Boy crush

By JoandAlberto

310K 10.9K 1K

Boyxboy, bromance dan sejenisnya. Kisah antar remaja yang memiliki keterikatan satu sama lain dengan rasa yan... More

Boy crush
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21+
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24

Chapter 15 Special Fernando

10.9K 393 28
By JoandAlberto

Dia mengubah hidupku.
Semenjak ada dirinya, hari-hariku menjadi lebih berwarna dan berarti.
Dia semangatku.
Dia terangku yang menghangatkan.
Dia senyum dan tawaku.
Dia gairahku yang menggebu.
Dia canduku yang memabukkan.
Dia nafasku yang selalu kubutuhkan.
Dan dia..
Dia adalah cintaku, belahan jiwa ku.

Saat pertama kali bertemu, hatiku tertarik untuk mendekatinya.
Aku tak tau, dia seakan mempunyai magnet tersendiri yang membuatku ingin tau tentangnya dan ingin terus dekat dengannya.
Aku serasa dihipnotis olehnya,
Bersamanya aku nyaman.
Sangat nyaman hingga tak ingin pisah darinya.
Aku rasa aku menyukainya..
Ya, aku terpikat olehnya..

~

Untuk kedua kalinya aku pindah kesekolah yang baru. Aku pindah bukan tanpa alasan, aku masuk ke sekolah ini karena dulu disekolah lama aku terlibat perkelahian. Masalah sepele memang, tapi membuatku sakit hati. Dan aku takkan bercerita masalah apa yang dulu sempat menyulut amarahku.

Sekolah baruku yang sekarang memang rindang dan banyak pohon. Kelasku berada diujung, tak sulit untuk menemukanya. Ternyata kelas ini sudah penuh murid. Tak banyak bangku kosong. Kulihat masih ada satu tempat kosong didekat jendela. Disebelahnya ada siswa yang sedang tidur. Bagus lah mungkin dia takkan akan berisik dan bukan tipekal anak pengganggu.

Lalu aku duduk disebelahnya. Tak lama aku duduk, tiba tiba dia tangannya menyambar wajahku. Dia memang tak sengaja sih, tapi cukup membuatku jengkel. Kubentak dia dan dia minta maaf kepadaku. Berulang kali, mungkin dia merasa tak enak padaku, kemudian kuacuhkan dia.

Hari pertamaku begitu menyebalkan. Disaat aku maju kedepan memperkenalkan diri, semua murid menatap aneh kepadaku. Lalu aku banyak kerumuni oleh para siswi, yang begitu mengganggu. Kutinggalkan saja mereka dan aku beranjak mencari tempat sepi. Dan lagi-lagi aku merasa terganggu karena seseorang begitu berisik saat menelpon saat aku mencoba tidur.

Keesokan harinya aku mulai penasaran dengan teman sebelahku. Aku ingin berkenalan dengannya karena aku belum nengenal siapa siapa disini.

Kuamati dia dari ujung kaki hingga rambut. Karena kemarin aku tak sempat untuk memperhatikannya secara dekat. Tubuhnya kurus dan mungkin tingginya hampir sama denganku. Kulitnya putih bersih, sepertinya juga halus. Rambut lurus hitam tersisir rapi. Alisnya tak bisa jelas kulihat karena sebagian rambutnya menutupi dahinya.

Dilihat dari samping, bulu matanya begitu panjang dan lentik. Hidungnya mancung yang mempunyai sudut sempurna. Bibirnya merah muda, begitu ranum. Kelak seseorang pasti akan beruntung sekali bila dapat merasakan sentuhan lembut bibirnya.

Dia tak punya kumis, bahkan rambut halus di janggutnya pun juga tak ada. Bentuk wajah yang sempurna. Apalagi pipinya, sangat menggemaskan untuk dipegang. Wajahnya begitu bersih, tak ada noda apalagi jerawat yang menempel.

Paras yang rupawan, malah terkesan lebih cute dibanding tampan. Wajahnya terlalu cantik untuk laki-laki dan terlalu baby face untuk seusianya. Mungkin bisa dibilang Pretty Boy, tapi tak feminim. Sedikit susah untuk jelaskan karena dia 'manis'.

Aku kepergok saat aku mengamatinya. Tak sempat kualihkan pandanganku, dia sudah menatapku.

"Kenapa?" dia bertanya keheranan karena aku terus melihatnya.

"Engga, engga apa apa." kataku yang yang kemudian menatap kedepan dan tak melihatnya lagi.

Pelajaran terasa begitu lama, aku sudah lapar dan aku ingin makan. Tapi saat kurogoh kantongku, aku lupa membawa dompet. Hanya ada uang tiga ribu perak, itu pun tertinggal dicelana kemarin. Duit segitu bisa dapet apa, paling cuma sebotol air mineral. Duh sial.

Jam istirahat tiba, dia memanggilku dan mengajaknya kekantin. Aku sangat ingin kesana tapi aku menolaknya, tak mungkin baru bertemu dia sehari langsung minjem duitnya. Gengsi.

Ahh, lapar. Tapi tetap kutahan hingga pelajaran dimulai lagi. Kami disuruh mengerjakan tugas secara berkelompok karena guru yang aku tak ingat namanya ada urusan dan harus meninggalkan kelas. Ohya! Ngomong-ngomong soal nama, aku lupa bertanya nama cowok disampingku.

"Dari kemarin gue belum sempet kenalan sama elu. Nama lu siapa?" Ku sodorkan tanganku.

"Nama gue Samuel, panggil aja Sam." sahutnya.

Oh Samuel toh namanya. Aku langsung mengarahkanya untuk mengerjakan soal. Rasa laparku makin terasa, hingga akhirnya perutku berbunyi. Terdengar cukup keras memang, hingga dia terkejut mendengarnya. Namun yang juga mengejutkanku, dia memberiku roti! Ah tampang dan sikapnya sama seperti malaikat. Awalnya kutolak pemberiannya, yaa namanya juga cowok harus sedikit jaim diawal. Tapi dia tetap memberiku.

Kulahap langsung roti itu sampai tak tersisa karena perutku sudah sangat kelaparan. Dia tak hanya memberiku roti tapi juga memberiku keripik. Ternyata itu keripik pedas, dan mulutku serasa terbakar. Aku harus minum sesuatu. Lalu aku keluar kelas untuk membeli air mineral. Pedasnya memang hilang, tapi kemudian perutku gantian yang berkontraksi. Buru buru aku menuju wc.

Setelah urusan perutku selesai aku keluar dari toilet. Tapi sial kembali datang padaku. Pintu toilet tak bisa kubuka, aku terkunci disini! kugedor-gedor dan berteriak mencari bantuan. Aku begitu panik dan semakin kencang aku menggedor. Aku berteriak meminta bantuan tapi hasilnya nihil. Tak ada seseorang yang mendengar teriakanku. Aku frustasi, pasti semalaman aku akan terjebak disini. Ahhh tolong!!!

Cukup lama aku berteriak sampai akhirnya aku mendengar suara seseorang masuk kedalam toilet. Kembali aku meminta bantuan dan dia mendengar. Dia menyuruhku untuk mundur karena dia akan mendobraknya.

Brrrakkkk!

Akhirnya pintunya terbuka. Aku begitu lega karena telah lolos dari perangkap wc sialan. Aku terselamatkan. Dan Samuel lah orang yang menyelamatkanku. Aku berterimakasih padanya. Bila tak ada dia mungkin aku aku akan menginap di wc semalaman.

~

Hari demi hari aku dan Samuel menjadi lumayan akrab. Saat dikelas kami juga banyak bercerita. Aku merasa nyambung dengannya dan dia juga lucu, apalagi sangat dia jengkel padaku, ekspresinya sangat menggemaskan. Saking gemesnya ingin ku telan dia hidup hidup. Hehehe.

Pernah suatu hari saat kami akan bikin tugas dirumahku, dia aku boncengin selama perjalanan. Aku sengaja ngebut karena aku suka dengan kecepatan tapi tidak untuk Samuel. Dia memegang sisi jaketku begitu erat, sayang aku tak bisa melihat ekspresi takutnya. Dan saat kulepaskan peganganku dari stang motor, tiba tiba dia memeluk tubuhku. Aku tak tau bila dia begitu takut, tapi dari situ aku suka dipeluknya.
Pelukannya beda, aku tak tau kenapa. Yang pasti begitu nyaman dan hangat.

Sesampainya dirumah, kami langsung membuat tugas yang merepotkan itu. Jarang ada teman yang berkunjung kerumahku, apalagi masuk kekamarku. Sandra aja tak pernah masuk, paling hanya diruang tengah. Dan Samuel lah orang pertama yang kuajak sampai masuk kamar.
Malam ini dia akan menginap disini! Entah kenapa aku begitu girang karena kehadirannya. Aku juga sangat berterimakasih kepada hujan, karena dengan hujan yang tak berhenti dia jadi tidur disini.

Kumenoleh kearahnya melihat pekerjaannya. Samuel nampak serius. Dia mungkin tak sadar bila kuperhatikan. Sungguh, dia sangat rupawan bila tampak serius dan dia begitu manis bila tersenyum. Bulu mata yang lentik, kelopak mata yang menghiasi dan sorot mata yang hangat menambah kesempurnaan tatapan darinya. Pasti banyak yang suka padanya. Jika aku perempuan, aku sangat mau jadi pacarnya.

Dia menghentikan pekerjaannya dan berkata kepadaku bahwa dia ingin mandi. Kuberitahukan dimana kamar mandinya. Dia mengambil perlengkapan dan masuk kedalam kemudian kulanjutkan pekerjaanku. Saat ini hujan turun sangat lebat, banyak kilat dan angin kencang. Tak lama waktu berselang Samuel keluar dari kamar mandi.

Dia nampak sangat cerah, kulitnya makin bersinar usai mandi. Wajahnya begitu fresh dan menawan. Rambutnya masih basah dan terlihat begitu sexy. Handuknya ia kalungkan dileher dan tangan kirinya sibuk mengeringkan rambutnya. Sayang ia sudah berpakaian, tapi tetap saja aku menelan ludah melihatnya.
Ah tidak tidak! aku mikir apa sih! buru buru aku jernihkan pikiranku dan mungkin sepertinya aku memang perlu mandi agar otakku tak berpikiran kotor.

Selama aku mandi, aku sengaja bernyanyi sedikit keras agar pikiranku teralihkan pada hal lain tidak pada Samuel. Lagi asik nyanyi dibawah pancuran shower tiba-tiba..
Pet!...
Kamar mandi menjadi gelap gulita. Aku tak bisa melihat apa apa, padahal aku sedang menyabuni badanku.

"Waaaaaaaaaa!!" teriakku
Sialan! pasti ni ulah Sam, dasar iseng! akan kubalas dia nanti.

"Gak lucu Sam!! Hidupin gak lampunya!!!" bentakku padanya.

"Gue gak matiin lampunya, emang listriknya mati!" sahutnya dari luar.

"Waaaaaaaaaa...gimana dong!!! Saammmm!! Buruan terangin gue!! gue takut!! Sammmm!!" aku mulai menjerit.

Sangat gelap disini dan aku membencinya. Sangat benci hingga nafasku makin cepat dan jantungku berdebar. Aku merasa ruangan ini begitu sempit. Oksigen yang masuk keparu-paruku seakan menipis. Aku panik. Aku takut. Aku ingin keluar segera, lalu berjalan menuju pintu dengan bantuan tanganku. Aku meraba dinding sebisaku.

Buukk!
Dan kemudian aku terpleset. Entah apa yang kuinjak tadi yang pasti begitu licin dan tentunya menyakitkan.

"Aduuhhhh... saammmm!!!! SAAMMMM BURUAN!!!!"
Aku tak sabar, aku takut, aku tak bisa melihat apa apa, aku tak bisa bernafas.

Aku mencoba bangkit, menggapai apa yang bisa kuraih. Tangan dan kakiku sekarang menjadi radar agar tak terbentur benda di depanku.

"Iya bawel!! gue cari hp gue dulu!!" sahutnya.

Aku masih berjalan perlahan. Kakiku gemetar begitu juga badanku. Nafasku terasa berat. Seakan dinding kamar mandi menghimpit badanku. Jantungku makin berdetak tak beraturan. Aku terasa sesak sekarang.
Namun aku bisa melihat ada cahaya yang masuk. Aku bisa melihat sekelilingku walaupun samar. Kemudian pintu kamar mandi terbuka dan Samuel datang membawa penerangan. Kupeluk badannya langsung dengan erat. Aku tak peduli dengan keadaanku. Aku butuh dia. Aku takut sendirian diruang sempit dan gelap.

Jika bersamanya aku merasa tak sendiri. Aku berasa aman jika dipeluknya. Kuatur pola nafasku yang kacau. Wangi aroma badan Samuel membuatku tenang. Dengan memeluk Samuel aku mendengarkan degup jantungnya, itu membantuku agar detak jantungku juga seirama dengannya.

"Ndoo, gimana kalo lu lepasin pelukan lu? gue susah nafas juga nih" dia bersuara.

Aku meregangkan pelukanku. Aku sadar bahwa pelukanku yang erat cukup menyakitinya. Kemudian aku minta maaf padanya.

Samuel hendak meninggalkanku untuk mencari lilin, tapi kutarik bajunya. Aku takut dan tak suka ditinggal sendirian. Aku parno sekarang, mungkin ini phobiaku. Phobia terhadap ruang sempit dan gelap. Aku meminta padanya untuk menemaniku, menyelesaikan mandiku yang tertunda. Awalnya dia ragu tapi kemudian dia mengiyakan.

Aku kembali membilas dan menyabuni tubuhku hingga selesai. Setelah itu aku mengeringkan tubuhku dengan handuk, dan lagi lagi Samuel hendak meninggalkanku, buru buru kuikuti dia dari belakang. Tampaknya dia tak nyaman melihatku telanjang dan aku tak peduli. Hahaha..

Aku sudah berpakaian, lalu kami hendak mencari lilin dilantai bawah dan tak menemukannya. Aku sendiri juga tak tau dimana tu lilin disimpan, akirnya kami kembali diatas dan rebahan dikasur. Diatas ranjang kami berdua banyak bercerita dan menertawakan diri kami masing masing.

Bersamanya aku tak takut lagi, dan bersamanya aku tak merasa kesepian lagi. Aku senang malam ini, baru pertama kali ada orang yang menemaniku tidur selain ibuku dulu. Kantuk pun akirnya datang, sedari tadi kami berdua juga terus menguap.

"Udah ah gue mau tidur" kata Samuel yang kemudian membelakangiku.

Entah kenapa aku tak suka dipunggungi, walaupun kasurku cukup besar aku sengaja mendekatkan diriku padanya. Kurapatkan badanku tepat dipunggungnya sehingga dapat kucium aroma tubuhnya. Semakin dekat dengan kepalanya semakin terasa pula wanginya yang Samuel miliki.

Wanginya seperti wangi bayi dan terasa manis, aku tak tau shampoo apa yang dia pakai yang pasti sangat harum. Hampir sama dengan wangi rambut Sandra. Ini baru rambutnya yang wangi, belum anggota tubuh yang lain.

Kudekatkan lagi badanku agar makin jelas. Dan memang benar, tubuh Samuel memang wangi hanya saja kaos yang dia pakai menutupi harumnya. Coba dia bertelanjang dada, pasti akan makin terasa wanginya. Aku penasaran sabun apa yang ia pakai, kenapa dia bisa sewangi ini padahal dia sudah mandi daritadi tapi wanginya begitu awet dan sangat manis seperti aroma buah.

"Ndoo?" kata Samuel tiba tiba.

"Apa?"

"Elu kalo tidur emang suka ngantongin hp ya?"

"Hah? enggak. Gue malah gatau hp gue ada dimana" jawabku. Kenapa dia malah nanyain itu ya?

"Trus kalo bukan hp, ini apaan dong?"

Tiba tiba tangannya meremas kemaluanku. Aku pun kaget dan meringkuk kesakitan. Dia menggemgam ke bagian yang pas disaat Nando kecilku berdiri tegang. Pantas saja dari tadi celanaku menyempit dan terasa sesak. Ternyata Nando Junior pengen keluar. Eh, hahaha.

Samuel kemudian membalikan badan nya dan berkata, "Ndoo!! elu horny yaa!?"

Aku menyangkal dan meminta maaf padanya. Aku tak ada maksut apa apa padanya. Hanya saja pikiran jorokku tadi sempat terbesit. hehehe.
Samuel sedikit jengkel dan menjauh dariku. Dan lagi lagi aku tetap mendekatinya.

Kami kemudian melanjutkan tidur, aku masih menempel dipunggunya dan kali ini pikiranku bersih dan memang berniat untuk segera tidur. Wangi rambutnya membuatku hanyut, kurapatkan kepalaku dekat kelehernya agar makin terasa bau bayi yang Samuel miliki. Kupejamkan mataku.

Aku senang dekat dengannya, bersamanya aku bisa merasa nyaman. Aku seperti merasa memiliki saudara yang selalu ada untukku. Kehadiranya selalu tepat saat aku membutuhkannya. Sebelumnya tak ada orang lain yang begitu baik padaku dan tahan dengan sikapku.

Perhatian Samuel mengingatkanku pada ibuku, walaupun sedikit bawel tapi beliau begitu sayang padaku. Oh mama, aku rindu padamu, mungkin kau sudah disurga sekarang. Keberadaan Samuel begitu berarti untukku.

"Makasih ya Sam, elu udah mau nemenin gue" kataku setengah berbisik.

Mungkin dia sudah tertidur, kulingkarkan tanganku keperutnya. Aku mendekapnya dari belakang. Tubuhnya sangat pas untuk dipeluk dan aku suka itu. Memeluknya serasa damai dihati, tak ada ketakutan, tak ada kesendirian. Begitu nyaman hingga aku terlelap dan terjun jauh ke alam mimpi tidurku.

~

Kedekatanku dengan Samuel tak hanya itu. Perhatiannya membuatku luluh, tak bisa lepas darinya. Mungkin aku sekarang kecanduan olehnya. Pernah aku mengalami kecelakaan motor saat aku ingin kerumah Sandra. Hari itu hujan dan membuat jalanan menjadi licin. Saat aku memacu kecepatan motorku tiba tiba ada seseorang menyeberang jalan, sontak aku tak bisa mengendalikan laju kendaraanku dan akhirnya aku terjatuh dari motor. Cukup menyakitkan memang, tapi beruntung lukanya tak parah.

Dan yang lebih beruntungnya lagi, Samuel ada untuk menolongku. Dia memang penyelamat. Dibawanya aku kembali kerumah, dia selalu ingin membawaku kerumah sakit. Tapi aku terus menolaknya. Sesampainya dirumah dia masih menuntunku hingga masuk kekamar. Samuel nampak panik dan khawatir. Ekspresi wajahnya begitu cemas melihat kondisiku. Dia membantuku melepaskan jaket dan pakaianku agar aku bisa diobati. Ternyata masih ada orang yang mencemaskan keadanku, aku cukup tersentuh.

Sekujur tubuhku terasa linu untuk digerakkan. Dengkul, pundak dan dahiku juga terasa perih. Aku sudah berada dikasur sekarang dan Samuel turun mencari obat. Tak lama dia pun kembali lagi. Dan ternyata luka paling parah adalah dilutut.

Samuel bersiap mengobatiku, dia meneteskan cairan yang aku tak tau namanya ke kapas. Kemudian kapasnya ia tempelkan ke lukaku. Aku meringis. Lalu setelah ia bersihkan, Samuel meneteskan obat merah dan saat itulah aku berteriak.

"Arrggghh!!!! Aduhh duhh duhhh perihh!!"
Aku terus menjerit kesakitan, aku memintanya untuk terus meniup lukaku. Lututku sudah terobati, kali ini ia mengobati keningku. Wajahnya lumayan dekat dengan wajahku hingga nafasnya dapat menyapu wajahku. Jika dilihat secara dekat, wajah Samuel memang cute dan cakep. Sungguh, dia memang manis, wajahnya innocent dan seperti malaikat. Rambut depannya menutupi alisnya, ingin aku menyibaknya kesamping tapi tanganku masih terasa sakit.

Kemudian rasa perih di pundakku menyadarkanku lagi. Aku kembali merengek kesakitan, namun sedikit kutahan karena tak seperih luka dilutut. Dia begitu fokus memgobati lukaku. Wajanya makin dekat denganku. Wangi tubuhnya yang khas dan kusuka itu kembali tercium. Kenapa dia begitu baik dan perhatian padaku? Jika ia terus terusan begini padaku, aku bisa jatuh cinta padanya. Tiba tiba jantungku berdegup cepat, seakan ada sesuatu yang meletup dihatiku. Aku tak tau, rasa ini begitu aneh. Jika aku makin memandang wajahnya, letupan itu makin terasa.

Tampang yang rupawan itu berada tepat didepanku. Kulitnya yang putih bersih, alisnya yang rapi dan bibir yang merah muda menyempurnakan parasnya. Tapi sorot matanya lah yang paling menonjol. Warna coklat tua yang indah, kelopak mata yang tegas, bulu mata yang lentik memperindah inderanya. Dia masih tak ngeh bila kuperhatikan wajahnya, karena dia masih mengobati lukaku.

"Sam..?"

"Apa?" dia menyahut tapi wajahnya tak berpaling.

Chuupp.

Kucium pipi nya yang kenyal dan lembut. Sangat lembut, hingga aku ingin menciumnya lagi tapi kutahan. Aku juga tak tau kenapa aku tiba tiba menciumnya. Dia seakan mempunyai magnet, dan bibirku tak kuasa untuk merasakan pipi halusnya.

"Makasih banyak ya Sam." ucapku sungguh sungguh padanya. Rasa terimakasihku tulus untuknya, kelak kan kubalas budi baiknya yang diberikan padaku.

Samuel keluar dari kamarku dan sepuluh menit berlalu ia kembali lagi membawa makanan. Dia memang paling pengertian, ngerti aja kalo aku lagi laper. Dia membelikan bakso untukku, dituangkannya dan diberikan padaku. Aku tak mau makan bila tak suapi olehnya.
Kuakui, dengan nya sifat manjaku keluar. Aku ingin terus diperhatikan olehnya. Dia begitu dewasa menurutku walaupun dia sedikit cerewet tapi aku suka sifatnya.

"Yang iklas dong! kasar banget sih!" gerutuku karena suapannya belepotan.

Kemudian ia menyendokkan lagi untukku dan sedikit lebih lembut sekarang. Karena saking penuhnya mulutku, kuahnya hampir keluar diujung bibirku. Dengan sigap tangannya membersihkan dan mengelap lembut menyentuh bibirku. Tangannya begitu lembut. Samuel sangat telaten dalam mengurus pasien melebihi perawat sungguhan. Kutatap wajahnya dalam dalam.

Sungguh, Samuel memiliki tampang yang sempurna. Ditambah sifat malaikat yang ia miliki. Sorot matanya meneduhkan bagi siapa saja yang bertatapan dengannya. Dia sedikit kikuk saat kuperhatikan wajahnya. Jika dia malu, wajahnya begitu menggemaskan. Pipinya merah muda merona, sangat lucu hingga ingin kucubit sampai berdarah. Hehehe..

Setelah ia menyuapiku, Samuel pamit padaku. Aku tak rela ia tinggalkan. Aku tak suka sendiri. Aku ingin ditemani olehnya terus. Tapi aku tak bisa memaksanya untuk tetap disini, dia memang harus pulang agar orang tuanya tak khawatir. Setelah dia pulang, aku kesepian lagi. Ada yang kosong bila ia tak ada.

~

Tubuhku sudah tak luka memang. Tapi luka yang paling besar dan menyakitkan adalah hatiku. Baru saja aku mengalami kejadian yang luar biasa menyakitkan. Hatiku remuk berantakan tak tersisa. Aku hancur. Aku kacau.

"Aku tak baik untukmu." kata Sandra.

"Tapi, kenapa?" suaraku bergetar.

"Kau terlalu sempurna untukku! Aku tak bisa bersamamu. Orang baik sepertimu tak pantas bersama gadis brengsek sepertiku!"

"Kau..tak lagi ingin bersamaku?" aku mencoba berucap kalimat itu.

"Tidak."

"Baiklah...kalau itu mau mu." sahutku datar. Sandra mengangguk.

Setelah Sandra mengatakan bahwa dia akan menikah dan ternyata dia sudah hamil. Nyawaku seakan tercabut seketika. Aku shock. Tak percaya dengan apa yang Sandra katakan. Jantungku seakan tertancap sebilah pedang dan ditusuknya terus berulang kali hingga lubangnya tak akan bisa lagi ditambal. Badanku serasa lumpuh sekujur tubuh dari leher hingga kaki.

Aku mematung. Mulutku tak bisa berucap. Nafasku seakan hilang, dan tak ada udara yang masuk kedalam paru paruku. Aku hampa. Aku kosong seketika. Saking sakitnya hatiku, aku tak bisa lagi merasakannya. Pipiku memanas dan mataku pedih tapi air mataku tak keluar. Aku bisa mendengar darah memacu deras hingga sampai kebelakang telingaku hingga otakku bergeming hebat. Hidupku hancur, wanita yang kusayang sepenuh hatiku kini mengkhianatiku. Aku memang terlalu gampang untuk dibodohi. Apapun yang dia mau pasti aku beri hingga akhirnya dia menusuk jantungku pun aku rela.

Sandra kembali masuk kerumah dan meninggalkanku. Aku mencoba berkonsentrasi. Kata kata Sandra barusan berulang ulang terus dipikiranku. Hembusan angin disertai hujan menyapu wajahku.

Aku seperti mayat sekarang. Aku tak bisa merasakan apa apa lagi. Bahkan hujan yang deras sekalipun tak dapat kurasakan. Aku berharap derasnya hujan bisa melunturkan sakit yang kualami tapi itu tidak terjadi.

Aku berjalan tanpa arah dibawah guyuran hujan. Aku tak peduli lagi dengan badanku. Toh sekarang hidupku serasa berakhir, sama halnya dengan cintaku. Aku melangkah terus, walaupun kakiku bergetar tapi kupaksakan untuk berjalan. Hingga akhirnya langkahku terhenti disebuah rumah yang pernah aku datangi. Rumahnya sedang tak ditempati mungkin, karena penghuninya tidak ada dirumah sekarang. Aku berdiri disana hingga hujan terus membasahiku.

Sampai akhirnya Samuel menemukanku. Aku tak tau sudah berapa jam aku menunggunya tapi itu tak masalah bagiku dibanding dengan yang Sandra lakukan padaku. Aku masih mematung tak bergerak, pandanganku tak berarah. Dibawanya aku masuk kedalam rumahnya. Entah kenapa aku juga bisa sampai disini, mungkin karena di Samuel lah aku bisa bersandar.

Dia nampak khawatir dengan keadaanku. Dia langsung bertindak mencoba menghangatkanku. Jangankan hangat, dingin pun juga tak bisa kurasakan lagi. Dia membuka dan mengganti pakaianku. Aku pasrah saja. Hingga akhirnya kutatap wajahnya yang nampak cemas.

Dengan melihat matanya, tiba tiba air mataku jatuh, rasa hangat langsung menerpa pipiku. Tangisanku pecah, aku benar benar merasakan sakit sekarang. Kupeluk Samuel erat dan aku makin terisak. Aku begitu hancur. Tubuhku lemas seketika.

Dipeluknya aku sedikit merasakan damai. Dan aku butuh itu. Seakan ada tumpuan untukku. Di Samuel lah tempatku bersandar. Energiku habis, tak ada lagi tenaga yang tersisa sekarang. Pelukkanya menenangkanku, wangi aroma tubuhnya yang kusuka itu membuatku tentram. Aku sudah puas menangis walaupun sakit masih menempel dihati.

Dia menyuruhku untuk beristirahat. Dia benar, aku memang lelah, sangat lelah. Kaki mulai terasa pegal, tubuhku juga menggigil. Aku susah terlelap, padahal aku ingin tidur. Berharap dengan tidur aku tak lagi merasakan sakit. Aku gelisah, ada sesuatu yang membuatku tak nyaman. Tapi sekali lagi Samuel menyelamatkanku. Dia memelukku dari belakang. Dekapannya hangat dan begitu nyaman.

"Elu ngapain Sam?" kataku lirih.

"Meluk elu" sahutnya.

"Tapi kenapa..? Gue gak papa kok" dustaku.

"Udah elu tidur aja, biar elu ga kedingingan, biar panas dari gue bisa gue bagi ke elu."

Aku tak menolak dipeluknya, dan memang ini yang kubutuhkan sekarang. Kurapatkan lagi dekapanya, membawa tangannya masuk kedadaku sampai aku jatuh terlelap.

~

Memori itu kembali terngiang di otakku. Rasa sakit yang Sandra berikan hadir lagi. Aku mencoba menghapusnya. Entah berapa banyak bir dan minuman yang kuhabiskan tetap saja sakit itu masih tersisa. Dengan merokok pun endapan perih dihati juga tak mau hilang.

Aku juga malas bersekolah, aku malas untuk melakukan apapun. Hidupku serasa hancur, dan tak ada lagi semangat untuk itu. Hingga Samuel datang kerumahku dan memarahiku. Hari itu dia begitu berisik dan sangat mengganggu. Cerewetnya kembali lagi. Aku bosan diceramahi olehnya. Aku butuh ketenangan tapi dia malah ngomel ngomel ga jelas.

Hari berikutnya aku datang ke sekolah. Aku tak mau ayahku menerima surat peringatan dari sekolah, lebih baik aku berangkat. Untuk menghindari kebawelan Samuel, aku bertukar tempat duduk dengan Kian. Aku butuh suasana baru sekarang dan tidak dengan celotehan Samuel yang terus terusan. Rupanya Samuel sedikit tak suka dengan sikapku. Dia datang padaku, menghampiriku.

"Ndoo, ikut gue bentar. Ada yang perlu gue omongin sama elu" ajaknya.

Berhubung aku sedang tak ingin diganggu ajakkannya ku tolak.

"Enggak Sam!! dan ga ada yang perlu kita omongin lagi!!!" bentakku.
Mungkin ini terdengar kasar. Tapi kalimat itu langsung muncul dari mulutku. Setelah itu aku sedikit bersalah padanya. Kemudian dia berlalu.

Aku merasa aku memang sedikit jahat padanya. Kata kataku juga terdengar menusuk hati. Dan aku juga mempermalukannya didepan banyak orang. Sorry Sam, aku butuh ketenangan.

Hari berikutnya aku mulai merasa sedikit sepi tapi kuhiraukan. Toh aku dan Samuel lagi tak akur sekarang, gengsi dong bila harus minta maaf duluan. Dan bila kulihat Samuel juga keliatan baik baik saja tanpa aku.

Hari demi hari berlalu, aku makin merasa kosong. Tak ada lagi hiburan yang kualami. Teman teman sebangku ku juga tak se-asik Samuel. Mereka kebanyakan omong kosong dan aku tak suka mendengarkan. Aku kesepian sekarang tanpa Samuel. Ini memang salahku, padahal dia selalu datang membantuku tapi kenapa aku malah membentaknya. Aku memang bodoh.

Aku kangen masa masa kita berdua lakukan, aku rindu tawanya, aku ingin melihat lagi senyum manisnya. Dan aku rindu celotehnya. Suaranya yang khas membuatku ingin mendengarnya lagi. Aku ingin mencium lagi aroma tubuhnya. Aku rindu padanya.

Aku ingin meminta maaf dan ingin kembali akur dengannya lagi. Tapi aku belum menemukan waktu yang pas. Mungkin di kantin tempar yang cocok, pasti dia sedang duduk sendiri. Ini merupakan kesempatan bagiku untuk rujuk dengannya. Sesampainya disana, niatanku gagal.

Samuel malah asyik ngobrol dengan Sarah. Dan mereka tertawa bersama. Aku merasa badanku memanas dan hawa disini berubah menjadi gerah. Aku tak suka mereka intens berdua seperti itu.

Sehabis keluar dari kantin pun. Sarah dan Samuel malah makin berdekatan. Aku tak suka bila ada orang yang dekat dengan Samuel selain diriku. Aku cemburu? Ga mungkin! hanya saja aku tak suka mereka berdua sedekat itu. Aku sebal melihatnya. Ku terobos saja mereka agar kedekatan mereka terpisah.

Rupanya mereka merencanakan sesuatu dan baru kutau setelah aku mengintrogasi Sarah. Ternyata mereka akan nonton bareng. Aku saja belum pernah nonton berdua dengan Samuel.

Langsung terbesit ide, kubuntuti mereka berdua sampai ke bioskop. Mengapa mereka malah terlihat senang padahal aku meraskan gerah dari tadi. Sarah ngapain juga sih lenjeh ke badan Samuel. Aku benar benar tak suka melihatnya. Ingin rasanya aku duduk diantara mereka dan menggeser Sarah jauh jauh dari Samuel.

Apa aku ini menyukai Samuel ya? hmm,.
pasti semua orang menyukai dia lah. Samuel kan baik hati, tidak ada orang yang membencinya,

Apa aku jatuh cinta padanya?
hmm..
itu pertanyaan sulit.
Aku tak tau...mungkin...

Lalu aku melihat tangan Sarah memegang tangan Samuel. Aku serasa terbakar. Hatiku panas. Tanganku mengepal seketika. Hawa yang kurasakan makin gerah, padahal ac di dalam bioskop tak mati.

Iya! iya! ku akui, aku suka padanya! Aku.. aku suka Samuel. Dan aku tak ingin melihat dia bersama orang lain! Samuel itu milikku! tak boleh ada orang lain yang merebutnya dariku.

Aku langsung menelpon hp nya, berharap mereka tak berpegangan atau bersentuhan lagi. Samuel mengambil hpnya, dan ku tutup telponku. Dia membenarkan posisi duduknya, dan sialnya, si ganjen Sarah malah mendekatkan badannya lagi ke Samuel.

Ku telpon Samuel lagi dan ku tutup lagi. Lalu dia menelponku balik, kureject panggilannya. Dan saat ku telpon balik dia sudah menonaktifkan hp nya. Ah sial.

Sepanjang film yang diputar bukanya aku melihat ke layar, pandanganku malah tertuju ke mereka. Aku sudah tak sanggup melihat kedekatan mereka berdua, saat film selesai dan lampu dinyalakan. Aku langsung bangkit dari tempat duduk dan meninggalkan mereka. Aku capek memata-matai mereka, yang ada malah aku capek hati. Kulangkahkan kakiku dan pulang kerumah, kemudian hujan turun.

~

Hari ini pelajaran olah raga, dan sialnya kami harus melakukan pemanasan dahulu dengan berlari mengitari lapangan. Aku tau, Samuel tak suka dengan olah raga. Setiap pelajaran ini dimulai, wajahnya tertekuk tak suka. Ekspresinya selalu terlihat malas.

Dan benar saja, saat pandanganku ku arahkan padanya, wajahnya terlihat layu. Eh, tapi tunggu dulu. Ada yang berbeda dari wajahnya. Dia terlihat pucat, bibirnya pun juga tak merah muda. Dia terlihat sakit.

Saat para siswa yang lain sibuk berlari, langkah Samuel terlihat gontai dan tak teratur. Dia sempoyongan seperti orang mabuk. Dan tiba tiba dia ambruk. Samuel pingsan!

Aku terkejut melihatnya. Seisi dadaku langsung berdesir. Jantungku terpacu. Aku berlari sekuat tenaga menuju kearahnya. Dan dia memang benar benar pingsan, tubuhnya terkulai lemas dan dikeningnya basah oleh keringat. Tanpa pikir panjang, kuangkat badannya. Uhh, berat juga ternyata, tapi untung teman lain juga ikut membantu.

Samuel kami bopong keruang uks agar cepat ditangani. Kami baringkan tubuhnya diranjang dan penjaga disana memeriksa. Ku bersikan kotoran yang ada padanya dan mengelap keringat yang ada didahinya. Wajahnya memang terlihat kacau. Nampak tidak fresh seperti biasanya. Kulonggarkan pakaian yang mengganggu pernafasanya. Aku bilang pada teman teman yang lain untuk kembali kelapangan, dan biar aku saja yang menemaninya.

Pasti Samuel belum sarapan hingga sampai pingsan begitu, biasanya ia tak selemah itu. Apa kemarin ia kehujanan? Lebih baik kubelikan saja roti dan air minum agar ia dapat mengisi perutnya setelah siuman nanti. Kemudian aku pergi kekantin membeli apa yang perlu untuknya.

Tak lama aku membeli roti dan air aku kembali ke uks. Kulihat Samuel sudah sadar, tapi badannya masih berbaring diranjang.

"Udah sadar lu? gimana? masih pusing?" tanyaku padanya.
Dia mengangguk.

"Gue beliin elu roti, elu belum sarapan kan?" tanyaku lagi.
Dia menggeleng.

Mungkin dia belum sepenuhnya sadar, tatapannya seperti orang linglung saat melihatku. Kubantu dia untuk duduk agar otaknya dapat berpikir sempurna. Kemudian aku membuka plastik pembungkus roti dan kuberikan padanya.

"Makasih" katanya sambil menerima roti.

Dia menggigit roti itu dan mengunyahnya. Aku duduk dikursi, disampingnya membukakan botol air mineral.

"Kenapa gue disini? perasaan tadi gue masih lari dilapangan?" katanya.

"Elu tadi pingsan." jawabku.

Dia menjawab dengan bibirnya membentuk huruf o tanpa suara. Kemudian suasana menjadi hening, hanya terdengar kunyahan Samuel.

"Sam?" kataku.

"Hmm?" dia masih asyik mengunyah.

"Elu masih marah sama gue?"

Dia menghentikan makannya dan menatapku. Sorot matanya makin membuatku merasa bersalah. Kuraih tangan kanannya dan kugenggam.

"Sam, maafin gue ya, gue seharusnya ga ngelakuin ini ke elu." kataku sungguh sungguh menyesal.







-------author------

Sorry kalo chapter ini rada absurd. Hehehe,,
Keep reading ya guys,,love ya! Vomment jgn lupa ^^

Continue Reading

You'll Also Like

77.7K 12.7K 30
Tetangga baru yang selalu membuat keributan berhasil membuat dorison ingin pergi dari rumah. Ketenangan nya hilang saat tetangga baru nya suka menan...
56M 3.3M 102
Telah terbit di Penerbit Romancious. Cerita ini tidak di revisi, jadi masih berantakan. Kalau mau baca yang lebih bagus penulisannya bisa beli bukuny...
1.1M 118K 38
abis nongkrong bukannya langsung balik, si yogi malah berhenti di deket pohon mangga. alesannya cuma buat ngudud doang. soalnya kalo di rumah dibates...
174K 9.1K 73
Park Jeongwoo yang mau tidak mau harus menerima permintaan kedua orang tuanya, untuk menikahi gadis kecil yang masih duduk di bangku SMA Jeongwoo mem...