"1K Followers" Event [OngNiel]

De OngnielNation

37.8K 4.2K 1.6K

Kumpulan FF request dari Event 1K Followers. Warning : YAOI, GS, MPreg, Mature-Scene [Some Parts privated] Mai multe

Introduction
How To Use Pembalut
So, Who's the baby ?
Notification: privated chapter
Snow Piece
Deiner Schatz
Café Crush
Coming Out
Eternal Sunshine
Now that I Found You
Gone Cold
Scent

Chase You

2.1K 331 86
De OngnielNation

Prompt by: Ongseongwoo_

Author: lukyrp

I am so so so sorry. Aku agak sibuk akhir-akhir ini. Aku ga ada waktu buat studi literatur soal kehidupan kerajaannya.

Hope you won't be too dissapointed.

Mohon maaf kalau ada masalah terkait kehidupan kerajaan dan lain sebagainya. Hope you can enjoy the story as it is.

Enjoy~

***

"Hwarang Ong, Seja Jeoha memanggilmu."

Seongwoo menoleh, menatap kekasihnya yang merupakan seorang Hwarang sepertinya berdiri di ambang pintu.

"Baik. Aku akan kesana."

Seongwoo merapikan dokumen yang berisikan laporan mengenai pertahanan di daerah perbatasan, menggulung dokumennya sebelum memasukkan dokumen itu ke saku yang berada di dalam seragam Hwarang berwarna birunya.

"Aku akan menunggumu di danau kita malam ini."

Seongwoo menghentikan langkahnya, tersenyum sebelum melangkahkan kakinya pergi menemui putra mahkota yang memanggilnya.

Seongwoo memberitahu dayang yang berada di luar ruangan sang putra mahkota, lalu melangkahkan kakinya masuk setelah mendengar jawaban dari putra mahkota yang duduk di belakang meja, menatap beberapa gulung dokumen yang berada di hadapannya.

"Seja Jeoha, saya datang untuk mengantarkan dokumen yang Seja inginkan."

Seongwoo membungkukkan tubuhnya, memberikan dokumen yang dia simpan di saku dalam pakaiannya dan memberikan gulungan dokumen itu ke putra mahkota.

"Kita hanya berdua. Aku sudah bilang kan jangan panggil aku Seja Jeoha atau semacamnya kalau kita hanya berdua?

Seongwoo mengangkat wajahnya, tersenyum dan menggangguk.

"Maaf, Minhyun. Kebiasaan." Seongwoo melangkah sedikit mendekat. "Bagaimana dengan perkembangan konflik di perbatasan? Itu tugasmu kan?"

"Ya. Begitulah." Minhyun -sang putra mahkota- menjawab seadanya.

"Seongwoo, tolong antarkan dokumen ini ke Ratu. Harus langsung ke tangan Ratu. Jangan berikan ke orang lain selain beliau."

Minhyun menyerahkan gulungan dokumen lain, yang langsung diterima dan disimpan Seongwoo di kantung dalam pakaiannya.

"Itu saja. Kamu boleh pergi." Minhyun mengibaskan tangannya, kembali menatap tulisan di hadapannya.

Seongwoo sedikit mendekatkan lampu ke sahabat kecilnya.

"Lain kali bekerjalah dengan penerangan yang cukup. Mata putra mahkota harus selalu dalam kondisi sempurna."

Seongwoo terkekeh melihat wajah kusut teman kecilnya, lalu menepuk pundak Minhyun sekilas.

"Maafkan aku, Seja Jeoha. Aku harus pergi. Aku ada janji kencan malam ini."

"Ya. Pergi sana." Minhyun menghela nafas. "Apapun itu, lakukan. Yang penting aku tidak harus melihat wajah menyebalkanmu dan suara sumbangmu."

"Nah. Ini. Kamu benar-benar menyebalkan. Aku kasian dengan wanita bangsawan yang akan dijodohkan denganmu nanti." Seongwoo mendecih.

"Kamu pikir hidupmu baik? Kalau aku mau, aku bisa memenggal kepalamu, Ong."

"Coba saja kalau berani, Hwang."

Minhyun mengernyitkan keningnya.

"Hati-hati dengan ucapanmu, Ong. Mungkin kamu lupa. Tapi status kita berbeda. Aku mungkin tidak akan memenggal kepalamu. Tapi jika bagian etika mendengar ucapanmu, aku yakin mereka akan mengusulkan kepalamu dipenggal karena kamu menyebutkan margaku semudah itu."

Seongwoo sedikit tersentak. Dia selalu dekat dengan Minhyun. Sejak kecil mereka berdua selalu bersama. Apalagi karena hubungan keluarga Ong baik dengan keluarga kerajaan, mereka selalu bersekolah bersama.

Terkadang Seongwoo lupa kalau sahabat kecilnya itu akan menjadi seorang raja sebentar lagi. Hanya beberapa tahun lagi. Tidak sepatutnya Seongwoo selancang itu pada putra mahkota yang akan naik tahta menjadi raja Silla.

Seongwoo mengambil beberapa langkah mundur, bersujud menghadap Minhyun.

"Maafkan hamba, Seja Jeoha. Hamba sudah melakukan kesalahan. Mohon kemurahan hati Seja Jeoha untuk memaafkan hamba."

"Hey, hey. Jangan begitu. Aku hanya memberi peringatan, aku bukannya marah. Aduh. Bangun. Seongwoo, bangun. Hwarang Ong, aku perintahkan kau bangun dari posisi sujudmu, sekarang."

Seongwoo langsung bangkit dari posisinya, membungkukkan badannya.

"Maaf."

"Jangan berlebihan. Aku hanya mengingatkan. Jangan sebut margaku. Kalau menyebut namaku aku masih bisa membelamu, tapi kalau kamu menyebut margaku, itu bahaya."

"Akan aku ingat."

Minhyun tersenyum. "Pergilah. Kekasihmu menunggu. Ah, antarkan dokumen itu dulu. Katakan aku membutuhkan balasan dari Yang Mulia Ratu besok, sebelum matahari tepat di atas kepala."

"Baik, Seja Jeoha."

Minhyun tersenyum, begitupun dengan Seongwoo. Akhirnya setelah meninggalkan bungkukan hormat, Seongwoo meninggalkan kamar sahabat kecilnya. Sedikit berlari untuk memangkas waktu sehingga bisa bertemu lebih cepat dengan kekasihnya.

***

Seongwoo berlari sekuat yang dia bisa. Tugasnya ternyata cukup lama. Ratu sedang bertemu dengan adik Minhyun, sehingga Seongwoo harus menunggu sebelum bisa memberikan dokumen yang diminta Minhyun.

Seongwoo menduga ini sudah tengah malam, bahkan mungkin dini hari. Kekasihnya pasti menunggu lama. Bahkan Seongwoo tidak yakin kalau kekasihnya masih menunggunya.

Seongwoo menghentikan langkahnya begitu tiba di jembatan yang membentang di atas danau kecil yang berada di dekat perpustakaan pribadi Minhyun. Tempat biasa Seongwoo bertemu dengan kekasihnya.

"Hahh, dia sudah pulang sepertinya. Aku terlalu lama. Yasudahlah. Aku akan memberinya kabar besok."

Seongwoo berbalik, sebelum kemudian berhenti. Matanya menemukan sosok kekasihnya yang sedang tersenyum lebar. Kekasihnya sangat indah saat bermandikan cahaya rembulan. Amat sangat indah. Ditambah senyumannya yang bagaikan angin di musim semi.

Seongwoo selalu menyukainya. Menyukai debaran jantungnya yang selalu muncul setiap kali ia bertemu dengan kekasihnya. Menyukai rasa nyaman saat berada dalam rengkuhan kekasihnya.

"Maaf. Kamu lama menunggu?" Tanya Seongwoo.

"Aku bisa menunggumu ribuan tahun kalau kamu mau. Bukan masalah untukku."

Kekasih Seongwoo, Daniel, tersenyum. Daniel memiliki nama yang unik. Dia diberikan nama oleh tamu negara yang berasal dari barat. Sebagai bentuk rasa hormat, ayah Daniel yang merupakan salah satu petinggi istana menerimanya dan menyematkan nama itu pada anak laki-lakinya.

Seongwoo tersenyum, melangkahkan kakinya mendekat. Sementara Daniel membuka tangannya, bersiap merengkuh sang kekasih, membawanya ke dalam sebuah pelukan.

Mereka selalu bertemu disini, karena daerah ini adalah kekuasaan Minhyun. Minhyun memberi mereka izin untuk bertemu disini, sehingga hubungan mereka aman. Tidak akan ada yang mengganggu keduanya.

***

"Hwarang Ong, Hwarang Kang, Seja Jeoha memanggil kalian berdua ke kediamannya."

Seongwoo yang sedang menuliskan usulan strategi perang dan Daniel yang sedang mengasah pedangnya pun menoleh. Menatap ke arah Hwarang senior mereka.

Setelah mengiyakan, Daniel dan Seongwoo bergegas menyelesaikan urusannya masing-masing dan berjalan beriringan keluar dari ruangan mereka menuju kediaman Minhyun.

"Kalian tidak ada tugas kan? Kemasi barang kalian. Aku harus ke daerah perbatasan. Lindungi aku. Aku serahkan soal perlindunganku ke kalian. Aku akan berangkat saat matahari terbenam." Titah Minhyun yang saat itu sedang mengenakan pakaian kerajaannya.

"Maaf Jeoha, kalau saya boleh tau ada urusan apa? Saya tidak tau ada kejadian penting di perbatasan yang membuat Seja Jeoha harus mengunjungi daerah perbatasan."

"Aku menerima laporan kalau penguasa daerah sana membangun bendungan di dekat perbatasan. Rakyat kita yang berada disana mengalami kekeringan karenanya. Mereka memintaku untuk datang dan bernegosiasi. Oleh karena itu aku akan kesana. Jika kekeringan lebih parah lagi, ladang padi akan mati dan kita akan mengalami kesulitan pangan."

Minhyun menjelaskan tidak sabaran, melangkah mendekati mejanya untuk mengambil beberapa dokumen dan melemparkan ke Seongwoo yang dengan sigap menangkapnya.

"Amankan dokumen itu. Jaga dan bawa bersamamu meski dengan taruhan nyawa."

"Baik, Jeoha. Kami akan pergi dan bersiap. Kami akan kembali saat hari mendekati malam."

Minhyun mengangguk menjawab ucapan Daniel, lalu mengibaskan tangannya tidak sabaran. Menyuruh dua orang kepercayaannya pergi dari ruangannya.

Setelah memberi hormat, Daniel dan Seongwoo keluar. Mempersiapkan pengawalan untuk memastikan keamanan Minhyun selama berkunjung ke daerah perbatasan yang sering terkena pemberontakan dan bentrokan dengan daerah tetangga.

***

Diskusi berakhir dengan baik. Seperti biasa, Minhyun adalah negosiator yang baik. Amat sangat baik. Itu sebabnya Raja sangat mempercayai anak pertamanya.

"Hei, Ong. Kemari."

Seongwoo mendekat ke tandu kerajaan yang membawa Minhyun. Minhyun sedikit menyibak tirainya, menatap Seongwoo yang berada di dekatnya.

"Aku lelah. Aku ingin istirahat. Aku juga lapar."

Ucapan Minhyun lebih seperti rengekan bagi Seongwoo. Jika saja orang ini bukan Raja masa depan Silla, Seongwoo pasti akan mencubit pipinya.

Tapi Seongwoo belum mau mati. Masa depan Seongwoo masih luas. Ditambah lagi dia berencana menikah dengan kekasihnya beberapa bulan yang akan datang.

Seongwoo akan tetap mengabdi pada keluarga kerajaan -terutama Minhyun- hingga nanti berita kehamilannya muncul.

Ya, Seongwoo bisa hamil. Dia adalah salah satu dari segelintir laki-laki yang juga bisa hamil. Oleh karena itu, keluarganya tidak mempermasalahkan siapapun yang dinikahi Seongwoo nantinya, selama orang itu berasal dari kalangan yang satu tingkat dengannya.

Minhyun telah keluar dari tandu kerajaannya, duduk di atas sebuah batu yang telah dialasi kain oleh Daniel. Kini sang putra mahkota sedang menyantap makanannya, menatap sekeliling mereka.

"Setelah melewati pegunungan ini kita akan sampai kan? Kita sudah di perjalanan selama hampir 2 hari." Minhyun membuka mulutnya seselesainya menyantap makan malam.

"Benar, Jeoha. Setelah melewati gunung ini kita sampai di ibukota kerajaan." Jawab Daniel.

Minhyun mengangguk.

Keadaan kembali hening. Minhyun merenggangkan tubuhnya yang kebas setelah hampir 2 hari di dalam tandu. Sementara yang lain melakukan berbagai macam hal.

Memberi makan kuda, mempersiapkan peralatan, dan hal lainnya. Daniel dan Seongwoo menatap sang putra mahkota. Tidak berkata banyak.

Seongwoo sedikit menguap, sebelum menepuk pipinya sendiri. Memaksa dirinya tetap terjaga saat ia merasakan elusan lembut di tangannya.

"Sebentar lagi kita pulang." Daniel mengusap tangan Seongwoo, mencuri ciuman di tangan kekasihnya. "Dan kita akan mempersiapkan pernikahan kita."

Seongwoo tersenyum, mengangguk.

Tapi sedetik kemudian, matanya terbelalak. Seongwoo segera berlari ke arah Minhyun yang sedang berdiri menatap sebuah tumbuhan, mendorong sang putra mahkota sehingga tubuh Minhyun terdorong jatuh.

Sebuah panah tertancap di pohon. Tepat pada posisi Minhyun tadi.

Daniel menolehkan kepalanya ke arah panah berasal, lalu mengambil busur yang memang berada di sampingnya dan memanah orang yang berusaha membunuh Minhyun. Satu orang terjatuh.

Seongwoo menarik Minhyun berlindung di balik sebuah batu besar, mengamati keadaan. Kini ketenangan hilang. Seluruh prajurit yang mereka bawa dalam pengawalan sang putra mahkota kini terlibat pertempuran dengan orang yang Seongwoo yakini mengincar Minhyun.

"Jadi ini sudah direncanakan?" Minhyun terkekeh. "Jenius. Mengirimku keluar istana untuk membunuhku."

"Bukan waktunya tertawa. Kamu bisa mati. Tunggu disini." Seongwoo menghunus pedangnya, bersiap keluar untuk membantu Daniel dan prajurit lainnya saat tangan Minhyun menahannya.

"Tetap disini. Aku tidak bisa mempercayai siapapun kecuali kamu."

"Aku tidak akan meninggalkanmu. Aku harus membantu mereka." Seongwoo berkeras, matanya melirik Daniel yang tengah menebas kepala beberapa penyerangnya.

"Tetap disini. Kumohon padamu."

***

Pada saat matahari terbit, pertempuran berakhir. Penyerang mereka berhasil dihabisi seluruhnya. Pasukan mereka utuh, tidak ada yang meninggal meskipun beberapa mengalami luka. Begitupun dengan Daniel.

"Sakit?" Tanya Seongwoo, membersihkan luka sayatan di lengan kiri Daniel.

Daniel tertawa, menunjukkan giginya yang tersusun rapi.

"Aku baik. Tidak perlu khawatir."

"Aku akan menjahitnya. Tahan." Seongwoo mempersiapkan alat yang akan dia gunakan untuk menjahit luka sayatan yang menganga lebar di lengan kirinya.

Seongwoo menjahit luka Daniel, satu persatu. Membuat Daniel sedikit menggertakkan giginya saat Seongwoo menutup kembali lukanya yang menganga.

"Sedikit lagi selesai." Seongwoo menghapus keringat yang mengaliri wajah tampan kekasihnya, berusaha menyelesaikan pekerjaannya selembut dan sesegera mungkin hingga sang kekasih bisa terlepas dari rasa sakitnya yang amat sangat luar biasa.

Daniel menghela nafas panjang begitu penyiksaan kecilnya selesai. Dia mengulurkan tangan kanannya menuju kepala Seongwoo, sedikit mengusapnya.

"Terimakasih. Ini sakit sekali."

Seongwoo mendecih. "Masih beruntung itu aku yang melakukannya. Kalau orang lain kamu pasti menangis sampai berguling. Aku melakukannya selembut yang aku bisa."

Daniel tertawa, mencuri ciuman di pipi kekasihnya sebelum mencubit pipi Seongwoo yang sedikit gembil.

"Bermesraannya nanti lagi. Sekarang aku harus bagaimana?" Minhyun membetulkan posisi Gat-nya -Gat, topi yang biasa dipakai lelaki Silla saat melakukan perjalanan keluar, lihat gambar di bawah- dan menatap pasangan di hadapannya.

"Kami akan memastikan rute bersih. Saya dan Hwarang Ong akan memastikan Jeoha aman disini. Kami sudah mengirim beberapa orang untuk pergi ke ibukota dan mengirimkan pengawalan tambahan untuk Jeoha. Kami harapkan sebentar lagi orang yang kami kirim akan kembali." Jelas Daniel.

Minhyun menganggukkan kepalanya. Menghela nafas panjang.

"Tapi kenapa perasaanku tidak enak?"

Minhyun menggumamkan ucapannya, mengatakan hal tersebut lebih pada dirinya sendiri.

"Kenapa Jeoha berucap seperti itu?" Seongwoo menatap sahabat kecilnya. Dia paham dengan seluruh sikap Minhyun. Dia bisa melihat kalau saat ini sahabatnya itu benar-benar sedang dalam keadaan panik.

"Itu dia. Aku tidak tau. Terakhir aku begini saat kakek meninggal. Itu sebabnya aku tidak pernah mudah tenang saat aku panik."

Seongwoo dan Daniel saling tatap, kemudian kembali menatap sang putra mahkota yang menggerakkan kakinya tidak sabaran.

"Itu mungkin hanya karena Jeoha panik akibat serangan tadi. Jeoha akan baik-baik saja. Aku berjanji. Aku dan Hwarang Kang akan menjaga Jeoha sebaik mungkin." Seongwoo tersenyum, berusaha menenangkan Minhyun.

Minhyun menggangguk.

Dan tak lama kemudian, orang yang mereka utus kembali. Sendirian. Tidak bersama dengan pasukan bantuan yang Daniel minta.

"Kenapa kau sendiri?" Tanya Daniel.

"Maafkan aku, Hwarang Kang. Saya rasa saat ini tidak mungkin bagi pasukan bantuan untuk kesini. Dan saya rasa, Jeoha harus segera kembali ke ibukota secepatnya."

Minhyun menatap prajurit kiriman Daniel.

"Kenapa?" Tanya Minhyun.

"Saat kita berada di perbatasan, ibukota diserang. Kondisi disana kacau balau. Meski penyerangan telah usai, semua prajurit berada dalam posisi bertahan. Lalu Paduka Raja.. meninggal dalam penyerangan. Oleh karena itu Yang Mulia Ratu meminta Seja Jeoha untuk kembali ke ibukota. Secepat mungkin."

***

Setelah prosesi pemakaman raja selesai, tak lama kemudian Minhyun diangkat menjadi Raja Silla. Tanpa Ratu yang mendampinginya.

Pertama kalinya dalam sejarah, seorang raja naik ke posisinya tanpa didampingi ratu.

Minhyun menolak semua tawaran wanita maupun laki-laki yang dipilihkan oleh keluarga kerajaan. Minhyun memiliki masalah kepercayaan, apalagi setelah tau kalau dalang penyerangan besar-besaran waktu itu adalah anak dari salah satu selir ayahnya.

Berkali-kali ibunya meminta, bahkan memohon Minhyun untuk menikah, karena memiliki keturunan adalah salah satu tugas sang raja. Tapi Minhyun menolak. Dia belum bisa mempercayai siapapun.

Dan mungkin, tidak akan bisa.

"Minhyun, kamu harus menikah. Seperti aku." Seongwoo memamerkan pakaian pernikahannya yang akan dia kenakan dua minggu yang akan datang.

"Aku juga ingin menikah. Tapi aku belum menemukan orang yang bisa aku percaya. Pengkhianatan itu mengerikan, kamu tau?" Minhyun menatap sahabatnya. "Kamu bahagia?"

"Ya, tentu. Aku akan menikah dengan orang yang aku cintai. Aku benar-benar bahagia." Seongwoo memamerkan senyuman lebarnya.

"Lalu kamu akan meninggalkanku?"

"Tidak, tentu tidak." Seongwoo terkekeh. "Aku akan berada di sampingmu, menjagamu seperti biasanya."

"Tidak mau hamil?"

"Mau, tentunya. Daniel bilang dia ingin 5 anak. Huh seenaknya saja."

Minhyun tertawa membayangkan sahabatnya itu berperut besar dan mengeluh karena perutnya terasa sangat berat. Minhyun ingin menggodanya setiap hari. Menyenangkan melihat Seongwoo marah.

"Baiklah. Selamat atas pernikahanmu. Aku sudah meminta ke Menteri Pertahanan untuk memberikanmu dan suamimu liburan selama dua minggu. Pergunakan sebaik mungkin. Berikan aku keponakan saat kembali nanti."

"Cih. Orang gila ini. Kamu pikir memiliki anak itu semudah membeli beras?"

Minhyun tertawa, tawa lepas pertamanya sejak sang ayah mati dibunuh beberapa waktu lalu.

"Aku tau, aku hanya ingin kamu bahagia. Aku pikir kamu akan lebih bahagia jika berperut besar. Sangat besar hingga jika kamu di gerbang istana dan aku melihat keluar dari lantai 3 perpustakaanku, perutmu sudah terlihat."

"Dasar gila!" Hadrik Seongwoo, yang lagi-lagi hanya dibalas dengan tawa Minhyun.

"Sudah sana pergi. Daniel sudah menunggumu. Sampai kapan kamu mau memamerkan pakaian pernikahanmu pada sahabatmu yang masih belum menemukan pendamping ini?"

Minhyun melirik Daniel yang tersenyum di sudut ruangan melihat raja muda Silla dan Hwarang kepercayaannya bertengkar.

"Itu salahmu yang terlalu pemilih."

"Iya iya semua salahku. Hwarang Kang, aku mohon padamu. Hamili si cerewet ini secepatnya. Kalau perlu kembar tiga sekaligus. Biar perutnya bisa terlihat meski dia baru memasuki gerbang istana."

Daniel terkekeh, sementara Seongwoo merengut.

"Kalau kamu bukan raja Silla, aku pasti menendangmu." Gerutu Seongwoo.

"Sayangnya, aku raja Silla. Kalau kamu menendangku, Hwarang Kang akan membunuhmu. Iya kan, Hwarang Kang?"

"Tanpa keraguan sedikitpun, Yang Mulia. Apapun demi Yang Mulia. Saya bisa mencari pasangan lain." Jawab Daniel.

Seongwoo mendecih kesal, membuat dua lelaki lainnya tertawa geli.

***

Tiga hari lagi pernikahan Seongwoo dan Daniel akan berlangsung. Hanya tiga hari lagi. Seongwoo sudah diberikan liburan dan dipisahkan dari Daniel hingga hari pernikahan mereka. Tetapi hari ini, Menteri Pertahanan -yang merupakan ayah Seongwoo- memanggilnya ke istana.

Seongwoo memakai seragamnya dan pergi ke istana sesuai dengan yang diperintahkan. Diluar dugaannya, aula istana sudah dipenuhi dengan semua orang. Bahkan seluruh Hwarang pun ada disana.

"Ada apa?" Tanya Seongwoo saat berhasil mendekati ayahnya.

Ayah Seongwoo menggeleng dan menyuruh anaknya pergi ke posisinya, disamping calon suaminya yang sudah terlebih dahulu sampai.

"Hai, calon suami. Sehat?" Tanya Daniel.

"Seperti yang kamu lihat." Seongwoo tertawa.

Tawa keduanya lenyap begitu keluarga kerajaan memasuki ruangan. Dipimpin ibu Minhyun, neneknya, kemudian Minhyun sendiri. Setelah ketiganya duduk di singgasana masing-masing, Perdana Menteri membuka mulutnya.

"Hari ini kita semua berkumpul untuk diberitahu bahwa Yang Mulia Raja Silla sudah mendapatkan pendampingnya."

Seluruh mata refleks melirik Minhyun yang terbelalak sebelum kembali menunduk. Menatap seorang Raja bukanlah hal yang patut dilakukan.

Tapi ekspresi kaget Minhyun menyiratkan hal yang jelas. Dia sendiri pun tidak tau mengenai kabar pernikahannya.

"Silakan kepada Yang Mulia Ibu Suri untuk menyampaikan berita baik ini."

Ibu Minhyun menatap seluruh ruangan, lalu berucap dengan lantang.

"Dengan ini, aku akan menikahkan anakku, Hwang Minhyun, dengan--"

Mata ibu Minhyun menyapu seluruh ruangan, hingga akhirnya berhenti di satu orang yang juga berada di ruangan yang sama.




"--Ong Seongwoo."

Seluruh kepala yang awalnya menunduk kini terangkat. Terutama Daniel.

"Maaf, Yang Mulia, tapi anak saya akan menikah tiga hari lagi." Menteri Pertahanan membuka mulutnya.

"Aku menginginkan Ong Seongwoo sebagai pasangan anakku. Anakku hanya mempercayai Ong Seongwoo, begitupun aku. Apa kau keberatan?" Tanya ibu suri.

"Ibu, kenapa seperti ini? Seongwoo akan menikah dengan--"

"Aku tau. Aku bukan orang bodoh, Nak." Ibu Minhyun menatap Menteri Pertahanan -ayah Seongwoo- dan pejabat istana -ayah Daniel- bergantian. "Apa kalian keberatan?"

Kedua ayah saling bertatapan, sementara tangan Daniel menggapai tangan Seongwoo yang mendingin. Terlalu kaget hingga nafasnya sendiri tercekat.

"Kalian tau apa hukumannya melawan dan menolak permintaan keluarga istana. Keluarga kalian akan dihabisi. Seluruhnya."

Tubuh Seongwoo melemah. Rasanya kakinya kehilangan tenaga. Kepalanya berputar. Pikirannya berlompatan.

Tidak pernah sekalipun dalam mimpi terliarnya, hal segila ini akan terjadi.

"Tidak, Yang Mulia. Saya akan menyerahkan anak saya untuk dinikahkan dengan Paduka Raja." Ucap Menteri Pertahanan dengan berat.

"Saya juga setuju, Yang Mulia. Saya akan membatalkan pernikahan anak saya dengan anak dari Menteri Ong dan menjauhkan anak saya." Ucap Pejabat Istana Kang.

Tangan Daniel yang menggenggam Seongwoo bergetar. Bagaimana bisa dia kehilangan kekasihnya dengan cara seperti ini?

Tiga hari lagi adalah hari pernikahan mereka. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa semuanya hancur semudah itu?

"Baguslah. Persiapan pernikahan akan dimulai besok. Bersiaplah."

***

"Kang, aku sungguh-sungguh minta maaf. Aku tidak tau apa yang merasuki ibuku. Aku akan memohon padanya untuk membatalkan semua ini. Tunggu sedikit lagi." Minhyun menatap Daniel.

Daniel tersenyum. "Kita semua tau tabiat Yang Mulia. Jika beliau memutuskan sesuatu, maka mustahil untuk mengubahnya."

Daniel menatap Seongwoo yang terduduk dengan pandangan mata kosong.

"Tolong jaga dia, Yang Mulia. Bahagiakan dia. Gantikan posisiku. Nanti, pada saatnya kekuasaan ini tidak lagi ada, mungkin kami akan bertemu lagi. Dan pada saat itu, aku akan mencarinya untuk menjadikan dia pendampingku." Ucap Daniel.

"Saat itu, aku tidak akan menyerahkannya pada siapapun. Termasuk Yang Mulia. Aku akan memastikan kalau dia akan kembali ke pelukanku, meski aku harus menunggu ribuan tahun dan melewati ribuan kehidupan untuk kembali menemukannya." Lanjutnya.

Seongwoo mengangkat kepalanya. Menatap Daniel yang tersenyum lembut.

"Ingat ucapanku, saat aku kembali datang di kehidupan selanjutnya, menikahlah denganku. Aku akan selalu mencintaimu, sampai kapanpun."

Seongwoo merasakan cairan hangat mengaliri pipinya. Bersamaan dengan sosok Daniel yang menghilang di balik pintu.

Daniel yang sekarang tidak bisa melawan hukum kerajaan. Daniel tidak bisa melawan kekuasaan mutlak yang tidak bisa dia sentuh. Tapi Daniel berdoa, semoga suatu hari nanti akan tiba dimana saatnya hukum kerajaan musnah dan dia bisa menikah dengan kekasihnya tanpa intervensi kekuasaan mutlak yang bisa menghancurkan kehidupan siapapun yang diinginkannya.

Daniel akan menunggunya, menunggu Seongwoo, mencari kekasihnya untuk kembali menikahinya.

Meski untuk mendapatkannya, Daniel harus melewati ribuan tahun dan ribuan kehidupan. Daniel akan menemukan Seongwoo, dan memiliki akhir yang bahagia untuk keduanya.

***

Satu bulan kemudian, Ong Seongwoo menikah. Ong Seongwoo menjadi pendamping pria pertama dan satu-satunya sepanjang sejarah kerajaan Korea.

Ong Seongwoo, yang kemudian dikenal sebagai Hwang Seongwoo, memiliki 3 orang anak. 2 anak laki-laki dan 1 anak perempuan.

Mereka memiliki kehidupan yang harmonis, dan meninggal karena usia tua.

Jasad Seongwoo disemayamkan di samping makam suaminya yang meninggal satu tahun lebih dulu darinya, dan itu menjadi akhir dari kisah Hwang Seongwoo, pendamping pria pertama dan satu-satunya Raja yang tercatat sepanjang sejarah.

Helaan nafas terdengar, bersamaan dengan ditutupnya sebuah buku tebal yang berisikan sejarah kerajaan Silla.

"Aku merindukannya, sungguh. Apa di kehidupan kali ini juga aku belum bisa bertemu dengannya?"

Suara berat disuarakan, bersamaan dengan gerakan malasnya yang bangkit dari posisi duduk dan berjalan ke rak, kembali ke tempat dia mengambil bukunya.

Laki-laki berbahu lebar itu mengangkat tangannya, berusaha memasukkan buku tebal yang diambilnya kembali ke celah sempit rak buku itu.

Tubuh laki-laki yang bernama Kang Daniel  sedikit limbung begitu merasakan dorongan dari belakangnya, bersamaan dengan beberapa buku yang berjatuhan.

"Maaf. Maaf. Maafkan aku."

Orang itu membungkuk meminta maaf, sebelum berjongkok untuk memunguti bukunya.

Daniel berbalik, berjongkok untuk membantu orang yang menabraknya mengumpulkan buku-buku yang berserakan di lantai.

Tubuh Daniel membeku, darahnya berdesir begitu matanya bertemu dengan orang itu.

Orang yang membuatnya menghabiskan ribuan tahun, ribuan kehidupan, hanya untuk menemukannya. Dan kini, orang itu berada di hadapannya.

Sama mempesonanya seperti yang Daniel ingat, sama indahnya seperti yang dulu Daniel lihat.

"Akhirnya aku menemukanmu."

Laki-laki itu tersenyum, menatap Daniel dengan mata yang berkaca-kaca.

"Akhirnya kamu menemukanku. Apa sekarang.. aku bisa bersamamu?"

"Tentu. Kali ini, aku akan menikahimu. Kita akan bahagia, aku berjanji tidak akan melepaskanmu lagi kali ini, Ong Seongwoo."

***

I will search you through a thousand worlds and ten thousands lifetime until i find you.

Kai, 47 Ronin

---------------CHASE YOU END---------------

Yesseu, begitu saja.

Terimakasih sudah baca chapter panjang ini.

Wow, ini sulit. Sulit. Sulit. Sangat sulit. Aku sampe sedikit nyesel ngambil prompt ini. Hahahahaha. Tapi paling ga ini selesai pada saatnya. Yah.. yasudahlah.

Anyway, gimana pendapatnya soal cerita ini?

Is it good?

Gimana kesan-kesannya?

Ada kritik saran?

Thanks a lot for reading, even more thanks for votes and comments. Love yoooouuu~~~

Continuă lectura

O să-ți placă și

98.8K 8.4K 83
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
764K 54.9K 46
[Brothership] [Not bl] Tentang Rafa, hidup bersama kedua orang tuanya yang memiliki hidup pas-pasan. Rafa tidak mengeluh akan hidupnya. Bahkan ia de...
844K 45.1K 86
Cerita mengenai perjodohan lelaki dan perempuan yang tidak mudah. Perjalananan panjang untuk bersatu bertemu cinta. Seperti layaknya perjalanan, dala...
361K 37.9K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...