Antara Duren dan Durjana©[TAM...

By ZimOhara

300K 18.9K 1.1K

#15 in Humor (07/05/2018) #20 in Humor (04/05/2018) #23 in Humor (02/05/2018) Orang bilang Cinta Pertama itu... More

1. Awal Mula
2. Duda dengan Lima Anak
3. Tetangga Baru
4: Keluarga Kecil Dimas
5. Multitalenta
6. Aris Kembali
7. Kebenaran Sang Mantan
8. Baby Sitter Kampung
9. Terbawa Mimpi
10. Car Free Day
Pengenalan Tokoh
12. Cemburu?
13. Nostalgia
14. Kencan Berujung Malapetaka
15. Kakak-Adek?
16. Senasib
Ch 17: Dadah Aris
Ch 18: Go- Gosip
Ch 19: Ada Apa dengan Papah?
Ch 20: Risalah Persaudaraan
Ch 21: Misi Berlanjut
Ch 22: Kerja Bakti dan Kerja Batil
Ch 23: Mama minta pulsa, Umi minta....
Ch 24: Ketika Si A & Si Z Bertemu Lagi(part1)
Ch 24 (part2)
Ch 24 (part3)
Numpang Lewat
Curahan Hati Seseorang?!
EPISODE SPESIAL : Keputusan Alia (Part1)
EPISODE SPESIAL : Keputusan Alia (Part2)
EPISODE SPESIAL : Keputusan Alia (Part3)
UCAPAN PERPISAHAN AUTHOR
ini apaan ... masih aja lanjut (1)
ini apaan ... masih aja lanjut (2)(end)

11. Suka?

7.5K 497 6
By ZimOhara


"Kamu suka ya, sama Dimas?" tanya bu Yanti.

"Apa?" tanyaku pura-pura tidak dengar.

"Kamu suka sama Duda itu?" tanyanya lagi.

Aku suka Dimas?.  Batinku.

"Ini Teh, salepnya." Julia menyerahkan salep kepadaku. Membuatku tak jadi menjawab pertanyaan membingungkan Bu Yanti.

"Sebenarnya, kakak jatuh gimana sih?!" tanya Gilang, mengambil salep di tanganku.

"Kakak jatuh ke lubang buaya." jawabku ala kadarnya. Gengsi kan kalau aku sampai bilang melamunkan Dimas sampai gak sadar masuk lubang.

Masa sih, seriusan aku melamunkan Dimas??  Sejak kapan?. Tanyaku dalam hati.

"Dimana ada lubang buaya Tante?" tanya Alvin.

"Haha, enggak kok. Buaya adanya di kebun binatang." jelasku pada Alvin.

"Dilihat dari luka yang melingkar dikaki dan sepatu yang tinggal sebelah," Andrea meletakkan jarinya didagu, berpikir. "kaki Tante pasti masuk lubang." tebak bocah perempuan itu dengan benar.

"Wah, hebat kamu bisa nebak, Rea." aku tak bisa mengelak.

"Karena Gue adalah ... Andrea Edogawa." katanya bangga, ternyata dia penggemar Detektif Conan.

"Tante ngelamunin Papah ya, sampai gak liat jalan." tebaknya lagi.

"Eng-enggak!"

"Oh ya, apa foto Papah tidak muncul di mimpi Tante?" tanya Andrea pelan.

"Hah?!" sekarang aku tau dimana Gilang mendapat foto-foto Dimas.

"Bang Gilang, lo gak ngasih fot—hmmn" Sebelum Andrea melanjutkan kalimatnya, aku langsung membekap mulutnya.

"Gue sudah mengirimkannya, dan tadi subuh aku lihat dia masih ngesav—hmmm" kali ini aku membekap mulut adikku. Ternyata Gilang dan Andrea memiliki suatu konspirasi terhadapku.

"Ibu pulang dulu ya." pamit bu Yanti membawa cucunya pergi.

"Iya, hati-hati bu."

"Batagor." Andre meletakkan empat kotak batagor di tengah-tengah kami, ternyata dari tadi dia membeli batagor.

"Asik!" Gilang langsung menjatuhkan kakiku(yang tadi dipangkuannya) menghampiri batagor.

"Ish, ini kaki sakit tau." ringisku, tapi tidak ada yang peduli.

"Apa masih sakit?!" tanya papah Dimas, berjongkok disampingku sambil menggendong baby Nevan.

"Gak pa apa Mas, udah mendingan." jawabku.

"Ba baa baaa" panggil baby Nevan.

"Iya Tante gak pa apa." jawabku padanya, padahal orak ngarti.

"Baa bba ..." katanya lagi, udah bisa nyebut huruf 'b', chepter lalu si kembar hanya bisa nyebut 'a'.

"Iya, cii lubb Bakk." kataku, menutup dan membuka wajahku dengan telapak tangan, niatnya melucu tapi yang tertawa hanya Dimas.

"Bbaa baa BAAA!" Baby Nevan malah berteriak padaku.

"Apa katanya?" tanyaku pada Dimas.

"Aku juga gak tidak tau, ada apa Nevan??" tanyanya.

"Bbu Bbu Buu" jawab bayi berumur enam bulan itu.

"Kamu mau bubur?"

"Bububu!" anak itu menggeleng lucu.

"Buah?" tebakku.

"Bububuu"

"Harus menggunakan Google Translate nih." kataku lagi.

"Iya kau benar. Biar aku coba." jawab Dimas, mengeluarkan smartphonenya dan mulai mengetik.

"Tidak berkerja." gumam Dimas, ternyata benar-benar menulis bububu di Google Translate.

"Buhh!" seru baby Nevan, ia turun dari pangkuan Dimas dan merangkak, lebih tepatnya sih, ngesot dengan kedua siku tangan dan jari kakinya. Bahkan kakinya sempat menendang lukaku.

"Mau kemana dia?" Kami memperhatikan baby Nevan menyebrangi kakiku yang selonjoran dan menghampiri batagor.

Rupanya dia ingin makan batagor. Baby Nevan duduk dan mulai menyomot batagor dan kebetulan tidak ditambah saos cabe, tidak ada yang suka pedas.

"Abang minta ya, Dek?!" Gilang merentangkan tangannya, hendak menyomot batagor.

Hup. Secara reflek baby Nevan menangkup makan itu dengan tubuhnya, alhasil bajunya belepotan saus kacang.

"Ihh." Dimas mengambil inisiatip untuk mengambil putra kembarnya itu, tapi Nevan meronta-rontak tidak mau.

"Aaaa." Kali ini baby Nessya membuka suara, ia melepas kan diri dari pangkun Julia, Baby Sitter-nya.

Baby Nessya merangkak mendatang baby Nevan yang asik makan batagor meski cuma di cup-cup doang (ampun, bahasa gua).

"Bbububu." katanya berusaha mengambil makanan bersaos kacang itu.

Baby Nevan dengan baik hati memberi saudara kembarnya satu potong batagor. Tapi Nessya langsung membuangnya, hendak mengambil bagian yang  lebih banyak. Sayangnya Nevan tak mengizinkan. Alhasil mereka bertengkar dan bermandikan saos kacang.

"Huweee!" akhirnya mereka menangis dan merangkak kearahku. Dimas dan Andre hendak menggendong mereka, tapi si kembar malah meronta tidak mau lagi.

O. M. G. Batinku, saat mereka mulai menaikiku yang sedang duduk, minta digendong. Bajuku yang awalnya berwarna putih bersih, langsung berubah menjadi coklat akibat saos kacang. Bahkan baby Nevan sempat mengusap wajahnya yang belepotan saus ke kaos yang ku gunakan.

"Upst." Dimas mengigit jarinya dan langsung menggendong baby Nevan paksa.

"Nessya," Andrea berusaha mengambil baby Nessya yang menggenggan kausku erat.

"Nessya, kasihan Tante." ujar Julia yang kali ini berhasil menggendong  Nessya, dan sekilas aku melihat Julia tertawa,mengejek. Apa maksudnya itu? 😳

"Ish ish ish." Andrea mengelengkan kepalanya setengah tertawa.

"Tante harus mandi, Tante kotor dan bau kacang." ujar Alvin.

"Maaf Alia." ujar papah Dimas pelan, merasa bersalah.

"Maaf Kak," tambah Andre, "Nassya kamu ini nakal banget, liat Tante Alia tuh." marahnya, yang dibalas tawa cekikikan oleh baby Nessya dan Nevan, seolah berkomplot.

"Kakak, liat sini *jpret*" Gilang memotretku saat aku belum siap.

"Upload ahh,  hastag Festival Holi." tambahnya.

"Gilangg!" teriakku, sejak kapan Festival Warna India itu, ada di kota Pontianak. Dan lagi harusnya ada warna merah, kuning, hijau dan ... Begitulah.

"Hoho ada pesta Holi?!" seru Hendi, tiba-tiba datang.

"Hendi, sama siapa kamu kesini?" tanyaku.

"Sama temen-temen, tapi udah pada pulang." jelasnya. "ada apa ini kok rame-rame, kayak piknik aja." sambungnya.

«««ADDD»»»

🎶 Haye haye re haye yeh ladka.. Haye haye re haye. Hye!!
Karta naadaniyaan kyun.. Poocho to haye. Yo!! 🎶

Lagu India melantun dengan berisiknya di dalam mobil Hendi yang sedang melintasi jalan raya.

"Kamu ini gak ada lagu lain?!" tanyaku, hendak mengganti musik.

"Jangan!" ia menepis tanganku cepat. "lagi asik tau," sambungnya, mulai berjoget mengikuti irama yang ... kedengarannya memang asik. 

Berhubung aku tak diperbolehkan naik motor, akhirnya Hendi menawarkan aku pulang dengan mobilnya. Adikku, Gilang memutuskan semobil bersama papah Dimas dan famili. Sedangkan motorku dibawa Julia pulang, ternyata dia gak kampungan banget.

"Kaki masih sakit Al?" tanyanya.

"Udah mendingan."

"BTW, tadi aku ngeliat kamu di gendong Dimas."

"Mungkin kamu salah orang!" jawabku, terlalu malu untuk dibahas.

"Saat itu kamu terlihat senang banget, punggung Papah Dimas yang kokoh dan ... hangat." katanya setengah menyeringai.

"Apa-an sih, kamu!" Aku memukul lengannya, tapi tak bisa menyembunyikan senyumku.

"Apa kamu mulai suka sama Dimas?!"

Aku suka Dimas?. Tanyaku pada diri sendiri

"Enggak!"

"Udah gak usah sok nolak, kelihatan banget."

"Dia itu sembilan tahun lebih tua dari aku, Duda pula."

"Bukannya kamu pernah bilang, 'Haruskah aku menikahi seorang duda beranak lima, agar aku tuh sibuk dan melupakan dia', ingat?" tanya Hendi mengutip kelimatku di chap pertama.

"Aku kan, cuma ... asal ngomong aja."

"Kalau dia perhatian sama kamu.. peduli dan baik sama kamu, kamu juga merasa nyaman dengan dia. Why not?!" jelas Hendi, untuk pertama kalinya ia memberiku nasehat.

"Dan yang paling penting, aku melihat kamu udah bisa move on dari Cinta Pertama-mu itu."

"Begitu ya ..." gumamku, mengingat kebenaran tentang pernikahan Aris, mantan dan Cinta Pertamaku.

"Saran aku nih-" kalimatnya terputus, "ngapai kamu senyum-senyum,"

"Ini kali pertama kamu ngomong serius. Belagu banget, sampai pengen ngasih saran segala." ujarku, setengah tertawa.

"Ck, aku ini serius. Sebaiknya kamu tinggal kan mantanmu itu. Sekarang aja dia bisa bilang, akan menceraikan istrinya, tapi itu bisa saja berubah saat bayinya lahir."

"Kamu sudah tau?! Huh, Pasti dari Dina."

Hendi mengangguk, "Oke lah Mantanmu mampu membiayai anak itu. Dan yang menjadi masalah adalah apa saat itu tiba, Istrinya itu siap menjadi janda?"

"Menurut aku gak! Secara dia masih terlalu muda, butuh seseorang yang selalu berada disampingnya, membimbing dan men-support dirinya." jelas Hendi.

"...." Mendengar penjelasan Hendi membuatku terdiam, berpikir bimbang.

"Ehemm,  kamu bisa bersandar bahuku, Al." tawarnya menepuk-nepuk bahunya.

"Bau asem!" seruku, saat melihat baju Hendi dari tadi memang basah oleh keringat.

"Ini bau Laki!" katanya bangga, memperlihatkan otot lengannya. "dari pada kamu bau kacang." balasnya.

"Nyetir yang benar!"

"Tenang aku udah profesional, dulu ya-bla bla bla"

Aku mengalihkan perhatianku pada jalanan dibalik jendela mobil, mengabaikan suara Hendi yang menyatu dengan musik India. Pikiranku kembali melayang mengingat kembali omongan Hendi versi serius tadi.

Akhir-akhir ini aku selalu memikirkan Dimas sampai terbawa mimpi segala. Lebay banget. Jika di ingat, sejak bertemu Dimas and Family, dengan mudahnya aku melupakan kenangan manis selama dua tahun bersama Aris, si mantan terindah.

Kenapa aku bisa memikirkan Dimas? Karena dia perhatian? Kebapak-bapak-an? Karena rajin solat? Karena Duda Keren? Karena ganteng? Karena mengajariku masak? Karena murah senyum? Karena kuat menggendongku? Karena mirip Goong Yoo? Karena kuenya enak?  Karena anaknya lima??

Masa sih karena anaknya lima??

Hah, jadi aku mengakui kalau aku suka dia??

"Al, ada iler." kata Hendi menunjuk bibirku.

"Hah?!" Aku bergegas mengelapnya, tapi tidak lah basah.

"Hahahaha, kamu sedang mikiran yang enggak-enggak ya, tentang Dimas."

"Payah!" Aku memukul lengannya, kesal.

"Aduh sakit, entar kita bisa nabrak nih," jelas Hendi yang sedang menyetir.

"Bukannya tadi kamu bilang, udah profesional."

"Jadi Alia, apa pilihanmu?" tanya Hendi.

"Pilihan apa?"

"Ck, apa kamu akan menunggu mantanmu?"

"Aku—
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung

Continue Reading

You'll Also Like

126K 9.9K 60
Diusir dari rumah oleh ibu tiri saat papanya baru meninggal tepat empat puluh hari adalah awal dari derita Karenina. Kehidupan yang serba berkecukupa...
33.5K 1.5K 11
Cerita tentang kehidupan wanita Single Parent alias janda beranak 2, bernama Reina. Kadang cinta tak cukup hanya dengan rasa.
838K 44.4K 36
Amalya seorang single parent dari anak berusia 5 tahun bernama Aruna. Ia terbiasa larut dalam kehidupan kerjanya untuk melupakan rasa kehilangan akan...
775K 30.6K 40
Shanum dan Sabda menikah karena keterpaksaan, tak ada cinta di sana. Mereka sepakat untuk tidak bercerai. Namun, Shanum merelakan suaminya untuk berh...