UNCLE MARIO (SUDAH DICETAK BO...

Galing kay Tahubulat188

529K 64.4K 8.3K

TERSEDIA VERSI EBOOK DI GOOGLE PLAY Hidup Mesya aqila mendadak berubah drastis sejak bertemu dengan Mario di... Higit pa

CHAPTER 01
Chapter 02
Chapter 03
Chapter 04
Chapter 06
Chapter 07
Chapter 08
Chapter 09
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chpater 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 45
DEAR, READERSKU
ABOUT MARIO
INFO
INFO 2
Love, Mario

Chapter 05

14.3K 1.3K 133
Galing kay Tahubulat188

JANGAN LUPA VOMENT YA
SELAMAT MEMBACA
SEMOGA SUKA
___________________

Berulang kali Mario menghela napasnya, tangannya sibuk mengetuk meja kaca yang ada di depannya saat rasa gugup itu kembali di rasakannya. Setelah beberapa waktu tidak bertemu dengan Kesya,  akhirnya hari ini ia bisa membuat janji dengan kekasihnya sebelum Mamanya datang dari London dua hari lagi. Mario tidak akan melewatkan kesempatan ini untuk mengobrol banyak dengan Kesya karena di hari biasanya ia selalu sibuk bekerja.

Mario langsung berdiri saat melihat seorang gadis buta berjalan ke arahnya dengan tongkat di tangannya. Senyum sumringah itu ia tunjukkan pada seluruh dunia saat ini, walaupun gadisnya tidak bisa melihat, Mario akan tetap tersenyum penuh cinta. Ia menghampiri Kesya, kemudian menggengam tangan gadis itu dan membantunya untuk duduk.

"Kalian bisa pergi." titah Mario pada dua orang yang mengantar Kesya ke tempat mereka membuat janji. Sebelum duduk, ia sempat mengecup puncak kepala Kesya, ia sangat merindukan kekasihnya ini.

"Aku rindu kamu."

Mendengar itu Mario semakin terlihat senang, tangannya semakin egois menggenggam tangan Kesya yang kecil. Gadis ini terlihat sangat cantik dengan balutan kemeja dan celana jeansnya. Kulitnya yang putih begitu kontras dengan warna rambutnya yang coklat, dan Mario sangat suka melihat rambut Kesya tergerai bebas di bahu dan sekitaran lengannya.

"Sudah makan, heum?"

"Langsung saja ke topik pembahasan kita sayang. Bagaimana reaksi Mama ketemu sama pacar bohongan kamu? Pasti dia suka ya?" Kesya menekuk wajahnya, pandangannya yang lurus ia alihkan ke bawah. Hal itu membuat Mario ingin sekali memeluknya saat ini juga, Kesya yang polos semakin terlihat polos jika dalam keadaan gelisah seperti ini.

"Belum ketemu. Dan aku pastikan Mama tidak akan suka sama dia." Mario menjawab seraya mengelus rambut Kesya, ia juga nampak mengabaikan pegawai restaurant yang datang membawakan pesannya tadi.

"Dia cantik?" tanya Kesya setelah mengangkat pandangannya untuk menyusuri kegelapan yang ia rasakan dan berharap menemukan wajah Mario di sana. Tetapi hal itu tidak mungkin bisa terjadi, ia tidak akan bisa melihat kekasihnya ini sampai kapan pun.

Terlalu munafik jika Mario menjawab Mesya tidak cantik. Nyatanya gadis itu memang cantik dan sangat lucu di balik sikap manjanya yang aneh. Mario lebih memilih diam, dari pada menjawab tapi akan menyakiti hati Kesya. Ia tidak akan melakukan hal-hal yang akan menyakiti hati kekasihnya, termasuk memikirkan gadis lain saat ini. Tapi entah kenapa, perasaan Mario tidak bisa untuk tidak peduli dan memikirkan Mesya yang saat ini sedang ada di sekolah. Entah apa yang sedang di lakukan gadis itu, Mario ingin sekali tahu.

Mario menghusap wajahnya gusar, lalu kembali fokus pada Kesya yang sempat ia abaikan. Bibirnya menyunggingkan senyum, jarinya sibuk bertautan dengan jari tangan Kesya yang dingin.

"Kamu jangan khawatir, setelah setahun berjalan semuanya akan kembali normal termasuk hubungan kita. Jangan takut, yang perlu kamu lakukan hanyalah bersabar dan kamu harus percaya sama aku." jelas Mario.

Kesya mengangguk seraya menampilkan senyuman manisnya. Ingin sekali rasanya ia melihat rupa Mario seperti apa. Pria yang baru memacarinya setahun belakangan ini, setelah pertemuan mereka di pasar malam bertahun-tahun yang lalu. Bersahabat dengan Mario bertahun-tahun membuat Kesya ingin mencari tahu bagaimana wujud Mario yang sesunggungnya. Kata pekerja di Villanya, Mario itu tampan. Sorot matanya selalu tajam dan mengancam, rahangnya yang terpahat rapih di padukan dengan senyuman manis dari bibirnya. Kesya yakin banyak wanita yang mengincar Mario di luaran sana dan ia sangat beruntung bisa di pilih Mario, walaupun banyak tentang dari keluarganya Mesya tetap percaya pada Mario, ia akan tetap menanti Mario sampai batas waktunya nanti. Sudah lama Kesya menginginkan hubungan yang lebih dari sekedar bersahabat dengan pria beriris mata coklat ini.

"Dia masih SMA tapi tahun ini tamat. Aku yakin Mama tidak akan setuju lagi dengan pilihan aku sekarang, lalu setelah itu aku akan membujuk Mama untuk nerima kamu."

"Segampang itu?" ejek Kesya.

"Kamu tahu? Semua akan menjadi gampang karena cinta, seperti yang selalu kamu katakan. Aku yakin kamu belum lupa."

"Iya aku nggak lupa. Asal jangan berkhianat aja, kamu jadi suka sama dia." Kesya mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Mario yang besar.

"Kamu tahu kan? Aku nggak gampang jatuh cinta." lidah Mario terasa kelu setelah mengatakan hal itu, ia buru-buru meneguk minuman yang telah tersaji di depannya. Lalu mencoba menikmati makan siang yang telah ia pesan, ia hanya terlalu takut jika nanti perkataan itu akan menjadi bumerang dalam hidupnya dan Kesya.

"Hari minggu bisa nggak berkuda bareng? Dad baru membeli kuda dan dia mau kamu datang ke peternakan minggu ini."

"Cuma itu?" tanya Mario sembari menyuapkan nasi ke dalam bibir Kesya yang kecil.

"Aku juga mau kamu selalu sayang sama aku, jangan selingkuh, jangan nakal dan jangan coba-coba jatuh cinta sama anak SMA itu. Aku nggak mau bahas dia lagi, karena saat kita berdua hanya ada kamu dan aku!" jawab Kesya di sela-sela aktivitas makannya.

"Manis sekali. Aku pasti datang, sudah lama nggak ketemu Daddy kamu yang berkarismatik itu. Apa lagi Mommy Cila, tapi aku harap dia kali ini dalam keadaan baik dan tidak akan mengamuk lagi setelah menerima telephone dari seseorang." ucap Mario.

Mendengar itu Kesya jadi terlihat murung. Ia kembali mengingat Mommynya yang memiliki emosi yang jarang sekali bisa di kontrol setelah kejadian itu.

"Dia jadi seperti monster setelah kejadian menyakitkan itu, Daddy jadi terlihat kejam sekali. Mommy juga sangat sulit sekali mengontrol emosinya." sesal Kesya, ia jadi menyesal kenapa hal itu bisa terjadi.

"Dan hari minggu ini aku pastikan semuanya akan berjalan sesuai keinginan kamu, sayang."

Kesya hanya mengangguk dan membiarkan Mario mengacak-acak rambutnya dengan gemas.

__________

Sejak tiga puluh menit yang lalu Mesya masih setia duduk di lapangan, sembari menunggu Mario menjemputnya, menonton anak-anak lain bermain basket sepertinya menyenangkan. Setelah ia menyelesaikan ujian nasional, kegiatan di sekolah tidak ada yang mengasyikkan, anak kelas tiga hanya datang untuk mengabsen dan mendaftar untuk ikut acara kemping beberapa hari lagi, setelah itu mereka akan pergi ke kantin dan mengobrol hingga siang hari. Sungguh membosankan!

"Kamu nggak ikut ke rumah sakit? Kak Kevin kangen katanya."
Mesya memutar kepalanya untuk menatap Widya yang sudah duduk di sampingnya. Lalu kembali menatap anak-anak lain yang asik dengan benda berbentuk bundar itu. Mereka sibuk mengoper bola ke teman-teman yang lainnya, begitu seterusnya sampai mereka bisa mencetak angka kemenangan. Mereka nampak begitu menikmati masa remajanya, berbeda dengan Meysa. Masa remajanya penuh dengan drama memuakkan, dan keluar dari ruang lingkup keluarganya adalah pilihan, tidak akan pernah ia sesali pergi dari keluarga yang telah membesarkannya. Semua itu akan selalu ia ingat, dan setiap tanggal delapan belas ia akan mengenang pengusiran di atas gundukan tanah yang telah mengering itu. Ia akan menghabiskan waktu seharian di makam orang yang sangat teramat ia cintai. Orang yang telah terbunuh karena melindunginya.

"Kamu kangen Uncle Mario yang unyus itu ya? Kamu pernah di apain aja? Udah pernah di cium?"
Pertanyaan dari Widya membuat Mesya menatap sahabatnya itu dengan tajam.

"Belum pernah di apa-apain, dan gue harap itu tidak akan pernah terjadi karena hubungan ini hanya sebatas kontrak. Untuk saat ini, gue hanya merindukan seseorang yang udah lama nggak gue lihat."

"Aku ketemu dia tadi. Sepertinya dia sedang ada janji, di lihat dari setelan yang dia pakai." jawab Widya.

"Masih cantik? Apa dia masih manis? Apa dia masih terlihat sangat dewasa?"

"Masih sama seperti kamu meninggalkannya beberapa tahun lalu. Sangat di sayangkan kalian tidak bisa tumbuh bersama, kalian sangat berbeda. Kamu sedikit arogan, Sya. Sedangkan dia terlihat sangat dewasa dan lembut seperti pantat bayi."
Widya menampilkan senyuman termanisnya agar Mesya tidak marah atas apa yang telah ia ucapkan barusan.

"Terakhir dia nganterin gue sekolah pas kelas satu SMP dan gue yakin saat ini, jika kami bertemu kami tidak akan saling mengenali. Terutama dia, dan saat ini gue kangen suara lembutnya." ujar Mesya setengah melamun saat mengingat sosok gadis yang selalu menjadi panutannya dulu.

"Dia memang perfect, lelaki mana yang bisa menolak pesonanya, walaupun dia buta." Widya menambahi.

Mereka masih asik mengobrol hingga waktu tidak terasa sudah menjelang sore, tapi Mario belum juga datang menjemput Mesya.

Widya melirik jam tangan yang melingkar di tangan kirinya, kemudian berdiri dan berkata, "Aku harus les piano. Kamu mau nunggu aku dan pulang sama Kak Kevin apa pulang sendiriam? Kita nggak jadi ke rumah sakit gara-gara asik ngerumpi."

Mesya menggeleng, gadis itu masih memandangi lapangan basket yang sudah mulai sepi. Semua siswa sudah kembali pulang ke rumah masing-masing, hanya dia dan Widya yang masih di sekolah karena gadis itu ada les piano.

"Ya sudah, aku harus pergi. Hati-hati nanti pulangnya ya." Mesya kembali diam, ia tidak menjawab perhatian sahabantanya. Kali ini ia begitu sibuk memikirkan Mario yang belum juga datang sampai sesore ini, di tambah awan yang sudah mulai menggelap. Sepertinya hujan akan turun sebentar lagi.

Mesya beranjak dari duduknya, kemudian berjalan keluar, ia akan menunggu Mario di depan pintu gerbang sekolahnya sampai pria itu datang. Seperti yang di katakannya tadi pagi, Mario akan menjeputnya setelah urusannya selesai, mereka akan makan bersama. Maka dari itu Mesya sengaja tidak makan siang tadi.

Mesya sedikit tersentak saat rintikan hujan yang semulanya terasa sangat menenangkan berubah menjadi begitu deras. Ia lebih memilih tidak meneduh, ia membiarkan dirinya basah kuyup.

"Mario...."

Bisikannya seolah di sambut gemuruh di atas langit yang seolah mengamuk. Seperti dirinya yang ingin sekali berteriak karena di buat menunggu lama. Bayangkan saja dari jam sebelas siang ia menunggu Mario sampai sore seperti ini pria itu belum juga datang.

"Cara menikmati hujan ada dua. Pertama kamu bisa menangis dan meluapkan kekesalan kamu, siapa yang tahu kamu sedang menangis di derasnya hujan? Kedua, kamu bisa berteriak sesuka hati dan bermain. Dan setelahnya rasakan apa yang akan terjadi, semua beban kamu akan hanyut di bawa air."

"Kamu benar, Kak." Mesya mulai mengarahkan kepalanya ke atas langit saat mengingat apa yang pernah Kevin katakan padanya saat ia menangis. Mesya terus menangis dan berteriak di depan pintu gerbang sekolahnya hingga merasa lelah. Ia menangis karena takdir manis tidak kunjung perpihak padanya, ia juga menangis karena telah mau menunggu Mario yang bukan siapa-siapanya selama ini.

"Daddy.... "

Tubuh Mesya langsung abruk ke tanah, tangannya mencengkram erat seragam sekolahnya di bagian dada, saat rasa rindu pada sosok itu sangat menyiksanya.

"Daddy, jemput Mesya." lirihnya pelan.

Sama halnya dengan Daddynya, Mario akan membuangnya dan meninggalkannya. Terbukti sampai ia lelah menangis pria itu tidak datang, Mario tidak akan pernah menjadikan ia sebagai prioritas dalam hidupnya. Mario tidak lebih menganggapnya dari kaleng bekas minuman yang akan di buang setelah isinya habis, dan setahun lagi ia akan merasakan hal menyakitkan seperti beberapa tahun lalu. Dimana ia di buang dan di usir dari keluarganya sehingga orang yang ia cintai terbunuh sia-sia.

Tiada orang yang lebih mengerti saat kita bersedih selain diri kita sendiri.

Mesya aqila Jhonson

BERSAMBUNG..

J

ANGAN LUPA SHARE STORY INI SAMA TEMAN KAMU YANG LAIN YES..

KESYA

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

1M 49.9K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
2.4M 20.1K 43
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
549K 52.8K 30
Lily, itu nama akrabnya. Lily Orelia Kenzie adalah seorang fashion designer muda yang sukses di negaranya. Hasil karyanya bahkan sudah menjadi langga...
5M 37.2K 30
REYNA LARASATI adalah seorang gadis yang memiliki kecantikan yang di idamkan oleh banyak pria ,, dia sangat santun , baik dan juga ramah kepada siap...