Pervert Biology Teacher 2

By kookiesluty

47.8K 6.2K 2.7K

FOR SALE ONLY was #5 in Kookie was #2 in Jeon Disarankan membaca PBT pertama. Mungkin benar kau bisa melupaka... More

s a t u
t i g a
e m p a t
[Knowing each other]
l i m a
e n a m
t u j u h
d e l a p a n
s e m b i l a n
s e p u l u h
s e b e l a s
d u a b e l a s
t i g a b e l a s
e m p a t b e l a s
l i m a b e l a s
e n a m b e l a s
t u j u h b e l a s
d e l a p a n b e l a s
s e m b i l a n b e l a s
d u a p u l u h
d u a p u l u h s a t u

d u a

2.5K 338 100
By kookiesluty

Jungkook memandang Rain dengan bingung. Gadis yang unik, pikirnya. Bagaimana bisa seharian gadis itu  tak berhenti berjalan kesana-kemari ketika dipanggil oleh siapapun, dan juga  tak berhenti mengoceh tentang apapun pada keluarganya. Pokoknya, gadis itu benar-benar berbeda dari gadis yang selama ini ia tahu. Tahu sendiri kan, gadis-gadis yang ia tahu bagaimana macamnya?

"Kalau saja mama punya anak perempuan yang manis seperti Rain," ujar ibu Jungkook, lagi-lagi berandai-andai melihat betapa cerianya Rain. Jungkook mengikuti arah pandang ibunya. Ia melihat gadis itu bermain dengan anak anjing milik keluarga Jungkook. Dengan segera Jungkook memandang ibunya tak habis pikir.

"Dia itu ceroboh, mama tidak tahu saja seberapa buruknya ketika ia melakukan sesuatu," ujarnya. Dan, satu pukulan pelan mengenai kepalanya. Itu ulah ibunya tentu saja.

"Argh! Kenapa aku dipukul?" lanjutnya dengan nada setengah kesal. Ia memegangi belakang kepalanya serta menatap mata ibunya yang saat ini memandang tajam dirinya.

"Kau ini, dasar tidak peka seperti ayahmu!"

Lelaki selalu salah :').

"Aigoo, aku salah lagi." Jungkook pura-pura menyender ke pinggiran sofa. Berharap ibunya iba padanya. Dan, tentu saja ibunya iba. Ibu mana yang tega jika anaknya sudah lama tidak pulang, tapi harus kena pukul juga? Ibu Jungkook langsung mendekap anaknya lagi dengan hangat.

"Jungkook-ah ... kau nikah sajalah dengan Rain," celetuk ibunya santai. Jungkook langsung melepas dekapan ibunya.

"Hah? Aku tidak salah dengar 'kan, Ma?"

"Apa? Kau mau pura-pura tuli sekarang? Mama bilang, kau nikahi saja Rain."

"TIDAK MAU," tegasnya.

"Loh? Kenapa?"

Jungkook terdiam. Ia memutar otaknya mencari alasan yang logis untuk tidak menikahi Rain. Tapi, sudah berkali-kali ia putar otaknya, bahkan sampai memindahkan otaknya ke dengkul pun, ia tak bisa menemukan alasan yang logis mengapa ia tidak menikahi Rain. Dia tak mau menikahi Rain ya karena ... tidak mau saja. Alasan aneh. Seaneh orangnya.

"Bingung 'kan? Kau benar-benar mirip dengan ayahmu. Selalu saja begitu. Nanti giliran Rain hilang, kau baru merasa kehilangan."

"Apa ayah juga begitu?" tanya Jungkook jahil, menghindari pertanyaan ibunya yang mulai menguliahi. Bukan karena tidak ingin, tapi Jungkook agak sensitif mendengar kata pernikahan. Apalagi ibunya menyuruh dirinya menikah dengan Rain ketika baru beberapa bulan lalu ia dicampakkan Stella. Ia ... tak sekuat itu.

"Iya! dan kau, bahkan lebih parah."

"Tapi lebih tampan aku 'kan, Ma?"

"Anak Mama mana sih yang tidak tampan, huh?"

Jungkook terkekeh mendengar ibunya menjawab demikian, dan masuk ke dalam jebakannya.

"Hahahaha, Hyeong selalu bilang kalau aku ini anak pungut. Katanya aku dipungut dari tempat sampah."

"Hahahahaha. Hyeong-mu itu ya. Kau anak Mama, Junghyun juga anak Mama. Rain juga akan jadi anak mama. Iya 'kan, Jungkook?"

Itu pertanyaan atau pernyataan? Ibunya benar-benar susah deh.

"Ya terserah mama deh."

*** 

Beberapa bulan terakhir, Jungkook akhirnya berhenti mengunjungi bar. Ia berhenti minum sejak Rain selalu hadir di rumahnya. Jujur saja, terkadang ia masih mengingat Stella. Harum tubuhnya, rambut lebatnya, bahkan keseksian badannya yang membuat Jungkook kehilangan. Satu orang yang penah Jungkook sentuh seumur hidupnya, Stella. Dan dulu ia berjanji akan selalu menjaga gadis itu, serta mempertanggung jawabkan 'kecelakaan' yang ia  lakukan dulu terhadap Stella. Tapi semuanya sirna. Musnah. Stella telah pergi. Kemalangan menghampirinya. Bahkan, gadis yang tak ia kenali, muncul dalam hidupnya.

Jungkook memandang album foto khusus miliknya dengan Stella dulu. Ya, ia masih menyimpannya. Entah sudah di tahun ke berapapun ia menyimpannya, kenangan itu masih akan membekas di ingatannya seperti baru saja terjadi kemarin.

Tangannya menyentuh lembar pertama, terlihat foto dirinya memeluk Stella. Senyum keduanya mengembang. Jungkook tak bisa mengindahkan perasaannya yang menusuk-nusuk relung jantungnya. Ia rindu. Tapi bukan itu, bayangan Stella memudar. Terganti dengan senyuman polos nan manis Rain yang tergambar secara acak di pikirannya. 

"Gila. Mengapa aku memikirkannya." Ia memekik sembari menutup album foto itu. Menepi ke meja, membuka sebuah laci, ia melihat beberapa foto berada di lacinya.

Setelah beberapa kali berdebat dalam dirinya sendiri. Akhirnya ia mengambil foto tersebut. Terdapat tulisan 'Hadiah untukmu Sayang!' Akhirnya ia membalik foto tersebut. Itu foto telanjang Stella! Sejak kapan ia memilikinya?

Mata Jungkook langsung awas. Ia menengok ke kiri, juga ke kanan, bahkan memastikan pintu kamarnya terkunci sempurna.

"Shit." Deru napasnya memburu. Melihat betapa besarnya payudara Stella yang terdapat di foto, dan juga kemaluan yang tak terhelai apapun, membuat dada Jungkook berdetakan dengan cepat. Tangannya langsung menaruh foto laknat tersebut kembali ke laci.

Mencoba untuk menyangkal, tapi ia akui kalau foto itu membuat ia horny. Ia bahkan sadar kalau penisnya saat ini sudah berdiri tanpa disuruh. Merasa akan menggila jika sendirian, akhirnya ia memutuskan keluar dari kamar. Melihat keadaan rumah yang sepi, bisa ia pastikan orang rumah pasti sedang tak ada di rumah.

Jungkook hampir saja akan turun ke bawah jika ia tak melihat pintu kamar Rain yang terbuka. Ia berjalan mendekati kamar gadis itu. Gadis anting bulan. Oh, saat ini ia tak lagi memakai anting bulan. Ia memakai anting yang beberapa hari lalu ia belikan untuk hadiah kelulusan SMA-nya. Rain tampak membisu, menatap jendela kamarnya dengan tatapan kosong. "Rain?" panggilnya.

Cukup lama selang waktu sebelum Rain menengok ke arahnya sambil tersenyum. Aneh, barusan saja ia pikir melihat wajah Rain tertekuk sedih. Tapi sekarang gadis itu sudah tersenyum lagi. "Ada apa? Kau butuh sesuatu? Mama dan Ayah pergi keluar kota, Kak Junghyun pulang nanti malam," jelasnya.

Dipikir-pikir, ia saja lupa akan melakukan apa setelah masuk ke kamar Rain. "Hmmm, tidak jad-"

"Kau mulai lagi ya?!" Suara marah. Itu suara marah Rain yang mengagetkan dirinya. Mulai apa maksudnya?

"Apa?"

"Jungkook, kau tidak boleh kembali seperti dulu!"

"Apa maksudmu?"

"Kau ... habis melakukan apa?"

"Apanya?"

"Jangan bohong padaku."

deg

Apa Rain tahu kalau ia baru saja merasa horny? Apa penisnya masih berdiri saat ini? Ah, ini salahnya karena hanya memakai celana pendek padahal ada seorang gadis di rumahnya.

"Jungkook, kau tidak boleh melakukannya lagi-"

"Tapi aku perlu melakukan masturbas-"

"-dengan orang bany-Apa? Masturbasi?"

Jungkook menatap Rain dengan bingung. "Apa yang kau bilang tadi? melakukannya dengan orang banyak?"

Rain menutup mulutnya sendiri, kemudian mengangguk ragu. "Aku? Melakukan 'itu', dengan orang banyak?" Tak lupa Jungkook menekankan kata 'itu' di kalimatnya.

Lagi-lagi Rain mengangguk. Astaga, ia tak bisa percaya dirinya sendiri melakukan itu di masa lalu. "Kau pasti bercanda kan? Satu-satunya gadis yang kusentuh itu cuma Stella—"

"Dan Kakak kelasku, dan teman-temanku, begitu juga ... aku."

deg

"A-apa? Aku ... pernah menyentuhmu juga, Rain?"

Rain terdiam begitu lama. Menatap betapa syoknya Jungkook atas perkataannya saat ini. "Kau orang pertama yang mengambilnya." Akhirnya kalimat itu keluar dari bibir tipis Rain.

Jungkook menaikan sebelah alisnya. Ini sih gila namanya. Bukankah dulu ia adalah seorang guru magang di sekolah Rain? Bagaimana bisa ia melakukan itu dengan muridnya sendiri? Mungkin jika melakukannya dengan menyewa perempuan sewaan sih, ia setidaknya akan percaya. Tapi, ini ... hah, Jungkook tak percaya ia sebrengsek itu.

"Jungkook, pakai saja aku. Tapi jangan kembali seperti dulu." Perkataan polos itu berhasil membuat Jungkook menatapnya tak percaya. Gadis yang terlampau polos, atau saking bodohnya ya? Ia merelakan dirinya hanya untuk seorang bajingan seperti dirinya?

"Kau tahu maksud perkataanmu, Rain? Atau kau hanya menggodaku?"

"Eh? M-maksudku—"
Jungkook langsung menarik tubuh Rain dan ia jatuhkan ke arah kasur di belakangnya. Ia menahan tubuh Rain menggunakan tubuhnya dan menatap Rain dengan lamat dari sisinya. Dari atas tubuh Rain, ia dapat mencium aroma tubuh Rain yang harum. Wangi vanila tercium dari rambut gadis itu. Rasanya ia mengenal harum itu. Ia ingat harumnya tapi tak ingat menciumnya dimana.

Ia lalu melihat mata Rain yang tampak bingung, sedih, sekaligus sendu. Entah apa yang gadis itu pikirkan. Jungkook tentu tak akan melakukannya dengan gadis yang tak ia cintai. Jadi ia melakukan ini hanya untuk memberi peringatan pada Rain bahwa seorang lelaki umumnya buas. Ia tak boleh sembarangan mengatakannya.

Ketika ia akan berdiri, Rain menahan tubuhnya. Rain memeluk tubuh Jungkook dengan erat membuat Jungkook mau tak mau menahan berat badannya sendiri agar tidak terlalu memberatkan Rain. "Jangan pergi dulu. Aku rindu padamu," bisiknya.

Entah apa maksudnya. Padahal mereka bertemu hampir setiap hari, dan Rain merindukannya? Kan aneh namanya.

"Baiklah. Kau bebas memelukku sepuasmu, Rain,"balasnya.

To be continued

Uwooooo Jungkooknya dijadiin inget lagi gayaaa wkwkwkwk.

Kasian Rain gabisa meluk Jungkook sepuasnya😂

Seperti di season 1. Updatenya 3 hari sekali guys.

Continue Reading

You'll Also Like

51.5K 4.7K 45
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
47.6K 4K 84
#taekook #GS #enkook "Huwaaaa,,,Sean ingin daddy mommy. Kenapa Sean tidak punya daddy??" Hampir setiap hari Jeon dibuat pusing oleh sang putra yang...
149K 15.2K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
42.5K 3.1K 47
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...