Heart Breaker

By rinietam

155K 7.1K 250

Banyak rahasia dalam diri seorang perempuan bernama Erika. Dan ia memilih untuk menyimpannya rapat-rapat. Me... More

Prakata dan Bab.1
2. Dinner
3. Tongkang
4. Little Girl, Marsya
5. Bad Day
6. Brown Coal
7. Hectic
9. No Reply, No Answered
10. I Need You
11. White Roses
12. Apple Pie
13. Jealous
14. Still Mad
15. Unblended
16. Jogja, I'm Coming
17. Meet Eyang
18. Gazebo
19. Kaliurang
20. Upside down
21. Silent Tears
22. Sherly
23. Fainted
24. Emergency
25. Transfusion
About Erika's Disease
26. The Last Smile
27. Life Journey

8. Hard Decisions

4.3K 258 6
By rinietam


Lelaki itu tidak mampu menyembunyikan rasa bahagia. Terang saja, sudah berbulan- bulan selalu menghadapi sikap super dingin dari istrinya. Dan kemarin malam, usaha kerasnya seperti berhasil melelehkan sebagian hati yang beku itu.

Ia merasakan sikap hangat Erika. Meski tak banyak kata yang terucap. Namun baginya ini sesuatu yang sangat luar biasa. Ia berangkat kerja dari rumah, bukan dari apartemen seperti biasanya.

Dengan mantap ia melangkah masuk ke ruang kerjanya. Bergegas membuka laptop dan mulai mengetik surat. Dengan penuh keyakinan ia menuliskan surat yang berisi laporan tentang ketidaksanggupannya menjabat sebagai Direktur Utama di perusahaan yang baru.

Tak lama setelah ia memasukkan surat ke dalam amplop dan berniat menyerahkan pada Lusi sekretarisnya, eh Lusi sudah mengetuk pintu lebih dulu.

"Masuk." jawab Harris sambil merapikan kertas di atas meja.

"Met pagi, Pak. Maaf ini ada titipan berkas untuk Bapak. Tadi pagi security yang antar ke meja saya," jelas Lusi sambil menyerahkan amplop coklat berukuran cukup besar.

"Dari siapa? Tumben ada yang kirim paket untuk saya."

"Kurang tahu, Pak. Tidak jelas nama pengirimnya."

"Thanks, Lusi. But wait, saya titip surat juga ya. Tolong antar ke sekretaris pak Ridwan."

"Baik, Pak Harris."

Setelah Lusi keluar ruangannya, dengan hati-hati ia buka amplop coklat itu. Jika melihat besarnya amplop, dan meraba bentuknya, sepertinya berisi berkas yang cukup tebal.

Benar-benar bikin penasaran. Apalagi nama pengirimnya tidak jelas. Dan hanya bertuliskan "Jakarta Timur, 0857-6581-7666."

Wajah Harris tampak kaget. Ia merobek amplop agar segera terlihat seluruh isinya.
Dalam amplop itu berisi foto- foto mesra dirinya dengan beberapa wanita.

"Whatt! Apa-apaan ini?" sambil melihat satu persatu foto yang ada.

Tidak tanggung-tanggung, fotonya di cetak ukuran 20R. Jumlahnya lebih dari 15 lembar. Makanya terlihat seperti berkas tebal di amplop.

Harris mencoba menelpon nomor yang tertera pada amplop. Berkali-kali, namun tidak bisa dihubungi. Nomor itu tidak terdaftar. Sepertinya sengaja dicantumkan nomor yang salah.

Wajah Harris tiba-tiba pucat. Lalu ia menemukan sebuah tulisan di kertas HVS. Tulisan dengan spidol hitam dan huruf besar semua.

MOHON DITERIMA JABATAN BARUNYA. JIKA TIDAK, FOTO INI AKAN SAYA SEBARKAN DI MEDSOS DAN DI KIRIM KE ISTRI ANDA.

Foto-foto itu ada yang sangat fulgar. Ia tak sanggup membayangkan kemarahan Erika jika melihat foto-foto itu. Dan jika sampai di sebar di media sosial, betapa malunya ia.

Ini beberapa foto yang masih pantas di lihat.


"Ya Tuhan, cobaan apalagi ini?" keluhnya dalam hati sambil mengumpulkan foto-foto itu dan memasukkan ke dalam tas kerjanya.

Dengan wajah tegang, ia keluar dari ruangannya. Rasanya ingin marah, tapi tak tahu harus marah pada siapa. Ini menghancurkan semua rencananya. Semua akan menjadi kacau. Dan Erika, oh tidak. Ini jangan sampai terjadi.

"Lusi, mana amplop yang tadi?"

"Sudah saya serahkan ke sekretaris Pak Irwan, Pak." jawab Lusi penuh semangat.

"Sekarang tolong telpon dan ambil kembali. Segera Lus, saya tunggu di ruangan."

Harris seperti orang bingung. Lusi segera melaksanakan perintah Harris dengan wajah bingung juga. Tumben nih bosnya agak kacau, pikirnya dalam hati.

Harris sulit berpikir jernih. Setelah menerima yang dimintanya dari Lusi, ia putuskan untuk menenangkan diri sejenak.

Lima belas menit kemudian, Harris keluar ruangan menuju ruangan pak Irwan.

Kali ini tanpa janji terlebih dahulu. Bahkan langsung mengetuk pintu tanpa bertanya pada Mia, sekretaris Direktur.

"Pak, maaf tunggu. Anda belum buat janji." ujar Mia sambil berusaha menahan Harris di depan pintu.

"Maaf, Mia. Tapi ini penting. Saya bertanggung jawab jika Pak Irwan memarahimu. Ok!"

"Ba- baik, Pak."

Mia membantu membukakan pintu ruang Direktur.

"Maaf Pak, ini ada Pak Harris ingin segera bertemu Bapak," sambil menunduk karena takut salah.

"Ow, Harris. Tidak apa, silahkan masuk."

Pak Ridwan memang dikenal sebagai atasan yang menjaga jarak dengan bawahannya. Tapi tidak dengan Harris, karena selama ini Harris telah banyak membantunya menyelesaikan permasalahan di perusahaan.

"Ada apa ini? sepertinya ada yang sangat penting," tanya Pak Ridwan.

"Saya tidak mengerti, mengapa saya mendapat ancaman hari ini?"

Harris menjelaskan dengan singkat apa yang di alaminya. Termasuk tentang kiriman paket foto.

"Kamu menuduh saya yang mengancam?"

"Tentu tidak, Pak. Saya hanya bertanya. Apakah pak Irwan tahu tentang hal ini?"

"Harris, saya juga merasa berat dengan hasil rapat kemarin. Saya akan kehilangan kamu, orang yang saya andalkan di perusahaan ini. Tapi perusahaan ini akan tetap running well. Justru di perusahaan baru akan sangat butuh keahlianmu."

Harris bisa percaya bahwa bukan pak Ridwan pelakunya. Tapi siapa yang selama ini sudah memata-matainya? Bahkan saat ia berada di kota-kota yang berbeda.

Ia berada di posisi sulit saat ini. Apa sebenarnya tujuan orang itu memaksanya untuk menerima jabatan itu. Sepertinya sangat paham dengan situasi yang sedang dihadapinya.

"Saya juga punya keluarga, Ris. Ini masalah berat, tapi saya yakin kamu mampu mengatasinya. Sudah, terima saja tawaran itu. Nanti pasti ada jalan keluarnya."

Harris sadar, berada di ruangan itu tak akan memberinya solusi. Kini sulit baginya untuk percaya pada siapapun.

Dengan wajah galau, Harris meninggalkan ruangan pak Irwan. Ia ingin memanfaatkan sisa waktu untuk mencari solusi terbaik.

Di ruangannya kembali ia teringat istrinya. Sambil terus memandangi foto dalam pigura warna perak di atas meja kerjanya. Foto keluarga kecil yang pernah bahagia. Semua ceria penuh tawa. Ketika itu Marsya masih berumur enam bulan. Ia rindu saat-saat bersama dan mengabadikannya dalam foto.

Baru ia sadari, sudah dua tahun terakhir tidak sempat berfoto bersama anak dan istrinya. Berarti sudah selama itu, ia jarang meluangkan waktu, diri dan hati untuk keluarga kecilnya.

Dan kini, justru foto-foto mengerikan ini yang terabadikan oleh orang asing. Kembali ia menarik napas panjang. Semua yang dianggapnya bukan hal penting, dan bisa ditutup kapan saja ia mau, justru muncul tiba-tiba di saat yang tidak tepat.

Dengan pikiran kalut, ia mengambil handphone. Ia ingin sekali menelpon Erika untuk mengajaknya makan siang bersama. Namun, ia ragu. Gugup tepatnya. Bingung bagaimana memulainya.

Akhirnya ia memberanikan diri dengan mengirim Whatsapp.

"Hai, sayang." 😊

"Masih sibuk di kantor?"

Sudah 15 menit belum dibaca. Harris masih tetap menunggu. Berkali-kali ia buka WA-nya.

"Nanti makan siang bareng yuk. Aku jemput ya?"😘

"Erika?"

"Please, info ya sayang. Sebentar aku otw biar nggak telat."

Hampir satu jam, dan belum mendapat balasan dari Erika. Dibaca juga belum. Tapi entahlah, bisa saja sudah dibaca. Siapa tahu WA Erika di setting private jadi tak terlihat saat dibaca atau sedang online. Harris mulai berpikir yang aneh-aneh.

Ia tampak mulai gelisah. Tak sabar, akhirnya menelpon juga. Namun kembali ia kecewa. Telponnya tidak diangkat.

Spontan Harris melempar handphone-nya ke lantai. Untung lantainya dilapisi karpet tebal. Jika lantainya keramik, sudah pasti handphone-nya pecah dan rusak.

Hari itu menjadi hari yang cukup berat baginya. Sulit untuk tenang. Dia mulai panik dan bingung harus berbuat apa.

Sekuat tenaga ia coba berpikir fokus mencari solusi. Namun apa daya konsentrasinya terpecah dengan banyaknya email dan berkas laporan yang harus ia baca.

Ia sampai lupa makan siang. Akhirnya minta tolong pada Lusi untuk memesan kopi dan sandwich di Cafetaria gedung perkantoran lantai 11.

Pukul 03.00 WIB, Harris di panggil ke ruang meeting. Sesampainya di sana, sudah ada pak Irwan, pak Frans dan dua orang dari notaris. Tampak di meja berjejer berkas yang sepertinya siap untuk ditanda tangani.

"Hallo, pak Harris. Apa kabar?" tanya pak Frans sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.

Tidak mau basa-basi, setelah berjabat tangan, Harris langsung bicara pada permasalahan inti.

"Terima kasih, pak Frans dan pak Irwan. Sebelumnya saya mau jelaskan dulu. Sebenarnya saya tidak bersedia menerima jabatan ini. Namun saya berada di bawah ancaman. Dan ini sulit bagi saya."

"Hahahaa..., ancaman? Ayolah pak Harris, hari gini ada ancaman apa, bom?" Pak Frans menaggapi sambil bercanda dan menertawakannya.

Harris jadi merasa kesal dan diremehkan. Ia jadi tertantang. Tanpa melanjutkan pembicaraan ia langsung menuju meja notaris. Ia putuskan bersedia untuk tanda tangan. Sebuah keputusan yang tidak mudah.

"Mana yang harus saya tanda tangani?"

Notaris langsung menunjukkan berkas di meja. Dan menjelaskan beberapa hal. Harris membaca sekilas berkas-berkas itu. Lalu menandatanganinya. Juga memberi paraf pada tiap lembar akta perusahaan.

Sambil menandatangani, ia menata hatinya dengan penuh harap. Semoga ini keputusan terbaik.
Masih ada misteri yang harus ia pecahkan. Siapa yang telah berani mengirim foto dan mengancamnya.

"Ah, gara-gara perempuan. Aku terbelit banyak masalah hari ini." keluhnya dalam hati.

Kembali bayangan Erika muncul di benaknya. Ia sangat rindu. Keputusan ini diambil karena tak ingin membuat hati istrinya terluka. Semoga ada kesempatan untuk memperbaikinya.
Kembali ia kirim WA pada istrinya.

"I miss you. ❤"


______________________________________

Duh bahagianya saya bisa update part 8😍😍
Pasti banyak yang mengira Harris dan Erika balikan kan di part 7?

Ternyata beluuum...
Justru masalah hadir lagi tak terduga.
Eh kayaknya yang begini bisa terjadi pada siapa saja.
Mudahan-mudahan tulisan ini bisa memberi manfaat. Aamiin.

Terima kasih sudah mampir baca, jangan lupa vote dan komen.
See you to the next part...🤗

Masih panjang nih, maaf slow update karena di sambi nulis project yang lain. Do'ain sebelum Juni sudah rampung novel ini.

Thank youuu...💖

Continue Reading

You'll Also Like

17.3K 2K 16
Alya Tifany adalah seorang penulis berita hiburan di perushaan majalah bernama Potret. Potret terkenal sebagai perusahaan hiburan yang lihai membong...
198K 16.6K 41
[ Jangan lupa follow sebelum membaca! ] Lashira Ayana. Janda lima tahun cerobohnya kaga tanggung-tanggung. Wanita dua puluh delapan tahun itu, harus...
36.1K 4K 29
Dunia Talitha seolah runtuh ketika ia harus kehilangan kakak dan kakak iparnya, meninggalkannya dengan Jia, bayi mereka yang masih berumur satu tahun...
7K 956 45
Menurut Thalia apa yang dialaminya saat ini lebih dari sekedar friendzone. Menyatukan sahabatnya dengan Kakak kelas yang jelas-jelas dihindarinya. Be...