I'm Coming [END]

By Maulana707

1M 39.5K 1.6K

(18+) Belakangan ini semua temanku mati secara satu persatu. Apakah aku yang akan menjadi selanjutnya? More

Prologue (Revisi)
#1 (Revisi)
#2 (Revisi)
#3 (Revisi)
#4 (Revisi)
#5 (Revisi)
#6 (Revisi)
#7 (Revisi)
#8 (Revisi)
#9 (Revisi)
#10 (Revisi)
#11
#12
#13
#14
#15
#16
#17
#18
#19
#20
#21
#22
Author lagi kepo
#23
#24
#25
#26
#27
#28
#29
#30
#31
#32
#33
Fool
Chaos
Lost
Devil
Pain
Eye
Genuine
Things
Sign
Risk
Awake
Explode
Step
Burn
Time
Limit
Hide
Home
Vague
Red
Zafran
Blood
Rough
Adapt
Circumtances
Stand
Humanity
Shape
Breath
Silence
Runaway
Endless
Intan
Tipping point
Gate
Who?
The Red Code
Trust Issues
Chocolate
Unknown
Delivery
Epilogue

Near

9.1K 484 0
By Maulana707

A/N: Jangan lupa vote dan comment :)



 Mereka berdua terus berada disitu hingga matahari benar-benar terlihat tenggelam  dibalik beberapa pegunungan serta diikuti dengan kegelapan yang mulai mengambil alih keadaan.

 Disitu, Intan lah yang senang dan paling menikmati keadaan, berbeda dengan Joseline yang tampak tidak sesenang Intan dan lebih terlihat seperti biasa saja, karena terlihat sedang memikirkan sesuatu.

 Raut wajah Joseline juga tampak berubah meskipun sesaat ketika ia  sedang melihat Bulan yang mulai menampakkan diri di atas sana secara perlahan. Satu-satunya alasan Joseline bersikap begitu karena setelah Bulan muncul di langit, itu tandanya ritualnya sudah bisa dimulali sejak saat itu juga.


"Ayo masuk, disini udah gelap" ajak Joseline yang sudah masuk kedalam mobil duluan untuk menyalakan mesin mobil.

"Iya kak.." balas Intan yang menurut begitu saja dan langsung beranjak dari tempatnya berdiri saat ini.


 Setelah itu, Joseline berniat membawa mereka berdua ke Villa untuk segera mempercepat ritualnya. Di perjalanan pun, yang terlihat paling bersemangat ketika bercerita adalah Intan ketimbang Joseline. Intan bercerita tentang banyak hal meskipun Joseline hanya menjawab sekenanya saja. Meskipun begitu Intan masih juga terus terlihat selama perjalanan.

 Hingga akhirnya mereka berdua sampai di depan Villa. Dan terlihat si Joko sedang dalam perjalanan untuk membuka gerbang depan. Disaat yang sama, Joseline sudah bosan mendengar segala ocehan dari Intan. Maka dari itu ia langsung memukul tengkuk Intan yang ada di belakang lehernya dengan keras. Intan yang tentu saja sangat tidak siap dengan apa yang dilakukan oleh Joseline langsung dibuat tak sadarkan diri olehnya.

 Setidaknya Intan sudah tak bisa banyak mengoceh seperti tadi dan kuping Joseline tidak akan terasa panas lagi.

 Intan yang satunya juga sudah menyadari jika kakaknya sudah kembali dengan membawakan calon tubuh fisiknya yang baru. Jadi untuk saat ini, ia hanya melihat kedatangan kakaknya dari jauh karena tak ingin menganggu saja.


"Siapkan tempat dan bawa dia setelah ini.." intruksi Joseline sambil menunjuk tubuh Intan yang sedang pingsan kepada si Joko yang pikirannya sudah tercuci otak. Jadi ia sama sekali tidak akan memikirkan hal yang aneh-aneh kepada Joseline dan akan mematuhi segala perintahnya.

"Siap tuan." ucapnya sambil mengangguk dan setelah itu mobil Joseline beranjak masuk ke dalam dan melewati gerbang depan Villa.


 Dan setelah Joseline selesai memarkirkan mobilnya, ia langsung keluar dari mobil dan masuk kedalam Villa karena ia ingin mencari sesuatu yang akan digunakan untuk ritual nanti sementara urusan sisanya diurus oleh anak buahnya.


"Dia sudah disini kan?" tanya Intan yang mulai menampakkan diri tak jauh dari tempat Joseline berdiri saat ini.

"Iya, kamu bebas kalo mau ngeliat dia sekarang.." timpal Joseline yang masih berjalan dan sama sekali tidak memperlambat langkahnya.

"Makasih kakk, aku mau ngeliat dia hehe..." ucap Intan senang dan lalu tubuhnya menjadi tak terlihat bagi siapapun yang melihat, entah dia mau kemana.


Joseline sama sekali tak menjawab dan dia sedang berjalan menuju sebuah ruangan untuk mengambil barang itu, karena seingatnya ia meletakkan barang itu disitu.


"Disitu kau rupanya.." ucap Joseline entah kepada siapa lalu mengambil sebuah tabung kaca kecil  dan masih ada isinya yang berada di dalam salah satu brangkas miliknya.

"Hmm.." ucap Joseline sambil mengamat-amati kondisi tabung kaca yang sedang ia pegang saat ini. Ia sedikit merasa ada sesuatu yang berbeda semenjak terakhir kali melihat tabungnya.


***


 Isi tabung itu bukanlah sebuah benda yang sembarangan, melainkan merupakan sampel darah dari tubuh Intan yang asli. Joseline mengambilnya setelah Intan membunuh dirinya sendiri waktu itu.

 Joseline sengaja menyimpan sampel itu di dalam brangkas karena ia mengira suatu hari nanti pasti sampel darah Intan akan berguna lagi. Dan sekarang adalah waktunya.


"Cuma firasatku aja.." batin Joseline lalu menyimpan tabung itu di kantongnya karena ukurannya yang tidak terlalu besar dan cukup disitu. Setelah itu ia beranjak pergi dari tempat itu setelah menutup brangkasnya kembali.


 Disisi lain, Intan akhirnya telah berhasil melihat si calon tubuh fisiknya yang baru yang sedang dalam perjalanan menuju sebuah ruangan bersama beberapa anak buah Joseline. Intan juga tahu jika calon tubuhnya itu kebetulan memiliki nama panggilan yang sama dengannya. Justru, menurutnya hal itu juga semakin menambah nilai berharga dari calon tubuhnya itu.

 Baru melihat tubuhnya dari jauh saja sudah membuat Intan tidak sabar tentang hal-hal yang bisa ia lakukan setelah memakai tubuh barunya itu, seperti memotong-motong tubuh orang yang tak bisa berkutik misalnya.

 Yah, otak Intan boleh dibilang sudah tidak waras lagi karena ia sudah berubah dari gadis baik-baik menjadi gadis psycho. Semua hal yang berhubungan dengan darah menjadi kesukaan baginya.


#1 jam kemudian...


 Semua persiapan sudah siap. Tidak ada halangan yang menghalangi untuk saat ini. Calon tubuh Intan sudah terikat di sebuah ranjang kasur khusus seperti yang ada di rumah sakit. Ikatan yang mengikat tubuh Intan cukup membuatnya untuk tidak bisa berkutik sama sekali karena selain ikatannya cukup kencang, juga ikatannya ada banyak.

 Disitu hanya ada tiga orang saja. Tidak ada orang lain lagi selain Intan yang masih terikat, Intan yang satunya, dan Joseline yang memakai baju yang bisa dibilang cukup santai.

 Satu-satunya syarat wajib dalam ritual yang akan dilakukan oleh Joseline saat ini adalah ritualnya harus dilakukan ketika malam dimana Bulan Purnama muncul dan harus benar-benar Bulan purnama penuh, tidak kurang dan tidak lebih. Jika tidak begitu, maka ritualnya akan sia-sia saja dan tidak akan menghasilkan efek apapun.

 Dan malam ini, Bulan purnama penuh sudah muncul. Sesuai dengan perhitungan Joseline yang sudah mempersiapkan semua hal untuk malam ini sejak lama. Saat ini, Intan hanya diam saja ketika melihat Joseline sedang melakukan sesuatu. Ia tidak ingin mengganggu kakaknya yang sedang bekerja untuknya kali ini.

 Sedangkan Joseline, setelah ia memindahkan isi darah asli Intan yang sebelumnya berada di tabung dan sekarang berada di jarum suntik. Joseline langsung menyuntikkan darah Intan ke Intan yang kini masih terikat di ranjang sembari merapalkan suatu mantra yang berbahasa kuno.

 Sebuah mantra yang bahasanya lebih kuno daripada bahasa latin itu sendiri. Ia mengucapkannya dengan perlahan-lahan dan dengan nada cukup pelan mengikuti irama angin.


Ksheir jveir loerf hirt kseric fresr urk rka


 Tepat setelah Joseline mengucapkan kalimat terakhir dari manta yang harus dia ucapkan. Tubuh astral Intan tiba-tiba langsung terhisap dengan kuat kedalam tubuh Intan yang berada di ranjang. Ia tak tahu bagaimana bisa tubuhnya ditarik dengan kuat, tapi yang jelas gaya tarik gravitasinya benar-benar kuat hingga tak bisa membuatnya untuk menghindar sedikitpun.

 Hal yang sebenarnya terjadi disaat yang sama adalah jantung Intan yang asli telah berhenti berdetak untuk waktu yang cukup lama sebelum Intan yang lain mengambil alih tubuhnya.

 Ritual itu, menggunakan tumbal nyawa sebagai bayarannya, dan nyawa Intan lah yang menjadi bayarannya. Bisa dibilang Intan yang sebelumnya telah mati dan tubuhnya kembali digunakan oleh Intan yang lain, bukan dirinya sendiri.


"Pelan-pelan, kamu ga terburu-buru kok..." ucap Joseline mulai membuka ikatan demi ikatan yang kini mulai terlepas satu persatu. Kesadaran Intan juga mulai kembali, terlihat dari caranya mulai membuka tutup kedua bola matanya.

"Aku kembali lagi!!" sahut Intan yang sangat kegirangan karena saking tidak percaya ia saat ini telah memiliki tubuh fisik lagi, bukan tubuh astral semata.


***


#Di saat yang sama dan tempat yang berbeda...


 Kali ini Novanto sedang menghirup asap rokoknya dalam-dalam dan tak lupa untuk menghembuskannya secara perlahan-lahan sembari memikirkan sesuatu di kepalanya saat ini. Ia tidak sendiri saat ini karena masih ditemani oleh Joni yang berada di sampingnya.

 Malam ini Joni memang sengaja untuk mengajak Novanto untuk bertemu di sebuah tempat yang menjadi tempat kesepakatan mereka. Dan Joni sudah berpindah menuju ke dalam mobil Novanto sedari tadi.


"Ini berkasnya, kau bisa membacanya.." ucap Joni lalu memberikan sebuah berkas yang berada di dalam sebuah amplop kertas berwarna coklat dan berukuran besar.

"Informasi kita masih sangat sedikit, bahkan untuk mendapatkan data-data itu saja sudah cukup menyulitkan.." tambah Joni.


 Ya, mereka berdua masih belum menyerah tentang kasus SMA Cakrawala. Masih banyak hal yang terasa janggal jika kalian menyempatkan untuk menyelidiki kasus itu. Berbeda dengan sebelumnya, mereka berdua hanya bisa menyelidiki kasus itu secara diam-diam karena sebenarnya kasus itu sudah ditutup sejak beberapa minggu yang lalu secara paksa oleh perintah atasan mereka.


"Hmm, memang benar kita kekurangan informasi." ucap Novanto pelan.

"Tapi ternyata si kepala sekolah juga sempat membuat catatan pengakuan dosanya selama ini sebelum waktu kematian dirinya." tambah Novanto yang masih serius memandangi kumpulan data yang berasal dari berkas yang masih ia pegang saat ini.

"Untuk yang bagian itu, memang sengaja aku masukkan ke dalam data, karena entah mengapa firasatku mengatakan pernyataan yang telah ia tulis itu juga masih memiliki kaitan dengan kasus lama."

"Dunia ini memang sangatlah berbahaya, aku jadi kasihan sebenarnya jika melihat nasib ibu yang sempat disebutkan di catatan ini jika memang benar adanya."

"Tapi yang menjadi masalahnya, identitas ibu maupun keluarganya sama sekali susah dilacak bahkan untuk saat ini. Mereka terlalu menutup-nutupinya secara rapat." keluh Joni sambil merenganggkan tangannya ke atas.

"Tenang, kita masih punya petunjuk."

"Jika kejadian seorang murid tenggelam itu memang benar adanya. Kita bisa mulai menyelidikinya dari semua murid yang berada satu angkatan dengannya waktu itu." sambung Novanto memakai pemikirannya secara logis.

"Ide bagus, mungkin ini bisa menjadi dasar kasus kita nanti.." sahut Joni mulai bersemangat.

"Tapi tetap ingat, jangan sampai orang lain tahu kalau kita masih menyelidiki kasus ini." peringat Novanto.

"Tentu saja."


#Kebesokan harinya.


06:00 A.M


 Masih ingat jika kasus mereka berdua telah diambil Detasemen Khusus?

 Jika kalian masih ingat, maka Villa tempat Joseline dan Intan sedang berada saat ini sedang dikepung oleh banyak tim yang dikerahkan oleh Detasemen Khusus. Bukan main-main. Mereka semua sudah dilengkapi oleh berbagai perlengkapan untuk menunjang kegiatan mereka saat ini. Terlihat disana juga ada beberapa helikopter yang berterbangan di atasnya selain belasan kendaraan tempur taktis.


"Kalian sudah dikepung!!!"


 Suara mikrofon barusan sangat menggema dan terdengar dimana-mana. Warga sekitar juga resah ketika mendengar sekaligus situasi yang berada di dekat Villa karena semua orang yang ada disana hanya memasang wajah serius dan tegang saja.

 Tentu saja para warga dilarang mendekat ke Villa demi alasan keamanan dan juga untuk membatasi parameter.

 Di dalam sana sudah tidak ada lagi Intan dan Joseline, melainkan hanya mereka bertiga yang masih berada di dalam Villa dan tetap bersikap seolah hari-hari masih seperti biasa meskipun situasi diluar masih terasa serius.

 Dan sudah pernah dikatakan sebelumnya. Otak mereka bertiga itu sudah dicuci oleh Joseline, maka dari itu, mau mereka bertiga ditangkap hingga disiksa pun, tidak akan ada yang bakal membuka mulut untuk memberikan informasi sepatah kata pun.

 Yang menjadi pertanyaannya sebenarnya adalah, kemana mereka berdua saat ini?"


***


 Disisi lain, karena tak ada yang menghiraukan suara ultimatum dari luar. Beberapa tim taktis langsung diperintahkan untuk bergerak karena mereka sebelumnya masih diperintahkan untuk menunggu perintah lebih lanjut.

 Kira-kira sekitar tiga tim diperintahkan untuk bergerak masuk dengan kode unit yang berbeda. Dua tim berperan sebagai eksekutor sedang tim yang satunya memiliki tugas sebagai pembersih.

 Semuanya memakai baju berwarna hitam dan tentu saja sudah dilengkapi dengan peralatan tempur.


(Untuk lebih mempermudah ketiga tim diatas akan saya sebut sebagai tim Elang, tim Harimau dan tim Serigala)


 Tim Elang dan Harimau saat ini mulai menyisir setiap bagian yang ada di Villa dengan teliti dan cermat meskipun mereka melakukannya dengan cepat.


"Menyebar." intruksi kapten tim Harimau melalui jaringan khusus yang hanya bisa diakses oleh tim mereka saja.


 Intruksi yang barusan juga berlaku pula kepada seluruh anggota tim Elang. Semuanya mulai bergerak sendiri-sendiri sesuai arah masing-masing.


(Suara mobil remote control berjalan)


"Hah??" tanya seorang anggota tim Elang yang agak terkejut dengan kedatangan sebuah mobil mainan yang entah darimana bergerak mendekati mereka secara tiba-tiba. Mereka sedang berada di salah satu ruangan Villa dan masih belum menemukan siapapun disana.


 Mobil itu terus bergerak mendekati mereka lalu berhenti secara mendadak tepat di depan sepatu salah seorang anggota petugas.


"Ini apaan?" ucap si A dalam hati sambil mengangkat mobil mainan itu keatas.

"Bahaya." peringat si B yang berada di dekatnya.

"Gapapa." balasnya enteng.

"Good bye."


 Suara barusan adalah suara rekaman yang berasal dari dalam mobil mainan diikuti dengan ledakan yang suaranya sangat menggema dimana-mana. Ledakan yang barusan itu juga bukan ledakan yang pertama dan terakhir kalinya, tetapi salah satunya.

 Rententan ledakan terus bermunculan setelah ledakan yang pertama berbunyi hingga sangat keras memenuhi seluruh penjuru Villa dan juga daerah luarnya juga.

 Seluruh ruangan Villa benar-benar meledak sekaligus hancur diikuti dengan banyak korban yang berasal dari pihak mereka yang tewas dengan berbagai macam cara di dalam sana ketika ledakan itu terjadi.

Baik luar maupun dalam, sudah tak ada lagi yang tersisa.


 Tentu saja hal itu langsung membuat banyak petugas yang berada di luar langsung menjadi panik ketika melihat rententan kejadian yang barusan terjadi di depan mata mereka. Bagi mereka yang sedang berada diluar, getaran ledakannya sangat terasa dahsyat apalagi yang di dalam.

 Selain memakan korban yang berasal dari pihak petugas Detasemen Khusus. Ketiga anak buah Joseline memang sengaja untuk ikut menjadi korban ledakan yang berada di dalam agar diri mereka tidak merepotkan Joseline dan Intan. Karena memang pada dasarnya mereka bertiga sudah dicuci otak, jadi sama sekali tidak ada yang bisa menolak perintah Joseline.


----I'm Coming----


 Situasi menjadi lebih ricuh daripada yang sebelumnya. Dua dari tiga tim yang diterjunkan ke dalam lapangan sama sekali tidak ada yang bisa selamat karena mereka semua masih berada di dalam ketika ledakan berlangsung. Untuk menyelamatkan diri sendiri saja sudah tak sempat.


"Dua tim yang berada di dalam, yaitu tim Elang dan Harimau." jeda sang pemberi laporan kepada atasannya sebentar.

"Semuanya tewas pak." sambungnya sambil mengatur nafasnya.

"Kurang ajarr, bagaimana dengan tim Serigala? ada yang terluka?" timpalnya.

"Beberapa dari kami ada yang terluka karena terhempas akibat ledakan dan terkena material yang terlempar. Sedangkan sisanya masih berada dalam luka ringan dan bisa segera diobati." balasnya.


***


"Kalian bisa mundur untuk saat ini, aku akan memerintahkan beberapa tim lain untuk memeriksa keadaan disana." perintahnya.

"Siap." ucapnya dengan tegas lalu percakapan diantara mereka sementara ini harus berakhir.


#Sedangkan disisi lain.

#Flashback, mundur sedikit sekitar satu jam kebelakang.


"Duarrrrr"


 Suara barusan adalah suara ledakan yang pertama kali dan juga merupakan sebuah kode bagi Intan dan Joseline.


"Udah dimulai ya kak?" tanya Intan masih dalam posisi berlari, setelah mendengar suara ledakan barusan.

"Kayaknya iya, tapi mereka ga bakal nemuin kita disini. Kita aman kok." tukas Joseline santai yang juga ikut berlari bersama Intan.

"Ahh, padahal aku ga sabar pengin liat cara mereka mati hari ini."

"Di tempat lain juga bisa, sekarang kita harus ke kordinat tujuan dulu buat dapetin kendaraan."

"Iya, tapi kok mereka bisa tahu lokasi kita ya, kak?" tanya Intan yang merasa penasaran tentang hal itu. Karena menurutnya, kakaknya itu pasti sudah merencanakan banyak hal, termasuk tentang keamanan mereka. Jadi pasti ada sesuatu yang membuat tempat mereka menjadi terbongkar.


 Joseline yang mendengar itu hanya menyeringai saja dan masih tetap melanjutkan pelarian bersama adiknya, berdua.

 Joseline tidak mengira jika mereka semua yang berada disana terlalu bodoh untuk masuk ke dalam Villa tanpa mengecek terlebih dahulu tempat yang akan mereka masuki. Dan ledakannya juga terjadi sedikit lebih cepat dari perkiraannya.

 Berbicara tentang cara menempuh kordinat tujuan. Memang, berlari merupakan satu-satunya cara bagi mereka untuk bisa sampai kesana, melewati hutan yang lebat dan harus menempuh sekitar lima kilometer dari Villa.

 Selain Helikopter tidak bisa mengawasi mereka berdua dari atas karena tertutupi oleh banyaknya pohon yang cukup besar. Tentu saja jalan raya yang ada, semuanya sedang diawasi oleh detasemen khusus. Jadi, memakai kendaraan di jalan raya merupakan ide terburuk.

 Semuanya masih berjalan sesuai rencana yang ada di pikirannya, termasuk bagian kenapa lokasi mereka terbongkar, Joseline sendiri yang melakukannya. Mereka sama sekali tidak bisa menemukan Joseline bahkan hingga hampir sebulan lebih telah berlalu. Maka dari itu Joseline ingin sedikit bermain-main dengan mereka.


***


"Kirain, kita mau make mobil biasa." jeda Intan sebentar.

"Ternyata langsung pake helikopter haha.." ucap Intan girang karena ia tak menduga jika mereka berdua akan memakai helikopter saat ini.

"Langsung masuk, kita masih ga punya banyak waktu."


 Jika ingin kabur dengan cepat dan hampir tak bisa dijangkau oleh orang-orang. Helikopter adalah solusinya. Joseline sudah menyiapkan itu sekitar dua minggu lalu dan sengaja ia letakkan di tengah-tengah hutan agar tersamarkan oleh pepohonan.

 Tidak akan ada yang menyadari dan peduli jika ada sebuah helikopter berdiam diri di tengah-tengah hutan belantara. Sepele tapi sangat berguna sebenarnya.

 Dan tentu saja Joseline yang menjadi pilot disitu karena memang hanya ia yang bisa mengendalikan disitu. Sedangkan Intan, cukup menjadi penumpang saja disitu.


(Suara baling-baling helikopter)


"Ambil senjata yang ada di belakang, kita ga bakal keluar dari sini begitu aja." perintah Joseline ketika menyadari jika mereka berdua masih dalam jangkauan helikopter Detasemen Khusus. Karena diangkasa, semuanya dapat terlihat jelas dan sama sekali tak terbatasi oleh apapun, kecuali awan tentunya.

"Mereka bisa lihat kita?" tanya Intan dari belakang."

"Iya, cepetan. Langsung ambil senjata berat aja disitu." tukasnya.

"Beneran? wah asik haha.." balas Intan yang malah menjadi senang ketika mendengarnya.

"Saatnya pesta (membunuh) nih.." tambahnya yang langsung mengeluarkan sebuah kaliber 55 dan memposisikannya di pintu pembatas helikopter.


#TBC

Continue Reading

You'll Also Like

32K 787 137
Antologi Cerpen Dan Puisi berisikan kumpulan puisi dan cerpen dan terkadang berisi kumpulan catatan yang murni dibuat sendiri oleh author sebagai pen...
173K 11.2K 48
"Cakrawangsa, artinya keluarga cerdas. Tetapi, apakah menumbalkan putri mereka kepada makhluk halus adalah tindakan cerdas?" tanya Seri. Serinaraya...
1.4M 88.3K 32
Kisah ini, berawal dari kepindahan keluarga Maleka ke Kota besar itu. Gabriel Maleka, adalah seorang Dokter Jiwa yang bekerja disebuah Rumah Sakit Ji...
19.4K 4.6K 100
Selaksa Noktah. Tolong tetap tinggal, saya tak terbiasa dengan orang baru. Kumpulan sajak sepuluh dasa seri pertama. Tentang ribuan noktah, yang saya...