. “Sana lo semua balik ke kelas! Gue mau di sini dulu sama Moza.”

“Ntar aja, Ko. Sumpek di kelas ada Draco.” Bisma mengipasi wajahnya dengan tangan.

“Gue benci dia dari kelas sepuluh. Rasanya pas bareng sama lo kaya lepas dari kerangkeng Draco.”

Lebay lo. Ya udah kalau gitu mau lo.”

“Eh ngapain lo ke sini Maddy?” Bisma menyapa Maddy membuat cewek itu menatapnya garang. Maddy dan Bisma memang tidak pernah akur. Keduanya seperti larut dalam rasa kesal yang bahkan Maddy dan Bisma tidak bisa pahami karena Bisma seperti cowok kebanyakan. Suka menganggu Maddy. Namun lain halnya dengan Chiko. Hanya Chiko yang tidak berlaku seperti itu pada Maddy. Di saat teman-temannya sibuk menggoda Maddy. Chiko akan lebih memilih diam—tidak ikut campur.

“Nyari Chiko lah! Emangnya gue ke sini nyari lo apa?!”

“Oooohhh gituuuu....” Bisma nyengir lebar padanya. “Jadi pengin banget nih dicari sama gue?”

“Dih! Siapa yang bilang?”

“Itu tadi lo pake isyarat-isyarat segala.” Bisma berdiri.

“Udahlah Maddy. Chiko nggak bakalan suka sama lo. Jangan mau jadi pengganggu hubungan orang.” Kalimat Bisma pas. Menusuk Maddy. Benar-benar frontal.

“Udah ada ceweknya dia. Emangnya lo gak liat? Nih si Moza.” Bisma dengan berani menarik tangan Moza membuat Chiko terus memperhatikannya secara detail.

“Udah ada pawangnya kalau si Chiko. Mendingan sama gue.” Cengir Bisma membuat Maddy terkekeh jijik.

Sorry aja nih ya. Sama cowok kaya lo sih nggak banget! Kaya nggak ada yang lain aja.”

“Lo kalau mau pegang-pegang jangan ke pacar gue dong!” Chiko protes. “Modus amat.”

“Ya elah pegang dikit doang, Ko. Gak bakal sampe lecet.” Bisma terus tersenyum jahil pada Moza membuat Chiko kurang suka dengan reaksi yang ditunjukkan Bisma pada Moza dan parahnya Moza sama sekali tidak menyangkal tangan Bisma.

“Ya udah gue mau masuk kelas dulu ya. Nggak mau ikut campur.” Moza pamit namun Chiko menarik sebelah tangannya.

“Kok masuk sih?” Chiko bertanya membuat Maddy tahu bahwa besar perhatian Chiko pada Moza meskipun mulutnya terus berkata tidak suka pada perempuan yang satu ini. “Di sini aja dulu. Temenin gue.”

Maddy melirik tidak suka pada Moza. Setelah Nency lalu ada Moza. Memang satu keluarga yang kompak.

“Enggak deh Ko. Aku masuk ke dalem kelas aja ya?!”

“Ya udah ntar pulang sekolah gue anter pulang ya Za.”

“Okee!”

Chiko akhirnya mengalah. Membiarkan perempuan itu masuk ke dalam kelasnya. Sepertinya Moza sudah lebih baik dari tadi.

Chiko tidak tahu apakah selanjutnya hubungannya dengan Moza akan tetap seperti ini atau berubah. Chiko sama sekali tidak mau menebaknya. Kalau bisa Chiko ingin tetap seperti ini. Bersama Moza.

****

Pulang sekolah telah tiba. Bel berdering mengisi kekosongan lorong membuat seluruh murid pun bersorak senang dari dalam kelas setelah mendengar bunyi surga itu. Ganang menghampirinya yang membuat Moza berhenti karena merasa namanya dipanggil.

“MOZA!” Ganang menghampiri lalu menyerahkan ponsel pada Moza. “Nih hapenya Chiko ketinggalan di laci meja gue. Lo bawa aja ya? Gue mau pulang soalnya buru-buru nih, Za. Gue gak tau Chiko ke mana tapi motornya masih ada di sekolah.”

“Oh gitu? Oke deh Nang. Makasih ya.”

Ganang tekekeh gemas dan tertawa lalu mengeleng. “Nggak usah bilang makasih lagi. Ini gak ada seberapanya. Chiko soalnya selalu baik sama gue. Cuman emang dia berengsek. Lo yang sabar sama dia ya, Za. Chiko sebenernya baik cuman mungkin lo harus lebih buat dia yakin aja.”

“Yakin gimana?”

“Nanti juga lo tau.” Ganang menepuk lengan Moza. “Semangat! Jangan murung terus. Gue pulang dulu ya, Za.”

“Okeee! Hati-hati yaa Nang!”

Ganang tersenyum kecil mendengar suara Moza. Cowok yang sudah menjauh itu hanya mengacungkan jempol kanannya tanpa menoleh lalu cepat-cepat menuju ke parkiran sekolah. Ganang juga berengsek seperti kedua temannya Chiko dan Ergo namun Ganang tahu batasan berengsek seumurannya seperti apa.

“KATANYA LO SAYANG SAMA GUE!” suara itu. Suara yang sangat dikenal Moza. Moza menoleh pada sebuah kelas kosong yang jendela dan gordennya sengaja ditutup. Ada Chiko dan Nency di dalam kelas yang membuat mengintip dari luar.

“Katanya lo suka sama gue! Tapi mana buktinya Chiko?” Moza terus menangkap suara Nency.

“Gue nggak bisa putusin Moza, Nency.” Chiko berdiri dekat papan tulis—tepat di depan Nency. “Gue gak bisa putusin dia.”

“YA TAPI KENAPA KO!” Nency semakin menjadi. “Mau sampe kapan kita kaya gini?!”

“Gue juga awalnya gak tau kalau Moza itu Kakak tiri lo. Gue sama sekali gak tau kalau lo berdua itu saudara. Gue nggak bisa putusin Moza gitu aja.” Chiko menelan ludah berat. Seharusnya Chiko bisa melakukannya namun entah kenapa hatinya berat.

“Kenapa gak bisa? Lo suka sama dia, Ko?” Nency terus menodongnya.

Chiko menghela napas. “Gue nggak suka sama dia.” Tegas. Chiko menjawabnya tanpa berpikir.

“Gue sayang sama lo Chiko. Dari awal. Dari sewaktu lo nembak gue. Gue nolak lo karena gue belum siap.” Chiko memeluk Nency membuat Moza tidak lagi mengintip apa yang dilakukan keduanya di dalam kelas. Perempuan itu bersender pada dinding depan kelas lalu menarik napas dalam-dalam. Moza pikir Chiko akan berubah setelah kejadian tadi. Tapi ternyata tidak sama sekali.

“Gue juga sayang sama lo Nency. Gue gak pernah suka sama Moza. Tapi gue minta tolong jangan jahatin Moza. Dia itu pacar gue,” ujar Chiko. “Gue gak pernah ada rasa sama dia.”

Moza memilih pergi. Menjauh. Semua yang didengarnya tadi sudah jelas. Chiko tidak pernah menyukainya. Sekeras apa pun Moza berusaha agar Chiko membalas perasaannya. Tetap saja ada perempuan lain di hati Chiko. Tetap saja Moza tidak bisa mengalahkan keberadaan Nency di hati Chiko.

Di saat Moza pikir Chiko akan berubah. Chiko malah bermain di belakangnya. Chiko juga tidak akan pernah mau berubah demi cewek yang selalu dipandang sebelah mata oleh orang-orang terdekatnya.

Moza itu siapa? Moza cuman cewek cupu, tidak pintar bergaya, menyusahkan dan caper yang terlalu berharap tinggi pada perasaan Chiko.

****

Parkiran sekolah semakin sepi. Sudah banyak murid pergi dari parkiran sekolah. Motor-motor pun sudah melaju keluar dari gerbang sekolah. Chiko berjanji mengajaknya pulang bersama tadi. Moza memperhatikan ponsel milik Chiko yang mulai terang karena ada satu notifikasi masuk ke dalam ponselnya. Jenuh menunggu, Moza mencoba membuka pesan yang masuk ke dalam ponsel Chiko. Kening Moza berkerut karena ponselnya ternyata tidak menggunakan password sama sekali.

Ada pesan milik Nency paling atas yang membuat Moza membukanya.

Nency Prasetya: Makasi ya Ko bunga sama kadonya. Kadonya bagus banget. Tas sama kalung. Gue suka bangett.

Chiko Gadangga: Ya sama-sama.

Nency Prasetya: Aku sayang kamu Chiko.

Chiko Gadangga: Ya gua juga.

“Lo ngapain di situ?” suara berat yang menyadarkan Moza membuat perempuan itu mengangkat kepala dan berdiri saat Chiko menghampirinya.

“Ngapain lo bisa bawa hape gue?!” Chiko merebut ponselnya kembali dengan kasar dari tangan Moza.

“O—ooh tadi i—itu... Ganang ngasihhh.” Moza tergagap melihat Chiko marah. “Katanya ketinggalan di laci meja dia.”

“Nggak usah lo buka juga bisa kan?!” Chiko membentak lalu menghapus pesan Nency dari ponselnya. Moza menatap Chiko dengan pandangan getir.

“Pernah nggak lo diajarin artinya menghargai privasi orang lain?!” Chiko semakin marah. Sisa debat ketegangannya dengan Nency tadi.

“Aku nggak sengaja Chiko.... Aku minta maaf....”

“LO BILANG NGGAK SENGAJA?” Chiko mendekatkan dirinya pada Moza yang tertunduk. “Mana yang namanya nggak sengaja?!”

“Aku cuman mau liat-liat aja. Aku kan pacar kamu Chiko. Aku nggak ngapa-ngapain hape kamu kok. Aku gak sampe ngerusak hape kamu, Ko.”

“Ya tetep aja lo nggak boleh seenaknya kaya gitu walaupun lo itu pacar gue!” Chiko memasukkan ponselnya ke dalam tas dengan gerak kesal. Amarah yang sejak tadi ditahannya meletup pada Moza.

“Kamu kalau sama dia chat-nya pake sayang-sayang ya?" tanya Moza mengangkat tatapan matanya untuk melihat Chiko.

“Kalau iya emangnya kenapa?” Chiko bertanya gusar. “Penting buat lo?”

“Tapi kalau chat dari aku kenapa jarang kamu dibales?”

“Males,” Chiko menjawab langsung. Cowok itu naik ke dalam motornya yang ada di parkiran lalu memasang helm dan menoleh pada Moza.

“Mau pulang atau diem di situ terus?” tanya Chiko membuat Moza menghela napas. Menghampiri Chiko. Memilih mengalah. “Nih lo bawa tas gue,” Chiko sedikit melembut lalu memberikan tasnya pada Moza membuat Moza naik dibantu dengan pegangan di pundak Chiko. Cowok itu masih saja marah-marah.

Chiko memperhatikan wajah merah Moza dari spion. Cewek itu hanya diam. Pandangannya tertuju gamang ke arah depan. Chiko tidak membahas apa pun lagi dan menjalankan motornya melewati gerbang sekolah.

Moza menaruh tas Chiko di antara dirinya dan Chiko lalu memeluk Chiko dari belakang. Menyandarkan pipinya pada punggung tegap Chiko yang dibalut jaket army jeans-nya.

Dari dulu Moza tidak pernah punya orang yang benar-benar sayang padanya kecuali Neneknya yang telah lama meninggal.

*****

AN: 1 KATA BUAT PART INI!1!1!1!1!!!

SPAM NEXT BUAT LANJUT?

PART SELANJUTNYA BUAT HARI INI LAGI? GAS GAK?

Jadi Chiko harus milih siapa? Moza, Nency atau Maddy?

Gimana puasanya? Lancar kan. Harus lancar yaa! Jangan sampe batal! Ingat gak boleh marah-marah ini bulan puasa. Semoga buat puasa selanjutnya makin kuat yaaaa! <3

Follow Instagram:

PoppiPertiwi
Wattpadpi

Chikogadangga
Mozaadisti

Ganangdata
Ergobanureksaa

UPDATE INFO LEWAT BC LINE: @xgv8109t (Cari aja pake @ awalnya di LINE trus nemu dah)

SELAMAT MENUNGGU PART SELANJUTNYA!! Aku cinta kalian semua! Jangan bosen-bosen sama cerita-ceritaku yaaa dan makasi udah suka sama Mozachiko! Salam sayang, Poppi Gadangga! Semangat puasanyaa!<3

Continue Reading

You'll Also Like

2.5M 137K 62
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
5.5M 398K 55
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...
1.4M 103K 45
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
1.3M 122K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...