"1K Followers" Event [OngNiel]

By OngnielNation

37.8K 4.2K 1.6K

Kumpulan FF request dari Event 1K Followers. Warning : YAOI, GS, MPreg, Mature-Scene [Some Parts privated] More

Introduction
How To Use Pembalut
So, Who's the baby ?
Notification: privated chapter
Snow Piece
Deiner Schatz
Café Crush
Chase You
Coming Out
Now that I Found You
Gone Cold
Scent

Eternal Sunshine

2.1K 256 4
By OngnielNation

Prompt: Choikang_LV

Author: Jeonsoll

WARNING! GS AND AGE SWITCH

Hope you enjoy~


Daniel mengetuk-ngetuk jemarinya pada meja kayu yang terasa tidak mengeluarkan suara apapun karena suara pria tua yang sedang presentasi di depannya. Sesekali ia mengalihkan pikirannya entah kemana dan tidak perduli dengan usulan proyek baru yang sebelumnya sudah ia tolak.

"Aku tidak setuju..." Ucapnya selagi menyadari rapat ini sudah berjalan 2 jam tanpa kesepakan dan usulan yang membuatnya bisa berubah pikiran.

"Menjadi partnership JYB Group, tidak bisa sembarangan dengan analisa seperti ini. Ini tidak ada bedanya dari proposal yang minggu lalu kau berikan." Tatapan mata membunuhnya seakan tak takut dengan para pria yang di sebut lebih tua darinya.

Dia pemimpin disini. Perusahaan ini miliknya, jadi semuanya harus tunduk padanya.

"Rapat selesai." Ucap pria tegap yang duduk di bagian utama itu. Membuat para direksi tampak kaget dan ikut berdiri saat dirinya berdiri hendak keluar dari ruangan rapat itu.

Tungkai panjangnya melangkah santai tanpa seorangpun yang berani menahannya. Asistennya kewalahan mengikuti langkahnya yang terkesan terburu-buru setelah keluar dari lift dan langsung menuju ruangannya.

"Apa yang dilakukan Seong Woo?" Tanya Daniel sambil membuka ruangannya dengan sidik jarinya.

Sang asisten langsung gelagapan dan membuka ponselnya. Ia sampai lupa kalau tugasnya yang ini terbengkali karena suasana tegang rapat barusan. Tak jarang ia juga mengeluh karena bosnya yang sama sekali tidak mau di bantah.

"Panggilkan Seul Gi." Perintah satu belum selesai kini sudah menyuruh memerintah yang lain.

"Baik tuan." Ucap asistennya itu segera berlari ke ruang sekretaris yang berada di sebelah ruangan itu.

Kang Daniel hanya memberikan akses ruangannya di masuki oleh tiga orang yaitu, asistennya Kim Jae Hwan dan kepala sekretarisnya Kang Seul Gi. Semua ia lakukan bukan tanpa sebab, karena Daniel percaya dengan adanya mereka hidupnya kali ini akan lebih baik. Senyumnya tipis saat ia melihat lukisan wanita cantik berpakaian bak putri kerajaan yang terpajang di ruangannya.




***

Seong Woo, anak bungsu dari Raja Go Jong yang amat ramah pada siapapun dan tidak malu berbaur bersama rakyat biasa dengan berpura-pura kalau dirinya bukan putri kerajaan. Seyumnya amatlah cerah saat dirinya bisa merajut seperti ini, salah satu hobinya untuk merajut kain dan memberi hasil rajutannya pada orang tua atau orang miskin di negeri ini.

"Dia sangat menarik ya..." Ucap Kang Ho Dong pria yang  sedang duduk bersama pria muda dan  tak luput memperhatikan para wanita disana terlebih tuan putri yang menjadi incaran mereka.

"Eui Geon-a. Jika menikah nanti carilah yang cantik dan lemah-lembut, jangan seperti bibi-mu yang kasar." Ucap Ho Dong tapi Eui Geon sama sekali tak menyaut, atensinya benar-benar terpana saat senyuman manis tuan putri yang di berikan pada anak kecil disana.

"Aku suka yang seperti ibuku." Ucap Eui Geon, ibunya wanita penyayang dan ia melihat itu pada tuan putri.

"Seperti Seul Gi? Ya, dia memang baik tapi keras kepala. Lebih tepatnya gegabah, kalau saja tidak seperti itu dia tidak akan mati."

Karena ucapan pamannya barusan membuag Eui Geon termenung, berhenti memandangi tuan putri yang selama berjam-jam menjadi objek bahagia untuknya. Tapi dengan ucapan itu, ia kembali di sadarkan bahwa pikirannya kembali melenceng dan akan menghambat segala rencana balas dendam keluarganya.

"Jendral Matsadake pasti akan membantu kita. Percayalah." Ho Dong mengenggam tangan keponakannya yang tampak mengepal karena ucapannya barusan.

***




"Aku akan mengantar ibu pulang." Ucap Daniel setelah menyelesaikan pembicaraannya dengan Seul Gi.

Daniel menyetir sendiri mobilnya dan membiarkan Jae Hwan langsung pulang. Seul Gi heran menatap Daniel yang tampak tak sedingin biasanya. Ini membuat Seul Gi penasaran dengan ucapan Daniel yang tadi berkata akan memberitahu sesuatu.

"Berhenti di depan sana. Kalau kamu mengantar sampai depan rumah, nanti orang tuaku bertanya yang tidak-tidak." Suruh Seul Gi dan Daniel menuruti perkataannya.

"Aku ingin mengatakan sesuatu." Ucap Daniel memandang ibunya dengan tersenyum.

Seul Gi tersenyum dan memandang anaknya. Ia mencubit pipi Daniel gemas, ini sudah kali kedua Seul Gi ber-reinkarnasi dan selalu ingat bagaimana Daniel berubah bukan seperti Kang Eui Geon anaknya. Pria yang tumbuh menjadi angkuh dan dingin, tapi Seul Gi amat senang dengan kondisi Daniel sekarang.

"Aku menemukan tuan putri." Ucap Daniel.

"Syukurlah, Kali ini kau tidak boleh menyakitinya. Arra?" Daniel mengangguk semangat semakin membuat senyum Seul Gi melebar merasakan kebahagiaan anaknya setelah puluhan tahun berlalu.

Kini Daniel kembali melaju sedikit lebih cepat untuk sampai di kediamannya.

Daniel memasuki rumah minimalis yang berada di pusat kota. Beberapa pelayan menyapanya dan Daniel hanya melewatinya begitu saja. Langkahnya langsung tertuju pada kamar utama disana.

'Dia terus menghabiskan waktu di kamar. Menjahit dan mendengarkan lagu klasik.'

Sesuai dengan yang di perintahkan olehnya bahwa semua pelayan harus membuat Seong Woo betah disini dan tidak membiarkan Seong Woo pergi keluar tanpa sepengetahuannya. Bertahun-tahun lamanya ia menimbun rindu dan perasaan bersalah ini. Ia tidak akan membiarkan Seong Woo menderita lagi.

Daniel menatap Seong Woo yang sedang tidur membelakanginya. Senyum tipisnya terlihat saat rasa bahagia itu kembali. Saat ia ikut berbaring dan memeluk Seong Woo, ia terus mengucap syukur dengan adanya Seong Woo dalam kehidupannya saat ini.

Namun Seong Woo langsung membuka matanya, merasakan lengan kekar itu semakin melingkar erat pada perutnya. Seong Woo meraba tangan itu dan kemudian berbalik menghadap Daniel yang langsung memandang wajah Seong Woo. Ia menikmati setiap sentuhan Seong Woo pada wajahnya, pandangannya entah kemana layaknya orang buta seperti biasanya, Seong Woo hanya mengenali sesuatu dengan menyentuh dan mendengarnya.

"Daniel?" Seong Woo dengan cepat mengenali Daniel.

"Hmm. Ini aku." Jawab Daniel.

Jantung Seong Woo berbedar kencang saat tahu kalau yang sedang memeluknya ini adalah pria yang baru dua hari lalu bertemu dengannya, menyelamatkan dirinya yang terjebak dalam kebakaran di toko roti.

"Aku ingin pulang." Ucap Seong Woo, tentu dirinya takut dengan pria yang tiba-tiba tahu namanya dan membawanya ke rumah ini.

Sudah dua hari. Ia berada disini tanpa di izinkan kemanapun selain berada di kamar ini.

"Hmm, besok sore aku akan mengantarmu pulang." Ucap Daniel, pikirannya masih jernih untuk tidak membuat Seong Woo tidak nyaman berada di kamar ini terus. Setidaknya Seong Woo tidak lepas dari jangkauannya.

"Ta-tapi bisa lepaskan pelukanmu?" Seong Woo tidak nyaman berlaku seperti ini dengan orang yang baru ia kenal.

"Tidak. Aku ingin memelukmu tuan putri. Aku merindukanmu." Ucap Daniel yang menempelkan hidung mancungnya pada pipi Seong Woo sambil memejamkan matanya dengan nyaman.

Seong Woo tidak mengerti dengam apa yang di ucapkan Daniel. Selama pria ini tidak macam-macam, dan lagi pula Seong Woo merasa dengan pelukan ini. Seumur hidupnya baru kali ini ada yang pria yang memperlakukannya dengan manis selain mendiang ayahnya. Seong Woo tersenyum dengan tangan yang kembali mencoba meraih wajah Daniel.

Daniel membuka matanya dan mengarahkan jemari lentik itu pada pipinya dan menambah kehangatan dengan tangannya yang bertimpa disana.

"Apa kita sebelumnya pernah bertemu?"

Karena Seong Woo merasa familiar. Entah dimana itu terjadi, entah dalam mimpinya yang seperti memegang pahatan wajah seperti yang sedang ia pegang saat ini. Andai ia bisa melihat, ia ingin melihat seberapa tampan wajah hangat ini.










***

"Yang Mulia Putri Seong Woo menghilang!"

Setelah mendengar teriakan  Kasim Hong dari paviliun Putri Seong Woo, para prajurit langsung berkumpul dengan perintah raja yang baru saja tiba di istana.

Tapi tanpa mereka sadari putra sulung dan putri bungsu sang raja kini sedang mengumpat di balik pintu kantor buku pemerintahan yang letaknya berdekatan dengan bagunan utama istana.

"Seong Woo sepertinya kita tidak bisa keluar. Ayah langsung mengumpulkan pasukan." Ucap Min Hyun mengintip dari celah pintu.

"Kenapa hanya aku yang mereka cari? Kakak bahkan juga menghilang." Ucap Seong Woo ia ingin mengintip juga tapi Min Hyun melarangnya.

"Aku tentu punya alasan kuat. Aku sering berburu dan menghilang begitu saja. Kasim Ryu sudah pasti mengerti tapi kamu tidak pernah lepas dari jangkauan dayang dan Kasim Hong sebelumnya." Jelas Minhyun yang sebenarnya sudah takut karena ia tidak menyangka kalau Yang Mulia Raja akan pulang hari ini.

"Tapi aku harus ke sungai Ryeong. Aku harus bertemu dengan Eui Geon." Ucap Seong Woo sungguh-sungguh.

"Eui Geon? Siapa dia?" Tentu saja kakaknya heran kenapa hari ini adiknya ingin sekali pergi bersamanya.

"Dia seseorang yang menyukaiku. Setiap aku datang ke kedai untuk merajut, dia sering mengirimiku surat. Aku penasaran bagaimana dia kak. Antar aku ya, aku yakin kakak tahu yang mana yang terbaik untukku." Mohon Seong Woo sambil mengedipkan kedua matanya memohon.

"Seong Woo... Sekolah kamu saja belum selesai. Ingat jangan dulu menikah sebelum kakak menikah." Perbedaan umur mereka memang cukup jauh, tapi mereka dekat di banding dengan saudaranya yang lain.

"Kenapa kakak begitu? Putri Ji Hoon sudah menikah lebih dulu dari kakak tapi itu tidak masalah." Protes Seong Woo.

"Ji Hoon menikah karena perjodohan Seong Woo. Aku juga tidak mau membiarkannya tapi untungnya suaminya jenius dan menjadi penerus Menteri Bae."

"Apakah aku juga harus bersama bangsawan baru kakak setuju?"

Min Hyun menggeleng kuat. Semua anggota kerajaan mengakui kalau dirinya adalah calon raja  berbahaya. Pemikirannya tidak seperti raja yang sebelumnya. Strata sosial untuknya tidak ada, itu akan menjadi ancaman bagi bangsawan yang selama ini mempertahankan keturunannya.

Min Hyun masih waspada dengan keadaan istana yang gempar karena kehilangan putri bungsu kerajaan. Namun dengan bantuan orang-orangnya, mereka berdua bisa keluar dari istana dengan selamat. Tapi Min Hyun bukan orang yang mudah melepas pikirannya setelah melihat keadaan kerajaan seperti ada yang di tutupi.

"Aku harus kembali." Ucap Min Hyun membuat Seong Woo dan dua pengawalnya berhenti berjalan.

"Jae Hwan,  Byung Joo, kalian antar Putri Seong Woo sampai sungai Ryeong. Aku harus kembali ke istana." Ucap Seong Woo dengan terburu-buru.

Tanpa mereka sadari beberapa orang yang mengikuti mereka ikut berhenti di semak-semak. Tentu saja Min Hyun menyadari keadaan ganjal itu, ia mempercayakan Seong Woo pada kedua pengawalnya sedangkan dirinya bisa mengatasi sendiri.

"Kakak..." Ucapan Seong Woo tak tersampaikan saat Min Hyun berlari cepat menuju istana.

Salah seorang bermata tajam dengan satu tahi lalat di bawah mata itu memberi instruksi sebelum kembali menutupi wajahnya. Setelah itu mereka ber-5 yang bersembunyi segera berpencar.

Seong Woo kembali berjalan dengan Jae Hwan yang memimpin mengarahkan jalannya. Seong Woo kembali tersenyum, ia tahu pasti kakak pertamanya itu punya urusan penting sebagai putra mahkota.

"Kalau tuan putri lelah, kita istirahat dulu. Perjalanan masih lumayan jauh." Ucap Jae Hwan dan Seong Woo mengangguk setuju karena nafasnnya juga sudah lelah.

Pria dengan tahi lalat satu di bawah mata itu sudah berada di atas pohon tepat mereka ber-3 beristirahat. Ia mengeluarkan satu anak panah dan mencoba mengkekernya untuk tepat pada kepala putri bungsu raja itu. Berkali-kali ia memejamkan matanya untuk bisa melepaskan tangannya dan menyelesaikan misinya ini.

Tak!

Meleset. Anak panahnya hanya mengenai bagian bawah cima Seong Woo.

Sret!!

Jae Hwan dan Byung Joo langsung mengeluarkan pedangnya dan melindungi Seong Woo.

"A..a-ada apa ini?" Seong Woo gemetar, baru kali ini ia mendapat serangan dan mereka langsung tertuju pada pria berpakaian serba hitam itu.

Jae Hwan membelakan matanya melihat ikat kepala hitam dengan corak bertulisan Jepang itu. Saat pria itu malah melayangkan anak panahnya ke langit, Jae Hwan langsung menarik Seong Woo berlari. Byung Joo juga langsung berlari karena penghianat negara itu sudah memanggil pasukannya.

Pria yang sudah mereka yakini adalah pasukan Jepang langsung melompat turun dari pohon dan mengejar mereka ber-3. Saat mereka sampai di tengah hutan ia sudah melihat pujaan hatinya di lindungi dua pengawal dengan 15 orang berpakaian sama sepertinya mengepung mereka.

"Byung Joo. Jangan sampai mereka menyentuh Putri Seong Woo. Sebisa mungkin kau keluar dari kepungan ini selebihnya aku yang mengurus." Ucap Jae Hwan dan pria yang berada satu pangkat di bawahnya itu mengangguk paham.

Strett!!

Seong Woo semakin ketakutan. Kain cima yang ia gunakan untuk menutupi kepalanya sudah jatuh entah kemana. Tangannya selalu di genggam oleh Byung Joo yang dengan lihatnya menggunakan pedang dengan sebelah tangan.

"Ahh..." Keluh Seong Woo saat salah satu dari mereka berhasil menebas lengan Seong Woo membuat bajunya robek dengan noda darah disana.

"Enyah kau!" Jae Hwan menendang pria itu sampai berguling dan menusuk dadanya.

"Jae Hwan awas!" Seong Woo melepaskan tangan Byun Joo dan memukul kepala penghianat itu dengan batu karena akan menusuk punggung Jae Hwan.

"Tuan putri. Jangan lepaskan tanganmu dari Byung Joo." Ucap Jae Hwan tidak perduli kini ucapannya bak perintah yang seharusnya tidak boleh ia berikan tapi ini demi keselamatan tuan putri.

Baru Seong Woo berbalik untuk kembali bersama Byung Joo, ia melihat Byung Joo sedang melawan dua orang sekaligus. Dadanya sesak penuh ketakutan, ia juga melihat Jae Hwan yang habis di pukuli orang-orang disana dan darah yang semakin banyak keluar dari lengannya.

Sret!

Seong Woo membelakan matanya saat tangannya kembali di raih seseorang yang ia tidak tahu siapa. Tapi pakaian hitam-hitam seperti para penghianat ini semakin membuatnya takut. Dirinya di bawa keluar, jauh dari tempat pertempuran.

Sampai di sebuah gubuk yang entah milik siapa pria berpakaian hitam-hitam itu berhenti dan menyuruh Seong Woo duduk.

"Kau siapa?" Tanya Seong Woo pada pria yang sedang sibuk mencari sesuatu.

Setelah menemukan obat dan kain untuk membalut, ia berjongkok di hadapan Seong Woo dan membuka puntup wajahnya.

"Aku Kang Eui Geon. Yang mengirim surat padamu...." Ucap Eui Geon dengan nafas yang masih memburu.

"Kau..." Seong Woo bukannya tenang tapi semakin takut dengan kenyataan ini.

"Aku hanya menyamar!" Sarkas Eui Geon, ia memang harus berbohong untuk membuat Seong Woo tidak takut.

"Aku sudah lama menunggumu di sungai Ryeong, tapi kau tidak kunjung datang. Saat aku melihatmu dalam bahaya, aku berusaha menolongmu dengan pakaian ini."

***










"Seong Woo!" Laki-laki manis di hadapan mereka langsung memeluk sang adik yang lebih tinggi darinya ini.

"Oppa." Seong Woo tersenyum sambil membalas pelukan kakaknya.

Daniel masih terdiam disana. Kehidupannya di masa ini benar-benar menakjubkan. Dua kali ia bertemu kembali dengan ibunya tapi baru kali ini ia bertemu dengan tiga orang di masa lalunya. Salah satunya Seong Woo, seperti apapun keadaan Seong Woo dia sangat bersyukur bisa bertemu kembali dengan Seong Woo.

"Daniel-ssi kenalkan ini Ji Hoon, kakakku."

Ji Hoon? Jadi ini benar Ji Hoon yang dulu ia ketahui sebagai Putri pertama Raja Go Jong? Bukan hanya Daniel yang heran disini, tapi juga Ji Hoon yang tampak terkejut setelah memandang wajah Daniel.

"Dia yang menyelamatkanku dari kebakaran di toko roti tempo hari lalu." Ucap Seong Woo menambahkannya.

Sayangnya Seong Woo tidak bisa melihat bagaimana kedua pria ini saling beratatapan dengan keanehan yang hanya Ji Hoon ketahui semuanya. Setelah mempersilahkan masuk, Seong Woo langsung beristirahat karena Ji Hoon yang menyuruhnya sedangkan Daniel masih duduk dengan segelas teh hangat bersama Ji Hoon juga disana.

Keadaan yang benar-benar tidak terduga tapi Daniel yakin kalau Ji Hoon hanya reinkarnasi. Tidak sepertinya.

"Ini kehidupan ketigaku. Tidak ada yang percaya jika aku  mengingat seperti apa aku di kehidupan sebelumnya. Mereka berkata aku indigo tapi aku tidak bisa melihat masa depan ataupun masa lalu orang lain. Kecuali adikku." Ji Hoon membuka suaranya dan Daniel tidak asing lagi dengan keadaan ini

"Ibuku juga begitu. Sama sepertimu tapi ini kehidupan keduanya, tanpa lupa sedikitpun tenang kehidupan sebelumnya."

"Jadi berapa usiamu?"

"Sekitar 140 tahun." Jawab Daniel.

"Aku harap kau bisa menebus kesalahanmu." Ucap Ji Hoon dan Daniel mengangguk. Ia paham atas kesalahannya.

"Seong Woo terlahir buta karenamu. Setiap manusia pasti memiliki dosa dan saat itu Seong Woo tidak bisa menebus dosanya dalam sebab yang sepertinya kau paham apa itu."

"Aku minta maaf..."

"Minta maaflah padanya. Hidupnya cukup menderita selama 17 tahun ini."










***

"Kakak!!!"

"Seong Woo!" Eui Geon langsung membekap mulut Seong Woo dan membawanya bersembunyi saat para pasukan Jepang mendengar teriakan Seong Woo.

"Eui Geon itu kakak kedua-ku. Mereka orang jahat kan? Yang Mulia tidak boleh membiarkanku behubungan dengan pemerintah Jepang. Itu berarti mereka jahat kan?"

Eui Geon hanya terdiam sambil membawa Seong Woo kedalam dekapannya. Ia bingung dengan dirinya sendiri, keluarganya berpihak pada penjajah Jepang yang menjanjikan kekuasaan pada keluarganya dan juga Eui Geon akan membalas dendam atas pembunuhan ibunya sepuluh tahun lalu.

"Aaa!" Seong Woo langsung melepas pelukannya dan melihat ke arah kakaknya lagi.

Seong Woo menutup mulutnya tak menyangka kalau disana Putri Ji Hoon bersama suaminya Jin Young sedang mendapat siksaan dari ketua Jendral Jepang yang sebelumnya pernah datang ke istana untuk perayaan.

"Seong Woo. Jangan kesana." Eui Geon memegang erat tangan Seong Woo.

"Sudah kubilang Yang Mulia dan Putra Mahkota mengerti tentang penjanjian busuk kalian! Jadi percuma saja! Yang Mulia tidak akan menyetujui perjanjian apapun dari Jepang!" Ji Hoon terus meneriki sumpah serapah dan terus mendapat pukulan dan besetan benda tajam pada tubuhnya.

"Aku mohon lepaskan istriku... Bunuh saja aku..." Jin Young tidak kuat lagi. Peran pentingnya dalam perjanjian sebelumnya adalah pelajaran dan tidak akan membantu apapun disini.

"Lebih baik kalian berdua mati!"

Strakk!

Eui Geon menutup mata Seong Woo agar tidak melihat peristiwa mengenaskan di depan matanya. Eui Geon tetap menutupnya, membawa pungung kecil itu bersandar pada dadanya sebelum tubuh itu bergetar hebat dengan tangis putri bungsu yang belum punya kuasa apa-apa untuk ikut melawan penjajah.

~ ~ ~ ~ ~

Seong Woo tertidur pulas. Sampai matahari masuk dalam gubuk dengan fentilasi minim itu Seong Woo bisa merasakan tubuhnya pegal dan pergelangan tangannya amat sakit. Ia bahkan tidak tahu dimana ini dan kenapa dirinya bisa terikat di kursi kayu.

"Ahh--" Keluhnya saat mulutnya juga terikat dengan kain putih yang membuatnya sulit bicara.

"Jadi Menteri Takuya akan segera tiba?" Tiba-tiba Seong Woo mendengar suara laki-laki dari luar gubuk kecil ini.

"Putri kerajaan sudah si bawah kendali kita. Sayangnya Putri Ji Hoon sudah mati, jadi kekuatan kita Putri bungsu ini pasti Raja Go Jong akan tunduk." Seong Woo takut karena darinya di bicarakan dengan niat jahat itu, Seong Woo tidak bisa ingat apa-apa kenapa dirinya bisa berada disini.

"Kalau perjanjiannya berjalan kita bisa memperkuat dengan melengserkan Raja Go Jong dan menggantikan pada Putra mahkota bodoh itu. Pasti masa kekuasaannya sebentar."

"Tapi bukannya dia berbahaya di kalangan bangsawan? Dia pintar dan punya semangat pemerataan sosial."

"Tidak akan. Selama Jepang masih disini dia tidak akan bisa."

"Tuan Eui Geon!" Seong Woo membelakang matanya saat nama itu di suarakan dari luar sana.

"Siap-siap. Pasukan putra mahkota perjalanan kemari." Seong Woo mengenalinya, mengenali suara itu.

"Aku akan bersembunyi untuk menerima kabar tentang perjanjian itu. Jika berhasil maka kita lepaskan Putri Seong Woo." Hatinya sakit, Seong Woo baru saja senang bisa bertemu dengan Eui Geon walau keadaannya seperti ini tapi baru saja ia berhasil dibohongi dengan pria itu yang mengaku hanya menyamar.

Baru saja sampai pada daratan tinggi disana, pasukan Putra Mahkota sudah tiba dan langsung mengepung gubuk tempat mereka menyekap Seong Woo. Dirinya di landa kekhawatiran hebat melihat pertumpahan darah yang akan membahayakan Putri Seong Woo di dalam sana. Dirinya bahkan tidak bisa membayangkan wajah takut Seong Woo di dalam sana.

"Maafkan aku." Hanya itu yang bisa Eui Geon katakan demi nama keluarganya.

Pasukan Putra Mahkota semakin bertambah dan Eui Geon juga langsung meminta tambahan pasukan dari Jepang. Bahkan peralatan perang yang Jepang berikan jauh lebih ampuh dan bisa menghabisi lawan dengan cepat.

Matanya teralih pada burung merpati yang membawa surat perintah. Eui Geon menjulurkan tangannya untuk merpati itu hinggap. Ia segera mengambil gulungan kertas itu dengan perasaan penuh kegundahaan.

'Perjanjiaanya tidak di setujui. Bunuh Tuan Putri dan kirim jasadnya ke istana sekarang juga'

Eui Geon langsung turun dari sana dengan berlari dan menghabisi semua pasukan yang menghalangi jalannya. Mereka mulai menyentuh gubuk tempat Seong Woo di sekap. Sontak para pria berpakaian serba hitam itu langsung melingkar pada gubuk, mereka tahu kalau perjanjian itu batal dan Putri Seong Woo harus mati.

"Aku serahkan padamu." Ucap Yong Il yang berdiri di belakang Eui Geon yang  hendak membuka kunci gubuk itu.

Perlahan Eui Geon membukanya dan melihat Seong Woo yang sudah terjatuh dengan wajah pucat dan keringat yang membasahi bajunya. Eui Geon berjongkok dan membuka semua ikatan pada tubuh Seong Woo. Eui Geon mencium bau racun yang ternyata bawahannya memberi minum Seong Woo dengan racun, entah siapa yang menyuruh.

"Eui...Geon...kau..." Suara Seong Woo tak lagi sehat. Bibirnya mulai membiru dan lehernya sangat sakit sampai dirinya tidak kuat membuka matanya.

Tapi ia memaksakan diri membuka matanya dan melihat Eui Geon yang memandanginya dan mengelus kepalanya. Pandangannya tidaklah kuat, semua terlihat samar dan yang ia tahu terus terjadi pertengkaran di luar sana. Rasanya semakin sakit saat dia membuka mata.

"Pejamkan matamu." Entah kenapa Seong Woo mau saja mennurut dengan menutup matanya rapat-rapat. Nafasnya semakin menipis dan rasanya memang sudah saatnya dia menyerah.

Eui Geon mengeluarkan pedangnya dengan perlahan agar Seong Woo tidak mendengarnya.

Srakk!

Mata Eui Geon hanya bisa terpejam saat darah itu ikut membasahi wajah dan tubuhnya. Tangannya gemetar cepat membuat pedangnya, ia langsung bersungkur dan terdiam sesaat sebelum akhirnya semua pertengkaran di luar sana terhenti karena Putri Seong Woo telah tiada.

***








Ini sudah hari ke delapan belas sejak Seong Woo bertemu dengan Daniel. Ji Hoon harus pergi keluar negeri untuk mengurus pekerjaannya, takut sesuatu yang bahaya kembali terjadi, akhirnya Ji Hoon menyuruh Seong Woo tinggal bersama Daniel. Hubungan mereka cukup dekat, setiap pulang kerja Daniel selalu kerumah mereka dan menghabiskan waktu bersama Seong Woo.

Seong Woo sangat menyukai rumah Daniel. Semua alat menjahit dan merajut lengkap disana, Daniel juga menyewa guru dan membeli banyak kain untuk Seong Woo. Jika dulu ia hanya melihatnya dari jauh sekarang Daniel bisa melihat langsung dengan rasa bahagianya berada di dekat Seong Woo. Hatinya tentram, ia bersungguh-sungguh akan membahagiakan Seong Woo bersamanya.

Seong Woo memeraba wajah Daniel karena merasakan sesuatu yang mengganjal hatinya. Sedari tadi pria itu hanya menemaninya menjahit dan tidak melakukan apapun. Tapi Seong Woo bisa merasakan air mata itu tumpah.

"Kau menangis?" Tanya Seong Woo.

"Iya." Jawab Daniel dan membuat Seong Woo langsung meninggalkan pekerjaaannya.

"Apa karena aku mendiamimu? Daniel maafkan aku." Seong Woo mencoba menghapus air mata Daniel debgan ibu jarinya.

"Ini air mata bahagia Seong Woo..." Ucap Daniel, ia tersenyum tipis sambil mencium telapak tangan Seong Woo yang menakup wajahnya.

"Sungguh?" Tanya Seong Woo masih belum yakin dengan keadaan ini.

"Iya. Aku bahagia karena bisa bertemu dengamu."

Seong Woo tersenyum tulus, ia selalu merasakan kehangatan saat bersama Daniel. Seperti malam-malam sebelumnya, Daniel akan membawanya tidur bersama dan memeluknya dengan erat.

"Kenapa kau belum tidur?" Tanya Daniel sambil melonggarkan pelukannya dan melihat mata dengan tatapan kosong itu masih terbuka.

"Aku memikirkan sesuatu." Jawab Seong Woo.

"Tentang?" Tanya Daniel ia merapikan poni rambut Seong Woo dan menempelkan kepala itu pada dadanya.

"Seperti apa aku di kehidupan sebelumnya." Jawab Seong Woo, tentu Seong Woo percaya tentang kehidupan Daniel.

"Kau sama Seong Woo. Kau masih cantik, wajahmu cerah dan senyummu manis. Dari dulu kau suka sekali menjahit dan makan makanan manis." Ucap Daniel, ia tersenyum mengingat bagaimana dulu ia tidak pernah fokus menjalankan tugasnya karena perhatiannya pada Putri Seong Woo tidak bisa di hindari.

"Apa aku bisa melihat?" Tanya Seong Woo.

Kali ini Daniel terdiam. Ini semua salahnya, andai ia bisa mencengah Seong Woo meminum racun itu, mungkin kehidupan Seong Woo selanjutnya bisa seperti sedia kala.

"Bisa ya?" Tanya Seong Woo lagi.

"Iya. Bisa." Jawab Daniel dengan pelan. Rasa bersalahnya membuncah sebelum Seong Woo mengangkat kepalanya dan tersenyum tulus.

"Pasti menyenangkan bisa melihat wajahmu." Ucap Seong Woo dan Daniel mengangguk paham, ia juga senang jika Seong Woo bisa melihat.

Sekali gerakannya kembali memeluk Seong Woo, menghantarkan kekhawatirannya. Apakah Ji Hoon sudah menceritakan semuanya? Kini rasanya Daniel sangat takut. Kepalanya seperti di kelilingi masa lalunya yang mungkin saja akan kembali terjadi. Atau bahkan berbalik pada dirinya sendiri.

Baru kali ini  Seong Woo membalas pelukan Daniel. Berbeda dengan Daniel, perasaan Seong Woo kini lega. Senyumnya merekah dengan tepukan pada punggung lebar itu guna memenangkah kekhawatiran pria itu.

"Bukankah kau harus menebus semua kesalahanmu?" Tanya Seong Woo dan Daniel langsung mengangguk.

"Apapun itu. Aku akan melakukan apapun untukmu, asal biarkan aku menjagamu hanya untukku."

"Apa yang barusan itu pernyataan cinta?" Seong Woo tersenyum sambil terkekeh dengan candaannya berusaha membuat Daniel tidak khawatir lagi.

"Hmm.  Kau harus mengerti untuk seseorang yang tidak pernah berpacaran selama 140 tahun." Daniel tambah mengeratkan pelukannya dan membuat tubuh mereka seperti benar-benar menempel.

"Terimakasih." Ucap Seong Woo.

"Aku yang harusnya berterimakasih. Aku sangat beruntung di biarkan bertemu lagi denganmu."

Daniel melepas pelukannya. Ia menatap Seong Woo dalam kehenigan. Ia tidak tahu sampai kapan dirinya harus hidup membentang waktu seperti ini. Sekalipun nantinya Seong Woo akan meninggal dan meninggalkannya lagi, tapi waktu bahagia ini tidak akan ia sia-siakan. Setiap hari ia berjanji akan membuat kenangan bersama Seong Woo.

Kecupan hangat pertama kali ia berikan pada orang yang sangat ia cintai ini. Dengan adanya Seong Woo, ia yakin kalau kehidupannya tidak lepas dari rasa bahagia. Karena Daniel hanya butuh Seong Woo. Ong Seong Woo untuk Kang Daniel.

"Terimakasih sudah mencintaiku lebih dari  1 abad."

"Bahkan jika aku punya kehidupan selanjutnya. Entah lahir kembali atau merentang waktu seperti ini. Aku tetap mencintaimu, Seong Woo-ku."

-END-

.
.
.
.
.
.
.

Hei hei maaf kalo gak sesuai. Ini ff pertama aku yang GS.

Susah juga ya bikin gs aku udah kebanyakan belok yeu~

But buat Choikang_LV makasih banget idemu membangunkanku segera menyelesaikan work kerajaan yang telah lama terbengkalai😚

Jangan lupa vote dan comment yaaaa😘😘😘

pus's corner :

Hallo, nyewa lapak sebentar ya Jeonsoll ;)

Pus mau minta maaf soal terputusnya update an selama 2 hari , karena ada 1-2 hal jadi updatean 1k Followers tidak bisa setiap hari /bow/

Terima kasih.

Continue Reading

You'll Also Like

732K 34.9K 39
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
Abang! ✓ By Ran

Fanfiction

41.2K 4K 12
Haechan kedatangan tetangga baru, tidak terpikir olehnya akan ketempelan bayi seperti ini, insiden konyol yang terjadi malah membuatnya sedikit penas...
41.7K 5.2K 25
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
263K 20.9K 100
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...