Azzahra's Destiny [✔]

By gaiskafirasn

86.2K 3.2K 35

Takdir serta percintaan yang terjadi dan terjalin antara Ketua Organisasi Libra dan Wakil Kepala Perusahaan P... More

Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Dua
Dua Puluh Tiga
Dua Puluh Empat
Dua Puluh Lima
Dua Puluh Enam
Dua Puluh Tujuh
Dua Puluh Delapan
Dua Puluh Sembilan
Tiga Puluh
Extra Part

Enam

2.6K 126 1
By gaiskafirasn

Setibanya di depan rumah setelah lumayan bercanda setelah insiden nyaris di tabrak tadi, Zahra sekarang hanya bisa berdiri mematung dalam diamnya sambil memandangi pintu rumahnya saat ini.

Ia merasa hatinya saat ini berdegup kencang karena saat ini merupakan pertama kalinya ia membawa lelaki ke rumahnya, bahkan teman sekalipun ia tak pernah mengajaknya padahal sudah lama berteman.

Sedangkan Klaus di anggapnya sebagai rekan kerja berbeda kantor, dan ia adalah orang yang baru di kenal nya sekitar sebulan yang lalu karena pertemuan tak di sengaja nya di perpustakaan waktu kota itu.

Dan ia pun langsung menceritakan semuanya kepada sang bunda tanpa ragu-ragu tentang perihal pertemuannya dulu dan ia justru tak menyangka jika sosok yang di temui olehnya dulu adalah ketua Libra.

Ia mengela nafas, merasa bodoh dan menyesal karena selalu saja keceplosan apa bila membicarakan dan membahas segala masalah yang menyangkut pautkan tentang Klaus beberapa waktu belakangan ini.

Tapi ia sadar dan dirinya berpikir memang tak bisa memungkiri fakta bahwa ia memang sedang jatuh cinta di usianya yang masih belia biarpun dia orang kantoran sekalipun.

Ia tak bisa menyalahkan siapa-siapa jika dirinya sendiri saja sudah bersemangat sekali untuk menceritakan siapa sosok yang di kagumi olehnya bahkan ia sukai sekalipun.

"Zahra?"

Teguran halus Klaus yang sedikit menunduk dan berbicara tepat di puncak kepalanya itu membuat dirinya terkejut dan bergidik kaget karena ia nyaris lupa jika Klaus belum pulang dari sisinya.

Padahal mobil pribadinya terus mengikuti dan mengekor langkah keduanya sejak keluar dari lingkungan kantor tadi hingga setibanya mereka di rumah Zahra.

Gadis itu mengela nafas pelan lalu memutar balikkan badannya, lalu mendongakkan wajah dan menatap tepat di kedua manik mata milik Klaus yamg berwarna hijau daun muda itu.

Zahra kemudian tersenyum.

"Ada apa?" tanyanya.

"Kau diam terus sejak kita tiba di depan rumahmu, Zahra. Ada masalah apa?" tanya Klaus dengan polos.

"Ah ... Itu-"

Brak!

Jawaban dan omongan Zahra seketika terpotong akibat dobrakan pintu yang di buka dari dalam rumah dan menunjukkan sosok adik beserta kedua orang tuanya yang ternyata mendengar ia berbicara dengan lelaki.

Yap.

Itu yang juga di khawatirkan oleh Zahra, yaitu peraturan yang telah di buat dan di sepakati oleh ayah beserta adiknya secara sepihak, sedangkan Zahra beserta sang bunda sangat tak menyetujui peraturan aneh tersebut.

Yaitu tak boleh jatuh cinta! Bahkan membawa calon atau pacar sekalipun ke rumah! Bahkan pacaran pun tak di izinkan! Mana tidak gila rasanya jika Zahra di selimuti peraturan sinting seperti itu?

"A ... Ayah?" ucap Zahra kagok setelah menatap sang ayah yang saat ini sudah memasang muka masam dan marah.

Namun ekspresi itu justru berbeda dan berbanding terbalik 180° dengan Zhean yang ternyata memasang wajah berbinar karena ia tau siapa sosok yang sedang bersama kakak perempuannya saat ini.

"Ayah?" tanya Klaus yang kemudian ikut melihat sosok ayah Zahra.

"Ayah! Ayah! Dia Klaus-san, Ayah! Klaus Von Reinherzt, ketua organisasi Libra!" pekik Zhean sedikit histeris namun ia masih berhasil mengatur volume suaranya agar tetangga tak ada yang tau jika sosok yang terkenal seperti Klaus justru bertandang ke rumah mereka malam-malam begini.

"Klaus? Ketua Organisasi Libra?" tanya sang ayah, pura-pura bego padahal ia tau siapa sosok Klaus.

Tak ada yang tidak mengenal sosok Klaus, termasuk keluarga Zahra sendiri. Zahra hanya bisa diam melihat sang Ayah yang masih memasang ekspresi marah, sedangkan Zhean dan Bunda nya sudah memasang muka tertarik.

Klaus yang melihat kondisi keluarga gadis mungil yang di sukai nya itu hanya bisa melihat mereka terheran-heran saat ini, tak mampu berkata-kata.

"Ayaah, Zahra bisa jelasiiiin! Ayah kan tau dia, Ayah! Ayah kenal ama Klaus-san dari pertama kali organisasi Libra terkenal gitu, gak usah sok-sokan galak gitu ntar asam urat nya kambuh, Ayah!"

Dan benar saja. Karena kepura-puraan beliau yang memasang muka marah, asam urat nya langsung kambuh karena konsentrasi parahnya dalam menyembunyikan kehebohannya itu justru membuat sakitnya kambuh.

"Aaaakh! Obat, obaaat!" rintihnya, Zahra kemudian menatap Ayahnya dengan malas.

"Baru juga di omongin." keluhnya.

"Gak denger omongan anak gadis sih, Yah." celetuk sang Bunda.

"Tauk deh, Ayah." Zhean langsung ikut-ikutan.

"Dari pada komentar gak jelas, cepet ambil obat Ayah sanaaaaa!"

"Aaaaaaa! Zhean, buruan Zheaaaaan!" heboh Zahra yang tak mau tingkah laku menyebalkan Ayah nya itu makin berlanjut di depan orang yang saat ini sedang populer itu.

* * * *

"Ah, Klaus-san, maafkan tingkah laku Ayah ku." ucap Zahra kemudian saat mengetahui Klaus masih menunggunya di luar rumah setelah suasana rumah tenang dan keluarganya berada di ruang keluarga saat ini, tidak mengupingnya lagi.

Lelaki itu masih berdiri di tempatnya dengan tenang, seperti biasa, ia selalu saja tersenyum dengan lembutnya, membuat Zahra selalu saja merasa luluh.

"Tidak apa-apa, aku bisa memahaminya. Bagaimana Ayahmu? Sudah mendingan?" tanyanya khawatir. Zahra mengangguk.

"Terima kasih sudah mengkhawatirkannya."

"Sama-sama. Baiklah, kalau begitu aku pamit pulang dulu. Sampai jumpa di lain waktu lagi, Zahra."

"Hmm. Sampai jumpa, Klaus-san."

"Selamat malam."

"Selamat malam."

Saat baru beberapa langkah meninggalkan sosok gadis kecil itu, ia menoleh dan mendekatinya lagi, membuat Zahra menatapnya terheran-heran kenapa Klaus mendekatinya lagi.

Tatapan mereka beradu satu sama lain, membuat Zahra sedikit risih di balik wajah meronanya.

"Ke ... Kenapa?" tanyanya bingung sambil mendongakkan kepalanya.

"Jangan mendongak seperti itu, turunkan lagi wajahmu, seperti biasa."

"Ah, hmm."

"Pejamkan matamu."

Setelah melakukan apa yang di minta Klaus, sosok tinggi itu kemudian menunduk, lalu mencium puncak kepala Zahra dengan lembut.

Begitu selesai, Klaus langsung meninggalkan Zahra yang menatapnya tak percaya dengan apa yang telah di lakukannya barusan sambil memegang puncak kepalanya yang baru saja di cium.

Lelaki jangkung itu melambaikan tangannya ke udara sembari berjalan menuju mobil, setelah masuk, ia menurunkan kaca mobil dan menoleh ke arah Zahra lalu melambaikan tangannya lagi.

Zahra membalasnya. Kemudian, mobil itu berlalu.

* * * *

Selama di mobil, Klaus hanya bisa bertopang dagu di dekat jendela mobil dan menatap ke arah jalan, sang supir yang ternyata adalah sang Ayah, melihat putranya yang sedang merona di landa asmara.

"Gadis itu masih terlalu kecil, tak salah kalau kau jatuh cinta dengannya?"

Klaus menoleh sedikit dan menatap sang ayah dari spion dalam mobil.

"Apakah salah? Dia biarpun mungil kecil begitu, biarpun umurnya masih muda dan terpaut jauh dariku, dia itu Waka Perusahaan Perlindungan kota loh."

"Oh ya? Tidak ku sangka. Berapa usianya?"

"15 tahun."

"Jauh denganmu itu 13 tahun, Klaus."

Klaus mendengus

"Ayah, dia sendiri tidak menolak."

"Baiklah, itu urusan hatimu."

"Hmh."

* * * *

Zahra yang saat ini sedang berdiam diri di kamarnya setelah beres-beres, ia masih mengusap-usap puncak kepalanya yang tadi di cium oleh Klaus tadi.

Mendadak, ia merasa mukanya langsung memerah padam, kemudian ia menempelkan mukanya ke bantal kepala yang di peluknya erat dan ia langsung berteriak histeris.

"Kyaaaaahhhhhh!!!!!"

* * * *

Continue Reading

You'll Also Like

7.9K 329 6
"Om! Om itu kenapa sih selalu aja halangin jalan saya? Muak tau gak saya liatnya" ucap Syafina sedikit berteriak. Ia sudah tidak peduli bahwa yang di...
926 197 55
"Mencintaimu sama seperti seni indah dan mengagumkan namun terkadang sulit di mengerti apa maksud dan tujuan dari seni itu" mungkin dia adalah cinta...
4.7K 1K 17
Pikiran kalut yang dirasakan oleh Amira membuat dirinya asal masuk bis, entah kemana tujuan langkah yang akan membawanya, Amira sendiri pun tak tahu...
16.6K 540 23
"Tidakkah dia ini bodoh? Disaat semua orang menghindari hujan... dia malah membiarkan dirinya kebasahan." Menjadi perawat majikan arab yang merupakan...