Heart Breaker

By rinietam

155K 7.1K 250

Banyak rahasia dalam diri seorang perempuan bernama Erika. Dan ia memilih untuk menyimpannya rapat-rapat. Me... More

Prakata dan Bab.1
2. Dinner
3. Tongkang
4. Little Girl, Marsya
5. Bad Day
6. Brown Coal
7. Hectic
8. Hard Decisions
9. No Reply, No Answered
10. I Need You
11. White Roses
12. Apple Pie
13. Jealous
14. Still Mad
16. Jogja, I'm Coming
17. Meet Eyang
18. Gazebo
19. Kaliurang
20. Upside down
21. Silent Tears
22. Sherly
23. Fainted
24. Emergency
25. Transfusion
About Erika's Disease
26. The Last Smile
27. Life Journey

15. Unblended

3.6K 219 0
By rinietam


Bukan hal mudah,  memisahkan pikiran  untuk masalah pribadi dan masalah kantor. Namun bagaimana lagi, sebagai karyawan apapun jabatannya, ya harus profesional. Saat jam kerja, sebisa mungkin tidak membawa urusan pribadi ke kantor. You must always look great at the moment.

Erika tidak sabar menunggu jam istirahat siang tiba. Rasanya ia ingin segera keluar kantor dan  menumpahkan segala kekesalannya pada Harris. Dan tak sanggup menunggu lama, ia putuskan untuk mengirim pesan saja.

Thanks, udah buatin sarapan dan anter mobil ke rumah.

Meski hanya tulisan, jelas sekali kalimat itu datar dan tanpa basa basi. Apalagi tanpa emoticon apapun yang mendampingi kalimat itu.

Kini Erika yang kelimpungan. Chat WA-nya belum dibaca oleh Harris. Sudah hampir satu jam lebih. Erika heran dan semakin tidak tenang. Hmm, sebelas dua belas sama Harris. Kalo pesannya lama tidak di respon, ya begitulah reaksinya.

Stella melihat ada yang tidak biasa dengan Erika. Ia hanya geleng-geleng kepala dan menghampiri sahabatnya itu.

"Lo kelihatan banget kalo lagi ada masalah hari ini. Tumben. Bukannya lo paling pinter nyimpan masalah?"

"Stella, lo nggak tahu apa yang terjadi semalem. Gue habis berantem sama Harris. Tapi dia pergi begitu aja meninggalkan masalah. Sebel banget,  tau nggak!"

"So, what can i do to make you feel better?"

"Nothing. Thanks, Stella."

Erika dengan wajah tanpa senyuman, memandangi laptop yang sedari tadi menyala.  Stella mengelus lengan sahabatnya, sebagai tanda ia selalu menyemangati. Lalu ia putuskan untuk kembali ke ruang kerjanya yang berada beberapa blok  dari ruang kerja Erika.

Rasanya Erika ingin segera mengakhiri konflik rumah tangganya yang semakin berkepanjangan. Rasanya sulit sekali menjalin komunikasi yang nyaman dan enak dengan suaminya. Entah kapan ini berakhir.

Yang dirasakan Erika, hubungannya dengan Harris itu unblended. Seperti nggak nyatu gitu. Rasanya nggak pas. Bikin  terasa ada yang kurang. Pokoknya ibarat makeup itu nggak rata, nggak flowless . Ibarat baju, nggak nyaman dipakai, kegedean atau kekecilan tidak jelas. Ibarat makanan, kayak ada yang kurang dikit. Kurang garam atau apa, sulit dideskripsikan deh pokoknya.

Akhirnya sekitar jam 12 siang,  chat Erika baru  di balas. Ya ampun, ini rasanya semakin tidak enak. Cuma di balas ini saja.

🖒👌

Gini nih, bisa bayangin rasanya habis diangkat terus dijatuhin. Atau habis disanjung-sanjung lalu dicuekin. Bagaimana tidak, kemarin begitu romantisnya kirim bunga mawar putih dan kalimat mesra.  Masak spesial di rumah, lalu layaknya superhero membuat kejutan dengan mengantar mobil ke rumah. Eh, hari ini balas chat-nya segitu saja. Dongkol banget hati Erika. 

Ternyata perempuan memang lebih rumit menghadapi masalah-masalah seperti ini, ya. Pria juga sama, namun sepertinya lebih bisa sedikit tenang  memendam kekesalannya.
Kemarin Harris begitu marah, karena Erika pulang di antar laki-laki. Dan sikap Erika yang membuat Harris sedikit tersinggung.

Tak ingin menundanya,  Erika keluar dari kantor. Ia menuju mobilnya untuk menelpon Harris. Di mobil, ia pikir bebas berteriak atau bicara apapun tanpa ada yang melihat.

"Hai, sayang. Tumben nelpon?"

"Maaf ya, Mas. Aku nelpon bukan apa-apa. Cuma mau nanya, maksud Mas Harris ngajak ke Jogja apa?"

"Ow, kamu udah buka amplopnya. Ok, seharusnya senang dong. Kita kan mau ajak Marsya jenguk Eyangnya. Sekalian liburan."

"Bisa nggak sih, sebelum beli tiket dibicarakan dulu. Nggak asal begitu, dong. Tanya dulu Mas. Aku bisa atau tidak?"

"Loh, itu kan weekend. Seharusnya bisa. Ya sudah, kalo kamu tidak mau. Aku akan tetap berangkat berdua dengan Marsya."

"Mas, nggak gitu juga. Maksudnya-" Erika berhenti bicara.
Tiba-tiba terdengar suara sambungan telpon terputus. Harris telah menutup telponnya lebih dulu. Erika semakin kesal. Ia memukul stir mobil yang ada di depannya.

Erika belum sempat bilang, bahwa hari Sabtu nanti ia harus ke Batam.  Ia ada presentasi launching pembangunan real estate. Ini sangat penting bagi karirnya.  Menentukan seberapa bisa hasil karyanya menarik hati para jutawan singapur yang ingin berinvestasi di sana.

Erika akhirnya menangis. Ia tidak sanggup menata hatinya. Bukan hal mudah menghadapi Harris. Tapi ia sadar, Harris juga mungkin kesulitan menghadapi sikap dirinya saat ini.

"Hai, Erika. Bagaimana mobilnya?"

Suara laki-laki membuyarkan lamunannya saat menunggu di depan lift. Dan ternyata itu Bayu, yang mengantar Erika pulang kemarin malam.

"Hai, Mas Bayu. Alhamdulillah sudah, Mas. Makasih banyak ya, udah ngantar saya pulang." Sambil tersenyum tipis.

Satu bulan terakhir ini, Bayu memang sering tiba-tiba muncul di sekitar Erika. Erika tidak menyadari bahwa pria itu menaruk hati padanya. Erika terlalu sibuk dengan dirinya sendiri, hingga lupa memperhatikan orang-orang di kantor. Kecuali Stella tentunya.

Bayu adalah manager teknikal di Perusahaannya. Ia bertanggung jawab atas lokasi pembangunan gedung sebelum di bangun. Timnya melakukan survey konstruksi tanah, kemiringan dan kelayakan untuk digunakan membangun sesuatu. Termasuk penyediaan alat-atat berat untuk meratakan lahan dan menyiapkannya dengan baik sebelum digunakan.

Kurang lebih seperti Harris perawakannya. Tinggi, berwibawa, kharismatik.  Namun Bayu terlihat sedikit lebih gelap kulitnya. Manis sih, apalagi senyumnya. Alis matanya tebal dan sorot matanya agak tajam. Usianya lebih tua dari Harris. Sekitar 35-an. Cool, tidak banyak bicara. Namun Erika tidak tahu, ia masih single atau sudah punya istri.  Bayu terkenal tidak mudah akrab dengan perempuan.

Bisa dekat dan ngobrol dengan Erika, itu karena ia punya perhatian khusus pada perempuan cantik itu. Keberaniannya menyapa sudah sering dibayangkan dalam benaknya. Entah dari mana, Bayu tahu  bahwa Erika sedang ada masalah dengan suaminya.

"Kamu sudah makan siang?"

"Belum, Mas. Lagi males makan. Nanti mau pesan di kantin aja."

"Hmm, kok pesan di kantin. Masakannya  gitu-gitu aja. Kebetulan saya juga belum makan siang. Jika tidak keberatan, makan siang bareng, yuk.  Saya yang traktir." Pinta Bayu seraya memohon.

Bayu datang di saat yang tepat. Di saat Erika sedang butuh seseorang untuk sekedar ngobrol. Seperti bunga yang sedang kering, hadirnya bayu siang itu laksana  air yang menyiraminya. Perasaan Erika tiba-tiba menjadi lebih tenang dan nyaman.

Meski sempat diam untuk berpikir beberapa saat, akhirnya Erika mengiyakan ajakan Bayu.    Ia menerima tawaran itu dengan sikap biasa saja. Sehingga Bayu masih bisa merasakan, bahwa Erika adalah wanita yang tidak mudah membuka hatinya untuk laki-laki.

"Sabtu, jadi kan ke Batam?  Kalo ada waktu bisa nih, kita rame-rame singgah ke Singapur."

Erika masih terdiam sambil tersenyum tipis. Ia  sedang membaca buku menu. Di restoran yang nyaman itu, Erika mencoba menyusun perasaannya yang sempat dibuat berantakan oleh Harris.

"Nah itu masalahnya, Mas. Ternyata Sabtu Saya ada acara keluarga di Jogja. Harus datang karena penting sekali. Jadi bingung, karena saya juga harus presentasi di acara launching project kita nanti."

"Ow, pantesan kamu kelihatan galau dari tadi. Jangan-jangan karena itu, ya?" Bayu berusaha menunjukkan rasa empatinya.

"Hehehe, iya. Betul sekali." Erika lega ada yang memahaminya.

Bayu mencoba membantu memberikan beberapa solusi. Ia ingin Erika tidak terlalu terbebani dengan situasi yang dihadapinya.

Ada dua pilihan yang dirasa cukup masuk akal. Pertama Erika berangkat ke Batam, setelah presentasi-nya selesai langsung terbang ke Jogja. Yang ke dua, mewakilkan tugas presentasinya pada orang lain di timnya.

"Aha, good idea. Thanks ya, Mas. Saya pikir-pikir lagi mana yang lebih bisa. Kok nggak sempat kepikiran begitu ya tadi. Semoga ada yang bisa gantiin Saya." ujar Erika dengan wajah yang mulai berbinar.

"Saya sih berharap alternatif pertama. Jadi saya bisa lihat kamu presentasi."

Bayu spontan berucap, karena tak mampu menyembunyikan kegagumannya pada Erika. Dan Erika mendadak diam, mengulum senyumnya. Senyum lebarnya ditarik perlahan. Ia berusaha memasang pengaman agar hatinya tidak terbawa suasana saat itu.

"Eh, sudah hampir jam 1. Balik ke kantor, yuk." sambil mengambil tas di kursi sebelahnya.

Sepanjang perjalanan ke kantor, Bayu dan Erika banyak diam dan sibuk dengan pikirannya masing-masing. Hanya sesekali saling lempar senyum, untuk mengisyaratkan bahwa mereka hanya berteman dan baik-baik saja. Itu senyum Erika, kalau senyum Bayu, ah masih sulit diartikan.

####

Akhirnya sudah sampai part 15. Konflik beberapa part belakangan ini sudah muncul ya. Duh, saya semakin hanyut dalam ceritanya... 😃😃

Thanks, bagi yang sudah mampir baca. Semoga sebelum Juni cerita sudah komplit ya... Aamiin.

Jadi penasaran, klimaks konfliknya seperti apa?
Yuk, tunggu part selanjutnya 🙏😊

Jangan lupa  vote ( klik bintang) untuk dukung Harris...😍😍
Thank youu... ⚘❤

Continue Reading

You'll Also Like

198K 16.6K 41
[ Jangan lupa follow sebelum membaca! ] Lashira Ayana. Janda lima tahun cerobohnya kaga tanggung-tanggung. Wanita dua puluh delapan tahun itu, harus...
3.6K 407 7
Sequel of Take It Usai melahirkan Ruby, Clara memutuskan untuk pergi ke Surabaya dengan dalih pekerjaan yang mengharuskan dia pindah. Tiga tahun buka...
668K 70.6K 66
Hidup dengan label mantan narapidana bukanlah hal yang mudah bagi Jati. Stereotype buruk tentang narapidana terlanjur melekat kuat di masyarakat memb...
594K 57.1K 127
Gadis Sekarwangi, tidak pernah menyangka jika rumahtangga yang ia bangun bersama suaminya, Pradipta harus berakhir ditengah jalan karena sang suami k...