Pervert Biology Teacher 2

By kookiesluty

47.8K 6.2K 2.7K

FOR SALE ONLY was #5 in Kookie was #2 in Jeon Disarankan membaca PBT pertama. Mungkin benar kau bisa melupaka... More

s a t u
d u a
t i g a
e m p a t
[Knowing each other]
e n a m
t u j u h
d e l a p a n
s e m b i l a n
s e p u l u h
s e b e l a s
d u a b e l a s
t i g a b e l a s
e m p a t b e l a s
l i m a b e l a s
e n a m b e l a s
t u j u h b e l a s
d e l a p a n b e l a s
s e m b i l a n b e l a s
d u a p u l u h
d u a p u l u h s a t u

l i m a

2.1K 311 66
By kookiesluty

Terkadang aku memikirkan keadaan diriku saat bersama Jungkook. Akankah keputusanku ini benar? Apakah Jungkook suatu saat akan mengingatku? Apakah suatu hari aku akan bahagia bersamanya? Dan, walau aku mengutuk diriku sendiri karena bertahan, hatiku memaksa untuk kuat menahannya. Terdengar bodoh, tapi kebodohan ini hal yang tidak akan pernah kusesali. Walau jika nanti pada akhirnya Jungkook tak akan pernah mengingat kenangan kami, asalkan aku masih mengingatnya, kenangan itu akan tetap terpatri selamanya di dalam benakku.

Suasana menjadi agak canggung sejak hari itu. Hari dimana Mama memergoki kami dan Ayah memaksa Jungkook untuk menikahiku. Yang ada di hadapanku saat ini cuma Kak Junghyun yang dengan wajah bosan membolak-balik majalah yang ia beli sebelum pulang.

"Membosankan sekali. Hal yang ingin kubaca, malah tidak ada di edisi minggu ini," keluh Kak Junghyun. Ia melempar majalah tersebut jauh ke belakangnya. Lalu ia menatapku yang sejak tadi memerhatikannya. "Ada apa Rain? Ada hal yang ingin kau ucapkan?"

Aku mencerna ucapannya. Sebenarnya banyak hal yang ingin kutanyakan, tapi aku tak tahu caraku ini benar atau tidak. "Omong-omong, aku baru dengar soal insiden waktu itu dari Mama, tadi pagi. Kau sungguh akan menikahi Si Jungkook?" tanya Kak Junghyun.

Aku mengangguk. "Aku pikir yang ada di pikiran anak satu itu cuma 'Stella', 'Stella', dan 'Stella'. Aku tak pernah melihat ia membawa gadis lain selain kau dan Stella ke rumah ini."

"Kak Junghyun mengenal Stella?" tanyaku.

"Bahkan aku yang menemani Jungkook waktu memergoki gadis itu bercinta dengan orang lain saat masih memiliki hubungan dengan Jungkook."

"Apa?" Aku menutup mulutku sendiri. Tak menyangka kalau penyebab putusnya mereka adalah karena itu. Mungkin Jungkook tidak mengingat bagian itu. Mungkin ia hanya mengingat saat-saat indah mereka sebelum kejadian itu terjadi.

"Rain, aku harap kau mau bersabar dengan adikku. Dia mungkin memang keras kepala. Tapi, ia berhati lembut."

"Lucu mendengar kata itu keluar dari mulutmu, Hyeong-ah." Adalah ucapan Jungkook saat lelaki itu datang menghampiri kami di ruang keluarga. Ia memakai jaket levis biru muda, dan celana jeans. Bahkan rambutnya ia sisir rapih saat ini. Jujur saja, ia tampak tampan sekali tanpa kacamata yang biasa menempel di wajahnya ketika mengajar.

"Sialan kau. Aku ini sedang memperbagus namamu tahu di depan Rain," ujar Kak Junghyun sambil melempar bantal ke arah Jungkook dan ia dengan mudah menghindar.

Jungkook tertawa kemudian menatapku. "Rain, bersiap-siaplah. Aku tunggu, 10 menit," ujarnya.

Seketika rasa panik menghampiriku. 10 menit? Apa yang akan kulakukan dalam sepuluh menit untuk bersiap? Mengapa ia mendadak menyuruhku bersiap sih? "Mau kemana?" tanya Kak Junghyun.

Aku belum sempat mendengar jawaban Jungkook karena aku langsung masuk ke kamarku dan mengganti pakaianku dengan baju putih panjang dan jeans biru mudaku. Rambutku yang sudah agak panjang, kukepang menjadi dua bagian, kiri dan kanan. Tak lupa aku memakai sedikit bedak, dan liptint untuk bibirku. Lalu membawa tas kecil berisi dompet juga ponselku.

Sesampainya aku di bawah, Jungkook langsung berdiri dari sofa. "Hyeong, aku pergi dulu," ujarnya.

"Hati-hati, Jungkook-ah, Rain," ujar Kak Junghyun. Aku hanya menunduk sopan padanya lalu mengikuti langkah kaki Jungkook yang berjalan di depanku. Ia menaiki mobilnya, dan aku duduk di kursi samping pengemudi.

"Kita mau kemana?" tanyaku dengan antusias. Jungkook tak kunjung menjawab, padahal aku sedang menunggu jawabannya. Ia malah mendekat ke arahku, seakan mau menciumku, namun ia malah menarik seatbelt di belakang tubuhku.

"Selalu pasang seatbelt," godanya. Huh, parah. Aku pikir ia akan menciumku, karena itu aku memejamkan mataku. Tapi ia malah menarik seatbelt-ku. Terlebih lagi, saat ini ia sedang terkikik sendiri menyadari kebodohanku. 

"Kau berpikir aku akan menciummu?" tanyanya dengan gamblang. Haduh, mengapa segala bertanya sih. Aku kan jadi semakin malu.

Cup

Satu kecupan meluncur di pipiku. Aku menatap Jungkook tak percaya. Jantungku. Oh tidak, jantungku saat ini berdetakan dengan semangat. Aku yang tak berdaya ini hanya bisa menyentuh pipiku sambil menatap Jungkook yang saat ini memakai seatbelt-nya kembali dan menyetir.

Rasanya, rasanya seperti kenangan itu kembali lagi. Aku membangkitkan kenangan itu di dalam pikiranku. Dan, bodohnya aku malah menangis karena bahagia. "Rain, kenapa menangis? Karena aku mencium pipimu?"  tanya Jungkook.

Mungkin ia mendengar suaraku yang menahan tangis. Aku menggeleng menjawabnya. "Aku menangis karena bahagia."

"Jangan menangis, Rain. Itu ada tisu di depanmu." Jungkook yang fokus menyetir memberikan tisu padaku. Aku menghapus air mataku. Hah, rasanya benar-benar bahagia. Aku harap Jungkook akan mengenang kenangan ini.

***

Ternyata kami pergi ke toko buku. Jungkook memilih beberapa buku biologi untuk bahan belajarnya yang akan melanjutkan S2. Sedangkan aku hanya mengikutinya seperti anak ayam saat ini. "Oh ya, soal pernikahan kita ...."

Jungkook mengucapkannya dengan gantung. "Aku bicara dengan ayah, dan memutuskan akan menikah ketika aku dinyatakan lulus menjadi dosen."

Hatiku langsung menciut. Apakah itu artinya ia tidak akan menikahiku jika ia tidak lulus? "Kau tidak ingin kan memiliki suami pengangguran?" tanyanya yang sontak membuatku tertegun.

Ternyata Jungkook memikirkannya sejauh itu. Aku sendiri saja tak pernah memikirkan hal itu. "Rain, sejak tadi kau diam saja. Kenapa? Kau tidak suka ideku?" tanyanya.

Aku menggeleng dengan lembut. "Aku suka sekali," ujarku. Jungkook tersenyum puas. Ia lalu membawa buku-bukunya ke meja kasir.

"Kau tidak ingin membeli sesuatu di sini?" tanya Jungkook.

Aku menggeleng. "Biasanya kau suka sekali jika kuajak ke toko buku?"

Mataku melotot ketika kata-kata itu keluar dari mulut Jungkook. "Jungkook, kau mengingat sesuatu?"

Wajah Jungkook berangsur bingung. Aku menangkap pergerakannya yang agak aneh, tapi bukan hal yang aneh juga. "Apa aku mengatakan sesuatu seperti aku dulu?" tanyanya.

Aku mengangguk. "Bagaimana kau tahu aku suka jika diajak ke toko buku?"

"Tidak tahu. Hanya terlintas saja, lalu kukatakan saja sekalian."

Menciut lagi. Harapanku menciut lagi saat ini. "Apa kau sedih karena aku tak kunjung mengingatmu?"

Aku mendongak menatap wajah merasa bersalah Jungkook. Kak Junghyun benar, hati Jungkook itu lembut. Mau ia melupakan aku atau mengingatku, ia memang tak berubah sedikitpun. Aku menggeleng dengan ceria. "Tidak, hehe. Sudah, bayar bukumu, dan ayo pergi," ujarku.

***

Wajah Jungkook tampak dari samping terlihat mature. Rahangnya yang tajam, bibirnya, matanya yang menatap jalan dengan fokus. Suasana saat ini, menyenangkan. Aku tak menyangka akan mendapatkan suasana seperti ini. Aku tak berharap banyak, tapi jalan berdua dengan Jungkook seperti sepasang calon sejoli begini, membuatku menjadi sedikit serakah.

Aku ingin bisa memegang tangannya sepuasku. Aku ingin mencium bibirnya dimanapun aku mau. Aku ingin memeluk tubuh Jungkook setiap hari. Aku ingin terbangun setiap pagi di sampingnya, dan menatap wajahnya ketika tertidur lelap seperti kala itu. Aku ingin mencium dahinya ketika ia tertidur dan mengucapkan kata cinta saat ia tak sadar.

Lihat, kan? Betapa serakahnya diriku sekarang. "Rain?"

Suara Jungkook memecah imajinasiku. Aku menatap Jungkook yang baru saja menghentikan mobil yang kami tumpangi di pinggir jalan. "Sayang kalau kau hanya bengong di sepanjang jalan, sementara di luar banyak bunga Sakura bermekaran."

Aku terhenyuk mendengarnya. Benar juga. Ini musim semi. Musim semi yang kusukai. Aku menatap keluar jendela. Bunga Sakura yang mekar itu terlihat indah. Aku sangat bahagia hari ini. Tapi menurutku, bukan karena bunga Sakura yang bermekaran. Tapi karena aku melihat bunga itu bermekaran dengan orang yang kucintai. "Mau keluar sebentar? Barang kali kau mau foto atau yang lainnya?" tawarnya.

Aku mengangguk. Jungkook langsung keluar dari mobil dan aku mengikutinya. Aku segera mengeluarkan ponselku. Melihat senyum Jungkook yang mekar seperti bunga Sakura membuat aku menekan banyak sekali capture dirinya di ponselku. Lalu tak sengaja ia memergoki diriku yang memfotonya tanpa izin.

"Rain? Kau memfotoku huh?" tanyanya. Aku langsung menyembunyikan ponselku di belakang tubuh. Jungkook mendekat ke arahku. Ia berusaha mengambil ponselku dari tanganku. Dan tentu saja aku berusaha sebaik mungkin untuk menjauhkan ponselku darinya. Hingga tanpa kusadari, jarak di antar kami hanya sebatas napas yang berhembus antar hidung. "Aku mendapatkannya," ujar Jungkook saat fokusku teralihkan karena kedekatan wajah kami barusan.

Jungkook tersenyum sendiri melihat ponselku. Aku pikir ia akan marah. Tapi ia malah menarik tubuhku ke arahnya dan memotret kami tanpa aba-aba. Ia lalu memberikan ponselku kembali padaku. "Jangan hanya memfoto diriku. Kita menikmati ini bersama, bukan?"

Deg deg

Tatapan lembutnya itu saat berbicara. Aku menarik Jungkook saat itu juga dan meraih bibirnya. Kucium bibirnya dengan lembut dan kupeluk lehernya dari arahku. Jungkook tak melawan, ia balas memelukku dan mendongakkan wajahku.

Rasanya ... manis. Seperti kenangan yang terpatri hari ini.

To be continued.

Sory lama ya up-nya. Gue capek bgt wkw.

Continue Reading

You'll Also Like

61.1K 7.3K 21
Ibarat masuk isekai ala-ala series anime yang sering ia tonton. Cleaire Cornelian tercengang sendiri ketika ia memasuki dunia baru 'Cry Or Better Yet...
104K 11K 43
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
628K 18.3K 14
LAPAK BROTHERSHIP āœ”ļø NOT BOYS LOVE...āŒ SUDAH END TAPI TETEP VOTE + FOLLOW PROSES REVISI Kamu tahu obsessi? Ya apa saja bisa dilakukan bahkan bisa m...
80.5K 16.1K 176
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...