Hari yang cerah, secerah wajah Harris yang tampak berbinar. Sepertinya Donna berhasil me- recharge kembali semangatnya. Harris sampai lupa dengan masalah ang sedang dihadapi. Bahkan sedikit pun tak sempat mengingat Erika hari ini. Harris tidak sadar telah membuat masalah baru bersama Donna. Sebegitu dahsyatnya sebuah hasrat liar, bisa menembus dan merubah jiwa-jiwa yang sedang lemah.
Harris terlambat masuk kantor. Terlihat aneh karena tidak biasanya begitu. Banyak mata tertuju ke dirinya. Harris hanya tersenyum, sambil berjalan tenang melintas di antara meja-meja kerja.
"Selamat pagi, pak Harris. Tumben terlambat, pak?" Tanya Susi, sekretarisnya.
"Sstt, jangan banyak nanya. Ada agenda baru apa hari ini?" Jawab Harris sedikit tertawa sambil membuka pintu ruangannya.
"Semua sudah di meja Bapak. O iya, jam 10 nanti, pak Irwan meminta Bapak untuk ke ruangannya. Penting." Jelas Susi dengan wajah serius.
"Baik, makasih, Susi." Jawab Harris seraya masuk ruangannya.
Harris memulai aktifitas pagi itu. Ruang kerjanya terlihat nyaman, rapi dan bersih. Harris sendiri yang menata semuanya. Bahkan dari meja, sofa, pernak-pernik serta vertical blind, ia sendiri yang memilih. Sangat mencerminkan kepribadiannya yang senang dengan keteraturan. Tapi sayang, untuk hal perempuan, dia jauh dari kata teratur. Sering lompat-lompat ke banyak hati. Harris oh Harris.
Kembali membahas pekerjaan Harris ya. Ia mulai menandatangani satu per satu berkas yang ada di meja. Lalu memeriksa email yang baru masuk dan beberapa laporan dari tim Manager.
Harris sempat mengeryitkan dahi saat tahu bahwa harga batu bara hari ini turun. Dia pun mulai menghubungi bagian manager marketing untuk mengkonfirmasi perihal tersebut.
Ada kabar yang kurang menggembirakan. HBA bulan ini turun 2 % dari bulan sebelumnya. Biasanya kisaran harga turun selalu di bawah 1,5 %. Meski persentase kecil, jika dikalikan ribuan ton sangat besar jumlah uangnya.
O iya, HBA itu singkatan dari "Harga Batu Bara Acuan". Biasanya ditentukan oleh Dirjen Minyak, Batu Bara dan Mineral, di bawah kementrian ESDM.
Harris sudah mulai memperkirakan berapa kerugian yang akan di alami perusahaanya terkait hal tersebut. Apalagi biaya operasional yang terus meningkat di lokasi tambang.
Tepat pukul sepuluh pagi, Harris bergegas menuju ruangan Pak Irwan, Direktur Utama.
Saat baru masuk, pak Irwan sudah memasang tampang serius. Pasti akan membahas info lapangan hari ini.
"Harris, kita harus pasang strategi nih. HBA anjlok. Jangan sampai di lepas dulu. Pending sampai harga stabil, ya." ujar pak Irwan.
"Pak Irwan, masalahnya produksi minggu lalu sudah naik tongkang semua. Ditahan dua atau tiga hari tidak masalah. Namun jika lebih dari itu, kita justru rugi lebih banyak, Pak." Harris mencoba menanggapi dengan memberikan beberapa kemungkinan buruk.
"Aku percayakan padamu Ris. Cari alternatif terbaik, ya. Saya kasih waktu satu minggu. Laporkan hasilnya di rapat besar." Perintah Pak Irwan dengan nada sedikit memohon.
Bukan Harris namanya, jika tidak bisa mencari solusi dari masalah di pekerjaannya. Itulah sebabnya, karir Harris menanjak dengan cepat.
Perusahaan Harris sangat moderat. Tidak mementingkan senioritas. Bagi siapapun yang punya kinerja bagus dan mumpuni di bidangnya, akan di tempatkan pada posisi yang semestinya.
Untuk mencapai tahapan General Manager (Vice Prisident), biasanya butuh waktu lebih dari sepuluh tahun jenjang karir. Namun Harris hanya butuh waktu tujuh tahun dari awal dia bekerja sebagai supervisor dan asisten manager.
Harris menguasai strategi pekerjaan di lapangan. Dan cukup bisa diandalkan dalam setiap proses negosiasi dengan klien. Pak Doddy sebagai owner, sempat mengacungi jempol dengan hasil kerja Harris.
Setelah Harris rapat dengan tim Manager, Alhamdulillah ada solusi untuk mengatasi kemungkinan kerugian akibat HBA yang turun. Harris belum perlu survey ke lapangan untuk menangani masalah ini.
Seharian Harris sibuk di kantor. Banyak urusan menegangkan yang membuatnya cukup lelah. Pukul lima sore Harris memutuskan pulang ke apartemen.
Baru saja dia memarkirkan Pajero sport hitam nya, dia melihat seseorang berjalan ke arahnya.
Wow, itu Donna. Harris langsung menyambutnya.
"Donna, kok kamu di sini?"
"Iya..., i'm so lucky. Aku baru tiba sepuluh menit yang lalu. Nungguin kamu. Untung tidak terlalu lama." Jelas Donna sambil meraih tangan Harris tanpa ragu.
Harris tertawa mendengar penjelasan Donna. Namun dalam hatinya ada sedikit kekhawatiran. Entah apa itu. Tiba-tiba ia merasa bersalah. Rupanya peristiwa kemarin malam, membuat Donna jadi datang lagi.
Apa setiap wanita begitu ya, mudah jatuh cinta. Atau nasib Harris saja, yang membuat wanita mudah suka padanya. Entahlah.
Sambil berjalan, Donna terus memegang lengan Harris dengan manja. Sempat merasa tidak enak saat melewati security. Karena selama ini Harris belum pernah masuk apartemen bersama wanita. Namun Harris berusaha bersikap biasa, hanya tersenyum dan melambaikan tangan pada mereka.
Setelah sampai, Harris mempersilahkan perempuan cantik itu masuk. Harris langsung ke kamar untuk berganti pakaian. Namun tak lama kemudian Donna menyusulnya.
Donna memeluk Harris dari belakang. Harris sudah tak mengenakan baju. Namun masih memakai celana kerjanya.
Harris tersenyum, lalu membalikkan badannya untuk memeluk Donna dari depan.
"Nakal kamu ya. Aku ganti baju dulu, okey." Pinta Harris sambil mencium kening Donna.
"Kamu nggak suka aku datang, ya?" tanya Donna sedikit kecewa. Lalu Donna merebahkan tubuhnya di ranjang.
Harris tak menjawab dan tetap melanjutkan berganti pakaian. Kemudian ia langsung menggendong Donna dan membawannya menuju ruang tengah. Donna di suruh duduk manis di sofa.
"Aku laper. Temeni aku makan ya, cantik? But wait, aku mau bikin sandwich enak dan jus kesukaanku. Kamu harus coba."
Donna menuruti permintaan Harris. Seperti gadis kecil yang menuruti perintah ayahnya. Sesekali Donna melirik Harris ysng dengan cekatan memasak di dapur.
Tak lama hidangan siap. Donna menuju meja makan. Bagaimana Donna tidak semakin suka dengan Harris, semua yang dilakukan Harris membuatnya terpesona.
Mix juice yang segar dan sandwich yang enak. Bahkan sangat enak sebelum di nikmati. Penataan di piring dan gelas jus yang ala resto.
"How can you do that? So perfect and very delicius. Enak banget. Ini roti gandum ya? Beef-nya juga enak. Wah, nagih banget nih." Puji Donna sambil mulai melahap sandwich buatan Harris.
Harris hanya tersenyum, menatap Donna sambil terus membenahi hatinya yang mulai kacau.
Sepertinya Harris harus belajar tegas hari ini. Donna perempuan yang baik. Tampak dari gaya bicara dan penampilannya.
Mengenai dia yang datang menemui laki-laki, dia masih terhitung sopan dan tidak terlalu agresif. Setidaknya jika dibandingkan perempuan-perempuan lain yang pernah Harris temui di Jakarta.
"No, Harris. Please, biar aku yang cuci piring. Okey?" pinta Donna setelah melihat Harris mulai membereskan piring.
Donna terlihat sudah biasa melakukan ini. Meski anak orang kaya, namun tinggal di Australia membuatnya bisa mandiri. Harris cukup salut dengan Donna.
Suasana tiba-tiba hening. Harris duduk di sofa asyik membaca koran. Setelah membereskan dapur, Donna menyusul duduk di samping Harris.
"Ris, kamu banyak diam. Ada masalah?"
"Iya, masalah tongkang di kantor." Jawab Harris sambil tertawa tipis.
"Yeay, Kalo masalah tongkang aku nggak bisa bantu. Apalagi aku belum pernah lihat tongkang."
"Hehehe..., iya maksudku tadi ada masalah kerjaan di kantor." Jawab Harris sambil meletakkan koran di meja.
Harris meraih tangan Donna. Sepertinya ia ingin mengatakan sesuatu. Donna pun mendekat bahkan langsung bersandar di bahunya. Dan Harris membuka lengannya agar Donna lebih nyaman seperti setengah dipeluk.
Harris masih bingung untuk memulai pembicaraan. Dia berusaha keras agar kegundahan hatinya bisa terurai. Dan justru Donna yang membuka pembicaraan.
"Aku dengar kabar rumah tanggamu sedang bermasalah ya, Ris?"
"Iya. Bahkan terancam hancur." Jawab Harris sambil mengelus-elus lengan Donna yang lembut.
"Apa ini jawaban Tuhan, ya. Aku selalu membayangkan bisa bersatu denganmu. Rasanya tidak mungkin. Dan ternyata, rumah tanggamu...," ujar Erika dengan kalimat yang tidak tuntas.
"Donna, please. Aku tidak bisa kasih harapan ke kamu. Semua masih proses. Namun aku selalu berharap hubunganku dengan Erika bisa kembali normal. Kami sudah punya anak. Ada Marsya."
"Jadi kamu tidak punya rasa apa-apa padaku, Ris? Lalu apa yang kita lakukan kemaren?" Donna langsung duduk dengan wajah kesal.
"Itulah mengapa aku merasa bersalah. Lagian, kenapa malam itu kamu datang? Aku tak kuasa menolakmu, Donna." Jelas Harris dengan suara selembut mungkin.
Donna sadar, Harris tidak salah. Dirinya yang terlalu mengagumi Harris sampai lupa segalanya. Donna berharap terlalu berlebihan.
"Aku sayang kamu, Donna. Tapi rasa itu seperti kakak dan adik. Kamu perempuan baik dan luar biasa menurutku. Aku tidak pantas untukmu."
Harris menggenggam tangan Donna. Dengan harapan Donna tidak sakit hati dengan ucapannya.
"Aku bukan lelaki baik seperti yang kamu kira. Buktinya, aku belum bisa menjaga rumah tanggaku. Aku masih sering tergoda bermain dengan wanita lain. Dan aku nggak tega jika harus menyakiti hatimu lebih dalam, Donna." Ungkap Harris mencoba memberi pengertian.
"Seandainya kamu gagal kembali ke Erika, apakah kamu mau datang padaku?" Tanya Donna penuh harap.
"Aku tidak bisa janji, sayang. Aku harus belajar jadi laki-laki sejati mulai saat ini. Aku tidak akan menjanjikan sesuatu yang aku belum tahu."
Lalu mereka berdua diam dalam pikiran masing-masing. Ruangan itu menjadi saksi bisu, bagaimana sulitnya Harris beejuang tegas pada teman wanitanya.
Biasanya Harris tidak tega. Takut membuat sedih, jadi sering menjalani hubungan tanpa status yang jelas dengan wanita. Tapi semenjak pisah rumah dengan Erika, Harris belajar meninggalkan kebiasaan itu. Dan ia melakukannya pada Donna.
Donna merasa sedih, padahal ada peluang untuk dirinya bersatu dengan Harris. Namun justru Harris mulai menutupnya kembali.
Padahal kalau dipikir-pikir, apa sih kurangnya Donna. Namun Harris punya pemikiran lain. Harris kembali fokus pada masalah keluarganya.
"Maafkan aku, Donna. Aku harap kamu bisa mengerti posisiku." Harris memohon sambil mengecup tangan Donna.
Donna tetap diam. Hatinya kecewa. Namun tidak bisa berbuat banyak. Lalu Donna memeluk Harris dengan erat. Harris membalas pelukannya.
Tak ada kata yang terucap. Donna hanya ingin menikmati pelukan Harris. Yang mungkin itu adalah pelukan terakhir untuknya.
Setelah itu, dengan wajah sendu Donna pamit untuk pulang. Harris semakin merasa bersalah telah membuat Donna patah hati. Namun itu yang terbaik saat ini.
"Donna, maafkan aku." Ucap Harris lirih, sambil terus memandangi Donna yang berjalan di lorong apartemen menuju lift.
♡♡♡
Tongkang
Sumber gambar : Sindo.com
Tongkang dikenal juga dengan ponton, adalah jenis kapal dengan lambung datar atau kotak besar yang mengapung. Di gunakan untuk mengangkut barang dan ditarik dengan kapal. Biasanya untuk mengangkut batu bara, pasir, peti kemas dan lainnya.
Verical Blind
Sumber gambar: kreasiestetika.com
Vertical blind adalah tirai penutup jendela dari bahan jenis blinds yang berbentuk vertikal. Digunakan untuk menghalau sinar matahari dan mengatur intensitas cahaya matahari yang masuk ruangan.
__________________________________
Hi Readers...
Sebelumnya terima kasih sudah mampir baca 🙏😊
Alhamdulillah hari ini bisa update bab 3. Semoga suka dan bermanfaat ya.
Yuk dukung Harris dengan vote (klik bintang) di bawah. Semoga Harris bisa menyelesaikan masalahnya.
Atau jangan-jangan akan muncul masalah baru?
Dengan berat hati, hari ini harus melepas si cantik Donna 😭
Tunggu bab berikutnya ya...
Thank you 💖