Good Time ✔️

Kelamkari tarafından

162K 11.3K 552

Cloudy Alfonso. Bayi berusia dua tahun berjenis kelamin laki-laki, penyuka bebek. Sama dengan Gio, Cloudy sa... Daha Fazla

[one] to [one]
[one] to [two]
[one] to [three]
[one] to [four]
[one] to [five]
[two] to [one]
[two] to [two]
[two] to [three]
[two] to [four]
[two] to [five]
[two] to [six]
[two] to [seven]
[two] to [eight]
[two] to [nine]
[two] to [ten]
[two] to [eleven]
[three] to [one]
[three] to [two]
[three] to [three]
[three] to [four]
[three] to [five]
[three] to [six]
[three] to [seven]
[three] to [eight]
[three] to [nine]
[three] to [ten]
[Cloudy] to [Gio]

[Cloudy] to [Marvell]

5.4K 298 32
Kelamkari tarafından

Cloudy berusia enam bulan - Marvell berusia satu tahun.

Setapak sepatu mengilap Gio menginjak halaman mansion Eren. Bersama bayi enam bulan berada di gendongan. Mata emas bayi itu mengedar sekeliling.

Ayah kandung bayi itu keluar dari mobil, segera meraih anaknya. "Kita masuk. Kita sudah telat," kata pria itu.

"Siapa menyuruh kita telat?" Gio mendengkus. "Sedari kemarin, kamu sering ingkar janji."

Pria berambut pirang kecoklatan, menoleh. "Tolonglah, Gio, aku butuh refreshing. Undangan dari kakakku tidak mungkin aku menolaknya. Apalagi ini syukuran Marvell, bukan?"

"Baaaa!"

Suara bayi di gendongan pria itu menghentikan perdebatan antara Gio dan ayahnya. Gio, pemeran sebagai penjaga bayi tersebut, tersenyum lebar.

"Tenang, Young Master. Kami tidak marah." Gio berkata sendiri.

"Bubububu ...," kata bayi dipanggil Young Master. Bibirnya mengerucut, menyembur air liur ke wajah ayahnya.

"Astaga, Cloud," gerutu pria itu. "Jangan sembur wajah Daddy, okay?"

Wajah bayi itu tak paham, menatap Gio. "Baaa!" ujarnya menjulurkan tangan ke arah Gio.

Tanpa tedeng aling-aling, pria itu malah menyerahkan anaknya ke tangan Gio. Semburan air liur di muka membuat pria itu bergegas masuk. Gio menghela napas, memandangnya.

"Cebocebo." Bayi itu menunjuk balon yang menempel di dinding.

"Young Master mau balon?" tanya Gio, sangat tahu mengenai keinginan bayi kecil ini.

Saat Gio berjalan di dekat pintu dihiasi balon warna-warni, kakinya seketika tertabrak sesuatu. Refleks, Gio menunduk ke bawah.

"Tuan Marvell?"

Bersamaan pula, bayi enam bulan ikut-ikutan melihat ke bawah. Seorang anak laki-laki dengan usia sekitar satu tahun, tengah mengusap dahinya sebab tabrakan tanpa rem.

Berhati-hati agar bisa berjongkok, Gio menatap Marvell. "Maaf, Tuan. Saya tidak lihat Anda berlari."

Rambut panjang mengisi bahunya, Marvell adalah panggilan sebenarnya, menggeleng pelan. "Da papa."

Gio mengangguk kaku, takut apabila Eren memarahinya.

Sedangkan mata emas yang lain memerhatikan Marvell. Mata itu tak berkedip. Entah mengapa, tangan gemuk itu terulur sendiri dan menyentuh titik kesakitan Marvell.

Seolah-olah mendapat panggilan, Marvell mendongak. Penasaran siapa yang menyentuhnya begitu lembut. Kedua sepasang mata emas saling beradu pandang.

"Apa?" tanya Marvell mengarah pada bayi itu.

Gio tersenyum, maklum. "Ini sepupu Anda, Tuan. Namanya Cloudy."

"Ody?" Mata Marvell berbinar. "Ody!" Mungkin masih kecil, jadi Marvell sontak mendekap Cloudy. Gio tampak terkejut, membiarkan saja.

"Aaaa!" Gio pun tahu, bukan rengekan soal penolakan. Akan tetapi, sebuah tawa bahagia dari bibir Cloudy.

Di sinilah awal mula persaudaraan itu semakin erat.

***

Cloudy berusia satu tahun - Marvell berusia 1,5 tahun.

Sekaranglah perayaan ulang tahun Cloudy yang memasuki satu tahun. Acaranya cukup mewah. Bukan Reon menjadi pemilik anggaran melainkan Jelice dan Cally.

Para sepupu Cloudy juga hadir. Siapa lagi kalau bukan Theo (empat tahun), Zello (dua tahun), Crescencia (lima tahun), Ran dan Rikuzu (dua tahun).

Para undangan tak lain tak bukan rekan-rekan Reon. Pebisnis hebat di bidang saham. Meski ketidakhadiran Azzorra tak menghambat keceriaan pesta ini.

Bayi berusia dua tahun berambut abu-abu sedang mencelupkan bangkai tikus ke mangkuk buah. Tentu saja hal itu dilihat oleh ayah bayi kecil itu.

"Rikuzu, hentikan!" Sang ayah menarik lengan Rikuzu, melemparkan bangkai itu ke sembarang arah. "Pelayan," panggil pria itu. Salah seorang pelayan laki-laki membungkukkan badan. "Ganti sup buah ini sekalian buang dengan mangkuknya."

"Baik, Tuan."

Rikuzu kesal karena ayahnya menghalangi niat untuk iseng. Tak suka berada di samping ayahnya, Rikuzu mengikuti siasat agar bisa menjaili Cloudy.

Marvell tengah menggandeng tangan Cloudy yang berjalan terhuyung-huyung. Dua bayi kecil itu sangat dikagumi oleh para tamu. Ada juga Ran berjalan di belakang mereka.

Saat Cloudy ingin sampai menuju kursi kebanggan, tubuhnya terdorong ke depan. Genggaman tangan terlepas, Cloudy jatuh terjerembap.

"Ni cucitu. Na cana." Rikuzu mengusir Cloudy.

Lutut Cloudy beradu dengan lembutnya rumput, jadi tak terasa sakit. Marvell dan Ran membantu Cloudy agar bangun. Kedua bayi beda usia memang terbilang sangat menjaga satu sama lain.

Ran berkacak pinggang. "Ody emat tu. Usyu egi ja."

"Noo." Rikuzu bersedekap. "Ni unyatu."

Sebagai kakak baik, Marvell nekat mengambil balon dan mendekatkan pada Rikuzu. Sekali remas menggunakan kuku-kukunya yang panjang, balon itu meletus.

Dor!

"Gyaaa!"

Rikuzu menangis histeris karena ledakan balon itu mengenai mukanya, sementara Marvell pun sama keadaannya.

Keduanya menangis membuat Ran dan Cloudy kelabakan. Tak lagi protes, Ran mencari sang ibu agar tangis Rikuzu berhenti.

Usai Ran menghilang, Rikuzu menyusul kembarannya. Bayi itu kesal dengan Marvell, tak peduli soal kursi Cloudy.

Marvell tetap menangis, memandang lengannya yang perih. Bayi Reon telah masuk satu tahun, menyentuh lengan Marvell dan meniupnya. Tiupan angin ditambah liur membuat tangisan Marvell hilang. Hanya isakan belum mereda.

Saat tangis itu mereda, Cloudy mengelap dengan hati-hati lengan Marvell. Banyaknya liur melekat di lengan Marvell. Bayi Eren itu tak memedulikan itu.

"Dah?" tanya Cloudy, berharap Marvell baik-baik saja.

Pipi Marvell menggembung, bayi itu tersenyum lebar. "Dah!"

Cloudy ikut tersenyum lebar. Bahkan kejadian tadi dilupakan begitu saja. Cloudy tak mempermasalahkan keisengan Rikuzu kepadanya, karena kakak sepupunya satu itu sungguh menyayanginya.

"Ody! Apel!"

Ketika Theo menyebut Marvell menjadi Apel, kembali Marvell menangis. Kali ini paling histeris.

Cloudy dan Theo tak paham, hanya saling pandang.

Marvell sangat cengeng, memang.

***

Cloudy (1,5 tahun) - Marvell (2 tahun).

Sekarang Gio sedang menemani Cloudy berjalan-jalan. Mereka mengelilingi perkebunan Eren. Tak lama setelah itu, Marvell muncul bersama Adam.

"Ody!"

Mendengar namanya disebut, Cloudy memutar kepala begitu cepat. Gio sempat meringis melihat itu, begitulah kalau anak-anak.

"Pel," ucap Cloudy.

Semenjak enam bulan lalu, waktu Cloudy satu tahun, Marvell tak suka bila Theo ataupun saudara-saudara sepupunya yang lain memanggilnya Apel. Hanya Cloudy diberi kehormatan.

Karena Cloudy belum lancar berbicara, Marvell terima dengan senang hati.

"Ody, atu nemu." Marvell langsung ke intinya. "Icana," tunjuknya ke arah hutan pohon cemara.

"Pa?"

"Aulus."

Aulus artinya dinosaurus. Itu yang diingat Adam dan Gio.

Saking semangatnya, Marvell menarik paksa Cloudy. Untung Gio menahan beban Cloudy agar tak jatuh. Kedua pria dewasa hanya mengawasi mereka dari belakang maupun samping.

Sesampainya di hutan pohon cemara, Marvell melepas genggaman tangannya. Dicari dengan gaya kepala diputar ke kanan dan kiri. Marvell sedang mencari benda yang bayi itu temukan.

"Ody, icini."

Masih lamban dalam melangkah, Cloudy menghampiri Marvell. Kepala bayi itu melongok dari arah bahu Marvell yang berjongkok.

Sebuah telur kusam diselimuti dengan tanah, menandakan telur itu ditinggal induknya. Saat Cloudy menyentuhnya, telur itu terasa hangat.

"Jio!" panggil Cloudy.

Gio, selaku pengawal ditambah teman terbaik Cloudy, ikut berjongkok. Tak sangka ada telur di hutan dingin ini.

"Anas," kata Cloudy.

Gio menyentuh dan mengusapnya. "Iya, telurnya masih hidup."

"Bil, Jio."

"Eyul aulus." Marvell menyela.

Kening Gio berkerut, melirik Adam juga memandangnya. Dalam bentuk telur ini bukan telur dinosaurus yang besar, tetapi telur bebek. Sejak kapan ada bebek betina di hutan ini?

Mungkin firasat anak kecil, Cloudy mengeluarkan sapu tangan kesayangannya dan menyelimuti telur tersebut. Adam dan Gio tak menduga pemikiran bayi ini sungguh peduli.

"Bil, Jio." Tangan Cloudy itu kecil, takutnya telur itu akan pecah apabila diangkat. "Bil, Jio."

Gio mengangguk, menyetujui. Diambil pelan-pelan telur dibalut sapu tangan, dipeluknya. Ketika Gio bangkit, ketiga pria berbeda usia pun sama-sama bangkit.

"Kita pulang."

Tahu kalau Gio kesulitan antara menggandeng Cloudy, berupaya menyerahkan diri untuk membantu. Diangkat Cloudy dan Marvell dengan kedua lengannya. Mereka harus keluar dari hutan, karena mau masuk sore.

Di situlah Cloudy merawat telur itu hingga menetas. Cloudy sering tidur bersama, makan bersama, pup bersama, mandi bersama dan bersama-sama dalam segala hal.

Akibatnya, Reon marah. Ada banyak kotoran berserakan di sekitar ruang kerja dan kamar tidurnya. Akhirnya keputusan itu membuat Cloudy selalu datang ke peternakan.

Bebek yang dirawat penuh kasih sayang, dilepas ke peternakan. Bebas. Bahkan Reon memberikan bebek betina agar bebek jantan milik Cloudy segera mempunyai keluarga.

Cloudy sayang bebeknya, sama seperti Cloudy sayang Reon, Gio, Acer, dan Marvell. Berkat Marvell, Cloudy memiliki teman baru.

Silakan baca Good Pacing
Good Time - The End

***

Salam dari Cloudy berusia enam bulan. Dapat visual tentang Cloudy saja. Hehehe


24 Maret 2018

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

129K 6.8K 59
Shafira Aaliyah Permana, gadis sederhana dan yatim piatu berusia 21 tahun yang harus menerima kenyataan pahit bahwa calon suaminya memilih kabur ber...
467K 13.9K 52
Apa yang kamu lakukan jika pasanganmu tidak bisa menerima kekuranganmu, lepaskan atau bertahan ? ...... "Maaf Vio, kayanya aku engga bisa lagi ngela...
1K 68 7
Amaranggana berniat balas dendam kepada Ayhara, Gadis yang merundungnya semasa SMA. Cover By Pin
793K 29.3K 33
[KAWASAN BUCIN TINGKAT TINGGI 🚫] "Lo cuma milik gue." Reagan Kanziro Adler seorang ketua dari komplotan geng besar yang menjunjung tinggi kekuasaan...